Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas II C

1.Arini rahmatika 11.Fadila khairunisya

2. Atika anjar 12. Fahkriya salsabila

3. Bella yolanda 13. Fine levia

4. Dea laberia 14. Inar liasti

5. Dica meilanisya 15. Jarnelia renita

6. Desti kartika 16. jenny ferhomdifit

7. Dhinda ayu 17. lena susanti

8. Eflin ovita wulandari 18 Marlinda

9.Elza yosi thewiita 19. Meilyza yosdianti

10. Erni erfiani 20. Melsya suryanti

Dosen Pembimbing : Bunda Else Sri Rahayu, SST,M.Tr.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN DII KEBIDANAN
T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

` Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyeselsaikan dengan kerja sama yang baik dan
kompak  dan makalah ini berjudul ”Kebutuhan Dasar Neonatus” dengan baik.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bunda Else Sri Rahayu,
SST,M.Tr.Keb selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan tugas ini kepada
kami, dengan ini kami bisa mengetahui dan memahami Kebutuhan Dasar Neonatus
itu seperti apa. Tak lupa kepada semua pihak yang bersangkutan, kami ucapkan
terima kasih karena telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pihak pembaca sangat diperlukan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.

Bengkulu, Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN............................................................................3
A. Pengertian Kejang Neonatorum …………………………………… 3
B. Etiologi................................................................................................3
C. Patogenesis..........................................................................................5
D. Klasifikasi Kejang …………………………………………………..5
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejang………………………...6
F. Penatalaksanaan Kejang………………………………………….....10

BAB III : PENUTUP....................................................................................11


A. Kesimpulan........................................................................................11
B. Saran..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
(suhu rektal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(diluar rongga kepala).  Kejang demam ini biasanya terjadi bayi atau anak-anak
antara umur 3 bulan dan 5 tahun yang berhubungan dengan demam tetapi tidak
pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.
            Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan
khusus, dan kadar natrium rendah.
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih
terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini
namun pendapat yang dominan saat ini kejang pada kejang demam tidak
menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya
untuk menghentikan kejang secepat mungkin. Dan bagi beberapa orang tua,
kejang demam pada anak sering menimbulkan fobia tersendiri. Keyakinan untuk
segera menurunkan panas ketika anak demam sudah melekat erat dalam benak
orang tua. Demam diidentikkan dengan penyakit, sehingga saat demam berhasil
diturunkan, orangtua merasa lega karena menganggap penyakit akan segera
pergi bersama turunnya panas badan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kejang neonatus ?
2. Apa saja klasifikasi dari kejang neonatus ?
3. Apa saja factor dari kejang neonatus ?
4. Bagaimana dan apa saja penatalaksanaan dari kejang neonatus ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kejang neonatus.

4
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari kejang neonates
3. Untuk mengetahui apa saja factor dari kejang neonates
4. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penatalaksanaan kejang pada
neonatus.

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kejang Neonatorum


Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam
28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak). Kejang merupakan keadaan darurat
atau tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus karena kejang dapat
mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi
atau dapat mengakibatkan sekuele dikemudian hari.
Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah
perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi
otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric
Neonatal Emergensi Dasar). Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala
gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab
kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian
hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang paling
penting dari kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis
penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah,

B. Etiologi
1. Metabolik
Gangguan Metabolik yang menyebabkan kejang pada bayi baru lahir adalah
gangguan metabolisme glujosa, kalsium, magnesium, elektrolit, dan asam
amino. Gangguan metabolik ini terdapat pada 73% bayi baru lahir dengan
kerusakan otak. Berbagai gangguan metabolik yang berhubungan dengan
kejang pada neonatus adalah:
a) Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan
kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Gejala
dapat berupa serangan apnea, kejang sianosis, minum lemah, biasanya

6
terdapat pada bayi berat badan lahir rendah, bayi kembar yang kecil, bayi
dari ibu penderita diabetes melitus, asfiksia.

b) Hipokalsemia
Keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau
kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4 MEq/L. Gejala: tangis dengan
nada tinggi, tonus berkurang, kejang dan diantara dua serangan bayi dalam
keadaan baik.

c) Hipomagnesemia
Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat
bersama-sama dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain. Gejala
kejang yang tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat
sembuh dengan pengobatan yang adekuat.

d) Hiponatremia dan hipernatremia


Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l.
gejalanya adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih
dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena trombosis
vena atau adanya petekis dalam otak.

e) Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksin


`Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang
yang hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium,
glukosa, dan lainlain. Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin

2. Asfiksia
Asfiksia perinatal menyebabkan terjadinya ensefalopati hipoksik-iskemik
dan merupakan masalah neurologis yang penting pada masa neonatal, dan
menimbulkan gejala sisa neurologis di kemudian hari. Asfiksia merupakan
suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah

7
lahir etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu
ke janin.
3. Trauma dan Perdarahan intracranial
Trauma dan Perdarahan intracranial biasanya terjadi pada bayi yang
besar yang dilahirkan oleh ibu dengan kehamilan primipara. Perdarahan
intracranial Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia,
defisiensi vitamin K, trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub
aroknoid, intraventrikulus dan intraserebral.
4. Infeksi
Pada bayi baru lahir Infeksi dapat terjadi didalam rahim, selama
persalinan atau segera sesudah lahir. Infeksi dalam rahim terjadi karena infeksi
primer dari ibu seperti rubella, sitomegalovirus dan herpes.

C. Patogenesis
Kejang pada neonatus seringkali tidak dikenali kerena bentuknya yang berbeda
dengan kejang orang dewasa dan anak-anak. Penyelidikan sinemotografi dan EEG
menunjukkan bahwa kelainan pada EGG sesuai dengan twitching dari muka,
kedipan muka, menguap, kaku tiba-tiba dan sebagainya. Oleh karena itu, kejang
pada bayi baru lahir tidak spesifikasi dan lebih banyak digunakan istilah “fit” atau
“seizure”. Manifestasi yang berbeda-beda ini disebabkan morfologi dan organisasi
dari korteks serebri yang belum terbentuk sempurna pada neonatus (Froeman,
1975). Demikian pula pembentukan dendrit, synopsis dan mielinasasi. Susunan
syarat pusat pada neonatus terutama berfungsi pada medulla spinalis dan batang
orak. Kelainan lokal pada neuron tidak disalurkan kepada jaringan berikutnya
sehingga kejang umum jarang terjadi. Batang otak berhubungan dengan gerakan-
gerakan seperti menghisap, gerakan bola mata, pernafasan dan sebagainya,
sedangkan fleksi umum atau kekakuan secara fokal atau umum adalah gejala
medula spinalis.

D. Klasifikasi Kejang

8
Volve (1977) membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
1. Kejang Subtle
Merupakan tipe kejang tersering yang terjadi pada bayi kurang bulan.
Bentuk kejang ini hampir tidak terlihat, biasanya berupa pergerakan muka,
atau lidah berupa menyeringai, mengisap, mengunyah, menelan atau
menguap. Manifestasi kejang subtle pada mata adalah pergerakan bola mata,
mata berkedip-kedip, deviasi bola mata horizontal. Manifestasi pada
pernafasan berbentuk serangan apnea yang biasanya didahului atau disertai
gejala subtle misalnya gerakan kelopak mata yang berkedip-kedip. Kadang
dapat berupa hiperapnea atau pernafasan seperti mengorok.

2. Kejang Klonik
Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1-3 detik, terlokalisasi
dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran, dan biasanya tidak diikuti
oleh fase tonik. Bentuk kejang ini sebagai manifestasi akibat trauma fokal
pada kontusio cerebri pada bayi besar atau bayi cukup bulan, atau pada
kelainan enselofati metabolik. Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu
anggota gerak ke yang lain secara tidak teratur, kadang-kadang kejang yang
satu dengan yang lain dapat menyerupai kejang umum.

3. Kejang Tonik
Kejang tonik biasa didapatkan pada bayi berat lahir rendah dengan masa
khamilan kurang dari 34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi perinatal
berat seperti perdarahan intraventrikuler. Bentuk klinis kejang ini yaitu
pergerakan tungkai yang menyerupai sikap ekstensi tungkai dan fleksi lengan
bawah menyerupai dekortikasi.

4. Kejang Miokolik
Berupa gerakan fleksi seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada
neonatrefleks moro. Kejang ini merupakan tanda kerusakan susunan saraf

9
pusat yang luas dan hebat, seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari
ibu kecanduan obat.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejang


1. Faktor Ibu
a) Status Paritas Ibu
Penelitian yang dilakukan Glass, dkk (2O09) menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan risiko kejang neonatus pada bayi yang lahir dari ibu primipara
dibandingkan bayi yang lahir dari ibu multipara. Hal ini ditunjang oleh

pendapat dari literatur lain yang menjelaskan bahwa bayi yang lahir dari
ibu primipara memiliki faktor risiko lebih tinggi terkena trauma dan
perdarahan intrakranial yang diakibatkan oleh partus lama, persalinan yang
sulit disebabkan oleh kelainan kedudukan janin dalam rahim, ataupun kela-
niran presipitatus sebelum serviks uteri membuka cukup lebar,
Pada bayi lahir dari ibu primipara juga memiliki faktor risiko terjadinya
gangguan pernatasan saat kelahiran yang diakibatkan olen persalinan lama.
Pada persalinan lama, bayi akan mengalami gangguan nafas yang bila tidak
ditangani segera akan menimbulkan asfiksia yang akan menyebabkan
timbulnya ensefalopati hipoksik-iskemik. Hal ini timbul karena terjadi
hipoksemia, berkurangnya kadar oksigen dalam peredaran darah, serta
iskemia dan berkurangnya perfusi oksigen ke jaringan otak
Perdarahan subarachnoid sering dijumpai akibat robekan vena superficial
akibat partus lama yang sering dialami pada ibu primipara. Dalam keadaan ini
biasa disertai dengan ensefalopati hipoksik-1skemik ringan yang akan
menimbulkan manifestasi kejang pada hari pertama atau kedua meskipun
awalnya menunjukkan keadaan baik. Perdaharan Subdural terjadi akibat
robekan tentorium di dekat falks serebri. Hal ini disebabkan karena molase
kepala yang berlebihan pada letak verteks, letak muka, dan partus lama yang
sering dialami ibu primipara. Darah terkumpul di fossa posterior dan dapat
menekan batang otak. Manifestasi klinis hampir sama dengan ensefalopati

10
hipoksik-iskemik ringan sampai sedang yang bisa berkembang menjadi
kejang pada neonatus

b) Infeksi Intrauterin
Pada bayi baru lahir inteksi dapat terjadi di dalam rahim, selama
persalinan, atau segera sesudah lahir. Infeksi dalam rahim terjadi karena
infeksi primer dari ibu seperti toxoplasmosis, rubella, sitomegalovirus dan
herpes Selama persalinan atau segera sesudah lahir, bayi dapat terinfeksi oleh
virus herpes simpleks, virus Coxsackie, E. Colli, dan Streptococcus B yang
dapat menyebabkan ensefalitis dan meningitis.
Meningitis bakterial dapat timbul dalam 48 jam pertama sesudah
kelanian, tetapi biasanya timbul sesudah hari kelima. Manifestasi klasik
meningitis seperti yang terdapat pada bayi yang besar atau anak jarang
terlihat pada bayi baru lahir. Gejala kejang biasanya terjadi pada separuh dari
bayi baru lahir yang menderita meningitis. Tanda dan gejala infeksi bakteri
pada masa kehamilan yaitu demam pada l0u dimana suhu tubuh lebih dari
37,9°C sebelum dan saat persalinan berlangsung, pecahnya ketuban lebih dari
24 Jam sebelum kelahiran janin, cairan amnion yang berbau busuk, tanda
ikterik distensi abdomen ibu yang berat, dan tanda-tanda lokal lainnya, nyeri
pada sendi, pembengkakan sendi, keterbatasan ibu dalam bergerak. dan
iritabilitas. Infeksi intrauterin dapat didiagnosa dengan adanya demam pada
1bu, nyeri rahim, cairan ketuban berbau busuk, atau visualisasi nanah pada
saat pemeriksaan spekulum, dan denyut jantung ibu 100 kali per menit atau
denyut jantung janin 160 kali per menit.
Infeksi intrauterin dapat menyebabkan persalinan preterm dengan tanda
ditemukannya leukositosis darah tepi ibu. Persalinan preterm akan
mengakibatkan organ-organ pada bayi belum tumbuh dengan sempurnayang
akan mengakibatkan rentannya bayi preterm terkena gangguan penyakit,
salah satunya adalah kejang pada neonatus. Hal ini ditunjang oleh penelitian
yang dilakukan oleh Lieberman yang menyebutkan bahwa ibu dengan demam

11
diatas 101F sebelum dan saat persalinan berlangsung memiliki hubungan
dengan bayi yang dilahirkannya mengalami kejang pada neonatus.

c) Cara Persalinan
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Minchom dkk
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sectio cesarean dengan
terjadinya kejang pada neonatus. Hal ini ditunjang oleh literatur yang
menyatakan bahwa cara persalinan dengan sectio caesarean dapat
meningkatkan risiko terjadinya trauma kepala dan perdarahan intrakranial
yang dapat berakibat terjadinya kejang pada neonatus. Perdarahan
subarachnoid sering dijumpai akibat robekan vena superticial akibat
komplikasi dari persalinan section cesarean. Dalam keadaan ini biasa disertai
dengan ensefalopati hipoksik-isKemik ringan yang akan menimbulkan
manitestasi kejang pada hari pertama atau kedua meskipun awalnya
menunjukkan keadaan baik.

2. Faktor Bayi
a) Tindakan Resusitasi
Bayi baru lahir memerlukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup di luar
rahim, terutama pada menit-menit awal kehidupan. Setelah dilakukannya
penjepitan tali pusat yang menghentikan penyaluran oksigen dari plasenta,
bayi akan beradaptasi untuk bernafas spontan. Bila bayi depresi dan tidak
mampu memulai nafas spontan yang memadal, bayi akan dengan segera
mengalami hipoksia berat yang akan berjalan progresif menjadi asfiksia.
Tujuan diberikannya resusitasi adalah memberikan ventilasi yang adekua,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
ke otak, jantung, dan alat vital lainnya. Bila resusitasi tidak dilakukan secara
adekuat bayi akan mengalami asfiksia. Asfksia adalah penyebab Kejang pada
neonatus tersering. Hal ini disebabkan karena asfiksia akan menyebabkan
ensefalopati hipoksik-iskemik dan merupakan masalah neurologis yang
penting pada masa neonatal dan menimbulkan gejala sisa neuroiogis di

12
kemudian hari. Ensefalopati hipoksik- iskemik akan mengurangi kadar
oksigen menuju otak dan mengurangi perfusi jaringan kee otak sehingga
dapat terjadi kejang pada neonates

b) Gawat Janin
Keadaan dimana janin tidak memperoleh pasokan oksigen yang cukup.
Ciri-ciri yang timbul pada janin dengan kegawatan adalah frekuensi denyut
jantung janin kurang dari 120 kali per menit atau ebih dari 160 kali per menit,
berkurangnya gerakan dari Janin, dan air ketuban yang bercampur mekonium
dan berwarna kehijauan. janin yang mengalami kegawatan karena
berkurangnya pasokan oksigen dapat terkena asfiksia intrauterin dan menjadi
penyebab tersering terjadinya ensefalopati hipoksik-iskemik. Hal ini timbul
karena terjadi hipoksemia, yaitu kurangnya kadar oksigen dalam peredaran
darah dan iskemia, serta berkurangnya perfusi oksigen ke jaringan otak.
Keadaan ini merupakan penyebab tersering kejang pada neonatus.

c) Masa Gestasi
Masa gestasi dikatakan cukup bulan ketika janin berusia lebih dari 37
minggu dan kurang dari 42 minggu. Bayi yang dilahirkan pada kehamilan
sampal usia 37 minggu disebut dengan bayi prematur. Bayi yang dilahirkan
secara prematur belum memiliki organ-organ yang tumbuh dan berkembang
secara lengkap dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan cukup bulan. Oleh
sebab itu, bayi prematur akan mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup
normal di luar uterus ibunya. Diantara komplikasi yang timbul akibat bayi
lahir prematur, perdarahan intrakranial, asfiksia dan gangguan keseimbangan
asam basa yang dapat mengakibatkan kejang pada neonatus. Perdarahan
intrakranial yang terjadi pada bayi prematur dan berat bada lahir rendah akan
menimbulkan gejala dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam
Sebagal gangguan respirasi, Kejang tonik umum, pupil terfiksasi,
kuadriparesis flaksid, deserebrasi dan stupor.

13
F. Penatalaksanaan Kejang
Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
1. Menjaga jalan nafas tetap bebas
2. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang
3. Mengobati penyebab kejang
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB disuntikan perlahan-lahan sampai kejang hilang
atau berhenti. Dapat diulangi pada kejang beruang, tetapi tidak dianjurkan
untuk digunakan pada dosis pemeliharaan

Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)
1. Diazepam
2. Fenobarbital Dosis 5-10 mg/kg BB disuntikkan perlahan-lahan, jika
kejang berlanjut lagi dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang
tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB pada hari pertama di lanjutkan
dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral dalam 2 dosis.

BAB III

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam
28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown (1974) kejang
adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi
neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan
pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Dasar). Klasifikasi kejang/Bentuk kejang yang hampir tidak kelihatan (subtle)
yang sering tidak diketahui sebagai kejang, Kejang klonik multifocal
(migratory),Kejang tonik,Kejang mioklonik,Kejang mioklonik Penatalaksanaan
(Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang) Menjaga jalan nafas tetap bebas,
Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang, Mengobati penyebab
kejang. Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002 )
yaitu Diazepam danFenobarbital

B. Saran

Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, untuk
pembuatan makalah kami kepadanya agar menjadi lebih baik lagi kami harap
maakalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yakni
dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai “Kejang
Neonatus”

DAFTAR PUSTAKA

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Heryani,Reni.2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,Balita dan


Anak Pra Sekolah. Jakarta:CV. Trans Info Media
2. Lia Dewi, Vivian Nanny.2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Sekolah.
Jakarta:Salemba Medika

16

Anda mungkin juga menyukai