Laporan Kasus Kalazion
Laporan Kasus Kalazion
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 13-09-2004 / 13 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Makassar
No. Register Pasien : 071727
Tanggal Pemeriksaan : 15 November 2017
Pemeriksa : dr. N
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata kanan dan kiri
1
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat operasi mata sebelumnya : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat menggunakan kaca mata : disangkal
Riwayat dengan keluhan serupa :
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat 1 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama dan telah
mengkonsumsi Doksisiklin selama 7 hari dan ®Cendo Xitrol.
.
Tanda Vital:
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 20 x/ menit
Suhu : 36,8o c
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
KETERANGAN OD OS
2
KEDUDUKAN BOLA MATA Ortotropia
SUPERSILIA
3
KONJUNGTIVA BULBI
SKLERA
KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Rata Rata
- Infiltrat Tidak ada Tidak ada
- Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak ada Tidak ada
- Ulkus Tidak ada Tidak ada
- Perforasi Tidak ada Tidak ada
- Edema Tidak ada Tidak ada
IRIS
PUPIL
4
- Refleks cahaya + +
tidak langsung
LENSA
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.7o C
5
IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (+) di tarsal Edema (+) di palpebra
inferior inferior
Apparatus lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-),
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme
muscular
B. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Tekanan Okular Tn Tn
Nyeri tekan (-) (+)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula pre-aurikular Pembesaran (-) Pembesaran (-)
C. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Visus
VOD : 20/20
6
VOS : 20/20
E. Sensitivitas Kornea
Tampak normal pada sensitivitas kornea.
F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.
G. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
BMD Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, isokor, RC (+) Bulat, isokor, RC (+)
Lensa Jernih Jernih
H. Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
I. Slit Lamp
SLOD : Palpebra edema (+). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea jernih. BMD
normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+).
SLOS : Palpebra edema (+). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea jernih. BMD
normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral, refleks cahaya (+).
J. Pemeriksaan Laboratorium
Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium
K. RESUME
Seorang perempuan berusia 13 tahun datang dengan keluhan benjolan pada kelopak
bawah mata kiri dan pada kelopak mata bawah bagian dalam mata kanan yang
dialami sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Awalnya timbul benjolan kecil
kemerahan yang makin lama makin besar. Benjolan dirasakan nyeri. Pasien tidak
merasakan adanya gangguan penglihatan. Mata merah tidak ada. Air mata berlebih
7
tidak ada. Gatal ada. Kotoran mata berlebih tidak ada. Riwayat keluhan yang sama
sebelumnya ada. Riwayat alergi ada.
Pada pemeriksaan fisis: Pemeriksaan oftalmologis VOS 20/20 VOD 20/20 , tampak
hordeolum pada palpebra inferior oculi sinistra dan pada tarsal inferior oculi dextra,
konjungtiva tidak hiperemis,kornea jernih,BMD normal,iris coklat kripte (+), pupil
isokor, diameter 3mm, lensa jernih,reflek cahaya (+). Pada palpasi palpebra OS
didapatkan nyeri tekan (+).
L. DIAGNOSIS
Hordeolum Internum Oculi Dextra et Sinistra
M. PENATALAKSANAAN
- Edukasi : Menjaga kebersihan mata
- Kompres air hangat
- Sistemik :
Cefadroxil 500 mg/12 jam/oral
Natrium diklofenak 50 mg/12 jam/oral
- Antibiotik topical : Cendo Xitrol salep 3x1 ODS
- Rencana insisi
N. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
- Calazion
- Karsinoma Glandula Sebasea
- Karsinoma Sel Basal
O. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationem : Bonam
Qua ad visum : Bonam
Qua ad kosmeticum : Bonam
8
Diskusi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra yang disebabkan oleh bakteri dari
kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilokokus).6,7 . Diagnosis pada pasien ini
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan
keluhan benjolan pada kelopak bawah mata kiri dan pada kelopak mata bawah bagian dalam
mata kanan. Benjolan ini awalnya kecil berwarna kemerahan dan bengkak. Benjolan ini
kemudian semakin membesar dan disertai nyeri. Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang
mengatakan bahwa hordeolum awalnya hanya berupa benjolan kecil yang berwarna
kemerahan yang makin lama makin membesar disertai nyeri bila ditekan. Benjolan ini
menjadi besar dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman stafilokokus atau
streptokokus.7-9
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya benjolan pada palpebra inferior
okulus sinistra serta pada tarsal inferior oculi dextra. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa hordeolum internum merupakan infeksi pada kelenjar meibom dengan
penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal.8
Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat yang dilanjutkan dengan
pemberian obat salep berupa Cendo Xitrol serta pemberian antibiotic sistemik dan anti
inflamasi. Maksud pemberian kompres hangat yaitu untuk mempercepat peradangan kelenjar
sampai nanah keluar. Sedangkan pemberian antibiotika oral adalah untuk mengobati infeksi
akibat kuman stafilokokus atau streptokokus. Apabila dengan terapi konservatif tidak ada
perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan operatif berupa insisi
untuk mengeluarkan nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan meradang
di dalam kantongnya.
Prognosis pada penderita ini adalah baik, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga
dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.Pada penderita
juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit dan menjaga
kebersihan daerah mata untuk mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya
9
infeksi sekunder.Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau
perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.
10
PENDAHULUAN
11
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami
penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan
kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PALPEBRA
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan jaringan fibrosa,
yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra superior
dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi
bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu
dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebra)1.
Struktur palpebra :
12
1. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.
2. Musculus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah musculus orbikularis okuli, berhubungan dengan
lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapi jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah
di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
13
Gambar 1. Anatomi Palpebra
14
Gambar 2. Palpebra Normal
TEPIAN PALPEBRA
Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian ini
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior.1
1. Tepian anterior
Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula
Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel
rambut pada dasar bulu mata.glandula Moll adalah modifikasi kelenjar
keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
2. Tepian posterior
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini
terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal).
3. Punktum lakrimal
Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini
terfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke
sakus lakrimalis.
15
FISURA PALPEBRA
Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebra yang
terbuka.Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kanthus
medialis lebih elips dari kanthus lateralis dan mengelilingi lakus lakrimalis. Lakus
lakrimalis terdiri atas dua buah struktur yaitu karunkula lakrimalis, peninggian
kekuningan dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea sebesar-besar yang bermuara ke dalam folikel yang
mengandung rmbut-rambut halus dan plica seminularis.1
SEPTUM ORBITALE
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator
palpebra superior dan tarsus superior; septum orbilae inferius menyatu dengan
tarsus inferior.1
REFRAKTOR PALPEBRA
Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang berasal dari apeks orbita
dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian
yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller
(tarsalis superior). Di palpebra inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus
inferior, yang menulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus
inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis
okuli.Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.Levator dan
muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (n. Trigeminus).2
Pada kelopak terdapat bagaian-bagian :
1. Kelenjar
a. Kelenjar sebasea
b. Kelenjar Moll atau kelenjar keringat
16
c. Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut
dan menghasilkan sebum
d. Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis)
Terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan sebum (minyak).
2. Otot-otot palpebra
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di
bawah kuit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi
menutup bola mata yang dipersarafi N.fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Berorigo pada anulus foramen orbbita dan berinsersi pada tarsus atas
dengan sebagian menembus M.orbikularis okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Gerakan palpebra
1. Menutup
Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M.Levator Palpebra
Superior. M, Rioland menahan bagian belakang palpebra terhadap dorongan
bola mata.
2. Membuka
Kontraksi M. Levator palpebra superior (N.III). M. Muller mempertahankan
mata agar tetap terbuka.2
HORDEOLUM
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena,
timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna
yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss dan Moll.8
ETIOLOGI
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang
disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilokokus).
17
Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul
secara berulang.9
PATOGENESIS
Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam
tarsus.Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan
sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.10
2. Tanda2
Palpebra bengkak, merah sakit dan terdapat tonjolan pada palpebra. Sering disertai
blefaritis, konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran keadaan umum, acne
vulgaris. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa muda.
Gambar.
Hordeulum Internum
KLASIFIKASI
Hordeolum dapat diklasifikasi kepada dua, yaitu:
1. Hordeolum Eksternum
18
Inflamasi akut pada kelenjar Zeiss, kelenjar Moll dengan penonjalan pada margo
palpebra anterior
2. Hordeolum Internum
Inflamasi akut pada kelenjar Meibomm dengan penonjolan ke dalam konjungtiva
tarsalis (tarsus).
PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata
antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral. Urutan penatalaksanaan
hordeolum adalah sebagai berikut :
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin
B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan
selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
- Antibiotika oral, misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Obat
tersebut diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral
hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan
masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum. Obat-obat simptomatis
dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen, Asam mefenamat,
Ibuprofen, dan sejenisnya.13
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal dengan pantokain
tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum
dan dilakukan insisi yang bila :
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan
insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam
kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.7
PROGNOSIS
19
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami
penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan
kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7
KOMPLIKASI
Penyulit dari hordeolum yaitu selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat jarang
palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.6
KESIMPULAN
20
pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah
mata tetap dijaga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gibson, J. Fisiologi dan anatomi modern. Jakarta: EGC Buku kedokteran; 2005. h. 304-8.
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam Oftamologi
umum. Edisi 17. Jakarta : Widya Medika. 2007. Hal 81-82
3. Ilyas,Sidharta. 2014. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata.5th edisi.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 94-6
4. Mitchell, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke-7. Jakarta:
EGC; 2008.h.811.
21
5. Burnside, Thomas J. McGlynn. Diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2005.h.117-
23.
6. James, B. Oftalmologi. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 51-9.
7. Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakiy Mata. Edisi keempat. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta, 2004
8. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta, 1989
9. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley Healt Center. University Of
Illionis. 17th Edition, 1999
10. Ehrenhaus M.P. MD. Hordeolum Treatment, Managemen & Clinical presentation. 2012
11. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta, 2005 : hal. 45-46
12. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan kesatu, Widya Medika, Jakarta,
2000 : Hal. 17-20
13. Kanski JJ. Clinical Ophthalmologi A Synopsis. Butterworth-Heinemann, Boston, 2009.
22