Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 13-09-2004 / 13 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Makassar
No. Register Pasien : 071727
Tanggal Pemeriksaan : 15 November 2017
Pemeriksa : dr. N

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata kanan dan kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poli Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) dengan keluhan
adanya benjolan pada kelopak mata kanan bawah bagian dalam yang dialami sejak
kurang lebih 1 minggu yang lalu dan benjolan pada kelopak mata kiri bawah yang
dialami sejak ± 2 bulan yang lalu. Pada kelopak mata kanan awalnya benjolan kecil
kemerahan yang makin lama makin besar sehingga pasien merasa seperti mengganjal,
benjolan dirasakan nyeri, gatal maupun panas. Pada kelopak mata kiri, awalnya
benjolan yang muncul kecil namun lama-kelamaan dirasakan makin membesar.
Benjolan juga menyebabkan rasa mengganjal namun pasien tidak merasa nyeri, gatal
maupun panas. Pasien tidak merasakan adanya gangguan penglihatan. Mata merah
tidak ada. Air mata berlebih tidak ada. Kotoran mata berlebih tidak ada. Riwayat
keluhan yang sama sebelumnya ada. Riwayat demam disangkal.

1
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat operasi mata sebelumnya : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat menggunakan kaca mata : disangkal
Riwayat dengan keluhan serupa :

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit dengan keluhan serupa di keluarga disangkal

Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat 1 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama dan telah
mengkonsumsi Doksisiklin selama 7 hari dan ®Cendo Xitrol.
.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum: Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital:

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/ menit

Pernapasan : 20 x/ menit

Suhu : 36,8o c

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

KETERANGAN OD OS

2
KEDUDUKAN BOLA MATA  Ortotropia

-  Deviasi Tidak ada Tidak ada

- Gerakan Bola mata

SUPERSILIA

-  Warna Hitam, distribusi normal Hitam, distribusi


normal
-  Simetris Simetris Simetris

PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

- Massa tumor Ada (superior daerah Tidak ada


tarsus) ukuran
±0.3x0.3x0.3 cm, warna
sama kulit sekitar,
Konsistensi keras,
terfiksir, permukaan rata.
-  Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
-  Ekteropion Tidak ada Tidak ada
-  Entropion Tidak ada Tidak ada
-  App Lakrimal Sumbatan (-) Sumbatan (-)

KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR

- Massa Tenang Tenang

-  Hiperemis Tidak ada Ada


-  Edema Tidak ada Ada

KONJUNGTIVA TARSALIS INFERIOR

-  Hiperemis Tidak ada Tidak ada


-  Edema Tidak ada Tidak ada

3
KONJUNGTIVA BULBI

-  Sekret Tidak ada Tidak ada


-  Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
-  Injeksi episklera Tidak ada Tidak ada
-  Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada

SKLERA

-  Warna Putih Putih


-  Ikterik Tidak ada Tidak ada

KORNEA
-  Kejernihan Jernih Jernih
-  Permukaan Rata Rata
-  Infiltrat Tidak ada Tidak ada
-  Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada
-  Sikatrik Tidak ada Tidak ada
-  Ulkus Tidak ada Tidak ada
-  Perforasi Tidak ada Tidak ada
-  Edema Tidak ada Tidak ada

BILIK MATA DEPAN

- Kedalaman Sedang Sedang


-     Kejernihan Jernih Jernih

IRIS

-          Warna Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan


-          Sinekia Tidak ada Tidak ada

PUPIL

-          Letak Sentral Sentral


-          Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
-          Ukuran 3mm 3mm
-    Refleks cahaya + +
langsung

4
-          Refleks cahaya + +
tidak langsung

LENSA

-          Kejernihan Jernih Jernih


-          Letak Sentral Sentral

Keadaan umum : Sakit Ringan/Gizi cukup/Compos Mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36.7o C

III. FOTO KLINIS

5
IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (+) di tarsal Edema (+) di palpebra
inferior inferior
Apparatus lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-),
Bola Mata Normal Normal

Mekanisme
muscular

Kornea Jernih Jernih


Bilik mata depan Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat Bulat
Lensa Jernih Jernih

B. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Tekanan Okular Tn Tn
Nyeri tekan (-) (+)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula pre-aurikular Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan

D. Visus
VOD : 20/20

6
VOS : 20/20

E. Sensitivitas Kornea
Tampak normal pada sensitivitas kornea.

F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.

G. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
BMD Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, isokor, RC (+) Bulat, isokor, RC (+)
Lensa Jernih Jernih

H. Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan

I. Slit Lamp
SLOD : Palpebra edema (+). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea jernih. BMD
normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+).
SLOS : Palpebra edema (+). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea jernih. BMD
normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral, refleks cahaya (+).

J. Pemeriksaan Laboratorium
Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium

K. RESUME
Seorang perempuan berusia 13 tahun datang dengan keluhan benjolan pada kelopak
bawah mata kiri dan pada kelopak mata bawah bagian dalam mata kanan yang
dialami sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Awalnya timbul benjolan kecil
kemerahan yang makin lama makin besar. Benjolan dirasakan nyeri. Pasien tidak
merasakan adanya gangguan penglihatan. Mata merah tidak ada. Air mata berlebih
7
tidak ada. Gatal ada. Kotoran mata berlebih tidak ada. Riwayat keluhan yang sama
sebelumnya ada. Riwayat alergi ada.
Pada pemeriksaan fisis: Pemeriksaan oftalmologis VOS 20/20 VOD 20/20 , tampak
hordeolum pada palpebra inferior oculi sinistra dan pada tarsal inferior oculi dextra,
konjungtiva tidak hiperemis,kornea jernih,BMD normal,iris coklat kripte (+), pupil
isokor, diameter 3mm, lensa jernih,reflek cahaya (+). Pada palpasi palpebra OS
didapatkan nyeri tekan (+).

L. DIAGNOSIS
Hordeolum Internum Oculi Dextra et Sinistra

M. PENATALAKSANAAN
- Edukasi : Menjaga kebersihan mata
- Kompres air hangat
- Sistemik :
Cefadroxil 500 mg/12 jam/oral
Natrium diklofenak 50 mg/12 jam/oral
- Antibiotik topical : Cendo Xitrol salep 3x1 ODS
- Rencana insisi

N. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
- Calazion
- Karsinoma Glandula Sebasea
- Karsinoma Sel Basal

O. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationem : Bonam
Qua ad visum : Bonam
Qua ad kosmeticum : Bonam

8
Diskusi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra yang disebabkan oleh bakteri dari
kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilokokus).6,7 . Diagnosis pada pasien ini
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan
keluhan benjolan pada kelopak bawah mata kiri dan pada kelopak mata bawah bagian dalam
mata kanan. Benjolan ini awalnya kecil berwarna kemerahan dan bengkak. Benjolan ini
kemudian semakin membesar dan disertai nyeri. Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang
mengatakan bahwa hordeolum awalnya hanya berupa benjolan kecil yang berwarna
kemerahan yang makin lama makin membesar disertai nyeri bila ditekan. Benjolan ini
menjadi besar dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman stafilokokus atau
streptokokus.7-9
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya benjolan pada palpebra inferior
okulus sinistra serta pada tarsal inferior oculi dextra. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa hordeolum internum merupakan infeksi pada kelenjar meibom dengan
penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal.8
Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat yang dilanjutkan dengan
pemberian obat salep berupa Cendo Xitrol serta pemberian antibiotic sistemik dan anti
inflamasi. Maksud pemberian kompres hangat yaitu untuk mempercepat peradangan kelenjar
sampai nanah keluar. Sedangkan pemberian antibiotika oral adalah untuk mengobati infeksi
akibat kuman stafilokokus atau streptokokus. Apabila dengan terapi konservatif tidak ada
perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan operatif berupa insisi
untuk mengeluarkan nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan meradang
di dalam kantongnya.
Prognosis pada penderita ini adalah baik, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga
dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.Pada penderita
juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit dan menjaga
kebersihan daerah mata untuk mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya

9
infeksi sekunder.Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau
perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.

10
PENDAHULUAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian atas


maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus.1
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit
infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak
bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa
memandang usia, angka kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah.
Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata
tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.2-5
Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum.Hordeolum eksternum merupakan
infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar
Meibom dengan penonjolan terutama yang terletak di dalam tarsus.1
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada
kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan.Gejala disertai dengan rasa sakit
dan mengganjal dan nyeri bila ditekan.Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk
atau hanya berupa perasaan tidak nyaman.Kadang mata berair dan peka terhadap
sinar.Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan
pembengkakan kelopak mata. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah
dengan mengeluarkan nanah.2,3,5,6
Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom memberikan penonjolan terutama
ke daerah konjungtiva tarsal.Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding
hordeolum eksternum.Hordeolum eksternum tonjolan ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan
kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.1,5
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited). Namun tak jarang
memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal maupun obat
antibiotika sistemik.2,3Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan
fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu
ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.1-3
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan
ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.1

11
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami
penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan
kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI PALPEBRA
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan jaringan fibrosa,
yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra superior
dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi
bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu
dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebra)1.
Struktur palpebra :

12
1. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.
2. Musculus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah musculus orbikularis okuli, berhubungan dengan
lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapi jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah
di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

13
Gambar 1. Anatomi Palpebra

14
Gambar 2. Palpebra Normal

TEPIAN PALPEBRA
Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian ini
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior.1
1. Tepian anterior
Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula
Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel
rambut pada dasar bulu mata.glandula Moll adalah modifikasi kelenjar
keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
2. Tepian posterior
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini
terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal).
3. Punktum lakrimal
Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini
terfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke
sakus lakrimalis.

15
FISURA PALPEBRA
Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebra yang
terbuka.Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kanthus
medialis lebih elips dari kanthus lateralis dan mengelilingi lakus lakrimalis. Lakus
lakrimalis terdiri atas dua buah struktur yaitu karunkula lakrimalis, peninggian
kekuningan dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea sebesar-besar yang bermuara ke dalam folikel yang
mengandung rmbut-rambut halus dan plica seminularis.1

SEPTUM ORBITALE
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator
palpebra superior dan tarsus superior; septum orbilae inferius menyatu dengan
tarsus inferior.1

REFRAKTOR PALPEBRA
Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang berasal dari apeks orbita
dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian
yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller
(tarsalis superior). Di palpebra inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus
inferior, yang menulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus
inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis
okuli.Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.Levator dan
muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (n. Trigeminus).2
Pada kelopak terdapat bagaian-bagian :
1. Kelenjar
a. Kelenjar sebasea
b. Kelenjar Moll atau kelenjar keringat

16
c. Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut
dan menghasilkan sebum
d. Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis)
Terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan sebum (minyak).
2. Otot-otot palpebra
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di
bawah kuit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi
menutup bola mata yang dipersarafi N.fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Berorigo pada anulus foramen orbbita dan berinsersi pada tarsus atas
dengan sebagian menembus M.orbikularis okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Gerakan palpebra
1. Menutup
Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M.Levator Palpebra
Superior. M, Rioland menahan bagian belakang palpebra terhadap dorongan
bola mata.
2. Membuka
Kontraksi M. Levator palpebra superior (N.III). M. Muller mempertahankan
mata agar tetap terbuka.2

HORDEOLUM
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena,
timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna
yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss dan Moll.8

ETIOLOGI
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang
disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilokokus).

17
Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul
secara berulang.9

PATOGENESIS
Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam
tarsus.Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan
sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.10

GEJALA DAN TANDA


1. Gejala11
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi
kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa
ada sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang membengkak,
meskipun kadang seluruh kelopak membengkak. Di tengah daerah yang membengkak
seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong
nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.

2. Tanda2
Palpebra bengkak, merah sakit dan terdapat tonjolan pada palpebra. Sering disertai
blefaritis, konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran keadaan umum, acne
vulgaris. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa muda.

Gambar.
Hordeulum Internum

KLASIFIKASI
Hordeolum dapat diklasifikasi kepada dua, yaitu:
1. Hordeolum Eksternum

18
Inflamasi akut pada kelenjar Zeiss, kelenjar Moll dengan penonjalan pada margo
palpebra anterior
2. Hordeolum Internum
Inflamasi akut pada kelenjar Meibomm dengan penonjolan ke dalam konjungtiva
tarsalis (tarsus).

PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata
antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral. Urutan penatalaksanaan
hordeolum adalah sebagai berikut :
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin
B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan
selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
- Antibiotika oral, misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Obat
tersebut diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral
hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan
masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum. Obat-obat simptomatis
dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen, Asam mefenamat,
Ibuprofen, dan sejenisnya.13
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal dengan pantokain
tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum
dan dilakukan insisi yang bila :
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan
insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam
kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.7

PROGNOSIS

19
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami
penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan
kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

KOMPLIKASI
Penyulit dari hordeolum yaitu selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat jarang
palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.6

KESIMPULAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum


biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata. Hordeolum
terbagi atas hordeolum internum (glandula Meibom) dan ekstrenum (glandula Zeiss atau
Moll). Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum biasanya
berukuran lebih besar dibanding hordeolum ekternum. Hordeolum umumnya sembuh sendiri
dan dapat diberi hanya kompres hangat. Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan

20
pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah
mata tetap dijaga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gibson, J. Fisiologi dan anatomi modern. Jakarta: EGC Buku kedokteran; 2005. h. 304-8.
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam Oftamologi
umum. Edisi 17. Jakarta : Widya Medika. 2007. Hal 81-82
3. Ilyas,Sidharta. 2014. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata.5th edisi.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 94-6
4. Mitchell, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke-7. Jakarta:
EGC; 2008.h.811.

21
5. Burnside, Thomas J. McGlynn. Diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2005.h.117-
23.
6. James, B. Oftalmologi. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 51-9.
7. Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakiy Mata. Edisi keempat. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta, 2004
8. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta, 1989
9. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley Healt Center. University Of
Illionis. 17th Edition, 1999
10. Ehrenhaus M.P. MD. Hordeolum Treatment, Managemen & Clinical presentation. 2012
11. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta, 2005 : hal. 45-46
12. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan kesatu, Widya Medika, Jakarta,
2000 : Hal. 17-20
13. Kanski JJ. Clinical Ophthalmologi A Synopsis. Butterworth-Heinemann, Boston, 2009.

22

Anda mungkin juga menyukai