Anda di halaman 1dari 20

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN

PELATIHAN PENGELOLAAN BIJI SALAK MENJADI


KOPI DI DESA KAMONGAN KECAMATAN
SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG

PROPOSAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas :

Mata Kuliah : Pemberdayaan Masyarakat

Dosen Pengampu : Sugih Wijayanti, S.Kep., Ners.,


M.Kes

Disusun Oleh:

Gita Cahyani P1337420619101

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KEMENKES SEMARANG


TAHUN AJARAN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak

dikonsumsi oleh penduduk Indonesia karena memiliki rasa, aroma dan warna

yang khas. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mencatat bahwa konsumsi

kopi orang Indonesia terus naik 36 persen sejak tahun 2010 hingga 2014. Menurut

data AEKI, pada 2010 konsumsi kopi Indonesia mencapai 800 gram per kapita

dengan total kebutuhan kopi mencapai 190 ribu ton. Sedangkan pada 2014,

konsumsi kopi Indonesia telah mencapai 1,03 kilogram per kapita dengan

kebutuhan kopi mencapai 260 ribu ton.

Dalam bidang kesehatan 1 dekade yang lalu, kopi sering dikenal sebagai

penyebab penyakit darah tinggi, maag, dan penyakit jantung sehingga banyak

orang takut dan tidak mau minum kopi. Hal ini terjadi karena adanya kandungan

kafein pada minuman kopi (Yusdiali, 2008).

Pada saat ini beberapa orang memanfaatkan limbah salak sebagai bahan

untuk kerajinan, seperti pemanfaatan kulit salak untuk industri keramik.

Sedangkan, Aji dan Kurniawan (2012) memanfaatkan biji salak sebagai adsorben.

Namun selain itu, limbah buah salak dimanfaatkan sebagai minuman yang

diklaim memiliki efek kesehatan bagi tubuh seperti penyakit asam urat, karena

adanya kandungan antioksidan dalam biji salak (Yusdiali, 2008). Selain itu
minuman bubuk biji salak ini memiliki rasa, aroma, dan warna yang hampir sama

dengan minuman bubuk kopi pada umumnya.

Salak merupakan salah satu komoditas buah asli dari Indonesia. Dari data

Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2013) hasil produksi salak di

Indonesia pada tahun 2010-2012 berturut-turut adalah sebagai berikut 749.876

ton, 1.082.115 ton, dan 1.035.406 ton.

Buah salak menjadi komoditas yang melimpah dan bisa dengan mudah

ditemui di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Hal itu lantaran sebagian

besar warga di wilayah tersebut adalah petani salak, khususnya salak pondoh.

Kondisi tersebut yang kemudian membuat warga Dusun Nganggrung, Desa

Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang untuk berinovasi demi

meningkatkan harga jual salak. Mereka kemudian meluncurkan destinasi

kampung wisata olahan salak (Pawon Salak). Namun akibat hal tersebut, banyak

limbah salak dimana-mana dan menjadikan lingkungan kotor sehingga mudah

menjadi tempat bersarangnya kuman ataupun vektor penyebab penyakit. Hal ini,

didukung juga oleh laporan beberapa tahun terakhir bahwa di daerah tersebut

penduduknya sering terkena DBD maupun Malaria. Salah satu limbah dari buah

salak ini adalah terletak pada bijinya, dimana masyarakat setempat belum bisa

mengolah biji salak tersebut sehingga dibiarkan terbengkalai.

Oleh karena itu, berdasarkan paparan diatas mendorong penulis untuk

melakukan pelatihan terkait pengolahan biji salak tersebut salah satunya menjadi

kopi. Disamping dapat meningkat pendapatan masyarakat, juga dapat mengurangi


limbah yang ada dilingkungan, dan tentunya produk tersebut memberikan dampak

baik bagi kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis dengan metode wawancara

kepada beberapa tokoh masyarakat dan kader kesehatan, terkait dengan dampak

limbah yang disebabkan industri salak tersebut dan cara penangulangan yang

sudah dilakukan. Hasil akhir diperoleh bahwa sebagian besar masyarakat Dusun

Nganggrung, belum mengetahui cara pengolahan limbah biji kopi dan diperlukan

pelatihan.

Dengan fenomena tersebut, maka dapat dirumuskan masalah “Bagaimana

pelatihan pengelolaan limbah biji salak menjadi produk kopi di Desa

Kamongan?”.

1.3 Tujuan Program

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari pemberdayaan masyarakat ini adalah melatih masyarakat setempat

dalam pengelolaan limbah biji salak menjadi produk kopi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Memberikan informasi terkait pengelolaan limbah biji salak yang dapat

dijadikan produk kopi, sekaligus dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

1.3.2.2 Meningkatkan keterampilan masyarakat melalui pelatihan dalam

pengelolaan limbah biji salak.


1.3.2.3 Menjadikan limbah biji salak memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi

yang lebih tinggi.

1.4 Luaran yang Diharapkan

Adapun luaran yang diharapakan dengan berlangsungnya pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan pengelolaan limbah biji salak di Desa Kamongan,

Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang sebagai berikut :

1.4.1 Terciptanya produk baru yakni kopi dari biji salak yang dapat menjadi nilai

tambah ekonomi masyarakat dan nilai tambah bagi destinasi Kampung Wisata

Olahan Salak.

1.4.2 Meningkatkan kreativitas, keterampilan dan produktifitas masyarakat dalam

mengelola hasil perkebunan buah salak dan menambah nilai kearifan lokal.

1.4.3 Mengurangi dampak pencemaran atau penumpukan limbah biji salak di

lingkungan sekitar sehingga mengurangi vektor penyakit seperti DBD.

1.5 Kegunaan Program

1.5.1 Kegunaan Program untuk Khalayak (Masyarakat)

Dalam bidang ekonomi, pengelolaan limbah biji salak ini menjadi kopi

dapat menambah daya jual dan memberikan pemasukan tambahan bagi

masyarakat setempat. Serta mengembangkan jiwa wirausaha dan kemandirian di

masyarakat.

Dalam perkembangan IPTEK, pengelolaan limbah biji salak ini dapat

menjadi penemuan terbaru dan menjadi produk unik, dimana produk kopi yang
dihasilkan memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan mengatasi Asam Urat,

mencegah Hipertensi, meningkatkan kinerja otot, menambah tenaga,

meningkatkan kecerdasan, dan melancarkan sistem pencernaan. Disamping itu di

bidang kesehatan dan lingkungan, dengan adanya pengelolaan limbah biji salak

ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan tentunya dapat mengurangi

berkembangnya vektor penyakit seperti mengurangi penjalaran sarang nyamuk.

1. 5.2 Kegunaan Untuk TIM PKM

Sebagai mahasiswa dapat menambah pengetahuan secara luas dan

pengalaman terutama dalam hal memberdayakan masyarakat serta terjun langsung

ke lapangan. Disamping itu, juga dapat mendorong kreativitas mahasiswa dan

memadukannya dengan kreativitas masyarakat setempat. Selanjutnya, dengan

adanya pemberdayaan ini dapat memudahkan mahasiswa atau TIM PKM dalam

menggali kearifan lokal yang ada dimasyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran

Buah salak menjadi salah satu komoditas hasil perkebunan di Kecamatan

Srumbung, Kabupaten Magelang. Di daerah ini buah salak dapat ditemui

dimana-mana terutama salak pondoh. Berbekal kemauan masyarakat dan

potensi salak yang melimpah tersebut, masyarakat berinovasi meluncurkan

destinasi “Kampung Wisata Olahan Salak” atau lebih dikenal dengan Pawon

Salak. Destinasi wisata baru ini tidak hanya menawarkan beragam olahan buah

salak, namun juga paket wisata homestay. Paket wisata homestay ini meliputi

banyak kegiatan, antara lain tour petik buah salak, cara pembuatan aneka

makanan berbahan baku salak, hingga outbond.

Ada beragam produk olahan yang dihasilkan oleh warga dari buah salak.

Seperti jenang, dawet salak, gudeg salak, gethuk, geplak, bakpia, dodol, asinan,

minuman sari salak, dan lainnya. Sampai saat ini, rata-rata warga bisa

mengolah minimal 50-60 kilogram salak untuk dijadikan produk makanan,

setiap harinya. Namun, dengan adanya berbagai produk olahan tersebut

membuat limbah dari buah salak meningkat seperti biji salak yang tidak

terpakai. Sehingga, penumpukan tersebut mempermudah vektor penyakit

bersarang dimana-mana. Berdasarkan laporan, kader kesehatan setempat

bahwa dengan adanya limbah tersebut membuat banyak nyamuk bersarang dan

daerah ini beberapa tahun ke belakang sering terkena penyakit DBD dan
malaria. Oleh karena itu, pemanfaatan buah salak dari kulit, daging buah dan

biji salak harus dimanfaatkan dengan baik agar tidak menimbulakan sisa.

Tetapi, disayangkan untuk pemanfaatan biji salak masyarakat masih belum

mengetahui bagaimana cara mengolahnya. Adapun solusi yang ditawarkan,

guna dalam pemecahan masalah tersebut yakni dengan adanya pengolahan biji

salak menjadi suatu yang berguna dan memiliki nilai jual tinggi seperti

menjadikannya produk kopi yang unik dan masih jarang di pasaran. Kegiatan

ini disalurankan dalam suatu wadah pelatihan pemberdayaan masyarakat di

daerah Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung,

Kabupaten Magelang.
BAB III

METODOLOGI

3.2 Metode Pelaksanaan Program

Adapun metode yang dilakukan dalam pelaksanaan program pemberdayaan ini,

meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

3.2.1 Proses Pendampingan

3.2.1.1 Inkulturasi

Inkulturasi merupakan tahapan awal dalam melakukan pemberdayaan

masyarakat dimana melakukan observasi langsung ke tempat sasaran yang

akan dilaksanakan pendampingan. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu

pertama melihat kondisi dan lingkungan sekitar, serta memperhatikan kegiatan

warga sekitar. untuk menggali informasi dilakukan wawancara dengan warga

setempat. Kemudian, ikut membaur atau berpartisipasi dalam kegiatan warga

agar lebih mengenal kondisi lingkungan sekitar. Setelah dilakukan pendekatan

dengan warga setempat, selanjutnya melakukan pendekatan dengan objek yang

akan menjadi fokus pendampingan. Serta menetapkan beberapa informan atau

pihak-pihak yang akan membantu dalam melengkapi data. Pihak-pihak yang

akan ikut proses pendampingan adalah :

A. Pemerintah Desa

Pada tahap ini dilakukan advokasi dimana pendekatan kepada para

pimpinan atau pengambil keputusan agar dapat memberikan dukungan

kemudahan, perlindungan pada upaya pembangunan masyarakat.


Pemerintah atau perangkat desa akan mengikuti proses pendampingan

dimana sebagai pemberi dan penyelenggara kebijakan. Disamping itu,

pemerintah desa juga berperan penting dalam pemberian izin terhadap

kegiatan yang akan dilakukan pada masyarakat setempat. Hal ini,

ditempuh dengan jalan advokat yakni memberi surat kepada perangkat

Desa Kamongan.

1. Tokoh Masyarakat

Para tokoh masyarakat disini antara pelaksana program dengan

masyarakat (Penerima program). Hal ini bertujuan guna

mensosialisasikan program-program yang akan dilaksanakan, agar

masyarakat mau menerima dan berpasitipasi dalam program tersebut.

Tokoh masyarakat tersebut diikutsertakan dalam proses

pendampingan, yakni Bapak Urip sebagai pelopor adanya destinasi

Pawon Salak, Ibu Suti sebagai ketua PKK yang membawahi ibu-ibu

pembuat olahan buah salak.

2. Pemuda ataupun Pemudi Desa Kamongan

Pada tahap ini dilakukan kerjasama dengan para pemuda/pemudi

yang tergabung dalam kelompok Karang Taruna Desa Kamongan.

Peran para generasi muda ini sangat penting dalam proses

pemberdayaan masyarakat, dikarenakan karena mereka lah yang akan

menjadi penerus pengolahan buah salak kedepannya. Untuk itu disini,

dilakukan metode FGD (Foccus Grup Discussion) atau diskusi

kelompok terarah.
B. Pembuatan Kelompok

Setelah dilakukan identifikasi masalah, dan melakukan advokasi

dengan berbagai pihak terkait. Dilanjutkan dengan pembentukan

kelompok kerja, dimana disini dilibatkan para pemuda maupun pemudi

serta beberapa ibu dan bapak selaku pengolah buah salak untuk

mengikuti pelatihan pendampingan terkait pengolahan biji salak.

Kemudian, sesudah diberi pelatihan tersebut diharapkan ilmu yang

didapat diterapkan dan diajarkan pada masyarakat pembuat olahan buah

salak lebih luasnya. Adapun anggota-anggota yang mengikuti kelompok

tersebut adalah :

No Nama Usia

.
1. Ochid 43 tahun
2. Euis 37 tahun
3. Rohmah 35 tahun
4. Gavin 25 tahun
5. Akram 25 tahun
6. Jino 24 tahun
7. Kisya 22 tahun
8. Elana 19 tahun
9. Imelda 20 tahun
10. Anha 23 tahun

3.3 Jadwal Kegiatan Program

Adapun jadwal program pelatihan pengolahan biji salak ini dilaksanakan

selama 8 kali pertemuan, dalam 4 minggu ( 2 kali pertemuan/1 minggu) yakni

hari sabtu dan minggu. Untuk rentetan jadwal dari mulai tahap perencanaan
sampai dengan evaluasi berjumalah delapan minggu (± 2 bulan). Untuk jadwal

secara terperinci terlampir.

3.4 Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok

Kelompok kerja terdiri dari empat laki-laki dan enam perempuan, dimana

tiga orang pengelola olahan salak di Pawon Salak, dan tujuh orang lagi

merupakan pemuda dan pemudi dari tempat yang berbeda. Susunan kelompok

kerja ini, terdiri dari satu ketua kelompok serta satu wakil ketua kelompok, dan

delapan orang lagi sebagai anggota. Untuk nama dan biodata kelompok

terlampir.

3.5 Nama dan Biodata Dosen Pendamping

Nama Sugih Wijayanti, S.Kep., Ners., M.Kes


NIP 197508171998032001
Tempat Tanggal Lahir -
Alamat -
Email sugihwijayasam@gmail.com
No.Telp -

3.6 Anggaran Biaya

Untuk anggaran biaya dalam program pelatihan ini, dibutuhkan biaya

untuk penyediaan peralatan penunjang, bahan-bahan yang akan digunakan,

beserta akomodasi sarana dan prasarana selama pendampingan berlangsung

(Rincian Biaya terlampir). Biaya berasal dari sumber dana yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, B.K. dan Kurniawan, F. 2012. Pemanfaatan Serbuk Biji Salak (Salacca

zalacca) Sebagai Adsorben Cr (VI) dengan Metode Batch dan Kolom.

Jurnal Sains Pomits, I(1):1-6

Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Statistik

Produksi Hortikultura Tahun 2014. Jakarta : Kementerian Pertanian.


Yusdiali, W. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Penyangraian Terhadap Tingkat

Kadar Air dan Keasaman Kopi Robusta. Jurnal. Universitas Hasanuddin.

Makassar.

http://hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/02/Statistik diakses

pada tanggal 18 Oktober 2019


LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Pembuatan Biji Salak Menjadi Produk Kopi


Lampiran 2. Pembagian Jadwal Kegiatan Program

No. Kegiatan Minggu ke-


1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pengkajian

- Menentukan Sasaran √

- Observasi tempat √

- Wawancara √

- Advokasi √
2. Perumusan Masalah

- Mengolah Permasalahan √

- Meprioritaskan masalah √

- Mencari solusi permasalahan √

3. Perencanaan Kegitan

- Pembuatan Proposal √
4. Pelaksanaan Kegiatan (Program

pelatihan pengolahan biji salak) √ √ √ √


5. Evaluasi Kegiatan

- Evaluasi Kegiatan program √

- Penyusunan Laporan Akhir √

Lampiran 3. Rincian Jadwal Pelatihan Pengolahan Biji Salak Menjadi Kopi

No. Waktu Kegiatan


1. ± 5 menit Pembukaan :

1. Memberi salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan program


4. Melakukan kontrak waktu
2. Pelaksanaan :

10 menit 1. Pemberian materi tentang pengolahan biji salak

menjadi kopi.

20 menit 2. Mendemonstrasikan pengolahan biji salak

menjadi kopi.

20 menit 3. Mempersilahkan kelompok kerja mempraktekan

ulang materi yang disampaikan.


3. ± 5 menit Penutupan Kegiatan

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Program pelatihan dilaksanakan pada :

Minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-7.

Tempat : Balai Desa Kamongan

Waktu : 09:00-10:00 WIB setiap hari Sabtu dan Minggu.

Lampiran 4. Nama dan Biodata Anggota Kelompok

No. Nama Usia Alamat Jabatan Pekerjaan No.Hp


1. Ochid 43 tahun Dsn. Ketua Wiraswasta 08122364897

Nganggrung
2. Euis 37 tahun Dsn. Anggota Tidak bekerja 082778617902

Nganggrung
3. Rohmah 35 tahun Dsn. Hilir Anggota Tidak bekerja 089736455989
4. Gavin 25 tahun Dsn. Wakil Ketua Wiraswasta 087665439048

Tonggoh
5. Akram 25 tahun Dsn. Anggota Wiraswasta 083645378832

Pabuaran
6. Jino 24 tahun Dsn. Anggota Wiraswasta 089383849229

Cintasari
7. Kisya 22 tahun Dsn. Anggota Karyawan 0837465738202

Cintasari
8. Elana 19 tahun Dsn. Anggota Tidak bekerja 085638729273

Pabuaran
9. Imelda 20 tahun Dsn. Hilir Anggota Tidak bekerja 081028938477
10. Anha 23 tahun Dsn. Anggota Karyawan 082748493849

Tonggoh

Lampiran 5. Daftar Anggaran Biaya

No. Keterangan Volume Harga satuan Jumlah

Bahan Habis Pakai

1 Gula 10 Kg Rp. 9.500,. Rp. 95.000,.

2 Gas 36 Kg Rp. 6.250,. Rp. 225.000,.

Peralatan penunjang PKM

1. Kompor gas 3 Buah Rp. 200.000,. Rp. 600.000,.

2. Pesangrai 3 Buah Rp. 30.000,. Rp. 90.000,.

3. Tempat penjemuran 5 Buah Rp. 10.000,. Rp. 50.000,.

3 Tumbukan/Lesung sedang 3 buah Rp. 200.000,. Rp. 600.000,.

4 Toples 15 Buah Rp. 2000,. Rp. 30.000,.


Sarana dan Prasarana

1. Transportasi menuju tempat 8 Kali Rp. 50.000,. Rp. 400.000,.


PKM

Jumlah Rp. 2.090.000,.

Anda mungkin juga menyukai