Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH “ PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan 1

Dosen Pembimbing : Subaki S.E.,Ak.,M.M.

Disusun oleh :

Fina Kartika (1702015027)

Fira Fitryani (1702015088)

Dinda Astati Putri (1702015090)

5U Akuntansi

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’alaa karena


dengan izin-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ Penerimaan
Perikatan dan Perencanaan Audit”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak dan beberapa referensi buku, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik kepada pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah “ Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit”
ini.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, dan
kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat positif untuk pembaca.

Jakarta, 22 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembahasan .......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2
2.1 Tahapan Audit Atas Laporan Keuangan .......................................... 2
2.2 Tahapan Penerimaan Perikatan Audit .............................................. 4
2.3 Perencanaan Audit ........................................................................... 8
2.4 Pengujian Audit ............................................................................... 13
BAB III PENUTUPAN .................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada
perusahaaan yang telah diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil maka audit
cukup dilakukan oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang
relatif tidak begitu lama, dan dengan honorarium audit yang tidak begitu besar. Namun
berbeda pada perusahaan besar dengan ratusan anak perusahaan, maka dibutuhkan
auditor dengan jumlah yang banyak dan waktu pengerjaannyapun membutuhkan waktu
yang tidak sebentar bahkan hingga berbulan-bulan dan honorarium audit yang sangat
tinggi.
Sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu
mempertimbangkan apakah ia akan menerima perikatan audit (audit engagement) dari
calon kliennya. Jika auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari calon
kliennya, ia akan melaksanakan audit dalam beberapa tahap. Dalam bab ini diuraikan
secara garis besar tahap-tahap audit atas laporan keuangan, dan diuraikan secara rinci
tentang penerimaan perikatan audit dan perencanaan audit.
Menerima suatu penugasan auditor harus memastikan bahwa penugasan tersebut
akan dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar
auditing. Sedangkan untuk penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan
yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa rumusan masalah, antara
lain :
1.      Bagaimana tahapan audit atas laporan keuangan ?
2.      Bagaimana tahapan penerimaan perikatan audit ?
3.      Bagaimana perencanaan audit dan pengujian audit ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan mengenai tahapan audit atas laporan keuangan.
2. Mengetahui tahapan penerimaan perikatan audit.
3. Mengetahui perencanaan audit dan pengujian audit.

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tahapan Audit Atas Laporan Keuangan


1. Penerimaan Perikatan Audit
Maksud dari perikatan ini adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan
suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, seorang clien yang memerlukan jasa
auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian
tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan
auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi
profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon clien
atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari clien berulang. Dalam
tahap penerimaan perikatan audit ini memiliki beberapa langkah yang perlu
dipertimbangkan seperti mengevaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi keadaan
khusus dan risiko, menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit, menilai
independensi, menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan kecermatan dan keseksamaan serta membuat surat perikatan audit.
2. Perencanaan Proses Audit

Tahapan audit laporan keuangan selanjutnya adalah merencanakan audit.


Dimana dalam merencanakan audit tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan
seperti memahami bisnis dan induustri clien yang akan memberikan panduan tentang
sumber informasi untuk pihak auditor sendiri. Melaksanakan prosedur analitik yang
mencakup pada indentifikasi perhitungan atau perbandingan yang harus dibuat dan
melaksanakannya, menganalisa data dan mengidentifikasi perbedaan yang signifikan
dan mengevaluasinya, menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap
perencanaan audit serta mempertimbangkan tingkat materialitas awal. Selain itu, pada
tahap perencanaan proses audit disini perlu juga mempertimbangkan tingkat laporan
keuangan dan tingkat saldo akun untuk mendukung proses audit. Selain itu perencanaan

3
proses audit juga perlu melakukan pertimbangan risiko yang mungkin terjadi pada
tahapan audit laporan keuangan seperti risiko dari perencanaan audit, pemahaman dan
pengujian pengendalian intern, penaksiran risiko pengendalian, dan lain sebagainya.
Kemudian hal lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah terkait faktor yang
memberikan pengaruh pada saldo awal, dan bagaimana mengembangkan strategi audit
awal terhadap asersi signifigkan, serta perlunya memahami pengendalian intern pada
client. Dengan begit audit laporan keuangan pun dapat dibuat dengan perencanaan yang
sesuai dan tepat.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Pada tahapan audit laporan keuangan yang ketiga ini memiliki beberapa langkah
yang harus dilakukan dalam proses pengujian. Langkah tersebut adalah pengujian
analitik, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif. Pada pengujian analitik ini
dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audit dengan mempelajari perbandingan
dan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain agar membantu auditor untuk
memahami bisnis clien serta menemukan bidang dalam bisnis tersebut yang sekiranya
memerlukan audit yang lebih intensif. Kemudian untuk pengujian pengendalian disini
merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian
intern klien, terutama frekuensi, mutu dan karyawan dalam melaksanakan aktivitas
pengendalian yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk pengujian substantif merupakan
prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan yang secara
langsung memberikan pengaruh ada pembuatan laporan keuangan yang lebih tepat.
4. Pelaporan Audit
Pada tahapan audit laporan keuangan terkait dengan pelaporan hasil audit disini
merupakan bagian akhir. Laporan audit sendiri merupakan media yang digunakan oleh
pihak auditor dalam melakukan komunikasi dengan pihak eksternal disekitarnya.
Dimana pada laporan audit harus memiliki kejelasan informasi yang disajikan seperti
misalnya jenis jasa yang diberikan oleh auditor, object yang diaudit, lingkup audit yang
dilaksanakan, tujuan audit dan rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki
kekurangan yang ada, rencana yang akan digunakan untuk tahapan selanjutnya, dan lain

4
sebagainya. Sehingga dengan melakukan pelaporan terkait audit yang dilakukan maka
secara otomatis akan mampu berdampak positif pada proses penyusunan laporan
keuangan.

2.2 Tahapan Penerimaan Perikatan Audit


1. Mengevaluasi Integritas Manajemen
Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah :
a. Melakukan komunikasi dengan auditor terdahulu
Sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor pengganti harus coba
melaksanakan komunikasi tentang berikut ini:
 Meminta keterangan pada auditor pendahulu mengenai masalah-
masalah yang spesifik, antara lain mengenai fakta yang mungkin
berpengaruh terhadap integritas manajemen yang menyangkut
ketidaksepakatan dengan manajemenmengenai penerapan prinsip
akuntansi, prosedur audit, atau soal-soal signifikan serupa dan tentanga
pendapat auditor pendahulu mengenai alsan klien dalam penggantian
auditor.
 Menjelaskan kepada calon klien tentang perlinya auditor pengganti
mengadakan komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta
persetujuan dari klien untuk melaksanakan hal tersebut.
 Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang diberikan oleh Auditor
pendahulu harus memberikan jawaban dengan segera dan lengkap atas
pertanyaan yang masuk akal  dari auditor pengganti, atas dasar-dasar
fakta yang diketahuinya.
b. Meminta keterangan pada pihak ketiga
Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dengan meminta
keterangan kepada penasihat hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam
masyarakat keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon
klien.

5
c. Melakukan review terhadap pengalaman auditor dimasa lalu dalam berhubungan
dengan klien yang bersangkutan.
Dalam hal auditor mempertimbangkan akan melanjutkan atau
menghentikan hubungan dengan klien dalam perikatan audit, auditor harus
secara seksama mempertimbangkan pengalamannya masa lalu dalam hubungan
dengan klien dalam perikatan audit.

2.      Mengidentifikasi Keadaan Khusus dari Risiko Luar Biasa

Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi


khusus dan risiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan
perikatan audit dari calon klien dapat diketahui dengan cara :

1) Mengidentifikasi pemakaian laporan audit


2) Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal dimasa
depan
3) Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon
klien diaudit.

3.     Menentukan Kompetensi Untuk Melaksanakan Audit

 Mengidentifikai tim audit

Tim audit terdiri dari:

a) Seorang patner yang akan bertanggungjawab terhadap penyelesaian


keseluruhan perikatan audit
b) Satu atau lebih manajer, yang akan mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan program audit
c) Staff asisten, yang melaksanakan berbagai prosedur audit yang
diperlukan dalam pelaksanaan program audit.
 Mempertimbangkan kebutuhan konsultasi dan penggunaan spesialis

Dalam mempertimbangkan perikatan audit dari calon klien, auditor


kemungkinan akan menghadapi masalah berikut ini, yang
mungkinmemerlukan pekerjaan spesialis:

6
a) Penilaian (misalnya karya seni, obat-obatan khuus dan restricted
securities)
b) Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang
tersedia (misalnya cadangan mineral,atau tumpukan bahan baku yang
ada di gudang)
c) Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau
metode khusus (misalnya beberapa perhitungan actuarial)
d) Penafsiran persaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya
pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau
hak atas property)
4. Menilai Independensi

Sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan


bahwa setiap professional yang menjadi anggota tim  auditnya diragukan.

5. Menentukan Kemepuan Untuk Menggunakan Kemehiran Profesionalnya


Dengan Kecermatan Dan Keseksamaan.

Kecermatan dan keseksamaan pengguanaan kemahiran professional


auditorditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan
dan melaksanakan audit

 Penentuan waktu pelaksanaan

Umumnya waktu enam sampai dengan Sembilan bulan merupakan


jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanakan sexara
sekama pekerjaan audit, sehingga idealnya waktu perikatan audit sudah
diterima oleh auditor enam sampai dengan Sembilan bulan sebelum
akhir tahun buku klien.

 Pertimbangan jadwal pekerjaan lapangan

Biasanya auditor menggolongkan jadwal pelaksanaan jadwal lapangan


kedalam dua kelompok berikut ini:

7
a) Pekerjaan interim (interim work)yang merupakan pekerjaan
lapangan yang dilaksanakan auditor tiga sampai empat bulan
sebelum tanggal neraca.
b) Pekerjaan akhir tahun (year-end ledger) yang merupakan
pekerjaan lapangan yang dilaksanakan auditor beberapa minggu
sebelum tanggal neraca sampai sampai tiga bulan setelah
tanggal neraca
 Pemanfaatan personel klien

Pemanfaatan hasil pekerjaan audit intern akan berdampak terhadap:

a) Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian


intern
b) Pengujian pengendalian
c) Pengujian substantive

Personel klien juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai perikatan


berikut ini :

a) Pembuatan daftar saldo akun buku besar


b) Rekonsiliasi akun control dalam buku besar dengan akun buku
pembantu yang bersangkutan
c) Pembuatan daftar umur piutang
d) Pembuatan daftar polis asuransi yang berlaku, piutang wesel dan
penambahan dan pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang
diaudit
6. Membuat Surat Perikatan Audit

Isi pokok urat peeikatan audit

1) Tujuan audit atas laporan keuangan


2) Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
3) Lingkup audit
4) Bentuk laporan atau bentuk komuninikasi lain yang akan digunakan oleh
auditor untuk menyampaikan hasil perikatan

8
5) Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan
kecurangan materi tidak akan terdeteksi
6) Pengaruh reproduksi laporan keuangan auditan
7) Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang
kelemahan signifikan dalam pengendalian intern yang ditemukan auditor
dalam auditnya
8) Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang
diharuskan dalam kaitannya dengan audit
9) Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan
pengaturan penagihannya

2.3 Perencanaan Audit

Perencanaan audit adalah prosedur-prosedur yang dilakukan setelah proposal


disetujui atau perikatan audit telah ditandatangani dan merupakan jembatan untuk
pekerjaan pengujian. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Adapun tujuh tahap yang harus
ditempuh oleh auditor dalam melaksanakan auditnya :

1) Memahami Bisnis dan Industri Klien


Informasi yang harus diperoleh dalam rangka pengetahuan tentang bisnis
yang diharapkan meliputi:
a. Kondisi ekonomi secara umum
b. Industri dimana klien berusaha
c. Rasio-rasio keuangan rata-rata industri
d. Entitas klien
e. Karakteristik penting kepemilikan dan manajemen: struktur korporasi,
pemilik, struktur permodalan, dewan komisaris, manajemen dan fungsi
audit intern
f. Bisnis entitas: produk, pasar, pemasok, sumber pembiayaan, dan
operasi
g. Kinerja keuangan (prosedur analitik)

9
h. Lingkungan pelaporan
i. Peraturan perundangan yang terkait
j. Kebijakan dan prosedur akuntansi
k. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan nama auditornya
l. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan
manajemen
m. Kasus hukum yang sedang dihadapi

2) Memahami dan Menilai Struktur Pengendalian Intern


Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan berikut ini :
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Tujuan pemahaman terhadap pengendalian intern adalah untuk
merencanakan audit. Pemahaman atas pengendalian intern meliputi
pemahaman atas desain pengendalian yang relevan dengan audit atas
laporan keuangan dan pemahaman atas operasi pengendalian intern.
Pengetahuan tersebut harus digunakan untuk:
a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial dan kecurangan yang
mungkin   mempengaruhi laporan keuangan
b. Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko
salah saji material
c. Mendesain pengujian substantif
Kesimpulan atas efektifitas struktur pengendalian intern
harus meliputi hal-hal berikut ini:
Penilaian menyeluruh atas struktur pengendalian intern klien dan sikap tim
terhadap pengendalian, yaitu:

10
a. Pengendalian intern memadai dan tim akan menguji pengendalian
tersebut (rely on control)
b. Pengendalian intern memadai tetapi tim tidak akan menguji
pengendalian karena lebih efektif langsung melakukan pengujian
substanti
c. Pengendalian intern tidak memadai dan tim tidak mengandalkan pada
pengendalian intern
d. Penilaian atas risiko kecurangan (risk of fraud)
e. Tindak lanjut yang diperlukan apabila ditemukan kemungkinan risiko
audit yang tidak bisa ditanggulangi oleh pengendalian intern klien.

3) Menentukan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji Yang Bisa Diterima
Materialitas adalah besarnya nilai yang jika dihilangkan atau salah
saji informasi akuntansi yang dapat mengakibatkan perubahan atau
berpengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan prosentase salah saji terhadap:
a. Laba bersih sebelum pajak
b. Total aktiva
c. Total aktiva lancar
d. Total ekuitas pemegang saham
Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji, misalnya:
a. Kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum
b. Kemungkinan terjadinya ketidakberesan
c. Intensitas kesalahan yang tinggi
d. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank
(covenant) yang mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa
rasio keuangan pada tingkat minimum tertentu
e. Adanya gangguan dalam trend laba

11
Dalam perencanaan audit, tim harus menetapkan materialitas pada dua
tingkat yaitu Tingkat laporan keuangan (materialitas awal) dan Tingkat
saldo akun (salah saji yang bisa diterima/tolerable error).

Penentuan materialitas awal biasanya didasarkan dari sudut pandang


pemakai laporan keuangan. Selain itu, materialitas awal juga dipengaruhi
pengalaman tim audit terhadap salah saji yang ditemukan pada audit
tahun-tahun sebelumnya (jika audit berulang).

4) Menentukan Tingkat Risiko Audit Awal


Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas
suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Jenis-jenis
risiko:
a. Risiko audit yang dapat diterima adalah suatu ukuran seberapa besar
auditor menerima salah saji material dalam laporan keuangan setelah
audit diselesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah
dikeluarkan
b. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
terkait
c. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam
suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh struktur pengendalian intern entitas.
d. Risiko deteksi adalah risiko yang timbul sebagai akibat auditor tidak
dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

5) Melakukan Komunikasi Dengan Auditor Lain


Komunikasi dengan auditor lain tergantung dari posisi KAP,
sebagai auditor utama atau sebagai auditor lain. Apabila bertindak sebagai

12
auditor lain dan menerima instruksi dari auditor utama, KAP wajib
menjawab setiap pertanyaan auditor lain.

Hal-hal yang harus dikomunikasikan meliputi :

 Petunjuk audit
 Jadwal penyerahan laporan-laporan yang diinginkan dari auditor lain
 Pernyataan independen dari auditor lain
  Rencana audit yang disusun oleh auditor lain
 Audit clearence oleh auditor lain
  Kuesioner audit yang harus diisi oleh auditor lain
  Catatan penyelesaian audit
  Rincian saldo dan transaksi antar afiliasi
 Check list pengungkapan
 Review kejadian setelah tanggal neraca

6) Menyusun Rencana Audit


Rencana audit adalah ringkasan perikatan, ikhtisar sifat dan karakteristik
operasi bisnis klien dan strategi audit secara keseluruhan.
Tujuan penyusunan Rencana Audit adalah:
1. Menyediakan bukti dokumentasi bahwa kantor telah memenuhi standar
lapangan pertama
2. Menyediakan alat bagi in-charge untuk mengkoordinasikan,
menjadwalkan dan mensupervisi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh anggota tim yang terlibat dalam perikatan

Cakupan Rencana Audit meliputi :

 Tujuan perikatan
 Kondisi bisnis dan industri klien
 Pengendalian intern
 Area-area kritis dan penting

13
 Penetapan materialitas
 Risiko audit
 Rencana sample
 Personalia dan jadwal

Rencana Audit merupakan proses akumulatif, artinya apa yang sudah


ditetapkan dalam Rencana Audit bukanlah harga mati yang tidak dapat
diubah. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan dijumpai adanya
ketidaksesuaian antara yang direncanakan dengan kondisi lapangan, maka
in-charge segera menginformasikan adanya penyimpangan ini, termasuk
saran perubahan terhadap rencana audit, kepada manager dalam sebuah
memorandum. Manager kemudian menginformasikan perubahan ini
kepada Partner untuk mendapatkan persetujuan. Perubahan terhadap
rencana audit yang telah disetujui oleh Partner diringkaskan dalam Revisi
Rencana Audit.

7) Menyusun Audit Program


Audit program adalah daftar terinci dari prosedur-prosedur audit
yang akan dilakukan dalam sebuah proses audit. Audit program tentatif
dibuat sebagai bagian dari perencanaan audit. Karena sifatnya tentatif,
audit program seringkali memerlukan modifikasi sesuai perkembangan
audit.
Audit program dirancang untuk memenuhi tujuan audit atas
transaksi dan akun-akun utama dalam laporan keuangan. Tujuan audit
adalah untuk menguji asersi manajemen dalam laporan keuangan yang
meliputi :
 Eksistensi atau keberadaan
 Kelengkapan
 Hak dan kewajiban
 Penilaian atau alokasi
 Penyajian dan pengungkapan

14
2.4 Pengujian Audit
Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yang secara garis
besar dapat dibagi menjadi 3 golongan berikut ini :
1. Pengujian analitik (analytical tests)
2. Pengujian pengendalian (tests og control)
3. Pengujian substantif (substantive tests)

1. Pengujian Analitik
Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audit dan pada tahap
reviw menyeluruh terhadap hasil audit.Pengujian ini dilakukan oleh auditor
dengan cara mempelajari perbandingan antara data yang satu dengan yang
lain.Pada tahap awal p;roses audit,pengujian analitik dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam memahami bisnis klaen dan dalam menemukan bidang
yang memerlukan audit lebih intensif.Sebelum auditor melaksanakan audit
sesara rinci dan mendalam terhadap objek audit,ia harus memperoleh gambaran
yang menyeluruhmengenai perusahaan yang diaudit.Untuk mendapatkan
gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha klaen auditor menggunakan analisis ratio,analisis laba bruto,analisis
terhadap laporan keuangan perbandingan ( comparative financial statements ).

2. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian adalah : prosedur audit yang dilaksanakan untuk
menentukan evektivitas desain dan/atau operasi pengendalian intern. Dalam
hubungannya dengan desain pengendalian intrn, pengujian pengendalian yang
dilakukan oleh auditor berkaitan dengan apakah kebijakan dan prosedur telah
didesain memadai untuk mencegah ayau mendeteksi salah saji material dalam
asersi tertentu laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan operasi suatu
pengendalian intern, pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor
berkaitan dengan apakah kebijakan dan prosedur sesungguhnya berjalan dengan
baik. Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yamg dirancang untuk

15
memverifekasi efektifitas pengendalian intern klaen.Pengujian pengendalian
terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai :
1. Frekuensi pelaksaan aktifitas pengendalian yang ditetapkan
2. Mutu pelaksaan aktivitas penendalian tersebut.
3. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
Perancangan Pengujian Pengendalian Auditor dapat memilih pengujian
pengendalian bersamaan atau pengujian pengendalian tambahan atau pengujian
pengendalian yang direncanakan, auditor dapat memilih jenis proses yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pengujian pengendalian, saat dan lingkup
pengujian.

3. Pengujian Subtantif
Pengujian subtantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung
mempengaruhi kewajaran penyajian pelaporan keuangan.
Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantive mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit yang
dilakukan oleh auditor yaitu :
1. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, auditor harus
menggunakan prosedur audit yang lebih efektif, dan biasanya memerlukan biaya
yang lebih tinggi
2. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah tinggi, auditor dapat
menggunakan prosedur audit yang kurang efektif, dan biasanya memerlukan
biaya yang lebih rendah Jenis-jenis pengujian substantive

16
17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses audit atas laporan keuangan historis dibagi menjadi empat tahap
utama : (1) penerimaan perikatan audit, (2) perencanaan audit, (3) pelaksanaan
pengujian audit, dan (4) pelaporan audit. Proses penerimaan perikatan audit
dilaksanakan oleh auditor melalui enam tahap berikut ini : (1) mengevaluasi
integritas manajemen, (2) mengidentifikasi keadaan risiko khusus dan risiko
besar, (3) menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit, (4) menilai
independensi, (5) menentukan kemampuan untuk menggunakan kecermatan dan
keseksamaan dan (6) membuat surat perikatan audit.
Setelah audit memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya,
auditor kemudian merencanakan auditnya melalui tujuh tahap berikut ini : (1)
Memahami Bisnis dan Industri Klien, (2) Memahami dan Menilai Struktur
Pengendalian Intern, (3) Menentukan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji
Yang Bisa Diterima, (4) Menentukan Tingkat Risiko Audit Awal, (5)
Melakukan Komunikasi Dengan Auditor Lain, (6) Menyusun Rencana Audit,
dan (7) Menyusun audit program.
Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yang
secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 golongan berikut ini : (1) Pengujian
analitik (analytical tests), (2) Pengujian pengendalian (tests og control) dan (3)
Pengujian substantif (substantive tests).

3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan semoga dapat menambah wawasan pembaca. Penulis juga
minta maaf jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini atau
ada persepsi yang berbeda dari pembaca, kami harap untuk dapat dimaklumi.

18
Selain itu kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar kami sebagai penulis dapat memperbaikinya untuk masa yang
akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyadi,Auditing edisi 6 buku 1, Salemba Empat, Jakarta,2002


2. http://lutfindahns.blogspot.com/2015/10/makalah-auditing-penerimaan-
penugasan.html
3. http://serverekonomi.blogspot.com/2016/11/perencanaan-audit-dan-tipe-
tipe.html
4. http://yukbelajaraudit.blogspot.com/2014/08/perencanaan-audit.html

20

Anda mungkin juga menyukai