Anda di halaman 1dari 9

PROFIL PEMAHAMAN KONSEP SEGITIGA

PADA SISWA SEKOLAH DASAR (SD) BERDASARKAN TEORI VAN HEILE


1
Yayuk Purnamawati, 2Sardulo Gembong, 3Ervina Maret S.
1
Mahasiswa Prodi Matematika IKIP PGRI Madiun
2
Dosen Prodi Matematika IKIP PGRI Madiun
3
Dosen Prodi Matematika IKIP PGRI Madiun

Abstrak. Berbagai anggapan muncul di benak siswa sebagai pelaksana pendidikan bahwa
matematika adalah mata pelajaran sulit untuk dipahami. Pemahaman meliputi perilaku yang
menunjukkan kemampuan siswa dalam menangkap pengertian suatu konsep. Salah satu materi
yang perlu penanaman konsep adalah materi segitiga. Pada teori Van Hiele mengatakan bahwa
tingkatan untuk pemahaman geometri dasar meliputi 5 tingkatan yaitu tahap informasi, orientasi
terbimbing, eksplitasi, orientasi bebas, integrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui profil pemahaman konsep segitiga pada siswa Sekolah (SD) berdasarkan teori Van
Hiele. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah
6 siswa kelas III SD N 03 Dimong. Teknik pengumpulan data diperoleh dari metode tes tulis dan
tes wawancara. Teknik keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan teknik
sedangkan teknik analisis datanya adalah non-statistik dengan menggunakan transkrip wawancara
dan catatan lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kategori tinggi memiliki kecenderungan pemaham
konsep geometri yang baik, siswa kategori sedang memiliki kecenderungan pemaham konsep
geometri yang cukup baik sedangkan siswa kategori rendah memiliki pemaham konsep geometri
yang kurang.

Kata Kunci : Pemahaman Konsep, Konsep Segitiga Dasar, Teori Van Hiele.

PENDAHULUAN Matematika tidak hanya


berhubungan dengan bilangan-bilangan
Sekolah digunakan sebagai upaya serta operasi-operasinya, melainkan juga
memfasilitasi pendidikan di negara kita. unsur ruang sebagai sasarannya. Namun
Sebagaimana tujuannya, sekolah penunjukkan kuantitas seperti itu belum
merupakan suatu tempat yang memenuhi sasaran matematika yang
menyenangkan dan mengasyikkan lain, yaitu yang ditujukan kapada
karena banyak hal yang bisa diperoleh. hubungan, pola, bentuk dan struktur
Berbagai mata pelajaran yang diajarkan (Tinggih, dalam Herman Hudojo, 2005:
di sekolah penting untuk dipahami. 35). Matematika merupakan ilmu
Terutama matematika yang menjadi penting yang harus diajarkan di sekolah.
kebutuhan tersendiri bagi manusia dan Hal itu terbukti bahwa matematika
berguna dalam kehidupan sehari-hari merupakan ilmu wajib yang diajarkan di
perlu untuk dipelajari. Seperti menurut setiap jenjang pendidikan mulai dari
Cockroft (dalam Hamzah B. Uno dan sekolah dasar hingga jenjang perguruan
Masri Kudrat Umar, 2009: 108) tinggi. Bahkan semenjak memasuki
matematika perlu dipelajari karena pendidikan usia dini anak-anak sudah
matematika sangat dibutuhkan dan dikenalkan dengan istilah matematika.
berguna dalam kehidupan sehari-hari, Namun yang menjadi permasalahan
bagi sains, perdagangan dan industri, dari dahulu hingga sekarang,
dan karena matematika itu menyediakan matematika merupakan salah satu
suatu daya, alat komunikasi yang pelajaran yang paling tidak disukai oleh
singkat dan tidak ambisius serta sebagian besar siswa. Matematika
berfungsi sebagai alat untuk dianggap sebagai pelajaran yang sulit
mendeskripsikan dan memprediksi. dipahami dan tidak menyenangkan. Hal
tersebut sangatlah berdampak pada hasil diganti dengan segitiga sama kaki,
belajar siswa maupun tujuan pendidikan. penyelesaian siswa tersebut salah.
Ketercapaian tujuan pendidikan dan Setelah ditanya tentang penyelesaian
pembelajaran matematika salah satunya mereka ternyata mereka salah
dapat dinilai dari keberhasilan siswa menunjukkan mana alas dan tingginya.
dalam memahami matematika dan Artinya siswa tersebut belum paham
memanfaatkan pemahaman ini untuk tentang segitiga. Padahal segitiga
menyelesaikan persoalan-persoalan merupakan materi dasar yang perlu
matematika maupun ilmu-ilmu yang dikuasai oleh siswa, terutama siswa
lain. Berbagai anggapan muncul di sekolah dasar. Materi segitiga tersebut
benak siswa sebagai pelaksana nantinya digunakan sebagai materi
pendidikan bahwa matematika adalah prasyarat pada jenjang berikutnya
mata pelajaran yang tidak menarik, seperti pada materi bangun ruang limas
membosankan dan sulit untuk dipahami. segitiga, prisma tegak segitiga,
Pemahaman terhadap matematika yang trapezium, teorema pythagoras, kerucut
seperti itu membuat siswa merasa dan masih banyak lagi. Apabila pada
kesulitan dalam memahami matematika sekolah dasar siswa belum memahami
itu sendiri. Pemahaman meliputi konsep segitiga maka pada materi-
perilaku menerjemahkan, menafsirkan, materi geometri yang lain akan
menyimpulkan, atau mengekstrapolasi mengalami kesulitan. Artinya segitiga
(memperhitungkan) konsep dengan merupakan dasar dari pemahaman
menggunakan kata-kata atau simbol- materi yang lain.
simbol lain yang dipilihnya sendiri. Segitiga merupakan salah satu
Dengan kata lain pemahaman meliputi materi pada geometri. Sehingga
perilaku yang menunjukkan kemampuan berkenaan dengan kusulitan dan
siswa dalam menangkap pengertian permasalahan tentang geometri tersebut,
suatu konsep (M. Atwi Suparman, 2012: ada suatu teori yang berkaitan dengan
135). Anggapan-anggapan tentang pemahaman geometri pada pembelajaran
matematika tersebut harusnya bisa geometri yaitu Teori Van Hiele. Teori
hilang apabila siswa sudah paham betul ini tingkat berfikir geometri siswa secara
tentang konsep dasar dari materi yang berurutan melalui 5 tingkatan/level,
diajarkan. yaitu; level 0 (visualisasi), level 1
Woodruf mendefinisikan konsep (analisis), level 2 (informasi deduksi),
sebagai suatu gagasan atau ide yang level 3 (deduksi), level 4 (rigor).
relatif sempurna dan bermakna, suatu Sedangkan untuk meningkatkan
pengertian tentang suatu objek, produk kemampuan berfikir geometri pada
subjektif yang berasal dari cara tingkat dasar terdiri dari 5 tahapan yaitu;
seseorang membuat pengertian tentang (1) tahap informasi, (2) tahap orientasi
suatu objek atau benda-benda melalui terpandu/terbimbing, (3) tahap
pengalamannya setelah melakukan eksplisitasi, (4) tahap orientasi bebas, (5)
persepsi terhadap objek atau benda tahap intregasi.
(carapedia.com). Salah satu materi yang Berdasarkan permasalahan tentang
perlu penanaman konsep adalah materi bagaimana profil pemahaman konsep
segitiga. Banyak siswa yang masih segitiga pada siswa sekolah dasar
belum bisa memahami tentang konsep berdasarkan teori Van Hiele? Maka
segitiga secara baik. Contohnya salah dilakukan penelitian dengan tujuan
satu siswa yang diberi soal untuk untuk mengetahui profil pemahaman
menghitung luas segitiga siku-siku siswa konsep segitiga pada siswa Sekolah
tersebut menyelesaikan soal dengan nilai (SD) berdasarkan teori Van Hiele.
akhir benar, namun jika bentuk segitiga
Adapun beberapa teori yang perlu Woodruf (carapedia.com)
di pelajari dalam penelitian ini mendefinisikan konsep sebagai adalah
diantaranya adalah: suatu gagasan/ide yang relatif sempurna
dan bermakna, suatu pengertian tentang
Pemahaman konsep suatu objek, produk subjektif yang
Sumarmo (dalam Epon Nur’aeni, 2008: berasal dari cara seseorang membuat
129) mengemukakan, secara umum pengertian terhadap objek-objek atau
indikator pemahaman matematika benda-benda melalui pengalamannya
meliputi; mengenal, memahami dan (setelah melakukan persepsi terhadap
menerapkan konsep, prosedur, prinsip objek/benda). Pada tingkat konkrit,
dan ide matematika. Pemahaman konsep merupakan suatu gambaran
konseptual dalam matematika dapat mental dari beberapa objek atau kejadian
dijabarkan antara lain; a) Mengenali, yang sesungguhnya. Pada tingkat
melabelkan, dan membuat contoh serta abstrak dan komplek, konsep merupakan
non contoh konsep. b) Mengenali, sintesis sejumlah kesimpulan yang telah
menginterprestasikan, dan menerapkan ditarik dari pengalaman dengan objek
tanda, simbol dan istilah yang digunakan atau kejadian tertentu.
untuk merepresentasikan konsep c) Soedjadi mendefinisikan konsep
Membandingkan, membedakan, dan adalah ide abstrak yang digunakan untuk
menghubungkan konsep dengan prinsip menagadakan klasifikasi atau
siswa dalam pelajaran dapat dilihat dari penggolongan yang apad umumnya
(1) kemampuan mengekspresikan ide- dinyatakan dengan suatu istilah atau
ide matematika melalui lisan, tertulis, rangakaian kata.
dan mendemonstrasikannya serta Bahri menjelaskan konsep adalah
menggambarkannya secara visual; (2) satuan ahli yang mewakili sejumlah
kemampuan memahami, objek yang mempunyai ciri yang sama.
menginterpretasikan, dan mengevaluasi Berdasarkan beberapa pendapat di
ide-ide matematika baik secara lisan, atas maka dapat diambil kesimpulan
tulisan, mau pun dalam bentuk visual bahwa konsep adalah arti abstrak dari
lainnya; (3) kemampuan dalam berbagai objek-objek yang dihadapi
menggunakan istilah, notasi-notasi untuk menyederhanakan pemikiran
matematika dan struktur-strukturnya, menjadi satu istilah yang terungkap atau
untuk menyajikan ide-ide, tidak terungkap dan peristiwa-peristiwa
menggambarkan hubungan-hubungan itu termasuk atau tidak termasuk ke
dan model-model. Suyono dan dalam ide abstrak tersebut.
Hariyanto (2011: 168-169)
mengemukakan bahwa indikator Pemahaman konsep geometri
pemahaman meliputi menerjemahkan (segitiga)
makna pengetahuan, menafsirkan, dan Tidak semua orang berpikir tentang
mengekstrapolasi. Paparan perilaku ide-ide geometri dengan cara yang sama.
pemahaman di antaranya memahami Riset dari dua pendidik, Pierre Van
makna, menyatakan data dengan kata- Hielle dan Dina Van Hielle – Geldof
kata sendiri, menafsirkan, ekstrapolasi, (dalam Walle, 2006: 151) menghasilkan
dan menerjemahkan. wawasan dalam pemikiran geometri dan
Berdasarkan pendapat-pendapat di bagaimana perbedaan tersebut muncul.
atas dapat disimpulkan bahwa Riset Van Hielle bermula pada tahun
pemahaman meliputi kegiatan 1959 dan langsung menarik perhatin di
mengenali, melabelkan, membuat Uni Soviet. Teori Van Hielle ini telah
contoh serta bukan contoh, menjadi faktor yang paling berpengaruh
menginterprestasikan, membandingkan, dalam kurikulum geometri di Amerika.
membedakan, menghubungkan konsep.
Adapun tingkat-tingkat pemikiran Van bentuk dapat digolongkan hanya dengan
Hielle adalah :Level 0: Visualisasi, menggunakan pencirian yang minimal.
objek-objek pemikiran pada level 0 Hasil pemikiran pada level 2 adalah
berupa bentuk-bentuk dan bagaimana hubungan diantara sifat-sifat objek
rupa mereka. Siswa pada tingkatan awal geometri. Kegiatan-kegiatan pada
mengenal dan menanamkan bentuk- tingkatan ini ditandai dengan adanya
bentuk berdasarkan pada karakteristik pencantuman dari pemikiran logis
luas dan tampilan dari bentuk-bentuk informal. Siswa telah mengadakan
tersebut. Siswa mampu membuat pemahaman pada berbagai sifat bentuk.
pengukuran dan tentang sifat-sifat Level 3: Deduksi, objek pemikiran pada
bentuk, tetapi sifat-sifat tersebut tidak level 3 berupa hubungan di antara sifat-
terpisahkan dari wujud yang sebenarnya. sifat objek geometri. Pada tingkat ini,
Sebuah bujur sangkar dikatakan bujur siswa mampu meneliti bukan hanya
sangkar karena terlihat seperti bujur sifat-sifat bentuk saja. Pemikiran mereka
sangkar. Karena wujud atau tampilan sebelumnya telah menghasilkan dugaan
suatu objek sangat dominan maka dari mengenai hubungan antar sifat-sifat.
wujud atau tampilan tersebut dapat Siswa pada tingkatan ini mampu bekerja
menentukan sifat-sifat dari suatu bentuk. dengan pernyataan-pernyataan abstrak
Sebagai contoh, sebuah bujur yang telah tentang sifat-sifat geometri dan
diputar sehingga bersudut 45° dari membuat kesimpulan lebih berdasarkan
vertikal mungkin jadi belah ketupat, pada logika daripada naluri. Hasil
bukan lagi sebuah bujur sangkar. Siswa pemikiran pada level 3 berupa sistem-
pada tingkatan ini akan sistem deduktif dasar dari geometri.
mengklasifikasikan bentuk berdasarkan Siswa membuat daftar aksioma, definisi
wujud atau tampilannya. Hasil untuk membuat teorema, dan
pemikiran pada level 0 adalah kelas- membuktikan teorema tersebut dengan
kelas atau kelompok-kolompok dari menggunakan pemikiran logis yang
bentuk yang terlihat mirip. Level 1: terartikulasi. Level 4: Ketepatan, objek-
Analisis, objek-objek pemikiran pada objek pemikiran pada level 4 berupa
level 1 berupa kelompok-kelompok sistem-sistem deduktif dasar dari
benyuk bukan bentuk-bentuk individual. geometri. Pada tingkatan teratas dalam
Siswa pada tingkat analisis dapat tingkatan Van Hiele, objek-objek
menyatakan semua bentuk dalam perhatian adalah system dasarnya
golongan selain bentuk satuannya. Hasil sendiri, bukan hanya penyimpulan
dari pemikiran pada level 1 adalah sifat- dalam system. Hasil pemikiran pada
sifat dari bentuk. Level 2: Deduksi tingkat 4 ini berupa sistem-sistem
Informal,objek pada pemikiran level 2 deduktif kasar dari geometri.
adalah sifat-sifat dari bentuk. Jika siswa Pembelajaran geometri dengan tahap
mulai dapat berfikir tentang sifat-sifat van hiele pada tingkatan dasar meliputi
objek geometri tanpa batasan dari objek tingkat 1 (visualisasi) dengan tujuan
tertentu, mereka dapat membuat untuk peningkatkan pemahaman konsep
hubungan di antara sifat-sifat tersebut. “ dasar geometri siswa dengan materi
jika keempat sudut merupakan siku-siku, segitiga (dalam Epon Nur’aeni, 2008:
bangun tersebut sudah pasti persegi 127). Tahapan tersebut terdiri dari 5
panjang. Jika bentuknya persegi, semua tahap yaitu: 1) Tahap Informasi, pada
titik sudutnya sudah pasti siku-siku. Jika tahapan ini guru berusaha mengali
bentuknya persegi, bangun tersebut juga pengetahuan yang telah dimiliki siswa
merupakan persegi panjang”. Dengan tentang materi segitiga. Guru
pemahaman yang lebih untuk berurusan memberikan pertanyaan, misalnya; 1)
dengan pemikiran “jika-maka”, bentuk- apakah anak-anak sudah pernah
mendengar tentang segitiga? 2) coba penbelitian ini mencakup data dari wali
sebutkan benda apa saja yang berbentuk kelas III SDN 03 Dimong, hasil tes tulis
segitiga? 2) Tahap Orientasi Terpadun dan hasil tes wawancara dari subyek
atau Terbimbing, dari berbagai ragam penelitian. 1) Teknik pengumpulan data
bentuk segitiga, siswa dapat Teknik penggumpulan data yang
menunujukkan dapat membedakan digunakan terdiri dari dua metode yaitu
bangun segitiga dengan bangun yang metode tes dan metode wawancara. 2)
lainnya. Guru meminta siswa untuk; 1) Prosedur penelitian, Prosedur penelitian
membangdingkan antara segitiga dan yang dipakai sebagai berikut: a) Tahap
bukan segitiga 2) mengukur sisi-sisi persiapan meliputi observasi dan
segitiga 3) menggambar segitiga dan 4) penyusunan soal tes tulis dan wawancara
mengidentifikasi segitiga. 3) Tahap terkait dengan segitiga. b) Tahap
Eksplitasi, siswa mengekspresikan pelaksanaan meliputi pemberian tes tulis
konsep segitiga yang sudah dipahami dan tes wawancara, c) Tahap analisis
dengan menggunakan kata-kata sendiri meliputi reduksi data, penyajian data,
berdasarkan tampilan bentuk. Misalnya verifikasi dan penarikan kesimpulan d)
segitiga adalah yang bentuknya mirip Tahap penyusunan laporan, Teknik
dengan atap rumah, yaitu memiliki tiga keabsahan data, Keabsahan atau
sisi dan tiga sudut. Guru membimbing validitas menggunakan teknik
siswa agar menggunakan kosakata yan trianggulasi data sampai mendapatkan
baik dan benar. 4) Tahap Orientasi data yang linear. Kelinieran data melalui
Bebas, siswa menemukan caranya teknik trianggulasi itulah yang akan
sendiri dalam memahami konsep digunakan untuk mengukur validitas
segitiga dengan menganalisis sifat-sifat data tersebut. Untuk mendapatkan
khusus dari bentuk geometri yang data yang valid, peneliti menggunakan
tersedia. 5) Tahap Integrasi, merupakan uji kredibilitas data dengan triangulasi
tahap terakhir pada perkembangan sumber dan teknik.
kognitif siswa dalam memahami Teknik analisis data Penelitian ini
segitiga. Dalam tahap ini siswa sudah merupakan penelitian kualitatif, maka
dapat memahami pentingnya ketepatan analisis datanya adalah non-statistik.
dari prinsip dasar yang melandasi suatu Peneliti menggunakan transkrip
penelitian. Siswa dapat membuat wawancara, catatan lapangan dan bahan-
rangkuman atau ringkasan tentang bahan lain untuk menyajikan hasil
segitiga setelah proses orientasi. penelitian.

METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian, Penelitian
ini dilaksanakan di SDN 03 Dimong Analisis dilakukan sebanyak 6 siswa
Kec./Kab. Madiun pada bulan Februari penelitian dengan tingkatan yang
sampai Juli 2013. berbeda diantaranya tingkat tinggi,
Pendekatan dan jenis penelitian, Peneliti sedang dan rendah. Adapun proses
menggunakan jenis pendekatan berpikir kreatif siswa SD (Sekolah
deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan Dasar) dalam menyelesaiakan soal
dengan pemberian tes tertulis dan dengan materi segitiga sebagai berikut.
wawancara kepada subyek penelitian.
Data yang dihasilkan dari penelitian ini 1. Aspek pemahaman mengenali dari
adalah data deskriptif yang berupa kata- 6 subyek terdiri dari aspek yaitu
kata tertulis atau lisan. Sumber data, kode Mm1 dan Mm2. Subyek
Sumber data yang digunakan pada dengan kategori tinggi dan rendah
semuanya mempunyai kode yang
sama yaitu Mm1 yang berarti tinggi, sedang, dan rendah
bahwa subyek mempunyai mempunyai kode Mk3 yang berarti
kemampuan untuk mengetahui atau subyek tidak dapat
mengenali dengan satu ciri atau menginterpretasikan dengan
informasi. Subyek dengan kategori bahasanya sendiri dalam
sedang mempunyai kode Mm1 dan penyelesaian masalah.
Mm2, kode Mm1 yang berarti 5. Aspek pemahaman
subyek mempunyai kemampuan membandingkandari 6 subyek
untuk mengetahui atau mengenali terdiri dari 2 kode yaitu Ms2 dan
dengan satu ciri atau informasi, Ms3. Subyek dengan kategori
sedangkan kode Mm2 berarti tinggi mempunyai kode yang sama
subyek mempunyai kemampuan yaitu Ms2, yang berarti bahwa
untuk dapat mengenali atau subyek dapat mengetahui
mengetahui dengan dua ciri. perbedaan antara dua benda atau
2. Aspek pemahaman melabelkan dari lebih namun tidak dapat
6 subyek tidak beragam, semua menjelaskannya. Subyek dengan
siswa memenuhi kode Ml1. Subyek kategori sedang mempunyai kode
dengan kategori tinggi, sedang, dan Ms2 dan Ms3 yang berarti kode
rendah mempunyai kemampuan Ms2, subyek dapat mengetahui
untuk dapat melabelkan atau perbedaan antara dua benda atau
memberi nama lebih dari satu lebih namun tidak dapat
masalah. menjelaskannya. Ms3 berarti
3. Aspek pemahaman membuat subyek tidak dapat mengetahui
contoh dan bukan contoh dari 6 perbedaan antara dua benda atau
subyek beragam. Subyek dengan lebih namun tidak dapat
kategori tinggi keduanya menjelaskannya. Subyek dengan
mempunyai kode Mc1, yang berarti kategori rendah mempunyai kode
subyek mempunyai kemampuan yang sama yaitu Ms3, yang berarti
untuk dapat membuat lebih dari subyek tidak dapat mengetahui
satu contoh dan bukan contoh perbedaan antara dua benda atau
tentang suatu istilah. Subyek lebih namun tidak dapat
kategori sedang keduanya menjelaskannya.
mempunyai kode Mc2 berarti 6. Aspek pemahaman membedakan
mempunyai kemampuan untuk dari 6 subyek terdiri dari 2 kode
dapat membuat satu contoh dan yaitu kode Mp1 dan Mp2. Subyek
bukan contoh tentang suatu istilah. dengan kategori tinggi mempunyai
Subyek dengan kategori rendah kode yang sama yaitu Mp1, yang
mempunyai dua kode yaitu Mc2 berarti subyek dapat membedakan
dan Mc3. Subyek dengan kategori atau menyatakan adanya perbedaan
rendah mempunyai kode Mc2 yang antara lebih dari dua benda. Subyek
berarti subyek dapat membuat satu dengan kategori sedang mempunyai
contoh dan bukan contoh tentang kode Mp1 dan Mp2 yang berarti
suatu istilah. Sedangkan subyek kode, Mp1 subyek mempunyai
dengan kategori rendah mempunyai kemampuan untuk dapat
kode Mc3 yang berarti subyek tidak membedakan atau menyatakan
dapat membuat contoh dan bukan adanya perbedaan lebih dari dua
contoh tentang suatu istilah. benda. Mp2 berarti subyek tidak
4. Aspek pemahaman dapat membedakan atau
menginterpretasikan dari 6 subyek menyatakan adanya perbedaan
sama. Subyek dengan kategori suatu benda. Subyek dengan
kategori rendah mempunyai kode melabelkan atau memberi nama
yang sama yaitu Mp2, yang berarti lebih dari satu masalah.
subyek tidak dapat membedakan 3. Berdasarkan hasil analisis data tes
atau menyatakan adanya perbedaan tulis dan wawancara yang termuat
suatu benda. di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di
7. Aspek pemahaman kolom 8 memiliki kode Mc1 pada
menghubungkan konsep dari 6 subyek kategori tinggi yang berarti
subyek mempunyai kode yang memiliki kemampuan membuat
sama yaitu Mh3. Subyek dengan contoh dan bukan contoh dengan
kategori tinggi, sedang, dan rendah ungkapan ataupun dengan gambar.
mempunyai kode Mh3, yang berarti 4. Berdasarkan hasil analisis data tes
bahwa subyek tidak dapat tulis dan wawancara yang termuat
mengaitkan konsep ke dalam di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di
materi, masalah, atau sub bab lain. kolom 9 memiliki kode Mc2 pada
subyek kategori sedang yang berarti
A. PEMBAHASAN memiliki kemampuan untuk dapat
Berdasarkan data hasil temuan membuat satu contoh dan bukan
peneliti, adapun hasil temuan dari contoh tentang suatu istilah.
analisis tes tulis dan wawancara 5. Berdasarkan hasil analisis data tes
berdasarkan pengkodean deskriptor. tulis dan wawancara yang termuat
Berdasarkan hasil analisis data tes tulis di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di
dan wawancara yang termuat di tabel 5.1 kolom 10 memiliki kode Mc3 pada
di atas dapat dilihat di kolom 2 memiliki subyek kategori rendah yang berarti
kode Mm1 pada subyek kategori tinggi, tidak memiliki kemampuan untuk
sedang dan rendah yang berarti memiliki dapat membuat satu contoh dan
kemampuan untuk mengetahui tanda- bukan contoh tentang suatu istilah.
tandanya atau ciri-cirinya dengan 6. Berdasarkan hasil analisis data tes
indikator baik, sehingga subyek dapat tulis dan wawancara yang termuat
mengenali atau mengetahui dengan 1 di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di
ciri saja. kolom 13 memiliki kode Mk3 pada
1. Berdasarkan hasil analisis data tes subyek kategori tinggi, sedang dan
tulis dan wawancara yang termuat rendah yang berarti tidak dapat
di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di menginterpretasikan dengan
kolom 3 memiliki kode Mm2 pada bahasanya sendiri dalam
subyek kategori sedang yang berarti penyelesian masalah.
memiliki kemampuan untuk 7. Berdasarkan hasil analisis data tes
mengetahui tanda-tandanya atau tulis dan wawancara yang termuat
ciri-cirinya dengan indikator cukup, di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di
sehingga subyek dapat mengenali kolom 3 memiliki kode Ms2 pada
atau mengetahui dengan dua ciri subyek kategori tinggi, dan sedang
saja. yang berarti subyek dapat
2. Berdasarkan hasil analisis data tes mengetahui perbedaan antara dua
tulis dan wawancara yang termuat benda atau lebih dan dapat
di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di menjeleskannya.
kolom 5 memiliki kode Ml1 pada 8. Berdasarkan hasil analisis data tes
subyek kategori tinggi, sedang dan tulis dan wawancara yang termuat
rendah yang berarti memiliki di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di
kemampuan untuk memberikan kolom 4 memiliki kode Ms3 pada
label atau nama dengan indikator subyek kategori sedang, dan rendah
baik, sehingga subyek dapat yang berarti subyek tidak dapat
mengetahui perbedaan antara dua geometri dengan cukup. c) Siswa
benda atau lebih dan tidak dapat kategori rendah memiliki pemaham
menjeleskannya. konsep geometri yang kurang. Siswa
9. Berdasarkan hasil analisis data tes tidak dapat membuat contoh dan bukan
tulis dan wawancara yang termuat contoh dan tidak dapat membandingkan
di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di bangun geometri.
kolom memiliki kode Mp1 pada
subyek kategori tinggi, dan sedang Saran
yang berarti subyek dapat
membedakan atau menyatakan Bagi guru
adanya perbedaan antara lebih dari Pada aspek membandingkan
dua benda. siswa hanya dapat mengetahui dua
10. Berdasarkan hasil analisis data tes benda itu berbeda namun siswa tersebut
tulis dan wawancara yang termuat tidak dapat menjelaskan letak
di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di perbedaannya. Maka seharusnya siswa
kolom 6 memiliki kode Mp2 pada lebih sering diberikan pengetahuan dan
subyek kategori sedang, dan rendah penjelasan secara terperinci tentang
yang berarti subyek dapat perbedaan dari berbagai jenis segitiga.
membedakan atau menyatakan Dalam menginterpretasikan, siswa tidak
adanya perbedaan dari dua benda dapat menginterpretasikan dengan
saja. bahasanya sendiri dalam penyelesaian
11. Berdasarkan hasil analisis data tes masalah. Maka seharusnya guru melatih
tulis dan wawancara yang termuat siswa untuk menggunakan pemahaman
di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di mereka untuk mengampaikan suatu
kolom 10 memiliki kode Mh3 pada istilah bukan menggunakan hafalan
subyek kategori tinggi, sedang, dan mereka. Sedangkan pada aspek
rendah yang berarti subyek tidak menghubungkan konsep, siswa belum
dapat mengeitkan konsep ke dalam mampu untuk mengaitkan konsep suatu
materi lain atau sub bab lain. materi ke dalam materi lain atau sub
materi lain. Oleh karena itu dalam
pembelajaran guru sering mengaitkan
KESIMPULAN DAN SARAN hubungan materi dengan kehidupan
yang dekat dengan dunia siswa.
Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan Bagi sekolah
pembahasan yang diperoleh dapat Sekolah sebagai lembaga
diambil suatu kesimpulan profil pendidikan formal dan sebagai sarana
pemahaman konsep siswa dalam materi untuk meningkatkan mutu pendidikan,
segitiga siswa kelas III sebagai berikut: maka dari itu kepala sekolah hendaknya
a) Siswa kategori tinggi memiliki mendukung pembelajaran kelas yang
kecenderungan pemaham konsep lebih mengutamakan pemahaman siswa
geometri yang baik. Siswa dapat dengan memberikan sarana dan
mengenali, melabelkan, membuat prasarana yang dapat membantu guru
contoh dan bukan contoh, dan untuk menyampaikan materi dengan
membedakan bangun geometri dengan baik. Bagi peneliti lain yang tertarik
baik. b) Siswa kategori sedang memiliki pada penelitian yang sejenis hendaknya
kecenderungan pemaham konsep memperhatikan keadaan, situasai tempat
geometri yang cukup baik. Siswa dapat penelitian, dan keadaan siswa agar
melabelkan bangun geometri dengan mempermudah dalam penelitian. Serta
baik namun aspek membuat contoh dan hendaknya penelitian dilakukan pada
bukan contoh, membedakan bangun kelas dan pokok bahasan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
_____.__.Pengertian Definisi Konsep
Menurut Para Ahli. (online), Herman Hudojo. 2005. Pengembangan
(http://carapedia.com/pengertian Kurikulum dan Pembelajaran
_definisi_konsep_menurut_para Matematika. Malang:
_ahli_info402.html, diunduh 20 Universitas Negeri Malang
Januari 2013). Press.

Epon Nur’aeni. 2008. Teori van heile John A. Van de Walle. 2006.
dan komunikasi matematik (apa, Matematika Pengembangan
mengapa dan bagaimana). Pengajaran jilid 2. Jakarta:
Makalah disajikan dalam Erlangga.
Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika, M. Atwi Suparman. 2012. Desain
Dosen Pendidikan Guru Sekolah Instruksional Modern: Panduan
Dasar (PGSD), UPI Kampus Para Pengajar dan Inovator
Tasikmalaya. Pendidikan. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama
Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat
Umar. 2009. Mengelola Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar
Kecerdasan dalam dan Pembelajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai