Abstrak. Berbagai anggapan muncul di benak siswa sebagai pelaksana pendidikan bahwa
matematika adalah mata pelajaran sulit untuk dipahami. Pemahaman meliputi perilaku yang
menunjukkan kemampuan siswa dalam menangkap pengertian suatu konsep. Salah satu materi
yang perlu penanaman konsep adalah materi segitiga. Pada teori Van Hiele mengatakan bahwa
tingkatan untuk pemahaman geometri dasar meliputi 5 tingkatan yaitu tahap informasi, orientasi
terbimbing, eksplitasi, orientasi bebas, integrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui profil pemahaman konsep segitiga pada siswa Sekolah (SD) berdasarkan teori Van
Hiele. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah
6 siswa kelas III SD N 03 Dimong. Teknik pengumpulan data diperoleh dari metode tes tulis dan
tes wawancara. Teknik keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan teknik
sedangkan teknik analisis datanya adalah non-statistik dengan menggunakan transkrip wawancara
dan catatan lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kategori tinggi memiliki kecenderungan pemaham
konsep geometri yang baik, siswa kategori sedang memiliki kecenderungan pemaham konsep
geometri yang cukup baik sedangkan siswa kategori rendah memiliki pemaham konsep geometri
yang kurang.
Kata Kunci : Pemahaman Konsep, Konsep Segitiga Dasar, Teori Van Hiele.
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian, Penelitian
ini dilaksanakan di SDN 03 Dimong Analisis dilakukan sebanyak 6 siswa
Kec./Kab. Madiun pada bulan Februari penelitian dengan tingkatan yang
sampai Juli 2013. berbeda diantaranya tingkat tinggi,
Pendekatan dan jenis penelitian, Peneliti sedang dan rendah. Adapun proses
menggunakan jenis pendekatan berpikir kreatif siswa SD (Sekolah
deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan Dasar) dalam menyelesaiakan soal
dengan pemberian tes tertulis dan dengan materi segitiga sebagai berikut.
wawancara kepada subyek penelitian.
Data yang dihasilkan dari penelitian ini 1. Aspek pemahaman mengenali dari
adalah data deskriptif yang berupa kata- 6 subyek terdiri dari aspek yaitu
kata tertulis atau lisan. Sumber data, kode Mm1 dan Mm2. Subyek
Sumber data yang digunakan pada dengan kategori tinggi dan rendah
semuanya mempunyai kode yang
sama yaitu Mm1 yang berarti tinggi, sedang, dan rendah
bahwa subyek mempunyai mempunyai kode Mk3 yang berarti
kemampuan untuk mengetahui atau subyek tidak dapat
mengenali dengan satu ciri atau menginterpretasikan dengan
informasi. Subyek dengan kategori bahasanya sendiri dalam
sedang mempunyai kode Mm1 dan penyelesaian masalah.
Mm2, kode Mm1 yang berarti 5. Aspek pemahaman
subyek mempunyai kemampuan membandingkandari 6 subyek
untuk mengetahui atau mengenali terdiri dari 2 kode yaitu Ms2 dan
dengan satu ciri atau informasi, Ms3. Subyek dengan kategori
sedangkan kode Mm2 berarti tinggi mempunyai kode yang sama
subyek mempunyai kemampuan yaitu Ms2, yang berarti bahwa
untuk dapat mengenali atau subyek dapat mengetahui
mengetahui dengan dua ciri. perbedaan antara dua benda atau
2. Aspek pemahaman melabelkan dari lebih namun tidak dapat
6 subyek tidak beragam, semua menjelaskannya. Subyek dengan
siswa memenuhi kode Ml1. Subyek kategori sedang mempunyai kode
dengan kategori tinggi, sedang, dan Ms2 dan Ms3 yang berarti kode
rendah mempunyai kemampuan Ms2, subyek dapat mengetahui
untuk dapat melabelkan atau perbedaan antara dua benda atau
memberi nama lebih dari satu lebih namun tidak dapat
masalah. menjelaskannya. Ms3 berarti
3. Aspek pemahaman membuat subyek tidak dapat mengetahui
contoh dan bukan contoh dari 6 perbedaan antara dua benda atau
subyek beragam. Subyek dengan lebih namun tidak dapat
kategori tinggi keduanya menjelaskannya. Subyek dengan
mempunyai kode Mc1, yang berarti kategori rendah mempunyai kode
subyek mempunyai kemampuan yang sama yaitu Ms3, yang berarti
untuk dapat membuat lebih dari subyek tidak dapat mengetahui
satu contoh dan bukan contoh perbedaan antara dua benda atau
tentang suatu istilah. Subyek lebih namun tidak dapat
kategori sedang keduanya menjelaskannya.
mempunyai kode Mc2 berarti 6. Aspek pemahaman membedakan
mempunyai kemampuan untuk dari 6 subyek terdiri dari 2 kode
dapat membuat satu contoh dan yaitu kode Mp1 dan Mp2. Subyek
bukan contoh tentang suatu istilah. dengan kategori tinggi mempunyai
Subyek dengan kategori rendah kode yang sama yaitu Mp1, yang
mempunyai dua kode yaitu Mc2 berarti subyek dapat membedakan
dan Mc3. Subyek dengan kategori atau menyatakan adanya perbedaan
rendah mempunyai kode Mc2 yang antara lebih dari dua benda. Subyek
berarti subyek dapat membuat satu dengan kategori sedang mempunyai
contoh dan bukan contoh tentang kode Mp1 dan Mp2 yang berarti
suatu istilah. Sedangkan subyek kode, Mp1 subyek mempunyai
dengan kategori rendah mempunyai kemampuan untuk dapat
kode Mc3 yang berarti subyek tidak membedakan atau menyatakan
dapat membuat contoh dan bukan adanya perbedaan lebih dari dua
contoh tentang suatu istilah. benda. Mp2 berarti subyek tidak
4. Aspek pemahaman dapat membedakan atau
menginterpretasikan dari 6 subyek menyatakan adanya perbedaan
sama. Subyek dengan kategori suatu benda. Subyek dengan
kategori rendah mempunyai kode melabelkan atau memberi nama
yang sama yaitu Mp2, yang berarti lebih dari satu masalah.
subyek tidak dapat membedakan 3. Berdasarkan hasil analisis data tes
atau menyatakan adanya perbedaan tulis dan wawancara yang termuat
suatu benda. di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di
7. Aspek pemahaman kolom 8 memiliki kode Mc1 pada
menghubungkan konsep dari 6 subyek kategori tinggi yang berarti
subyek mempunyai kode yang memiliki kemampuan membuat
sama yaitu Mh3. Subyek dengan contoh dan bukan contoh dengan
kategori tinggi, sedang, dan rendah ungkapan ataupun dengan gambar.
mempunyai kode Mh3, yang berarti 4. Berdasarkan hasil analisis data tes
bahwa subyek tidak dapat tulis dan wawancara yang termuat
mengaitkan konsep ke dalam di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di
materi, masalah, atau sub bab lain. kolom 9 memiliki kode Mc2 pada
subyek kategori sedang yang berarti
A. PEMBAHASAN memiliki kemampuan untuk dapat
Berdasarkan data hasil temuan membuat satu contoh dan bukan
peneliti, adapun hasil temuan dari contoh tentang suatu istilah.
analisis tes tulis dan wawancara 5. Berdasarkan hasil analisis data tes
berdasarkan pengkodean deskriptor. tulis dan wawancara yang termuat
Berdasarkan hasil analisis data tes tulis di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di
dan wawancara yang termuat di tabel 5.1 kolom 10 memiliki kode Mc3 pada
di atas dapat dilihat di kolom 2 memiliki subyek kategori rendah yang berarti
kode Mm1 pada subyek kategori tinggi, tidak memiliki kemampuan untuk
sedang dan rendah yang berarti memiliki dapat membuat satu contoh dan
kemampuan untuk mengetahui tanda- bukan contoh tentang suatu istilah.
tandanya atau ciri-cirinya dengan 6. Berdasarkan hasil analisis data tes
indikator baik, sehingga subyek dapat tulis dan wawancara yang termuat
mengenali atau mengetahui dengan 1 di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di
ciri saja. kolom 13 memiliki kode Mk3 pada
1. Berdasarkan hasil analisis data tes subyek kategori tinggi, sedang dan
tulis dan wawancara yang termuat rendah yang berarti tidak dapat
di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di menginterpretasikan dengan
kolom 3 memiliki kode Mm2 pada bahasanya sendiri dalam
subyek kategori sedang yang berarti penyelesian masalah.
memiliki kemampuan untuk 7. Berdasarkan hasil analisis data tes
mengetahui tanda-tandanya atau tulis dan wawancara yang termuat
ciri-cirinya dengan indikator cukup, di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di
sehingga subyek dapat mengenali kolom 3 memiliki kode Ms2 pada
atau mengetahui dengan dua ciri subyek kategori tinggi, dan sedang
saja. yang berarti subyek dapat
2. Berdasarkan hasil analisis data tes mengetahui perbedaan antara dua
tulis dan wawancara yang termuat benda atau lebih dan dapat
di tabel 5.1 di atas dapat dilihat di menjeleskannya.
kolom 5 memiliki kode Ml1 pada 8. Berdasarkan hasil analisis data tes
subyek kategori tinggi, sedang dan tulis dan wawancara yang termuat
rendah yang berarti memiliki di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di
kemampuan untuk memberikan kolom 4 memiliki kode Ms3 pada
label atau nama dengan indikator subyek kategori sedang, dan rendah
baik, sehingga subyek dapat yang berarti subyek tidak dapat
mengetahui perbedaan antara dua geometri dengan cukup. c) Siswa
benda atau lebih dan tidak dapat kategori rendah memiliki pemaham
menjeleskannya. konsep geometri yang kurang. Siswa
9. Berdasarkan hasil analisis data tes tidak dapat membuat contoh dan bukan
tulis dan wawancara yang termuat contoh dan tidak dapat membandingkan
di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di bangun geometri.
kolom memiliki kode Mp1 pada
subyek kategori tinggi, dan sedang Saran
yang berarti subyek dapat
membedakan atau menyatakan Bagi guru
adanya perbedaan antara lebih dari Pada aspek membandingkan
dua benda. siswa hanya dapat mengetahui dua
10. Berdasarkan hasil analisis data tes benda itu berbeda namun siswa tersebut
tulis dan wawancara yang termuat tidak dapat menjelaskan letak
di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di perbedaannya. Maka seharusnya siswa
kolom 6 memiliki kode Mp2 pada lebih sering diberikan pengetahuan dan
subyek kategori sedang, dan rendah penjelasan secara terperinci tentang
yang berarti subyek dapat perbedaan dari berbagai jenis segitiga.
membedakan atau menyatakan Dalam menginterpretasikan, siswa tidak
adanya perbedaan dari dua benda dapat menginterpretasikan dengan
saja. bahasanya sendiri dalam penyelesaian
11. Berdasarkan hasil analisis data tes masalah. Maka seharusnya guru melatih
tulis dan wawancara yang termuat siswa untuk menggunakan pemahaman
di tabel 5.2 di atas dapat dilihat di mereka untuk mengampaikan suatu
kolom 10 memiliki kode Mh3 pada istilah bukan menggunakan hafalan
subyek kategori tinggi, sedang, dan mereka. Sedangkan pada aspek
rendah yang berarti subyek tidak menghubungkan konsep, siswa belum
dapat mengeitkan konsep ke dalam mampu untuk mengaitkan konsep suatu
materi lain atau sub bab lain. materi ke dalam materi lain atau sub
materi lain. Oleh karena itu dalam
pembelajaran guru sering mengaitkan
KESIMPULAN DAN SARAN hubungan materi dengan kehidupan
yang dekat dengan dunia siswa.
Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan Bagi sekolah
pembahasan yang diperoleh dapat Sekolah sebagai lembaga
diambil suatu kesimpulan profil pendidikan formal dan sebagai sarana
pemahaman konsep siswa dalam materi untuk meningkatkan mutu pendidikan,
segitiga siswa kelas III sebagai berikut: maka dari itu kepala sekolah hendaknya
a) Siswa kategori tinggi memiliki mendukung pembelajaran kelas yang
kecenderungan pemaham konsep lebih mengutamakan pemahaman siswa
geometri yang baik. Siswa dapat dengan memberikan sarana dan
mengenali, melabelkan, membuat prasarana yang dapat membantu guru
contoh dan bukan contoh, dan untuk menyampaikan materi dengan
membedakan bangun geometri dengan baik. Bagi peneliti lain yang tertarik
baik. b) Siswa kategori sedang memiliki pada penelitian yang sejenis hendaknya
kecenderungan pemaham konsep memperhatikan keadaan, situasai tempat
geometri yang cukup baik. Siswa dapat penelitian, dan keadaan siswa agar
melabelkan bangun geometri dengan mempermudah dalam penelitian. Serta
baik namun aspek membuat contoh dan hendaknya penelitian dilakukan pada
bukan contoh, membedakan bangun kelas dan pokok bahasan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
_____.__.Pengertian Definisi Konsep
Menurut Para Ahli. (online), Herman Hudojo. 2005. Pengembangan
(http://carapedia.com/pengertian Kurikulum dan Pembelajaran
_definisi_konsep_menurut_para Matematika. Malang:
_ahli_info402.html, diunduh 20 Universitas Negeri Malang
Januari 2013). Press.
Epon Nur’aeni. 2008. Teori van heile John A. Van de Walle. 2006.
dan komunikasi matematik (apa, Matematika Pengembangan
mengapa dan bagaimana). Pengajaran jilid 2. Jakarta:
Makalah disajikan dalam Erlangga.
Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika, M. Atwi Suparman. 2012. Desain
Dosen Pendidikan Guru Sekolah Instruksional Modern: Panduan
Dasar (PGSD), UPI Kampus Para Pengajar dan Inovator
Tasikmalaya. Pendidikan. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama
Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat
Umar. 2009. Mengelola Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar
Kecerdasan dalam dan Pembelajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya