Anda di halaman 1dari 6

Vektora Volume 6 Nomor 1, Juni 2014: 13 - 18

ISOLASI Bacillus thuringiensis DARI BERBAGAI HABITAT


DI KABUPATEN DAN KOTA MAGELANG DAN PATOGENITAS
TERHADAP JENTIK NYAMUK Aedes aegypti

Esti Rahardianingtyas, Rendro Wianto


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, Salatiga
Email: rahardian.esti@gmail.com

ISOLATION OF Bacilllus thuringiensis FROM DIFFERENT HABITS


IN THE DISTRICT MAGELANG AND MAGELANG MULTICIPALITY AND PATHOGENICITY
AGAINST Aedes aegypti LARVAE

Abstrak
Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu upaya
pengendalian vektor penyakit tersebut adalah pengendalian terhadap jentik Aedes aegypti menggunakan
Bacillus thuringiensis yang efektif dan aman bagi lingkungan. Tujuan penelitian adalah untuk mengisolasi
dan mengidentifikasi B. thuringiensis yang toksik terhadap jentik nyamuk Ae. aegypti di berbagai lokasi
di Kabupaten dan Kota Magelang. Dua puluh enam sampel tanah diambil dari 10 lokasi diisolasi dan
diidentifikasi.di laboratorium mikrobiologi, B2P2VRP Salatiga diperoleh 40 isolat B thuringiensis, dimana
29 isolat yang didapat memiliki toksisitas ˃50% terhadap jentik nyamuk Ae. aegypti sedangkan sebelas isolat
yang didapat memiliki toksisitas ˂50% terhadap jentik nyamuk Ae. aegypti. Isolat dengan toksisitas 90%
diisolasi dari sampel tanah yang diambil dari habitat makam. Perlu dilakukan penelitian uji serologi dari
isolat yang patogenisitasnya ˃50%.

Kata kunci: Habitat, Isolasi, B. thuringiensis, Ae. aegypti

Abstract
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still a health problem in Indonesia, transmited by Aedes aegypti. One
of vector control method against Aedes aegypti larvae has conducted using Bacillus thuringiensis due to safe
for the environment. The objectives of this study was to isolate and identify B. thuringiensis which toxic to Ae.
aegypti larvae at various habitat and ecosystem in the District Magelangand magelang multicipality. Twenty-
six soil samples collected from 10 locations were isolated and identified in the microbiology laboratory, Institute
for Vector and Reservoir Control Research and Development, Central Salatiga. Twenty-six soil samples and
40 isolates were identified positive of B thuringiensis, 29 isolates had ˃50% toxicity and 11 isolates had ˂50%
toxicity. Isolate with 90% toxicity were isolated from resting place ecosystem.Serological research needs to be
conducted to identify the pathogenicity of isolates with ˃ 50% toxicity against Ae. aegypti larvae.

Keywords: Habitat, Isolation, B. thuringiensis, Ae.aegypti

Submitted: 17 Maret 2014, Review 1: 13 April 2014, Review 2: 1 Mei 2014, Eligible article: 25 Mei 2014

PENDAHULUAN bahkan menimbulkan kematian dan sering terjadi kejadian


Kasus demam berdarah dengue (DBD) dilaporkan luar biasa. Pada tahun 2004, kasus DBD dilaporkan di 334
pada tahun 1968, dan sampai saat ini masih menjadi Kabupaten/Kota di Indonesia, tahun 2007 terjangkit di 465
masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Pre­va­lensi dan tahun 2009 meluas lagi menjadi 497 Kabupaten Kota.
penyakit tersebutdilaporkan selalu meningkat setiap tahun (Pusat Data Survelence Epidemiologi, 2010)

13
Isolasi Bacillus Thuringiensis dari Berbagai ... (Esti Rahardianingtyas, et. al)

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus Ulangan atau replikasi


dengue, ditularkan oleh nyamuk vektor, Aedes aegypti Banyaknya ulangan untuk uji patogenisitas dihitung
dan Aedes albopictus. (Direktorat Jenderal Pengendalian menurut rumus (Kemas,A.H.1993) sebagai beri­kut:
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2008) Upaya (t – 1) (r – 1) > 15
penangulangan DBD selama ini dilakukan dengan (9 – 1) (r – 1) > 15
pengendalian nyamuk vektor, baik stadium dewasa r > 2.8 ~ 3
maupun jentiknya. (Direktorat Jenderal Pengendalian Keterangan:
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2008) t = jumlah perlakuan
Upaya pengendalian jentik cukup efektif dan aman r = jumlah ulangan
bagi masyarakat dan lingkungan menggunakan Bacillus
thuringiensis. B. thuringiensis merupakan bakteri gram
Cara Kerja
positif dan bersifat fakultatif anaerob (Bahagiawati.
2002). Sejumlah strain B. thuringiensis menunjukkan 1. Pengambilan sampel tanah
aktif mengendalikan inverterbrata khususnya larva Pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut
dari insekta ordo Lepidoptera, Diptera, Coleoptera dan : permukaan tanah yang akan diambil sebagai sampel
Nematoda (WHO, 1999). Sifat patogen B. thuringiensis dibersihkan dari rumput, kerikil dan akar tanaman,
berasal dari kristal protein mengandung toksin (di kemudian dibuat lubang diameter 5 – 10 cm dan
Alam masih bersifat protoksin), karena adanya aktivitas kedalaman sampai 10 cm dari permukaan dan dilakukan
proteolisis dalam sistem pencernaan serangga. Protoksin pengukuran pH tanah. Sampel tanah diambil 10 – 20
ini berubah menjadi polipeptida yang lebih pendek gram, disimpan di kantong plastik dan diberi label berisi
dan bersifat toksin. Toksin aktif berinteraksi dengan keterangan: kode/ No. Urut pengambilan tanah, tanggal
sel-sel epithelium di midgut serangga. Interaksi ini pengambilan, kode habitat, lokasi dan pH. Sampel tanah
menyebabkan terbentuknya pori-pori pada sel membran disimpan dalam box pada temperatur kamar.
saluran pencernaan dan mengganggu keseimbangan
osmotik sel tersebut. Keseimbangan osmotic sel 2. Proses Isolasi B. thuringiensis
terganggu, sehingga terjadi pembengkakan dan pecah, Proses isolasi dilakukan dengan cara menimbang
menyebabkan kematian serangga (Hofte, H and H.R. satu gram sampel tanah, kemudian ditambah 10 ml air
whitely, 1989). suling dan didiamkan selama 5-6 menit. Dari sampel
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor tesebut dibuat seri pengeceran 10-1 – 10-5, kemudian
dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) telah berhasil ma­sing-masing dipanaskan pada suhu 700 C selama
mengisolasi B. thuringiensis H-14 isolat Salatiga da­ 15 menit. Tujuan dipanaskan untuk menghambat per­
ri tanah di wilayah Kota Salatiga, dan diketahui tum­buhan bakteri non spora seperti Pseudomonas,
tok­­si­­sitasnya tinggi terhadap jentik Ae. aegypti, Proteus dan Coliform. Masing-masing seri pengeceran
An. aconitus dan Cx.quenquefasciatus (Blondine, diinokulasikan pada media agar nutrien ( NA) berisi
2003). Keanekaragaman flora dan fauna Indonesia, bahan bacto beef exctract 3 gram, bacto peptone 5 gram
memungkinkan adanya isolat dari B. thuringiensis yang dan bacto agar 15 gram per 1 liter aquadest), kemudian
memiliki toksisitas tinggi. Berdasarkan latar belakang diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 300C. Koloni
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan tersangka B. thuringiensis dilakukan pengecatan de­
mengidentifikasi B. thuringiensis memiliki toksisitas ngan menggunakan metode Chilcott & Wigley (1988)
yang tinggi terhadap jentik nyamuk vektor DBD. untuk mendeteksi kristal protein. Cara pengecatan
ada­lah dengan membuat preparat olesan dari koloni
BAHAN DAN METODE patogen, ditetesi dengan “Naphtalen black” selama
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi 2 menit dan “Gurr’s improved R66 Giemsa” selama
B2P2VRP Salatiga dengan jenis penelitian eksperimental 1 menit. Dilakukan pengamatan dibawah mikroskop
murni. Populasi digunakan dalam penelitian ini adalah pada perbesaran 1000 kali, untuk melihat adanya kristal
jentik Ae. aegypti instar III akhir, hasil pemeliharaan protein. Koloni terdeteksi adanya positif, dibuat biakan
di laboratorium B2P2VRP. Pengambilan sampel pada murni pada media agar nutrien dan diinkubasi pada suhu
kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan secara 300C selama 48 jam.
com­pletely randomized sampling. Hal ini disebabkan
percobaan bersifat homogen. Randomisasi dilakukan 3. Uji Hayati (Bioassay Test)
dengan menempatkan perlakuan secara random terhadap Diambil 2 ose penuh kultur murni dari media NA
unit percobaan. (Finney,D.J.,”1971) dan dimasukkan ke dalam gelas gojog ukuran 250 ml

14
Vektora Volume 6 Nomor 1, Juni 2014: 13 - 18

yang diisi dengan 50 ml TPB, sampel tersebut digojog (Salacca zalacca)/tanah pohon suren (Toona sinensis)
dengan menggunakan penggojog pada suhu kamar mati, 9 isolat dari Desa Tegalsari, Bandongan (Tanah
selama 48 jam. Sebanyak 15 ml sampel (sudah digojog) makam/celah bawah pohon beringin dan bulunya,
dimasukan ke dalam mangkok plastik diisi dengan 150 lubang pohon pakis (Diplazium esculentum), di atas
ml air suling dan 20 ekor jentik Ae. aegypti instar III pohon mindi (Melia azedarach), 1 isolat dari lokasi
akhir. Kontrol disiapkan mangkok plastik diisi dengan alun-alun Kota Magelang (lapangan atau alun-alun/
150 ml air suling dan 20 ekor jentik Ae. aegypti instar lubang pohon beringin.
III. Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Pengamatan Isolasi 11 sampel tanah dari ekosistem makam
kematian jentik dilakukan setelah ke-24 pemaparan diper­oleh 20 isolat, 9 sampel tanah dari ekosistem
per­kebunan diperoleh 10 isolat, 3 sampel tanah dari
Perhitungan persen kematian jentik Ae. aegypti uji ekosistem candi mendut diperoleh 5 isolat, 2 sampel
dilakukan dengan rumus: tanah dari ekosistem perkantoran diperoleh 4 isolat,
Jumlah jentik mati 1 sampel tanah dari ekosistem lapangan diperoleh 1
x 100 % isolat. Hasil pengujian patogenisitas menunjukkan
Jumlah jentik uji 29 isolat dengan patogenisitas ˃50 % (51,11% -90%)
dan 11 isolat ˂50 % (0% – 48,89 %) terhadap jentik
Apabila kematian jentik pada kontrol 5-20%, angka Ae. aegypti. Sembilan belas isolat yang memiliki
kematian jentik uji dikoreksi dengan rumus Abbott: patogenisitas ˃50% diisolasi dari ekosistem makam,
6 isolat dari ekosistem kebun, 3 isolat dari ekosistem
AK (%) Uji – AK (%) Kontrol perkantoran dan 2 isolat dari ekosistem taman wisata
AKk (%) = ------------------------------------- x 100 candi mendut. Empat isolat memiliki patogenisitas
100 % - AK (%) Kontrol ˂50% diisolasi dari ekosistem perkebunan, 3 isolat dari
ekosistem Candi Mendut, 2 isolat dari ekosistem makam
Keterangan: dan masing-masing 1 isolat dari ekosistem perkantoran
AKk : Angka Kematian koreksi dan lapangan/alun-alun. Isolat hasil isolasi dari eko­
AK : Angka Kematian jentik sis­tem makam memiliki toksisitas 90% sedangkan
Analisis dilakukan secara diskriptif berdasar hasil uji isolat yang diisolasi dari ekosistem lapangan memiliki
patogenitas toksisitas 0%. Patogenisitas dua isolat diperoleh dari
pemeriksaan satu sampel tanah di lokasi perkantoran
Mungkid memiliki toksisitas 63,33% dan 10 %. Hasil
HASIL
serupa juga ditunjukkan oleh pemeriksaan isolat sampel
Hasil penelitian diperoleh 40 isolat positif B.
tanah diambil dari kebun salak, kajoran (66,67 % dan
thuringiensis dari 26 sampel tanah diisolasi, yaitu 7
46,67 %).
isolat dari Desa Blondo, Kabupaten Mungkid (tanah
makam/bawah pohon beringin (Ficus benjamina),
kebun rambutan/lubang pohon (Nephelium lappaceum)/ PEMBAHASAN
lubang pohon jengkol (Pothecellobium jiringa), lubang Sampel tanah dalam penelitian ini diambil dari
pohon kelengkeng (Dimocarpus longan), 1 isolat habitat pohon karena tanah merupakan habitat alami B.
dari Desa Bumirejo, (kebun rambutan/lubang pohon thuringiensis. Spora B. thuringiensis mampu bertahan
rambutan), 5 isolat dari Desa Mendut, (tempat wisata lama di tanah dan akan berkecambah jika terdapat
Mendut/lubang pohon beringin, 5 isolat dari Desa nutrisi (Martin & Travers, 1989). Tanah di bawah pohon,
Tingal kulon, Wanurejo Borobudur ( kebun ketela pohon cabang dan lubang pohon sudah tua, tanah becek, tempat
(Manihot utilissima)/lubang pohon beringin,lubang perkembangbiakan jentik nyamuk maupun jentik sakit
pohon sonokeling (Dalbergia latifolia),lubang pohon merupakan sampel tanah digunakan untuk isolasi B.
kelapa (Cocos nucifera) 2 isolat dari Desa Mungkidan, thuringiensis (Blondine, 2013).
Danurejo (perkantoran.lubang pohon beringin), 2 Hasil pemeriksaan terhadap sampel tanah di lokasi
isolat dari Desa Ngadiarum, Soropadan (perkantoran berbeda dengan habitat sama menunjukkan perbedaan
dan lapangan tembak/bawah pohon trembesi), 5 isolat jumlah isolat diperoleh. Perbedaan tersebut dikarenakan
dari Desa Ngadirejo 3, Salaman (tanah makam/bawah kondisi lingkungan berbeda, seperti: pH tanah, suhu dan
pohon jangkang (Sterculia foetida), celah bawah pohon kelembaban udara serta cahaya matahari mempengaruhi
beringin), 3 isolat dari Desa Kajoran (tanah makam/ perkembangan dan keberadaan B. thuringiensis pada
bawah pohon trembesi (Albizia saman), kebun salak habitat tertentu (Khetan, S.K., 2001). Tersedianya

15
Isolasi Bacillus Thuringiensis dari Berbagai ... (Esti Rahardianingtyas, et. al)

Tabel 1. Hasil uji patogenisitas B. thuringiensis dari berbagai habitat tanah di Kabupaten dan Kota Magelang
terhadap jentik Ae. aegypti
Jumlah Uji Patogenisitas
No Ekosistem Habitat
Sampel Isolat Positif I II
1 Makam Pohon Beringin        
- Bawah pohon beringin 4 8 8 (53,33 -76,67)  
- Lubang pohon beringin 1 1 1 (66,67)  
Pohon Pakis        
- Lubang pohon pakis 2 6 5 (63,33-90,0) 1 (23,33)
Pohon Mindi        
- Atas pohon mindi 1 2 2 (73,33-86,67)  
Pohon Jangkang        
- Bawah pohon jangkang 2 2 1 (80,0) 1 (46,67)
Pohon Mahoni        
- Bawah pohon mahoni 1 1 1 (60,0)  
2 Perkebunan Pohon Jengkol        
- Lubang pohon jengkol 1 1   1 (6,67)
Pohon Kelengkeng        
- Lubang pohon kelengkeng 1 1   1 (20,0)
Pohon Rambutan        
- Lubang pohon rambutan 1 1 1 (75,56)  
Pohon Suren        
- Tanah pohon suren mati 1 2 1 (66,67) 1 (46,67) 
Pohon Beringin        
- Lubang pohon beringin 2 2 1 (71,11), 1 (33,33)
Pohon Sonokeling        
- Lubang pohon sonokeling 2 2 2 (51,11-82,22)  
Pohon Kelapa         
- Lubang pohon kelapa 1 1 1 (60,0)  
3 Candi Mendut Pohon Beringin        
-  Lubang pohon beringin 3 5 2 (57,76-60,0) 3 (35,56-48,89) 
4 Perkantoran Pohon Beringin        
-  Lubang pohon beringin 1 2 1 (63,33) 1 (10,0) 
Pohon Trembesi        
 - Bawah pohon trembesi 1 2 2 (63,33-76,61)  
5 Lapangan / alun-alun Pohon Beringin        
 - Lubang pohon beringin 1 1   1(0,0)
  26 40 29 (51,11-86,67) 11 (6,67-48,89)
I = Jumlah isolat dengan kematian jentik nyamuk selama 24 jam ˃50%
II = Jumlah isolat dengan kematian jentik nyamuk selama 24 jam ˂50%

16
Vektora Volume 6 Nomor 1, Juni 2014: 13 - 18

nutrisi juga merupakan salah satu faktor populasi DAFTAR PUSTAKA


B. thuringiensis ada di alam. (F. Al Momami and M. Bahagiawati. 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis
Obeidat, 2011) Sebagai Bioinsektisida. Bulletin AgroBio.
Perbedaan patogenisitas isolat dari habitat ber­ 5(1):21-28
beda atau sama disebabkan perbedaan serotipe B. Blondine Ch. P, 2013. Efikasi Bacillus Thuringiensis 2
thu­ringiensis. Perbedan kondisi lingkungan masing- Isolat Serotipe H-10 Galur Lokal Terhadap Jentik
masing habitat mempengaruhi variasi genetik B thu­ Nyamuk Aedes Aegypti Dan Anopheles Aconitus.
ringiensis (F. Almomami and M. Obeidat, 2011). Jurnal Vektora. Vol 5, No.1: 28-33
WHO (1999) telah dilaporkan bahwa B thuringiensis Blondine Ch. P dan Umi Widiastuti. 1994. Pencarian
memiliki 67 serotipe yang diklasifikasikan secara dan Isolasi Serta Peengujian Potensinya Sebagai
fenotipe berdasarkan sequence dari gen penyandi Pengendali Jentik Nyamuk. Buletin Penelitian
produksi kristal protein toksin. Kristal protein berbeda Kesehatan.22(1): 18 - 24.
berpengaruh terhadap suseptibilitas inang dan toksisitas Blondine Ch. P, Widyastuti U, Widiarti, Sukarno,
serotipe B. thuringiensis. Berdasar komposisinya B. Subiantoro.1998/1999. Uji Serologi Isolat
thuringiensis mempunyai bentuk kristal protein toksin Bacillus thuringiensis dan Patogenisitasnya
bervariasi (WHO,1999). Kristal protein toksik terhadap Terhadap Jentik Nyamuk Vektor Buletin
ordo Diptera berbentuk lonjong, kubus, jajaran genjang Penelitian Kesehatan. 26 (2 &3): 91-98.
dan bulat (Gholamreza et all, 2007). Perbedaan jumlah Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
kristal protein toksin dimakan jentik juga merupakan Penyehatan Lingkungan, 2008, Modul Pelatihan
faktor penyebabkan perbedaan patogenisitas. Jentik Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk
Ae.aegypti mempunyai kebiasaan makan di dasar Demam Berdarah Dengue (Psn-DBD) Dengan
habitat perkembangbiakan sehingga perbedaan tingkat Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku
pengendapan membuat kristal protein toksin yang ada (Communication For Behavioral Impact),
di zona makan jentik berbeda (Blondine Ch P dan Umi Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Widiastuti, 1994). F. Al. Momami and M. Obeidat, 2011. Abundance and
Serotyping of pathogenic isolates of Bacillus
KESIMPULAN thuringiensis isolated from Ajloun Forests.
Dua Puluh Enam sampel tanah diisolasi dan Journal Of Biodiversity and Ecologycal Science.
diidentifikasi diperoleh 40 isolat B thuringiensis, dimana Vol 1, issue 4:16-21
29 isolat yang didapat memiliki toksisitas ˃50% terhadap Finney,D.J.,”1971. Probit Analysis”, 3 rd,ed.,Cambridge
jentik nyamuk Aedes aegypti sedangkan sebelas isolat Univ.Press.London.
yang didapat memiliki toksisitas ˂50% terhadap jentik Gollamreza Salehi Jouzani, Ali Pourjan Abad, Ali
nyamuk Aedes aegypti. Seifinejad, Rasoul Marzban, Khalil Kariman
and Bahram Maleki, 2007. Distribution And
Diversity Of Dipteran-Specific Cry And Cyt
SARAN
Genes In Native Bacillus thuringiensis Strain
Perlu dilakukan penelitian uji serologi dari isolat
Obtained From Different Ecosystem Of Iran. J
yang patogenisitasnya ˃ 50%.
Ind Microbiol Biotechnol (2008) 35: 83-94
Hofte, H and H.R. whitely, 1989. Insecticidal Crystal
UCAPAN TERIMA KASIH Protein Of Bacillus thuringiensis. Microbial.
Dengan selesainya penelitian ini kami mengucapkan 53:42-255
terima kasih kepada Dra. Blondine Ch P, M.Kes, Kepala Kemas,A.H.1993. Rancangan Percobaan Teori dan
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Aplikasi. Rajawali Press, Jakarta
Reservoir Penyakit di Salatiga, Kepala Dinas Kesehatan Khetan, S.K., 2001. Microbial Pest Control. Marcel
Kabupaten Magelang atas bantuan dan fasilitas da­ Dekker, Inc. USA
lam pelaksanaan penelitian. Ucapan terima kasih, Phyllis A. W. Martin and Russell S. Travers, 1989.
disampaikan juga kepada semua pihak yang telah aktif Applied And Environmental Microbiology. Vol.
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. 55, No. 10 P. 2437-2442

17
Isolasi Bacillus Thuringiensis dari Berbagai ... (Esti Rahardianingtyas, et. al)

Pusat Data Survelence Epidemiologi, 2010, Buletin WHO, 1999. Microbial Pest Control Agent “Bacillus
Jendela Epidemiologi. Kementrian kesehatan RI, Thuringiensis”.WHO, Jeneva.
Jakarta .

18

Anda mungkin juga menyukai