Anda di halaman 1dari 6

Nama : Purnama Sari

NIM : ADA 117 061


Mata Kuliah : Supervisi Klinis

Tugas Modul III KB I


1. Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran
(pembelajaran) dengan melalu siklus yang sistematis.
a. Sebutkan dan jelaskan siklus tersebut
b. Setelah menganalisa dari beberapa pendapat para ahli tentang supervisi klinis….
Bagaimana kesimpulan anda sebagai mahasiswa calon guru sekolah dasar.
Jawaban
a. Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang
diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis.
Siklus sistematis ini   meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan
dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan
mengajarnya yang nyata.

Jika dikaji berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung makna: (1) Pengobatan
(klinis) dan (2) Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang.

Supervisi klinis dapat digambarkan dalam bagan siklus supervisi sebagai berikut:

TAHAP PERTEMUAN AKHIR Diskusi Balikan:


–          Interpretasi bersama

–          Analisis data

–          Refleksi

Analisis Pendahuluan teknis rekaman observasi

Revisi oleh guru(bila perlu)

TAHAP AWAL PERTEMUAN PENDAHULUAN Pembentukan kerangka


kerja:
–          Suasana intim

–          Kaji ulang


–          Instrumen observasi (kontrak)

Perencanaan/Persiapanguru

TAHAP OBSERVASI MENGAJAR Pelaksanaan Mengajar:


–          Pencatatan tingkah laku guru oelh supervisor

b. Kesimpulan saya sebagai mahasiswa adalah bahwa supervisi klinis adalah suatu proses
kepemimpinan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan
profesional guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan
analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku
mengajar tersebut.

Tugas KB II

Supervisi klinis mempunyai keutamaan atau urgensi, Sebutkan dan jelaskan.

Jawaban

Urgensi Supervisi klinis yaitu :


1) Mengindarkan guru dari jebakan penurunan motivasi dan kinerja dalam melakukan proses
pembelajaran.
2) Menghindarkan guru dan upaya menutupi kelemahannya sendiri melalui cara-cara dialok
terbuka dengan supervisornya.
3) Menghindara ketiadaan respon dari supervisor atau praktik profesionalyang telah memenuhi
standar kompetensi dank ode etik atau yang masih dibawa standar.
4) Mendorong guru untuk selalu daptif terhadap kemajuan iptek dalam proses pembelajaran.
5) Menjaga konsistensi guru agar tidak kehilangan identitas diri sebagai penyanggang profesi
yang terhormat dan bermanfaat bagi kemajuan generasi
6) Menjaga konsistensi prilaku guru, agar tidak masuk dalam jabatan kejenuhan professional
(bornout), bukan meningkatkannya.
7) Mendorong guru untuk secara cermat dalam bekerja dan berinteraksi dengan sejawat dan
siswa agar terhindar dari pelanggaran kode etik profesi guru.
8) Menghindarkan guru dari praktik-praktik melakukan atau mengulangi kekeliruan secara
massif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
9) Menghindarkan guru dari erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan
selama studi di perguruan tinggi.
10)Menghindarkan siswa dari praktik-praktik yang merugikan, karena tidak memperoleh
layanan yang memuaskan, baik secara akademik ataupun non akademik.
11)Menjauhkan guru dari menurunnya apresiasi dan kepercayaan siswa, orangtua siswa,
masyarakat atau profesi yang mereka sandang.

Tugas KB III

Ada beberapa model, teknik komunikasi dan pendekatan dalam supervise klinis
,Sebutkan dan uraikan.

Jawaban

 Model dalam supervisi klinis yaitu :

1) Model Pengembangan

Konsep dasar pada model ini adalah keyakinan bahwa individu tumbuh secara
kontinyu ketika tindakannya telah benar, menjalankan secara baik, dan menjalani
pertumbuhan secara berpola.

2. Model terpadu

Model ini menekankan pada tiga area focus pengembangan keterampilan, yaitu
proses, konseptualisasi, dan personalisasi. Sesekali supervisor bisa tampil langsung
selayaknya guru yang memberi mata kuliah, pengajaran atau informasi kepada
kliennya. Sesekali dia bertindak sebagai konselor ketika harus melakukan tindakan
konseling atau kepenasehatan khusus atas jalin hubungan selayaknya sejawat, ko-
terapis, atau memerankan diri sebagai konsultan.

3. Model orientasi spesifik

Model ini mengadopsi beberapa model terapi, seperti yang pernah dikembangkan
oleh Adlerian dengan pendekatan solusi terfokus atau pendekatan perilaku. Diyakini
bahwa proses supervise yang terbaik didapatkan dari terapi yang baik pula.

 Teknik komunikasi dalam supervise yaitu :


Dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, supervisor pembelajaran
berkomunikasi dengan guru yang disupervisi. Ahli komunikasi umumnya sependapat
bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari pengirim
kepada penerima pesan, dimana pesan itu disampaikan melalui media atau tanda-tanda
dengan menggunakan bahasa tertentu yang saling dimengerti untuk mencapai suatu
tujuan. Komunikasi adalah segala penyampaian segala perasaan, sikap, kebijakan dan
kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan dua definisi diatas,
maka dalam proses komunikasi terlibat pelbagai unsur seperti, penyampaian informasi
(sender atau informator), penerima informasi (receiver), isi informasi (message), media
atau tanda-tanda yang digunakan (medium or symbols), dan bahasa yang saling
dimengerti (mutual language system). Unsur lain dari komunikasi adalah gangguan
(noise), dan respon (response). Dalam konteks komunikasi untuk supervisi klinis,
kedudukan supervisor dan yang disupervisi sebagai pengirim dan penerima pesan itu
saling berganti. Karena memang dalam supervisi pembelajaran klinis, dialog terbuka
menjadi sangat penting.

Ada tiga tinjauan untuk memahami konsep dasar komunikasi antara supervisor
dengan guru yang disupervisi. Ketiga tinjauan tersebut dirumuskan berikut ini. Pertama,
bahwa komunikasi itu dipandang sebagai proses penyampaian informasi. Keberhasilan
proses komunikasi antara supervisor dengan guru terletak pada penguasaan materi atau
fakta dan pengaturan cara-cara penyampaiannya. Guru sebagai penerima pesan dan
supervisor sebagai pengirim atau sebaliknya tidak merupakan komponen yang
menentukan keberhasilan komunikasi.

Kedua, komunikasi itu suatu proses penyampaian gagasan-gagasan dari supervisor


kepada guru. Didalam konsep ini terkandung makna bahwa guru sebagai penerima pesan
dianggap sebagai bagian dari proses komunikasi, namun penekanan terletak kepada
supervisor atau message formulator.

Kelemahan komunikasi yang bersifat “speaker-centered phylosophy of


communication”mini terletak pada beberapa hal. Pertama, penerima pesan dipandang
sebagai objek yang pasif dan bukan sebagai kekuatan aktif dalam proses komunikai.
Kedua, konsep ini tidak mengemukakan terjadinya proses pemahaman atau meaning
yang tidak dapat dihindari dalam proses komunikasi. Ketiga, terlalu parochial atau
kurang mengungkapkan masalah manusia yang suatu waktu berkomunikasi dengan
dirinya sendiri.

Ketiga, komunikasi dipandang sebagai suatu proses menciptakan arti, ide, gagasan
atau konsep. Pesan supervisor dapat diciptakan melalui orang, televisi, radio, memo,
papan pengumuman, suran dan sebagainya. Konsep ini tidak sepenuhnya tepat,
mengingat bahwa komunikasi itu bukan proses penyampaian arti atau gagasan dari
seseorang kepada orang lain.
Sedangkan dilihat dari teknik, pengawas menerapkan atau melaksanakan kegiatan
supervisi dengan teknik-teknik yang cukup bervariasi. Teknik-teknik kegiatan supervisi
pengawas yang dapat diidenifikasi antara lain:
a. Teknik diskusi kelompok atau rapat supervisi,
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang
ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru guru yang diduga, sesuai dengan analisis
kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka
diberikan layanan supervise sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi.       
b. Teknik pertemuan individual,
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran
antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan
kemampuan professional guru.
Swearingen (1961) mengklasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi empat
macam sebagai berikut :
1) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas
ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2) office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala
sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
3) causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang
dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru,
4) observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah
supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
c. Teknik kunjungan kelas/lapangan.
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara
perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah
itu sendiri. Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengembangan
kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini
dalam melaksanakan supervisi bagi guru.
1) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
2) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
3) Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa yang
ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
4) Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
5) Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu
      Keadaan ini menunjukkan bahwa pengawas telah memiliki keterampilan yang cukup
baik dalam melakukan tugasnya sebagai supervisor pengajaran. Dengan demikian maka
keterampilan yang dimiliki pengawas tersebut merupakan salah satu kekuatan yang
dimiliki dinas pendidikan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam hal
mengelola KBM, sehingga pada gilirannya dapat pula meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran. Upaya yang dilakukan pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi
akademik itu dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah berkat kemampuan yang
dimiliki oleh pengawas sekolah yang selalu membina atau membangun komunikasi yang
baik dengan para guru dan kepala sekolah.
 Pendekatan dalam supervise klinis yaitu :
Adapun pendekatan yang digunakan pada saat melakukan supervisi klinis ada tiga
yaitu  pendekatan  direktif,  kolaboratif,  dan  non  direktif.  Pendekatan-pendekatan ini
dijelaskan sbb:  
1) Direktif,  tanggung jawab lebih banyak pada supervisor
2) Kolaboratif, tanggung Jawab terbagi relatif sama antara supervisor dan guru
3) Non-direktif, tanggung jawab lebih banyak pada guru

Anda mungkin juga menyukai