Purnama Sari-Supervisi Klinis-Ada117061
Purnama Sari-Supervisi Klinis-Ada117061
Jika dikaji berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung makna: (1) Pengobatan
(klinis) dan (2) Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang.
Supervisi klinis dapat digambarkan dalam bagan siklus supervisi sebagai berikut:
– Refleksi
Perencanaan/Persiapanguru
b. Kesimpulan saya sebagai mahasiswa adalah bahwa supervisi klinis adalah suatu proses
kepemimpinan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan
profesional guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan
analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku
mengajar tersebut.
Tugas KB II
Jawaban
Tugas KB III
Ada beberapa model, teknik komunikasi dan pendekatan dalam supervise klinis
,Sebutkan dan uraikan.
Jawaban
1) Model Pengembangan
Konsep dasar pada model ini adalah keyakinan bahwa individu tumbuh secara
kontinyu ketika tindakannya telah benar, menjalankan secara baik, dan menjalani
pertumbuhan secara berpola.
2. Model terpadu
Model ini menekankan pada tiga area focus pengembangan keterampilan, yaitu
proses, konseptualisasi, dan personalisasi. Sesekali supervisor bisa tampil langsung
selayaknya guru yang memberi mata kuliah, pengajaran atau informasi kepada
kliennya. Sesekali dia bertindak sebagai konselor ketika harus melakukan tindakan
konseling atau kepenasehatan khusus atas jalin hubungan selayaknya sejawat, ko-
terapis, atau memerankan diri sebagai konsultan.
Model ini mengadopsi beberapa model terapi, seperti yang pernah dikembangkan
oleh Adlerian dengan pendekatan solusi terfokus atau pendekatan perilaku. Diyakini
bahwa proses supervise yang terbaik didapatkan dari terapi yang baik pula.
Ada tiga tinjauan untuk memahami konsep dasar komunikasi antara supervisor
dengan guru yang disupervisi. Ketiga tinjauan tersebut dirumuskan berikut ini. Pertama,
bahwa komunikasi itu dipandang sebagai proses penyampaian informasi. Keberhasilan
proses komunikasi antara supervisor dengan guru terletak pada penguasaan materi atau
fakta dan pengaturan cara-cara penyampaiannya. Guru sebagai penerima pesan dan
supervisor sebagai pengirim atau sebaliknya tidak merupakan komponen yang
menentukan keberhasilan komunikasi.
Ketiga, komunikasi dipandang sebagai suatu proses menciptakan arti, ide, gagasan
atau konsep. Pesan supervisor dapat diciptakan melalui orang, televisi, radio, memo,
papan pengumuman, suran dan sebagainya. Konsep ini tidak sepenuhnya tepat,
mengingat bahwa komunikasi itu bukan proses penyampaian arti atau gagasan dari
seseorang kepada orang lain.
Sedangkan dilihat dari teknik, pengawas menerapkan atau melaksanakan kegiatan
supervisi dengan teknik-teknik yang cukup bervariasi. Teknik-teknik kegiatan supervisi
pengawas yang dapat diidenifikasi antara lain:
a. Teknik diskusi kelompok atau rapat supervisi,
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang
ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru guru yang diduga, sesuai dengan analisis
kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka
diberikan layanan supervise sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi.
b. Teknik pertemuan individual,
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran
antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan
kemampuan professional guru.
Swearingen (1961) mengklasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi empat
macam sebagai berikut :
1) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas
ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2) office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala
sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
3) causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang
dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru,
4) observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah
supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
c. Teknik kunjungan kelas/lapangan.
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara
perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah
itu sendiri. Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengembangan
kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini
dalam melaksanakan supervisi bagi guru.
1) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
2) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
3) Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa yang
ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
4) Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
5) Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu
Keadaan ini menunjukkan bahwa pengawas telah memiliki keterampilan yang cukup
baik dalam melakukan tugasnya sebagai supervisor pengajaran. Dengan demikian maka
keterampilan yang dimiliki pengawas tersebut merupakan salah satu kekuatan yang
dimiliki dinas pendidikan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam hal
mengelola KBM, sehingga pada gilirannya dapat pula meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran. Upaya yang dilakukan pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi
akademik itu dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah berkat kemampuan yang
dimiliki oleh pengawas sekolah yang selalu membina atau membangun komunikasi yang
baik dengan para guru dan kepala sekolah.
Pendekatan dalam supervise klinis yaitu :
Adapun pendekatan yang digunakan pada saat melakukan supervisi klinis ada tiga
yaitu pendekatan direktif, kolaboratif, dan non direktif. Pendekatan-pendekatan ini
dijelaskan sbb:
1) Direktif, tanggung jawab lebih banyak pada supervisor
2) Kolaboratif, tanggung Jawab terbagi relatif sama antara supervisor dan guru
3) Non-direktif, tanggung jawab lebih banyak pada guru