Anda di halaman 1dari 11

MATA KULIAH DOSEN PEMBIMBING

TEKNIK TEGANGAN TINGGI DR. LILIANA S.T, M.ENG

PENGUKURAN DAN PENGUJIAN

OLEH KELOMPOK 5:

MUHAMMAD FAJRI
(11755102098)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha


Pengasih Lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-
Nya Karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “PENGUKURAN DAN PENGUJIAN“ Makalah ini telah penulis
susun dengan sebaik-baiknya. Dan terima kasih kepada Ibuk Dr. Liliana S.T,
M.Eng selaku Dosen Mata Kuliah Proteksi Sistem Tenaga Listrik serta pihak-
pihak yang telah membantu, sehingga penulis bisa menyelesaikan Makalah ini
dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dalam susunan bahasa maupun penulisan. Oleh karena itu
penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga
penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Akhir kata Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat yang
bukan sekedar dimengerti isinya, tetapi yang lebih penting dari itu dapat
diamalkan sebaik-baiknya ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pekanbaru, 22 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pola pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di
suatu kawasan, penggunaan sistem tegangan menengah sebagai jaringan utama
adalah upaya utama untuk menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan
kualitas persyaratan tegangan yang harus dipatuhi oleh PT PLN Persero selaku
pemegang kuasa usaha utama sebagaimana diatur dalam UU Ketenagalistrikan
No. 30 Tahun 2009. (Tobing, 2003)
Pada umumnya kegagalan isolasi pada alat-alat listrik disebabkan oleh kegagalan
isolasinya dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator sehingga terjadi lompatan
elektron antara kedua kawat yang salah satu bertegangan atau keduanya.(Wahyono, 2011)
Kegagalan isolasi ini disebabkan beberapa hal antara lain isolasi tersebut dipakai
sudah lama, kerusakan mekanis, berkurangnya kekuatan dielektriknya, karena isolasi
tersebut dikenakan tegangan lebih. Pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi ini
dimaksudkan untuk mengadakan pengujian-pengujian masalah yang kaitanya dengan
tegangan tinggi. Maksud diadakan pengujian tegangan tinggi ini adalah :
1. Menentukan bahan yang kualitasnya tidak baik atau cara membuatnya salah.
2. Memberikan jaminan bahwa alat-alat dapat dipakai pada tegangan normal dalam
jangka waktu yang terbatas.
3. Memberikan jaminan bahwa isolasi alat-alat listrik dapat tahan terhadap tegangan
lebih dalam waktu yang terbatas.
Ada dua macam pengujian peralatan listrik terhadap tegangan tinggi yaitu:
a. Pengujian yang bersifat merusak pada alat yang di uji
b. Pengujian yang tidak merusak terhadap alat yang di uji.
Pengujian yang sifatnya tidak merusak misalnya pengukuran tahanan isolasi,
pengukuran tegangan korona, dan lain sebagainya.
Pengujian yang bersifat merusak diklasifikasikan menjadi tiga tingkat yaitu :
a. Pengujian ketahanan : pengujian pada tegangan tertentu diterapkan pada waktu
yang tertentu pula, bila tidak terjadi lompatan berarti pengujianya memuaskan.
b. Pengujian pelepasan: dari pengujian tegangan ketahanan dinaikan sehingga
terjadi pelepasan pada beban atau obyek yang di uji. Pengujian ini dapat dilakukan pada
suasana kering atau basah.
c. Pengujian kegagalan : pengujian ini tegangan dari pengujian pelepasan dinaikan
sehingga terjadi kegagalan pada benda yang diuji.
Dengan ditetapkannya kualitas persyaratan bahan isolasi tegangan sebagai
isolator operasi yang digunakan, maka peralatan- peralatan isolator wajib
memenuhi kriteria enggineering kemananan ketenagalistrikan. Oleh karena itu
pemakalah akan membahas mengenai materi berjudul pengukuran dan pengujian
tegangan tinggi,yang meliputi pengukuran tegangan dan arus tinggi, pengujian
bahan isolasi, dan pengujian peralatan tenaga listrik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah masalah yang akan disajikan penulis dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengukur tegangan dan arus tinggi ?
2. Bagaimana menguji bahan isolasi?
3. Bagaimana menguji peralatan tenaga listrik?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui mengukur tegangan dan arus tinggi ?
2. Mengetahui menguji bahan isolasi?
3. Mengetahui menguji peralatan tenaga listrik?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengukuran tegangan dan arus tinggi
2.1.1 Pengukuran Tegangan Dan Pengukuran Arus
Secara definitif, pengukuran adalah upaya untuk mendapatkan besaran
kuantitatif yang merupakan hasil perbandingan antara suatu yang ingin diketahui
terhadap standarnya.dalam suatu pengukuran diperlukan instrument sebagai suatu
cara fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Dengan
demikian, sebuah instrument dapat didefinisikan sebagai sebuah alat yang
digunakan untuk menentukan nilai dari suatu kuantitas atau variabel sehingga
instrument dapat pula disebut alat ukur.
untuk pengukuran tahanan adalah menggunakan metoda voltmeter
ampermeter. Jika tegangan V antara ujung-ujung tahanan dan arus I melalui
tahanan tersebut diukur, tahanan Rx yang tidak diketahui dapat ditentukan
berdasarkan hukum ohm.
V
R x= (2.1)
I
Dalam gambar 2.1 arus sebenarnya (true current) yang disalurkan ke
beban diukur oleh ampermeter, tetapi voltmeter lebih tepat mengukur tegangan
sumber dari pada tegangan beban nyata. Untuk mendapatkan tegangan yang
sebenanya pada beban, penurunan tegangan di dalam ampermeter harus
dikurangkan dari penunjukan voltmeter. Voltmeter dihubungkan langsung
diantara ujung-ujung tahanan seperti dalam gambar 2.2, sehingga voltmeter
mengukur tegangan beban yang sebenarnya. Tetapi ampermeter menghasilkan
kesalahan (error) sebesar arus yang melalui voltmeter. Dalam pengukuran pada
gambar 2.1 dan gambar 2.2 pengukuran Rx kesalahan akan selalu terjadi. Cara
yang betul untuk menghubungkan voltmeter bergantung pada nilai Rx berserta
tahanan voltmeter dan ampermeter, umumnya tahanan ampermeter adalah rendah
sedangkan tahanan voltmeter adalah tinggi.

Gambar 2.1.Penempatan voltmeter pada pengukuran


(Sumber: Frederik,2009)
Gambar 2.2.Penempatan Ampermeter pada pengukuran.
(Sumber: Frederik,2009)
2.1.2 Teknik Pengukuran Tegangan Tinggi Bolak Balik
A. Trafo penguji
Untuk membangkitkan tegangan tinggi AC dipergunkan trafo penguji.
Karakteristik dari trafo penguji berbeda dengan trafo daya. Pada trafo daya
berlaku hubungan:
v1
a= (2.2)
v2
Dengan:
a = perbandingan belitan primer dan sekunder.
v1 = tegangan primer
v 2= tegangan sekunder
Dengan perkataan lain, tegangan tinggi disisi sekunder dapat ditentukan
dengan mengetahui tegangan disisi primer. Pada trafo penguji cara diatas tidak
dapat dilakukan karena hubungan antara tegangan primer dan tegangan sekunder
adalah :
v1
a (2.3)
v 2=
1−k
Dengan k adalah suatu konstanta yang besarnya ditentukan oleh parameter
C trafo penguji. Oleh karena itu untuk mengetahui tegangan disisi sekunder harus
dilakukan pengukuran secara langsung. Beberapa metode pengukuran tegangan
tinggi bolak balik :
1. Pengukuran tegangan puncak dengan sela bola standart.
2. Pengukuran tegangan puncak dengan metode Fortesque.
3. Pengukuran tegangan dengan pembagi tegangan kapasitif.
4. Pengukuran tegangan dengan trafo tegangan (VT).
B. Pengukuran dengan Sela Bola Standart.
Tegangan tembus (breakdown) sela bola standart untuk berbagai jarak sela
pada keadaan suhu udara 20°C dan tekanan 760 mmHg sudah ada tabelnya. Jika
sela bola tembus pada suhu (t) dan tekanan udara (p), maka tegangan yang
dikenakan pada sela bola dapat ditentukan dangan cara sebagai berikut :
1. Tentukan jarak sela bola, misalnya (s)
2. Cari tegangan tembus sela bola dari table standart untuk jarak sela (s),
misalnya V S
0,386. P
3. Hitung factor koreksi σ¿ Jika harga factor koreksi diluar dari
273+ t
(0,95 … 1,05) maka dipakai harga factor koreksi σ = 0,970 (menurut IEC)
4. Tegangan yang dikenakan pada sela bola adalah V= σ.V S

Gambar 2.3 Rangkaian pengukuran tegangan tinggi dengan sela


bola
(Sumber: Supriono. 2014)

C Pengukuran Tegangan Puncak dengan Metode Fortesque.


Rangkaian untuk pengukuran tegangan tinggi dengan metode Fortesque
ditunjukkan pada gambar 2.4 Metode ini sering digunakan untuk pengukuran
tegangan terhadap tanah. Jika yang diukur adalah tegangan AC yang berbentuk
sinusoidal, maka arus yang mengalir pada kapasitor akan terdahulu 90°dari
tegangan.
(a) (b)

Gambar 2.4 (a) Metode Pengukuran Fortesque. (b) Grafik tegangan dan arus
(Sumber: Supriono. 2014)
Jika arus yang mengalir melalui alat ukur mA sebesar I, maka :

1 1
V m= , Misalkan K= maka:
2 fC 2 fC
V m =I . K (2.4)
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian pengukuran tegangan dengan
metode Fortesque :
1. Bentuk tegangan.
2. Ketelitian alat ukur mA.
3. Toleransi kapasitor dan dioda.
Keuntungan mengunakan metode Fortesque adalah pengukuran lebih teliti
dan pengukuran dapat dilakukan secara kontinu.
D. Pengukuran Tegangan dengan Pembagi Tegangan Kapasitif

Gambar 2.5 Pengukuran dengan pembagi tegangan kapasitif


(Sumber: Supriono. 2014)
Pada prinsipnya pengukuran ini didasarkan pada drop tegangan pada
kapasitor tegangan rendah (CL). Besarnya tegangan yang pada sisi sekunder trafo
penguji :
C H +C L CH+ CL
V H= .V L misalkan K= .V L, Maka:
CH CH
V H =K .V L (2.5)
E. Pengukuran Tegangan Impuls
Bentuk tegangan Impuls seperti pada gambar 4, dengan mengikuti JIS
(Japan International Standard) ditetapakan bahwa permukaan gelombang (Tf)
sebesar 1 μs dan ekor gelombang (Tt) sebesar
40 μs. Penulisan untuk gelombang impuls disingkat dengan (Tf x Tt) sehingga
untuk standart JIS penulisan menjadi (1 x 40) μs.
Pengukuran tegangan impuls dengan menggunakan metode tegangan
percikan 50 % (50 % spark over voltage, SOV) dari sebuah sela bola standart.
Untuk menetapkan 50 % SOV ini tiap perbandingan pelepasan diukur dengan
menerapkan dua tegangan masing masing lima kali atau lebih. Mula mula
tegangan puncak yang besarnya hampir sama dengan tegangan percik minimum
diterapkan pada sela bola tersebut. Apabila percikan terjadi maka tegangan
diturunkan, tegangan ini diterapkan lagi pada sela bola jika masih ada percikan
tegangan diturunkan lagi, bila tidak tegangannya dinaikkan. Prosedur ini diulangi
sampai empat puluh kali. Misalnya hasilnya adalah :

Gambar 2.6 Bentuk gelombang Impuls


(Sumber: Supriono. 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Meriam, L, J., & Kraige, G. L. 1993. Mekanika Teknik Dinamika. Jakarta:


Erlangga,
Rahman Kurnia Arif Fahmi. 2011. Standar Pengujian Peralatan Transformator
Jurusan Teknik Elektro POLINES
Tobing, L., Bonggas. 2003.Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Dieter Kind, 1993, Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi, ITB, Bandung
Wahyono, 2011, Simulasi Pembangkitan Dan Pengukuran Tegangan Tinggi Dengan
Menggunakan Sela Bola Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang
Frederik Erik.2009. Pengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem Penganalisis
Komponen Frekuensi Harmonisa Arus Beban Peralatan Listrik. Jurusan
teknik elektro Universitas sanata dharma
Supriono. 2014. Buku Ajar Teknik Tegangan Tinggi Jurusan Teknik Elektro
Universitas Mataram

Anda mungkin juga menyukai