Anda di halaman 1dari 12

BAB 9

ANALISIS TERHADAP LINGKUNGAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Tujuan pembelajaran

Setelah membaca bab ini Anda diharapkan mampu untuk :

1. Mengetahui tujuan dari analisis lingkungan eksternal perusahaan


2. Mendapatkan pengetahuan mengenai alat-alat yang biasa digunakan untuk menganalisis
lingkungan eksternal perusahaan
3. Memahami analisis mengenaistruktur industri
4. Memahami analisis mengenai lima kekuatan (five forces)
5. Mendapatkan pengetahuan mengenai analisis STEEPLE
Hermawan Kartajaya (1999) menyebut kondisi persaingan saat ini berada pada tahap wild—di mana
perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam satu industri bahkan lintas industri, memiliki akses
yang relatif sama terhadap ketersediaan teknologi untuk menghasilkan produk baru. Sementara itu,
Fitzor dan Hulbert (2005:6) menggambarkan lingkungan perusahaan saai ini sebagai sebuah
turbulent world, dunia yang dipenuhi dengan perubahan dan sulit untuk dipolakan. Dalam keadaan
seperti ini, berbagai perubahan berjalan begitu cepat dan tidak selalu bisa diprediksikan dengan
akurat. Kondisi lingkungan perusahaan dan persaingan seperti telah diuraikan sebelumnya
mengharuskan perusahaan untuk melakukan analisis lingkungan perusahaan, baik lingkungan
eksternal perusahaan maupun lingkungan intenal perusahaan.

Bab 9 ini akan membahas analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan. Analisis lingkungan
eksternal perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peluang (oppotunities) dan
ancaman (threats).

Pembahasan lingkungan perusahaan akan dilanjutkan pada bab 10. Padabab ini akan dibahas
mengenai analisis lingkungan internal perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan
bertujuan mengidentifikasi sejumlah kekuatan (strenghs) dan kelemahan (weaknesses).

Setelah sejumlah peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dapat diidentifikasi makan
selanjutnya akan dilakukan proses formulasi strategi dengan menggunakan alat analisis yang
dikembangkan oleh Wheelen dan Hunger (2004) dan balanced scorecard yang dikembangkan oleh
Norton dan Kaplan. Proses formulasi strategi dengan menggunakan pendekatan Wheelen dan
Hunger akan dibahas di Bab 11, sedangkan proses formulasi strategi dengan menggunakan
pendekatan balanced scorecard akan dibahas di Bab 12.

 Tujuan Analisis terhadap Lingkungan Eksternal Perusahaan


Sebagaimana telah disebutkan, analisis lingkungan eksternal perusahaan tertama bertujuan
untuk mengidentifikasi sejumlah peluang dan ancaman yang berada di lingungan eksternal
perusahaan. Peluang (opportunities) merupakan tren positif yang berada di lingkungan
eksternal perusahaan dan apabila peluang tesebut dieksploitasi oleh perusahaan maka
peluang usaha tersbut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara
berkelanjutan.
Adapun yang dimaksud ancaman (threats) adalah bebagai tren negatif yang terdapat di
lingkungan eksternal perusahaan dan apabil ancaman ini tidak diantisipasi dengan baik oleh
perusahaan maka ancaman terebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Sedangkan Barney dan Hesterly (2008) mendefinisikan ancaman (threats) sebagai,
“individual, group or organization outside a firm thak seeks to reduce the level of that firm’s
performance (individu, kelompok ataupun organisasi di luar suatu perusahaan yang
berupaya untuk mengurangi kinerja yang sudah dicapai oleh perusahaan)”.
Perusahaan harus melakukan analisis lingkungan eksternal perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh potensi keuntungan dari peluang usaha dan memminimalkan terjadinya resiko
kerugian yang ditimbulkan oleh ancaman.
 Alat-alat Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan
Barney dan Hesterly (2008: 39) menyebutkan adanya dua jenis alat analisis yang dapat
digunakan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang berasal dari
lingkungan eksternal perusahaan. Kedua alat analisis tersebut adalah analisis struktur
industri—yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai peluang usaha, dan analisis
five forces—yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai ancaman yang berasal
dari lingkungan eksternal perusahaan. Analisis terhadap struktur industri dan five forces
ditujukan untuk menganalisis lingkungan tugas perusahaan (task environment). Selain kedua
alat analisis tersebut, perusahaan dapat menggunakan analisis STEEPLE. Analisis STEEPLE
lebih ditujukan untuk menganalisis lingkungan umum perusahaan, di mana
perubahanlingkungan umum perusahaan (sebagaimana lingkungan tugas perusahaan) dapat
mencipkan sejumlah peluang maupun ancaman bagi perusahaan. Subbab-subbab
selanjutnya akan membahas tiap-tiap analisis ini.
 Analisis Struktur Industri
Struktur industri didefinisikan oleh Porter (1998: 5) sebagi, “the underlying economic and
technical characteristics of an industry”. Struktur industri sendiri terbentuk dari perpaduan
berbagai karakteristik industri yang ada di dalamnya. Kendati terdapat banyak cara untuk
mengelompokkan struktur industri, tetapi dari berbagai cara pengelompokkan struktur
industri tersebut, terdapat empat kategori generik struktur industri (Barnet dan Hesterly,
2008), yaitu framented industry, emerging industry, mature industry dan declining industry.
Melalui pemahaman terhadap struktur industri di mana perusahaan berada, maka
perusahaan dapat mengidentifikasi streategi mana yang dapat diterapkan oleh perusahaan
agar adapat memaksimalkan peluang untuk memperoleh keunggulan kompetitif yang
berasal dari karakteristik masing-masing struktur industri.

Fragmented Industry
Fragmented industry merupakan struktur industri yang terdiri dari sejumlah besar industri
kecil atau sedang dan tidak ada perusahaan yang memiliki pangsa pasar (market share)
dominan dalam industri tersebut (Barney dan Hesterly, 2008). Sebagai contoh industri
furnitur, salon kecantikan, rumah makan, dan industri kerajinan (Siswidiyati, dkk.,2009)
merupakan contoh-contoh industri yang berada dalam kelompok industri terfragmentasi di
Indonesia. Fragmentasi industri dapat pula dilihat dari sejauh mana dalam suatu industri
terdapat berbagai produk atau jasa yang bisa ditawarkan dalam industri tersebut.
Dalam kaitan ini Soekirno, Wirahadikusumah, dan Abduh (2006) menilai industri konstruksi
di Indonesia merupakan industri yang terfragmentasi karena dalam suatu penyelenggaraan
proyek konstrusi, fungsi-fungsi perancangan, pemasangan dan operasional dilakukan secara
terpisah oleh pihak-pihak yang berbeda.
Menurut Hill dan Jones (2004) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan industri
menjadi terfragmentasi. Pertama, rendahnya hambatan masuk (entry barrier) ke dalam
industri sehingga banyak perusahaan yang bisa masuk ke dalam industri tersebut. Kedua, di
dalam industri tersebut terjadi diseconomies of scale. Dalam kaitan ini Hill dan Jones (2004)
mencontohkan terjadinya diseconomies of scale yang terjadi dalam bisnis restoran di mana
para pelanggan restoran biasanya menginginkan makanan yang unik dari restoran tersebut
sehingga makanannya tidak dapat diproduksi secara massal, padahal produksi makanan
secara massal akan memungkinkan terjadinya penurunan biaya per unit. Ketiga, industri
tersebut bersifat sangat khusus sehingga tidak memungkinkan dilakukannnya produksi
secara massal melainkan hanya bisa melayani produksi berdasarkan pesanan. Hal ini
misalnya terjadi pada industri kerajinan.
Struktur industri yang terfragmentasi memberikan peluang bagi perusahaan yang ada di
dalamnya untuk menerapkan strategi konsolidasi (considation strategy) yaitu dengan
menggabungkan kekuatan sumber daya beberapa perusahaan ke dalam suatu usaha
bersama ataupun format bisnis yang disepakati dengan tujuan untuk memperoleh
keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui peningkatan kekuatan modal, sumber daya
manusia maupun sumber daya organisasi lainnya.
Strategi lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang berbgerak dalam industri yang
terfragmentasi adalah dengan melakukan pembukaan usaha di beberapa tempat yang
dimiliki oleh satu perusahaan (chaining) dan pembukaan waralaba (franchising). Strategi
chaining dilakukan oleh raksasa eceran Carrefour dengan membuka cabang di berbagai
tempat di sejumlah kota besar di Indonesia. Sedangkan strategi waralaba untuk menghadapi
struktur industri terfragmentasi di Indonesia telah diterapkan dengan sangat berhasil oleh Es
Teler 77, rumah makan sederhana, maupun Bakso Malang Karapitan. Strategi waralaba juga
berhasil mendongkrak bisnis para wirausaha mandiri yang dibina oleh Bank Mandiri.

Emerging Industry
Emerging Industri adalah industri yang baru tercipta kembali akibat adanya inovasi
teknologi, perubahan permintaan, atau karena munculnya kategori kebutuhan konsumen
yang baru (Barney dan Hesterly, 2008). Industri microprocessor, komputer, telekomunikasi,
dan bioteknologi merupakan beberapa industri yang berada dalam kategori emerging
industry.
Emerging industry memberi peluang yang sangat besar bagi perusahaan yang pertama kali
menjadi penggerak dalam industri tersebut (first mover). Hal ini dapat terjadi karena aturan
main mauoun standar dalam industri tersbut belum dibuat, sehingga siapapun yang menjadi
first mover akan memperoleh peluang lebih besar untuk menciptakan keunggulan kompetitif
di bandingkan pesaing yang bergerak belakangan.
Menurut Barney dan hesterly (2008: 55) terdapat 3 strategi yang dapat dipilih oleh
first mover agar dapat memanfaatkan peluang yang ada dalam struktur industri ini. Ketiga
strategi tersebut, adalah :
KEPEMIMPINAN TEKNOLOGI (TECHNOLOGICAL LEADRSHIP). Yakni perusahaan yang
melakukan investasi awal dalam teknologi tertentu di mana investasi dalam teknologi yang
baru ini akan memberikan keuntungan bagi perusahaan bagi perusahaan dalam bentuk
perolehan biaya produksi yang lebih rendah dari pesaing serta diperolehnya hak paten atas
penemuan teknologi tertentu yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif.

PENGUASAAN ASET-ASET STRATEGIS (PREEMPTION OF STRATEGICALLY VALUABLE ASSETS).


Aset-aset strategis adalah berbagai aset yang diperlukan oleh perusahaan untuk dapat
bersaing dengan baik. Aset-aset strategis dapat mencakup bahan baku, lokasi atau sumber
daya lainnya akan memiliki posisi bersaing yang menguntungkan, dan berbagai aset strategis
lainnya akan memiliki posisi bersaing yang lebih baik dibandingkan pesaing yang masuk
belakangan ke dalam pasar. Sebagai contoh, PT. Indofood termasuk first mover dalam bisnis
mi instan di Indonesia dan memperoleh keunggulan kompetitif karena penguasaan terhadap
bahan baku mi instan maupun distribusi mi instan buatan Indofood yang sudah tersebar di
seluruh wilayah Indonesia.
SWITCHING COST. Perusahaan yang menjadi mover dalam suatu industri dapat memperoleh
keunngulan kompetitif akibat munculnya switching cosrt—yaitu biaya yang harus
dikeluarkan oleh pelanggan untuk beralih ke produk lain yang diproduksi pesaing. Sebagai
contoh konsumen yang sudah terlatih untuk menggunakan software AMOS dalam
melakukan analisis structural equation modeling (SEM) akan lebih tertarik untuk
menggunakan AMOS generasi baru dibandingkan LISREL generasi baru, karena ia harus
melakukan investasi waktu dan biaya untuk mempelajari LISREL dari nol, kendati kedua
software tersebut sama-sama dapat digunakan untuk menganalisis SEM.
Mature Industry
Industri yang semula berada dalam tahap emerging industry, sejalan dengan berlalunya
waktu akan memasuki tahap industry yang matang—mature industry, yang ditandai oleh :
 Melambatnya pertumbuhan permintaan industri
 Berkembangnya pelanggan yang terbiasa melakukan pembelian ulang
 Menurunnya peningkatan kapasitas produksi
 Menurunnya peluncuran produk atau jasa baru
 Menurunnya profitabillitas perusahaan dalam satu industri

Di Indonesia, industri detergen sudah masuk ke dalam tahap industri yang matang.
Dalam kondisi seperti ini, pemimpin pasar industri detergen seperti Unilever harus
melakukan perbaikan secara terus-menerus terhadap produk detergen Rinso misalnya
dengan memproduksi Rinso cair yang menggunakan konsentrat detergen lebih tinggi
dibandingkan Rinso sebelumnya.

Selain melakukan perbaikan terhadap produk melalui inovasi produk (product


inovation), perusahaan berpeluang pula untuk memperoleh keunggulan kompetitif
dalam struktur industri yang matang melalui inovasi proses produksi (process
innovation) (Barney dan Hesterly, 2008: 59). Inovasi proses produksi dapat menurunkan
biaya produksi, meningkatkan kualitas produk dan menjadikan manajemen perusahaan
menjadi semakin ramping. Sebagai sontoh di tahun 1980-an konsumen mobil Amerika
memiliki persepsi bahwa perusahaan mobil dari jepang seperti Nissan, Toyota dan
Honda memproduksi mobil yang lebih baik dibandingkan mobil buatan perusahaan
Amerika seperti General Motors, Ford maupun Chrysler.

Declining Industry

Declining Industry adalah industry yang mengalami penurunan penjualan secara absolut
dalam jangka waktu yang panjang. Peluang yang tersedia bagi perusahaan yang ada
dalam industri ini adalah melakukan strategi harvesting dengan secara perlahan-lahan
menarik diri dari industri yang saat ini dijalani serta sedapat mungkin memperoleh
keuntungan selama fase pengunduran diri. Strategi ini dilakukan oleh HM sampoerna
yang bergerak di industri rokok melalui penjualan saham perusahaan HM Sampoerna
beralih ke industri telekomunikasi yang masih berada dalam tahap emerging industry.

 Analisis Five Forces


Model five forces yang dikemukanan oleh Porter dapat digunakan untuk mengidentifikasi
adanya ancaman yang berasal dari lima kekuatan di dalam suatu industri. Potensi ancaman
yang berasal dari kelima kekuatan dalam industri tersebut mencakup: threats of potential
new entrants, barganing power of supplier, rivalry among existing firms, threats of subtitute
products dan bargaining power of buyer.
Threats of Potential New Entrants (Ancaman Masuknya Pesaing Potensial)
Perusahaan akan memperoleh ancaman akibat masuknya perusahaan potensial yang dapat
menjadi pesaing bagi perusahaan atau adanya potemsi pesaing dari perusahaan yang saat ini
belum menjadi pesaing perusahaan tetapi memiliki sumber daya yang memungkinkan
mereka memasuki suatu industri. Potensi pesaing tersebut dapat dilihat dari sumber daya
yang dimiliki calon pesaing. Sebagai contoh, sumber daya yang dimiliki oleh PT. Unilever
Indonesai dapat dianggap sebagai ancaman potensial bagi PT. Indofood maupun Teh Botol
Sosro karena PT. Unilever memiliki sumber daya yang sangat memadai untuk memasuki
bisnis mi instan maupun minuman ringan.
Bargaining Power of Supplier (Daya Tawar Pemasok)
Dalam hal ini pemasok dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang selama ini
memperoleh input dari pemasok bila ketergantungan perusahaan kepada salah satu
pemasok menjadi semakin besar dari waktu ke waktu. Salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk melihat ketergantungan perusahaan kepada salah satu pemasok adalah
indikator rasio konsentrasi (concentration ratio) yang menunjukkan rasio antara jumlah nilai
pasokan dari pemasok tertentu dengan keseluruhan nilai persedian yang dipasok oleh
berbagai pemasok.
Dalam kondisi concentration ratio yang tinggi, pemasok memiliki posisi tawar yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan penerima pasokan sehingga pemasok dapat menetapkan
berbagai syarat perdagangan yang menguntungkan pemasok. Bahkan bila pemasok emiliki
sumber daya organisasi yang lebih besar dibanding perusahaan yang selama ini menerima
pasokan, bukan mustahil dalam jangka panjang perusahaan pemasok dapat mengakuisisi
perusahaan penerima pasokan untuk menciptakan integrasi horizontal. Sebagai contoh
Salim Group sebagai pemasok produk-produk Indofood ke PT. Wicaksana Overseas Group
International—yang merupakan distributor terbesar di era tahun 1990-an pernah
mengajukan proposal akuisisi kepada PT. Wicaksana karena kontribusi penjualan produk-
produk Indofood seperti Supermie, Sarimie dan Indomie terhadap total penjualan PT.
Wicaksana dari waktu menjadi semakin besar.
Rivaly Among Existing Firms (Perusahaan Antarperusahaan dalam Satu Industri)
Tingkat persaingan yag terjadi di antara perusahaan dalam satu industri dapat memberikan
ancaman bagi perusahaan karena tingkat persaingan antarperusahaan yang tinggi dapat
menurunkan pangsa pasar (market share)yang diperoleh perusahaan selama ini, terutama
apabila produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada dalam satu industri
tersebut dipersepsikan relatif sama oleh konsumen. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya
perilaku konsumen yang sering beralih dari produk yang satu ke produk lainnya (produk
switching) karena konsumen memiliki loyalitas terhadap produk yang relatif rendah. Sebagai
contoh, sebagian pangsa pasar Indomie telah berhasil di ambil oleh Mie sedap, demikian
halnya sebagian pangsa pasar Rinso telah diabil oleh So Klin. Persaingan yang tingi antara
perusahaan dalam satu industri juga berpotensi menekan profitabilitas perusahaan-
perusahaan yang berada dalam industri tersebut. Hal ini dapat terjadi karena dalam
upayanya untuk mempertahankan pangsa pasar perusahaan biasanya akan bertarung
dengan menggunakan komponen harga—yang akhirnya akan menekan profitabilitas
perusahaan.
Threats of Substitute Products (Ancaman dari Produk Substitusi)
Persaingan tidak hanya datang dari produk sejenis melainkan dapat pula berasal dari produk
yang tidak sejenis tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama. Produk seperti ini disebut
produk substitusi. Ancaman dari produk substitusi dialami oleh Coca-cola yang sempat
mengalami penurunan penjualan karena pendapatanpenjualan dari industri minuman ringan
berkarbonase yang merupakan bisnis inti dari C0ca-cola, telah berhasil digerogoti oleh air
mineral dan minuman sari buah yang merupakan produk-produk substitusi bagi produk
Coca-cola. Fenomena ancaman produk substitusi terjadi pula pada berbagai produk digital
seperti komputer dan ponsel. Secara tradisional, industtri telepon dan komputer merupakan
dua entitas industri yang terpisah. Tetapi dengan kemajuan teknologi digital saat ini,
terutama setelah munculnya pinsel pintar ( smart phone) seperti Blackberry, maka fungsi
ponsel dapat menjadi substitusi bagi beberapa fungsi komputer, karena para pengguna
Blackberry dapat menggunakn berbagai fasilitas internet melaui ponsel.
Bargaining Power of Buyer ( Daya Tawar Pembeli)
Pembeli dapat menjadi ancaman bagi perusahaan terutama bila penjualan produk
perusahaan hanya terkonsentrasi kepada sejumlah kecil pembeli. Dalam keadaan seperti ini,
pembeli akan memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dibanding perusahaan, sehingga
pembeli dapat menetapkan syarat-syarat perdagangan yang lebih menguntungkan pembeli
seperti permintaan harga yang murahm permintaan potongan harga, permintaan tambahan
pelayanan, jangka waktu pembayaran yang lebih panjang, dll. Di mana semua hal tersebut
merupakan biaya bagi perusahaan.

 Analisis STEEPLE
Analisis STEEPLE merupakan analisis terhadap lingkungan umum perusahaan (general
environment) untuk mengidenifikasi sejumlah ancaman dan peluang yang diakibatkan oleh
perusahaan lingkungan umum perusahaan. Analisis STEEPLE mencakup analisis terhadap
lingkungan: Social/Demographic, Technological, Economics, Enviromental (natual), Political,
Legal, dan ethical.
Social/ Demographic
Perubahan struktur sosial dan demografi dapat memberikan peluang maupun ancaman bagi
perusahaan. Sebagai contoh munculnya kohor/ kelompok (cohort) 1980-an yang merupakan
kohor teknologi digital telah memberi peluang yang snagat besar bagi perusahaan yang
menghasilkan produk-produk digital seperti ponsel, notebook, kamera digital, dll. Karena
sebagaimana disebutkan oleh david Prensky (2001), kohor 1980-an merupakan “ penghuni
asli” abad digital yang sudah terbiasa hidup dengan berbagai produk digital dan mereka
sangan gandrung menggunakan teknologi digital baru. Peluang ini dapat dieksploitasi oleh
perusahaan-perusahaaan penghasil teknologi digital, seihngga mereka dapat memperoleh
keuntungan finansial akibat tumbuhnya kohor 1980-an.
Berbagai faktor sosial/demografis yang perlu dianalisis, antara lain :
 Distribusi pendapatan
 Tingkat pertumbuhan penduduk
 Distribusi penduduk menurut usia
 Mobilitas tenaga kerja
 Perubahan gaya hidup
 Sikap terhadap karier dan waktu senggang (leasure time)
 Tingkat pendidikan penduduk
 Tingkat kesadaran penduduk atas kesehatan dan kesejahteraan
 Kondisi hidup penduduk

Technological

Teknologi merupakan faktor pemicu perubahan (change drive) yang dapat berpotensi membawa
perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif. Sebagai contoh penerapan teknologi produksi gula
putih yang lebih modern oleh PT. Sweet Indo Lampung telah berhasil memberikan keunggulan
kompetitif atas perusahaan gula puih milik negara yang masinh menggunakan teknologi atas
tradisional. Demikian halnya oenerapan SAP (system, Aplications and Products in Data Processing)
oleh berbagai perusahaan seperti Coca-cola, Burger King, maupun Microsoft telah berhasil
meningkatkan kinerja proses bisnis internal perusahaan-perusahaan tersebut sehingga mereka
memperoleh keunggulan kompetitif.

Berbagai faktor dalam dimensi teknologi yang perlu dianalisis mencakup :

 Biaya pengeluaran pemerintah untuk riset


 Fokus industri terhadap teknologi
 Penemuan dan pengembangan tekinologi baru
 Tingkat transfer teknologi
 Siklus hidup dan kecepatan tingkat keusangan teknologi (technological obsolescence)
 Tingkat penggunaan energi dan biaya energi
 Perubahan teknologi informasi
 Perkembangan penggunaan internet
 Peningkatan produktivitas melalui kegiatan otomatisasi

Economics

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti di cina, akan memebrikan peluang bagi perusahaan-
perusahaan manufaktur yang ada di negara tesebut untuk mengalami pertumbuhan sejalan dengan
efek pengganda (multiplier effect) yang tecipta akibat meningkat nya investasi di negara tesebut.
Sebaliknya apabila perekonomian mengalami kontraksi akibat resesi, maka hal tersebut dapat
mengakibatkan menyusutnya kegiatan investasi di suatu negara dan akan memberikan ancaman
bagi kelangsungan kegiatan usaha sebagimana terjadi di Amerika Serikat, jepang, dan beberapa
negara eropa saat ini.

Berbagai faktor yang perlu dianalisis dalam dimensi ekonomi, antara lain mencakup :

 Tinkat pertumbuhan ekonomi


 Kebijakan tingkat bunga
 Kebijakan moneter
 Besarnya belanja pemerintah
 Kebijakan untuk mengatasi pengangguran
 Kebijakan perpajakan
 Kebijakan nilai tukar
 Tahap siklus bisnis
 Pendapatan yang bisa dibelanjakan (disposable income)
 Kebijakan devaluasi/revaluasi

Environmental

Secara alamiah, bumi telah memiliki gas rumah kaca di lapisan stratosfernya. Keberadaan gas rumah
kaca tersebut bertujuan untuk membuat bumi lebih hangat sehingga memungkankan bumi ini dapat
dihuni manusia. Tetapi aktivitas industri, rumah tangga, maupun penggunaan bahan bakar minyak
untuk menjalankan kendaraan selama satu abad belakangan telah mengakibatkan penambahan
konsentrasi gas rumah kaca di udara yang menjadi pemicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan
global yang terjadi saat ini bukanlah hasil dari aktivitas manusia tahun sebelumnya, karena
dibutuhkan waktu kurang lebih 23 tahun agar gas rumah kaca tersebut dapat mencari stratosfer.

Pemanasan global telah menunjukkan dampak-dampak yang sangat merugikan secara global. Hal ini
tercermin antara lain dari :

 Volatibilitas musim sehingga memicu kegagalan panen secara global. Hal ini sangat
mempengaruhi ketersediaan pangan dunia seperti beras yang harganya naik belakangan ini
karena pasokan beras mengalami penurunan yang signifikan.
 Terjadinya curah hujan di atas normal sehingga memicunya banjir dan eskalasi badai.
 Pencairan es di kutub yang memicu terjadinya kenaikan permukaan air laut sehingga
beberapa negara seperti maladewa (maldives) yang merupakan negara terndah di duni
terancam terendam dalam beberapa tahun ke depan. Pencairan es dinegara Nepal dan
puncak gunung Everest secara umum telah menimbulkan ancama krisis air bagi negara-
negara yang dialiri sungai yang hulu sungainya bermula dari pegunungan Himalaya seperti
sungai gangga, sungai brahmaputra, sungai kuning, sungai yang tse, dll

Munculnya isu-isu lingkungan hidup yang semakinintens saat ini telah memunculkan sejumlah
ancaman dan peluang bagi perusahaa. Ancaman yang timbul dari masalah lingkungan hidup adalah
adanya kecenderungan agar perusahaan memperhatikan dampak operasi perusahaan tidak hanya
terhadap ekonomis dan sosial melainkan juga harus memperhatikan dampak operasi perusahaan
terhadap lingkungan sebagaimana yang dituangkan dalam konsep triple bottom line-nya john
elkington (1997). Bila perusahaan mengadopsi konsep ini , maka perusahaan harus menyesuaikan
penggunaan baha baku atau proses produksi yang ramah lingkungan.

Pemanasan global yang terjadi saat ini memunculkan pada sejumlah peluang bagi perusahaan.
Sebagai contoh, Indonesai mengusulkan inisiatif coral triangle (coral triangle initiatives) yang
menekankan pentingnya terumbu karang sebagai paru-paru dunia selain hutan. Inisiatif ini semakin
penting, mengingat produksi oksigen yang cukup di laut dapat memelihara keberlanjutan pasokan
ikan dunia. Inisiatif ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan maupun pemerintah
indonesia untuk mendapatkan kredit karbon dari perusahaan multinasional yang berada di berbagai
negara di dunia yang tidak memiliki akses untuk melakukan perbaikan terumbu karang.

Berbagai faktor dalam dimensi lingkungan hidup yang harus dianalisis, antara lain mencakup :
 Kebijakan mengenai penggunaan produk yang ramah lingkungan
 Undang-undang lingkungan hidup
 Daya dukung lingkungan terhadap keberlanjutan usaha.

Politycal

Terjaganya stabilitas politik di suatu negara akan memungkinkan perusaaan menjalankan usahanya
dengan optimal. Faktor stabilitas politik merupakan salah satu pertimbangan penting dalam
manajemen negara republik indonesa yang dilakukan selama rezim pemerintahan presiden
soeharto. Sebagai perusahaan multinasional juga menggunakan pertimbangan country risk sebagai
salah satu pertimbangan untuk melakukan investasi di suatu negara. Perusahaan multinasional
sering kali juga memanfaatkan peluang usaha di suatu negara dengan memanfaatkan
otoritarianisme rezim pemerintahan yang berbanding lurus dengan stabilitas polotik negara
meskipun stabilitas tersebut bersifat semu. Sebagai conoth,perusahaan kontraktor belanda yang
bernama IHC-Caland (jeurussen, 2004) berhasil memenangkan tender pembuatan fasilitas
penyimpanan minyak terapung di lepas pantai Myanmar 9dahulu dikenal dengan nama Burma0.
Proyek tersebut bernilai lebih dari seratus juta eureo. Karena proyek tersebut, IHC Caland mendapat
kritikan tajam dari masyarat belanda- khususnya The Burma Committee yang menuduhbahwa
income yang dihasilkan dari proyek tersebut akan menguntungkan rezim diktator Myanmar yang
telah melakukan pelanggaran hak azasi manusia dalam skala yang besar. IHC-Caland pada akhirnya
mengundurkan diri dari proyek tersebut, tetap tidak demikian halnya dengan perusahaan Texaco
dari amerika serikat yang tetap beroperaso di Myanmar dengan memanfaatkan otoritastianisme
rezim militer Myanmar.

Berbagai faktor dalam dimensi politik yang perlu dianalisis, antara lain :

 Stabilitas politik
 Sikap pemerintah terhadap perusahaan asing
 Sistem pemerintahan
 Ideologi negara.

Legal

Selain faktor stabilitas politik, faktor lain yang sangat diperhitungkan perusahaan pada saat
melakukan aktivitas bisnis adalah adanya kepastian hukum yang dapat melindungi kegiatan bisnis.
Salah sau daya tarik cina bagi para investor asimg adalah reformasi hukum yang memungkinkan
perusahaan asing memperoleh hak milik atas tanah di berbagai kawasan industri di cina. Selain itu
pemerintah cina bertindak proaktif dalam menyediakan berbagai insfrastrukurserta mempermudaj
izin-izin usaha yang akan memudahka perusahaan asing menjalankan bisnisnya di cina. Kendati
demikian masing terdapat kelemahan dalam perlindungan terhadap hak cipta di cina, sehingga
google memutuskan untuk menghentikan operasinya di cina. Strategi pemasaran berbagai
perusahaan cina yang menempatkan strategi copy (meniru) sebagai salah satu C diantara 5C
marketing mic perusahaan di cina, telah mengakibatkan berbagai perusahaan besar seperti produses
Blacberry haruss berkompetisi dengan produk ponsel buatan cina yang memiliki fitur sama dengan
blacberry tetapi harganya bisa 1/3 saja dari blacberry yang asli.

Berbagai faktor dalam dimensi legal yang perlu dianalisis, antara lain mencakup :
 Undang-undang perpajakan
 Peraturan mengenai perdagangan internasional
 Hukum perikatan yang ada dalam suatu negara
 Undang-undang ketenaga kerjaan
 Undang-undang persaingan usaha
 Undang-undang penanaman modal
 Undang-undang keselamatan kerja.

Ethical

Sebagai pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai belahan dunia
akihir-akhir ini menuntuk pengkajian secara lebih mendalam terhadap faktor etika dalam suatu
proses pemindaian lingkungan. Keterlibatan bank investasi sekaliber goldman sachs di ameria serikat
yang dituduh oleh securities and exchange commission (steepleanalysis.co.uk) telah melakukan
penipuan dalam proses penjualan produk investasi abacus 2007-AC1 merupakan bentuk
pelanggaran etis yang sangat serius yang dilakukan oleh perusahaan besar. Dalam hal ini, securities
and exchanges commission menuduh pihak goldman sachs sudah memiliki informasi bahwa produk
investasi yang ditawarkan akan mengalami kegagalan dan berpotensi mengakibatkan kerugian bagi
para investor. Kasus goldman sachs merupakan salah satu contoh pelanggaran etis yang
mengakibatkan dampak kerugian sangat luas terhadap perekonomian amerika serikat. Pelanggaran
etis dalam dunian perbankan terjadi juga di indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Setelah kasus
pembobolan nasabah citibank (nurokhman, suara merdeka: 2011) sebesar kurang lebih Rp 17 miliar
oleh salah seorang stafnya serta penganiayaan sampai tewas atas nasabah kartu kredit citibank oleh
oknum debt collector di kantor citibank, dunia perbankan indonesia dikejutkan lagi dengan raibnya
dana milik PT. Elnusa (tri wahono: 2011) sebesar Rp 161 miliar yang berada di rekening bank mega.

Penelitian yang dilakukan oleh sonnya gunawan 2011 terhadap berbagai perusahaan yang
mengalami kehancuran baik di dalam maupun luar negeri, menunjukkan adanya 9 penyakit yang
berkaitan denga masalah etika. Kesembilan penyakit tersebut justru muncul seiring dengan
membesarnya ukuran organisasi perusahaan. Berkaitan dengan hal tersebut, seorang penulis etika
bisnis Noel Coward ( sonny gunawan : 2011) mengatakan, “semakin tinggi gedungnya, semakin
rendah moralnya”. Adapun kesembilan penyakit yang dapat menimbulkan masalah etika di
perusahaan, adalah :

 Sikap arogansi dari pemilik dan manajemen puncak perusahaan


 Tidak terkendalinya pengelolaan sumber daya perusahaan
 Bertumbuh suburnya praktik yang tidak sehat di dalam perusahaan
 Terjadinya perpecahan di dalam organisasi akibat tidak terintegrasinya seluruh elemen
organisasi
 Planning without executin (perencanaan tanpa pelaksanaan)
 Sikap berpuas diri karena sudah berada di zona nyaman (comfort zone)
 Jebakan birokrasi (bureaucrazy trap)
 Gagalnya susksesi kepemimpinan
 Organisasi yang mengandalkan kekuatan manusia semat

Anda mungkin juga menyukai