Anda di halaman 1dari 11

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY

 
A. BIOGRAFI SINGKAT VYGOTSKY
Lev Semyonovich Vygotsky lahir pada tahun 1896 di Tsarist Rusia, di suatu
kota Orscha, Belarusia dari keluarga kelas menengah Keturunan Yahudi. Dia tumbuh
dan besar di Gomel, suatu kota sekitar 400 mil bagian Barat Moscow. Sewaktu masih
muda, dia tertarik pada studi-studi kesusastraan dan analisis sastra, dan menjadi
seorang penyair dan Filosof.
Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare's
Hamlet yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai
psikologi. Dia memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan dalam waktu
yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil studi
kesusastraan pada salah satu universitas swasta. Dia menjadi tertarik pada psikologi
pada umur 28 tahun.
Vygotsky mengajar kesusatraan di suatu sekolah Propinsi sebelum memberi
kuliah psikologi pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya membawakan kuliah
psikologi walaupun secara formal tidak pernah mengambil studi psikologi. Dari sinilah
dia semakin tertarik dengan kajian psikologi sehingga menulis disertasi Ph.D.
mengenai ”Psychology of Art” di Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925.
Vygotsky bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev
dalam membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan
pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu
besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di Rusia untuk
mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.
Vygotsky meninggal pada usia muda (38 tahun), pada tahun 1934 akibat
menderita penyakit tuberculosis (TBC). Sepeninggalnya, barulah seluruh ide dan
teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh mahasiswanya. 1
Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi perkembangan
telah banyak mempengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang kemudian teorinya
berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.

B. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY


Ada dua inti pandangan Vygotsky:
1. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan diskursus yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental
2. Kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural.

Vygotsky percaya bahwa bahasa adalah alat yang paling penting. Vygotsky
berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal ( early childhood) bahasa mulai
digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan
memecahkan problem.2

1William Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
tanpa tahun), h. 334.
2John W Santrok, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Media Group, 2007), h. 60
Kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur. Vygotsky
mengatakan bahwa perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan
kultural. Dia percaya bahwa perkembangan memori, perhatian dan nalar melibatkan
pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat seperti bahasa
dan system matematika. Dalam satu kultur, ini mungkin berupa pembelajaran
berhitung dengan menggunakan computer dikultur lain mungkin berupa pembelajaran
berhitung dengan menggunakan batu atau jari.
Teori vygotsky menarik banyak perhatian karena teorinya mengandung
pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya
pengetahuan di distribusikan diantara orang dan lingkungan yang mencangkup objek,
alat, buku dan komunitas dimana orang itu berada. Ini menunjukan bahwa
memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik melalui interaksi dengan orang
lain dalam kegiatan bersama.
Vygotsky memandang pentingnya bahasa dan orang lain dalam dunia anak-
anak. Meskipun Vygotsky dikenal sebagai tokoh yang memfokuskan kepada
perkembangan sosial yang disebut sebagai sosiokultural, dia tidak mengabaikan
individu atau perkembangan kognitif individu.
Perkembangan bahasa pertama anak tahun kedua di dalam hidupnya
dipercaya sebagai pendorong terjadinya pergeseran dalam perkembangan kognitifnya.
Bahasa memberi anak sebuah alat baru sehingga memberi kesempatan baru kepada
anak untuk melakukan berbagai hal, untuk menata informasi dengan menggunakan
simbol-simbol.
Anak-anak sering terlihat berbicara sendiri dan mengatur dirinya sendiri ketika
ia berbuat sesuatu atau bermain. Ini disebut sebagai private speech. Ketika anak
menjadi semakin besar, bicaranya semakin lirih, dan mulai membedakan mana
kegiatan bicara yang ditujukan ke orang lain dan mana yang ke dirinya sendiri.
Yang mendasari teori Vygtsky adalah pengamatan bahwa perkembangan dan
pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial, yakni di dunia yang penuh dengan orang
yang berinteraksi dengan anak sejak anak itu lahir. Ini berbeda dengan Piaget yang
memandang anak sebagai pembelajar yang aktif di dunia yang penuh orang. Orang-
orang inilah yang sangat berperan dalam membantu anak belajar dengan
menunjukkan benda-benda, dengan berbicara sambil bermain, dengan membacakan
ceritera, dengan mengajukan pertanyaan dan sebagainya. Dengan kata lain, orang
dewasa menjadi perantara bagi anak dan dunia sekitarnya.
Belajar lewat instruksi dan perantara adalah ciri inteligensi manusia. Dengan
pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal
dibandingkan dengan jika anak hanya belajar sendiri. Konsep inilah yang disebut
Vygotsky sebagai Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD memberi makna baru
terhadap ‘kecerdasan’. Kecerdasan tidak diukur dari apa yang dapat dilakukan anak
dengan bantuan yang semestinya. Belajar melakukan sesuatu dan belajar berpikir
terbantu dengan berinteraksi dengan orang dewasa.
Menurut Vygotsky, pertama-tama anak melakukan segala sesuatu dalam
konteks sosial dengan orang lain dan bahasa membantu proses ini dalam banyak hal.
Lambat laun, anak semakin menjauhkan diri dari ketergantungannya kepada orang
dewasa dan menuju kemandirian bertindak dan berpikir. Pergeseran dari berpikir dan
berbicara nyaring sambil melakukan sesuatu ke tahap berpikir dalam hati tanpa suara
disebut internalisasi.
Internalisasi bagi Vygotsky bukanya transfer, melainkan sebuah transformasi.
Maksudnya, mampu berpikir tentang sesuatu yang secara kualitatif berbeda dengan
mampu berbuat sesuatu. Dalam proses internalisasi, kegiatan interpersonal seperti
bercakap-cakap atau berkegiatan bersama, kemudian menjadi interpersonal, yaitu
kegiatan mental yang dilakukan oleh seorang individu.
ZPD dapat menjadi pemandu dalam memilih dan menyusun pengalaman
pembelajaran bagi siswa untuk membantu mereka maju dari tahap interpersonal ke
intrapersonal. Kita membantu siswa agar internalisasi terjadi sehingga bahasa baru
yang diajarkan menjadi bagian dari pengetahuan dan keterampilan berbahasa anak.

C. KONSEP SOSIOKULTURAL
Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental
seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan
dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Penekanan
Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif
berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian.
3

Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan


individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan
anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-
anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk
memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak
memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan
masalah.
Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan”
tempat individu hidup dan  alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan
pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua  selama
pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara
berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang
dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain
dalam kebudayaannya.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional
maupun level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional,
sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas
kognitif melalui institusi seperti sekolah, penemuan seperti komputer, dan melek huruf.
Interaksi institusional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial
yang luas untuk membimbing hidupnya.

3Robert E Slavin, Psikologi Pendidikan Teori & Praktik. (Jakarta. Penerbit Indeks Pearson,
2008), h.59.
Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada
keberfungsian mental anak. Menurut Vygotsky, keterampilan-keterampilan dalam
keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang
alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif
dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian
pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang
kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Lingkungan sosial yang menguntungkan anak adalah orang dewasa atau
anak yang lebih mampu yang dapat memberi penjelasan tentang segala sesuatu
sesuai dengan nilai kebudayaan. Sebagai contoh, bila anak menunjuk suatu objek,
orang dewasa tidak hanya menjelaskan tentang obyek tersebut, namun juga
bagaimana anak harus berperilaku terhadap objek tersebut (Rita, dkk, 2008:134).
Vygotsky membedakan proses mental menjadi 2, yaitu :
a. Elementary. Masa praverbal, yaitu selama anak belum menguasai verbal, pada
saat itu anak berhubungan dengan lingkungan menggunakan bahasa tubuh.
b. Higher. Masa setelah anak dapat berbicara. Pada masa ini, nak akan
berhubungan dengan lingkungan secara verbal.
Vygotsky menggambarkan teorinya sebagai berikut :

  Batas kemampuan potensial


Batas kemampuan aktual
The zone of proximal development

Gambar 1. Ilustrasi Teori Vygotsky

D. PERKEMBANGAN BAHASA
Para pakar perilaku memandang bahasa sama seperti perilaku lainnya,
misalnya duduk, berjalan, atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya
merupakan urutan respons (Skinner,1957) atau sebuah imitasi (Bandura, 1977).
Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak
mendengarnya atau membicarakannya sebelumnya.
Kita tidak mempelajari bahasa di dalam suatu ”ruang hampa sosial” ( social
vacuum). Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat muda. Kita
memerlukan pengenalan kepada bahasa yang lebih dini untuk memperoleh
keterampilan bahasa yang baik. Dewasa ini, kebanyakan peneliti penguasaan bahasa
yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu
mereka tanpa diajarkan secara khusus dan dalam beberapa kasus tanpa penguatan
yang jelas.
Dengan demikian aspek yang penting dalam mempelajari suatu bahasa
tampaknya tidaklah banyak. Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya
memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Suatu
peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa
pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara
pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan
dengan kalimat-kalimat yang sederhana.
Bahasa dipahami dalam suatu urutan tertentu. Pada setiap tahap di dalam
tahap perkembangan, interaksi linguistik anak dengan orang tua dan orang lain pada
dasarnya mengikuti suatu prinsip tertentu. Perkembangan pemahaman bahasa pada
anak bukan saja sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan
bahasa di sekitar anak sejak usia dini jauh lebih penting dibandingkan dengan apa
yang diperkirakan di masa lalu.
Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif
daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap
perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak tergantung pada tahap
perkembangan kognitif saat itu. Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang dari
interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah
komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak
mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu
memecahkan masalah.
Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk
menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah.
Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak
terdengar lagi.

E. ZONE PERKEMBANGAN PROKSIMAL


Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa
konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh
lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah
mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Pada satu sisi, Piaget menjelaskan proses perkembangan kognitif sejalan
dengan kemajuan anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa  anak-anak mampu
melakukan sesuatu sendiri. Pada sisi lain, Vygotsky mencari pengertian bagaiman
anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif
belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan.
Vygotsky membedakan antara actual development dan potensial development
pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development
membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah
di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah
antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang
anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang
anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan
teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan
dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di
sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk
memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih
terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang
lebih kompleks.
Melalui perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa
mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan
mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini adalah
bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri ( self-regulasi).
Menanggapi pandangan Piaget yang mengatakan terdapat umur yang
dijadikan patokan secara universal seperti umur 0-2 tahun adalah tahapan
pengembangan sensory-motor stage, tahap perkembangan sensori motor, umur 2
sampai 5 tahun adalah tahapan preoperational stage, umur 7–11 tahun adalah tahap
concrete operation, dan 12 ke atas adalah tahap penguasaan pikiran, Vigostsky
mengatakan jangan hanya terikat pada apa yang dijadikan patokan oleh Piaget apa
lagi Piaget mengambil penelitian di rumah anak yatim piatu yang sesungguhnya
meneliti anak yang pertumbuhannya tidak wajar karena tidak memiliki sanak keluarga
kecuali teman-teman mereka sendiri. Padahal sangat perlu adanya interaksi dengan
yang lain.
Oleh karena itu, Vigostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone
of Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting
sebagai dimensi psikologis. Zone of proximal development adalah istilah vygotsky
untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat
dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu.
Penekanan vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan arti penting dari
pengaruh sosial terutama pengaruh intruksi atau pengajaran terhadap perkembangan
anak. 4

4John W Santrok, Op,cit., h. 60


ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan aktual dengan tingkat
perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat
tahap.
Pertama, more dependence to others stage , yakni tahapan di mana kinerja
anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman sebayanya, orang
tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran
kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
Kedua, less dependence external assistence stage , di mana kinerja anak tidak
lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self
assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.
Ketiga, Internalization and automatization stage , di mana kinerja anak sudah
lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri
dapat muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari
pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai kematangan
yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas
diri yang matang.
Keempat, De-automatization stage, di mana kinerjan anak mampu
mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara
berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut
dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya.
Untuk mendeskripsikan bagaimana anak berkembang dari tahap kapasitasnya
mulai berfungsi hingga masa perkembangan lanjutan, dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2 : Tahapan Perkembangan

Vygostsky adalah seorang ilmuan yang menekankan pada pentingnya


memperhatikan konstruksi sosial. Menurut dia, seluruh perkembangan dan prilaku
manusia selalu ada proses kesesuaian antara prilakunya dengan konstruksi sosial,
process of approriation by behavior .
Appropriation berarti kesesuaian prilaku dengan konstruksi sosial yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu teorinya dikenal dengan istilah
social constructivist. Sedangkan, Piaget membangun teorinya lebih pada
perkembangan pribadi perorangan, yang oleh kebanyakan ahli memposisikannya
pada teori personal constructivist.
Piaget sangat terkait dengan proses dasar-dasar biologis manusia.
Sedangkan, Vygostsky mengatakan bahwa memang perkembangan kognitif sangat
terkait dengan proses dasar-dasar biologis manusia yang banyak kemiripannya
dengan binatang, tetapi masih ada psikologis tinggi seperti pada setiap anak lahir
dengan membawa rentangan kemampuan, persepsi, dan perhatian dalam konteks
sosial dan pendidikan akan tertransformasikan.
Artinya perubahan itu terjadi kalau anak tersebut dididik dalam konteks sosial
melalui hukum sosial, bahasa, sarana, kebudayaan tertentu yang dapat menjadikan
fungsi psikologis kognisi tinggi. Inilah ciri pandangan Vygostsky yang mendapat
pertentangan yang sangat hebat di Rusia, terutama dari kaum behavioris yang
bernama Ivan Pavlov.
Selanjutnya, Vygostsky juga mengemukakan adanya scaffolded instruction,
pembelajaran yang mengikuti lompatan-lompatan, yang dia bagi ke dalam tiga prinsip
utama, yaitu holistik yang artinya harus bermakna, harus dalam konteks sosial
tertentu, harus memiliki peluang untuk berubah dan terkait antara tingkat yang satu
dengan tingkat berikutnya.
Kalau ketiga hal ini dapat diwujudkan, maka hal itulah yang disebut dengan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan timbal balik atau dikenal dengan istilah
Reciprocal Teaching Approach. Malah anak itu akan memperoleh tantangan yang
terkait dengan aktivitas di luar dari tingkat perkembangannya.
 
F. KONSEP SCAFFOLDING
Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli
psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu proses yang
digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan
proksimalnya. Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran
dijabarkan oleh Smith dkk (1998) yaitu :
1. Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting
bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak daripada peran yang
diusulkan Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran didaktis diganti
sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan, walaupun anak tetap
dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap
kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam
zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak
selama melalui  ZPD.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya
juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak.berlawanan dengan
pembelajaran lewat penemuan individu ( individual discovery learning ), kerja
kelompok secara kooperatif ( cooperative groupwork) tampaknya mempercepat
perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluasa menjadi pengajaran pribadi
oleh teman sebaya ( peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya
yang agak tertinggal dalam pelajaran. Foot et al. (1990) menjelaskan keberhasilan
pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori Vygotsky. Satu
anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka
sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang
sesuai.
Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam
berbagai cara. Dari perspektif pengikut Vygotsky-Bruner, perintah-perintah di layar
komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan perangkat lunak
(software) pendidikan, komputer memberikan bantuan atau petunjuk secara detail
seperti yang diisyaratkan sesuai dengan kedudukan anak yang sedang dalam ZPD.
Tak pelak lagi, beberapa anak di kelas lebih terampil dalam menggunakan komputer
sehingga bisa berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid
yang bekerja dengan komputer, guru bisa dengan bebas mencurahkan perhatinnya
kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang
sesuai bagi masing-masing anak.
Erat kaitannya dengan gagasan zone of proximal development, scaffolding
merupakan sebuah teknik untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran
orang yang lebih ahli (guru, atau murid yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah
bimbingannya dengan level kinerja murid yang telah dicapai. Ketika tugas yang akan
dipelajari murid adalah tugas baru, maka orang yang lebih ahli dapat menggunakan
teknik intruksi langsung. Saat kemampuan murid meningkat maka semakin sedikit
bimbingan yang diberikan.

G. IMPLEMENTASI TEORI VYGOTSKY DALAM PEMBELAJARAN


Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang
disimpan dalam memori jangka panjang sebagai pengetahuan awal. Pengetahuan
awal (prior knowledge) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman
individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawa
kepada suatu pengalaman baru.
Penggunaan pengorganisasian awal ( advance organizer) merupakan suatu
alat pengajaran yang direkomendasikan oleh Ausubel (1960) dalam Nur (2000b: 13)
untuk mengaitkan bahan-bahan pembelajaran dengan pengetahuan awal.
Pembelajaran melibatkan perolehan isyarat melalui pengajaran dan informasi dari
orang lain.
Perkembangan termasuk internalisasi atau penyerapan isyarat-isyarat
sehingga anak-anak dapat berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang
lain. Internalisasi ini disebut pengaturan diri ( self regulation).
Langkah pertama dari pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah
mempelajari bahwa segala sesuatu memiliki makna. Langkah kedua dalam
pengembangan struktur-struktur internal dan pengaturan diri adalah latihan. Siswa
berlatih gerak-gerak isyarat yang akan mendatangkan perhatian. Kemudian langkah
terakhir termasuk penggunaan isyarat dan memecahkan masalah tanpa bantuan
orang lain. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu: 
1. Menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi
dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efekif
dalam masng-masing zone of proximal development mereka.
2. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan scaffolding.
Jadi teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar social sehingga
sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model
pembelajaran kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi antara siswa
dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan
konsep-konsep dan pemecahan masalah.
Pengaruh karya Vygotsky bersama Burner terhadap dunia pengajaran
dijabarkan oleh Smith :
1. Walaupun Vygotsky dan Burner telah mengusulkan peranan yang lebih penting
bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang
diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis diganti
sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak dilibatkan
dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-
anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman
sebaya juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan
dengan pembelajaran lewat penemuan individu ( individual discovery learning )
kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan
anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran
pribadi oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang
agak tertinggal didalam pelajaran. Foot et al, menjelaskan pengajaran oleh
teman sebaya ini dengan menggunakan teori vygotsky. Satu anak bisa lebih
efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru
saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-
kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.

Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam


berbagai cara. Dalam prespektif pengikut Vygotsky-Bruner, perintah-perintah dilayar
komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan perangkat lunak atau
software pendidikan, komputer menggunakan bantuan atau petunjuk scara detail
seperti yang diisyaratkan sesuai kedudukan anak dalam ZPD. Tidak dipungkiri lagi
beberapa anak dikelas lebih terampil dalam menggunakan computer sebagai tutor
bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru bisa
bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan
dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.
 

DAFTAR PUSTAKA

John W Santrok. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Media Group.


Rita E.I.,dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press.

Robert E Slavin. 2008. Psikologi Pendidikan Teori & Praktik. Jakarta. Penerbit Indeks
Pearson.

Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

William Crain. tt. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Internet:
http://www.wikipedia.org/vygotsky.html diakses tanggal 15 Oktober 2014
http://www.al-azhar.ac.id/konsep-vygotsky.html diakses tanggal 15 Oktober 2014
http://teoribelajar.blogspot.com/2008/10/vygotsky-pandangan-dan-kontribusinya.html
diakses tanggal 15 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai