Anda di halaman 1dari 6

KONFLIK PERBEDAAN PENDAPAT ANTARA PIHAK YANG

MEMEGANG TEGUH TRADISI ADAT DAN PIHAK YANG MEMEGANG


TEGUH AJARAN AGAMA ISLAM ATAU HUKUM ISLAM DALAM
MENYELENGGARAKAN PERNIKAHAN

PENULIS :

CATUR BILAL AL HAFIDZ

X IPS 2
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah menyatu atau terkumpul. Berdasarkan istilah


yang lainnya bisa berarti juga akad nikah atau ijab qobul yang mengharuskan
sebuah hubungan yang terjadi sepasang manusia diucapkan dengan kata-kata dan
ditujukan agar melanjutkan hubungan untuk membina rumah tangga, berdasarkan
peraturan agama islam, di Indonesia pernikahan bisa berupa pernikahan campuran
antara 2 suku yang berbeda yang ada di Indonesia maupun antar suku yang sama
dan menjalin hubungan antara seseorang dari suku suku yang berbeda ,selain itu
jika pernikahan dengan seseorang yang memiliki suatu adat yang harus di
laksanakan menurut ketentuan adat dari suku nya tersebutmaka harus benar-benar
di laksanakan karna akan menimbulkan perselisihan jika tidak di laksanakan.

Dalam tradisi adat istiadat, ada sebuah tradisi dalam pernikahan


adat jawa yaitu satu suro yang merupakan bulan yang dikeramatkan dalam sebuah
pernikahan. Bulan suro (Muharram), berbeda dengan bulan Dzulhijjah atau orang
jawa biasa menyebutnya sebagai bulan besar, jika bulan ini tiba biasanya banyak
pernikahan yang di adakan atau pesta khitanan maupun pernikahan membanjiri
karena orang jawa masih percaya dengan primbon yaitu perhitungan yang
berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini, dari mulai sampai nanti
meninggal dunia semua ada di buku primbon. Di bulan suro ini konon kalo di
langgar akan mendapatkan kesukaran dan selalu bertengkar, karena kesalan bulan
suro ini pula,sampai – sampai sebagian orang tua menasehati anaknya untuk hati
hati di bulan ini dan sebagian orang tidak mau melakukan hajat nikah , dan
sebagainya. Jika melakukan hajatan bulan ini bisa mendapat berbagai musibah,
acara pernikahannya tidak lancar, mengakibatkan keluarga tidak harmonis. Itulah
berbagai anggapan masyarakat mengenai bulan suro dan kesialan didalamnya.
Tetapi bulan suro hanya berlaku dalam adat istiadat, sedangkan
dalam hukum islam tidak terdapat larangan dalam menentukan bulan maupun
tanggal-tanggal yang dilarang dalam pernikahan, karena dalam agama islam
pernikahan merupakan sebuah ibadah yang harus di jalankan karena Allah SWT.
Dan tidak percaya dengan hal-hal yang dilarang dalam adat istiadat ataupun tradisi
yang ada pada setiap suku dan semuanya di serahkan kepada Allah SWT. Karena
kita hanya boleh mempercayai dan mengimani Allah SWT. Saja dan tidak boleh
percaya kepada hal-hal yang bukan berasal dari Allah SWT.

Karena di Indonesia terdiri dari beragam suku dan adat istiadat


yang memiliki aturan dan kepercayaan yang harus di patuhi agar tidak
mendapatkan kesialan atau musibah termasuk dalam adat pernikahan memiliki
banyak aturan dalam adat tetapi jika orang yang akan melaksanakan pernikahan
memiliki pendapat yang berbeda antara dua pihak keluarga yang berbeda
pemahaman dalam melaksanakan sebuah pernikahan, pertentangan itu timbul jika
di satu pihak keluarga yang memegang teguh ajaran agama berpendapat bahwa
dalam melaksanakan pernikahan itu tidak ada pantangan atau larangan dalam
agama islam karena mereka hanya percaya kepada Allah SWT. Dan semua sudah
di tentukan oleh Allah SWT. Sedangkan jika di pihak keluarga yang satu nya
sangat berpegang teguh pada tradisi atau adat istiadat yang mereka punyai maka
mereka tidak bisa meninggalkan aturan yang sudah ada dalam adat nya dan jika
aturan itu tidak di laksanakan, mereka memiliki pemahaman bahwa akan
mendapatkan sebuah musibah atau kesukaran, maka dari itu perbedaan pendapat
mengenai tradisi dalam pernikahan dapat menimbulkan konflik terhadap yang
bersangkutan.
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas


maka penulis mengidentifikasi masalah – masalah yang akan dibahas dalam
pengertian penelitian ini, sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pernikahan?


2. Apa yang dimasud dengan satu suro?
3. Apa masalah yang akan terjadi jika tidak mengikuti adat yang sudah di
tentukan?
4. Bagaimana penyelesaian konflik perbedaan pendapat antara pihak yang
memegang teguh tradisi adat dan pihak yang memegang teguh ajaran
agama islam atau hukum islam dalam menyelenggarakan pernikahan?

1.3 Rumusan Masalah

Secara umum, rumusan masalah pada makalah ”konflik perbedaan


pendapat antara pihak yang memegang teguh tradisi adat dan pihak yang
memegang teguh ajaran agama islam atau hukum islam dalam menyelenggarakan
pernikahan” ini dapat dirumuskan pada pernyataan berikut
1. Apa dampak pernikahan yang di laksanakan pada satu suro?
2. Apa dampak perbedaan pendapat dalam menyelenggarakan
pernikahan?
3. Cara menyelesaikan konflik perbedaan pendapat antara pihak yang
memegang teguh tradisi adat dan pihak yang memegang teguh ajaran
agama islam atau hukum islam dalam menyelenggarakan pernikahan?
1.4 Pembatasan Masalah

Karena luas nya dan beragamnya masalah yang ada, maka masalah
yang akan di teliti pun harus di batasi. Dalam penelitian ini penulis membatasinya
pada ”konflik perbedaan pendapat antara pihak yang memegang teguh tradisi adat
dan pihak yang memegang teguh ajaran agama islam atau hukum islam dalam
menyelenggarakan pernikahan”

1.5 Tujuan

Dari rumusan permasalahan yang ada di atas dapat di rumuskan


tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk saling memahami perbedaan adat istiadat dalam tradisi
pernikahan.
2. Untuk menyelesaikan pertentangan mengenai masalah yang ada pada
tradisi dalam pernikahan.
3. Untuk mengetahui pemahaman seriap orang dalam menjalankan
pernikahan yang ada dalam hukum islam dan yang ada dalam adat
istiadat setempat.

1.6 Manfaat

Ada pun kegunaan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai


berikut:

1. Untuk membantu permasalahan dalam menyelenggarakan pernikahan


2. Sebagai bahan untuk memberikan pengetahuan kepada orang lain
mengenai setiap pemahaman yang ada dalam menyelenggarakan
pernikahan
3. Dapat mengetahui bulan apa saja yang baik untuk menyelenggarakan
pernikahan
1.7 Hipotesis

Jadi kesimpulannya itu pernikahan merupakan menyatu atau


terkumpul. Berdasarkan istilah yang lainnya bisa berarti juga akad nikah atau
ijab qobul yang mengharuskan sebuah hubungan yang terjadi sepasang
manusia diucapkan dengan kata-kata dan ditujukan agar melanjutkan
hubungan untuk membina rumah tangga, berdasarkan peraturan agama islam,
di Indonesia pernikahan bisa berupa pernikahan campuran antara 2 suku yang
berbeda yang ada di Indonesia maupun antar suku yang sama dan dalam
tradisi adat istiadat, ada sebuah tradisi dalam pernikahan adat jawa yaitu satu
suro yang merupakan bulan yang dikeramatkan dalam sebuah pernikahan.
Bulan suro (Muharram), berbeda dengan bulan Dzulhijjah atau orang jawa
biasa menyebutnya sebagai bulan besar, jika bulan ini tiba biasanya banyak
pernikahan yang di adakan oleh banyak orang terutama dari adat istiadat jawa.

Anda mungkin juga menyukai