Seorang laki-laki berusia 32 tahun dibawake IGD karena kecelakaan 3 jam yang lalu.
Hasil pengkajian pasien tampak lemah, tidak sadar, terdapat fraktur terbuka femur kanan,
seluruh celana panjangnya tampak basah oleh darah, lecet pada kedua ekstremitas dan wajah.
TD 90/60 mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, frekuensi napas 30x/menit, CRT > 3 menit,
akral dingin. BB 65 kg, TB 168 cm. Saat ini pasien telah terpasang O2 nasal kanul 6 l/menit.
Hb 9 g%. Pasien direncanakan pemasangan IVFD dan transfusi.
SOAL :
Lakukan initial assessment pada pasien! (nilai 30)
Jawab :
Persiapan.
Pada tahap persiapan dibagi menjadi 2 keadaan yaitu: Fase pertama adalah tahap pra-
rumah sakit. Sedangkan fase yang kedua adalah fase rumah sakit.
Breathing.
Dengan jalan nafas yang baik maka akan menjamin ventilasi yang baik pula. Ventilasi
yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, serta diafragma. Setiap
komponen ini harus di evaluasi dengan cepat. Ventilasi dapat dibilang baikapabila penderita
tidak sesak nafas, peranjakan dada simetris, tidak sianosis, tidak disertai suara, gurgling,
snoring, crowing. Cara melakukan look, listen, & feel adalah dengan cara melihat peranjakan
dada, mendengarkan suara nafas, serta merasakan hembusan nafas pasien. Cara melakukan
pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan breathing adalah:
Inspeksi: untuk melihat ekspansi pernafasan.
Auskultrasi: untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru.
Perkusi: untuk menilai adanya udara/darah di dalam rongga pleura.
Palpasi: untuk mengetahui apakah ada kelainan pada dinding dada yang mungkin
dapat mengganggu ventilasi.
Circulation.
Cardiac Output (volume darah & curah jantung).
Perdarahan merupakan penyebab utama kematian pasca-bedah yang mungkin bisa
diatasi dengan terapi yang cepat & tepat di rumah sakit. Setiap keadaan hipotensi harus
dianggap disebabkan oleh hipovolemia, hingga terbukti sebalinya. Dengan demikian maka
sangat diperlukan penilaian yang cepat & status hemodinamika pasien. Ada tiga observasi
yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamika
pasien yaitu:
Tingkat kesadaran.
Jika terjadi penurunan darah, perfusi otak dapat berkurang, sehingga akan
mengakibatkan penurunan kesadaran (walaupun demikian kehilangan jumlah darah
yang banyak belum tentu mengakibatkan gangguan kesadaran).
Warna kulit.
Warna kulit dapat membantu diagnosa hipovolemia & nadi.
Nadi.
Nadi yang besar seperti arteri karotis, arteri femoralis harus diperiksa bilateral, agar
dapat mengetahui kekuatan, kecepatan, & irama nadi. Jika nadi kecil & kuat biasanya
pada pasien syok.
Tekanan darah.
Jangan terlalu percaya pada tekanan darah dalam menentukan syok karena tekanan
darah yang sebelumnya belum diketahui serta diperlukan kehilangan darah lebih dari 30%
agar dapat terjadi penurunan tekanan darah.
Perdarahan.
Cara penanganan awal perdarahan adalah dengan meninggikan ekstremitas + 45
derajat, jika tidak ada respon maka cari sumber perdarahan & hentikan, lalu tambah lagi
cairan kristaloid, bila tidak berhasil juga maka berikan tranfusi darah type spesifik. Langkah-
langkah ini juga dilakukan pada pasien syok dengan perdarahan dalam (internal), sedangkan
pada perdarahan luar (eksternal) lakukan balut tekan / balut cepat, elevasi daerah yang luka /
kombinasi dengan penekanan pada arteri yang besar. Jangan menggunakan dengan torniquet
karena dapat merusak jaringan (sekarang sudah tidak direkomendasikan lagi). Apabila pasien
dengan fraktur dibeberapa bagian maka lakukanlah pembidaian.
Disability.
Langkah selanjutnya setelah sirkulasi adalah disability (di evaluasi keadaan neurologi
ssecara cepat, yang dinilai adalah tingkat kesadaran) menggunakan AVPU atau GCS, reaksi
pupil serta motorik dari masing-masing anggota gerak.
Motorik
Mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri 5
Menjauh dari nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada respon 1
Tabel 1. Penilaian GCS.
Exposure.
Prinsip exposure adalah membuka semua pakaian pasien untuk mencari apakah ada
sumber perdarahan ataukah terdapat luka yang lain. Eksposure dilakukan di rumah sakit
tetapi dimana perlu untuk dilakukan contoh untuk pemeriksaan fisik thorax., penting untuk
mempertahankan suhu tubuh pasien agar pasien tidak mengalami kedinginan maka harus
dipakaikan selimut yang hangat, ruangan yang cukup hangat serta diberikan cairan vena yang
sudah dihangatkan.
Folley Catether.
Catether urine di pasang agar dapat mengtahui keadaan hemodinamika pasien, untuk
mengetahui balance cairan (intake dan output) .
Secondary Survey.
Head to toe..
Tanda-tanda vital.
Anamnesis.
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
Pemeriksaan penunjang: Fotorontgen, laboratorium.
Persiapan rujukan.
2. Hitung kebutuhan cairan pada pasien ! (nilai 40)
Jawab :
Rumus Holliday & Segard
BB Pasien = 65 Kg
Maka : BB 10 Kg Pertama = 1000 CC Cairan
BB 10 Kg Kedua = 500 CC Cairan
BB >>10 Kg = 20 mL X sisa BB
45 Kg terakhir = 20 mL X 45 Kg
= 900 CC Cairan
Jadi total cairan yang dibutuhkan = 1000 CC + 500 CC + 900 CC
= 2.400 mL/ 2, 4 L
3. Apakah masalah keperawatan yang muncul pada pasien? (minimal 3 nilai 30)
Jawab :
ANALISIS MASALAH
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Fraktur Gangguan pertukaran gas
- ↓
Diskontinuitas tulang
↓
DO : Lepasnya lipid pada sum-sum
tulang
- TD : 90/60 mmHg, N
↓
- Nadi 110 x/menit, Terabsorbsi masuk kealiran
- frekuensi napas30x/menit, darah
↓
- pasien telah terpasang O2 nasal kanul 6 Emboli
l/menit. ↓
Oklusi arteri paru
- Hb 9 g%.
↓
- Akral dingin Nekrosis Jaringan paru
↓
Luas permukaan paru
menurun
↓
Penurunan laju difusi
Priorotas Masalah:
1. Gangguan pertukaran gas
2. Nyeri Akut
3. Resiko infeksi
4. Kerusakan integritas kulit
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik (Inflamasi)
3. Resiko Infeksi ditandai dengan kerusakan integritas kulit
4. Resiko Infeksi ditandai dengan kerusakan integritas kulit
Diagnosis Keperawatan
SLKI SIKI Rasional
Kode Dx.
D.0003 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi - Meningkatkan
Pertukaran Gas
keperawatan maka nyeri berkurang Observasi ventilasi alveolar dan
berhubungan
dengan dengan kriteria hasil : - Monitor frekuensi, irama, perfusi.
ketidakseimbangan
- Tingkat kesadaran meningkat kedalaman dan upaya napas
ventilasi-perfusi.
- Pola napas membaik - Monitor pola napas (seperti - Reposisi
- Frekuensi napas membaik bradipnea, takipnea, meningkatkan
DS :
hiperventilasi, kussmaul, drainase sekret dan
- cheyne-stokes, biot, ataksik) menurunkan kongesti
- Monitor adanya produksi paru.
sputum
DO :
- Monitor adanya sumbatan jalan - Mencegah terjadinya
- TD : 90/60 napas pembekuan darah
mmHg, N - Palpitasi kesimetrisan ekspansi pada keadaan
- Nadi 110 paru tromboemboli.
x/menit, - Auskultasi bunyi napas Kortikosteroid telah
- frekuensi - Monitor saturasi oksigen menunjukkan
napas30x/menit - Monitor nilai AGD keberhasilan untuk
, mencegah/mengatasi
- pasien telah Terapeutik emboli lemak
terpasang O2 - Atur Interval pemantauan
nasal kanul 6 respirasi sesuai kondisi pasien - Penurunan PaO2 dan
l/menit. - Dokumentasi hasil pemantauan peningkatan PCO2
- Hb 9 g%. menunjukkan
- Akral dingin Terapi Oksigen gangguan pertukaran
Observasi gas; anemia,
- Monitor kecepatan aliran hipokalsemia,
oksigen peningkatan LED dan
- Monitor posisi alat terapi kadar lipase, lemak
oksigen darah dan penurunan
- Monitor aliran oksigen secara trombosit sering
periodik dan pastikan fiksasi berhubungan dengan
yang diberikan cukup emboli lemak.
- Monitor efektifitas terapi
oksigen - Adanya takipnea,
Pemberian analgesik
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyei
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik dengan tingkat
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
Kalaborasi
- Kalaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik sesuai indikasi
D.0077 Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri - Untuk membantu
berhubungan mengkaji kebutuhan
keperawatan maka nyeri berkurang Observasi
dengan agen intervensi, dapat
pencederaan fisik dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, mengidentifikasikan
(Inflamasi) terjadinya komplikasi
- Keluhan nyeri sedang durasi, frekuensi, kualitas,
DS : - Meringis menurun intensitas nyeri
- Perubahan frekuensi
- Berfokus pada diri sendiri - Identifikasi skala nyeri jantung atau tekanan
-
menurun - Identifikasi respon nyeri non darah menunjukkan
DO : - Penggunaan analgesik sedang verbal bahwa pasien
- Identifikasi faktor yang mengalami nyeri
- TD : 90/60
memperberat dan memperingan Duduk tinggi
mmHg, N -
nyeri memungkinkan
- Nadi 110 ekspansi paru dan
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
x/menit, memudahkan
kualitas hidup pernafasan
- frekuensi
- Monitor efek samping
napas30x/menit - Untuk meningkatkan
penggunaan analgetik ventilitas maksimal
,
Terapeutik dan oksigenasi
- CRT > 3 menit,
- Kontrol lingkungan yang
- akral dingin. - Untuk meningkatkan
memperberat rasa nyeri kemampuan koping
- BB 65 kg,
- Pertimbangkan jenis dan sumber pasien terhadap nyeri
- TB 168 cm
nyeri dalam pemilihan strategi - Untuk
meredakan
nyeri
meredahkan nyeri
Kalaborasi
- Kalaborasi pemberian analgetik
Pemberian analgesik
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyei
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik dengan tingkat
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
Kalaborasi
- Kalaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik sesuai indikasi
D.0142 Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi - Untuk mengetahui
ditandai dengan adanya tanda-tanda
keperawatan maka nyeri berkurang Observasi
kerusakan infeksi
integritas kulit dengan kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala infeksi
DS : Perubahan frekuensi
- Perfusi jaringan meningkat local dan sistemik -