Anda di halaman 1dari 15

Lari adalah gerakan melangkah dengan kecepatan tinggi.

Nomor-nomor dalam lari terdiri atas :

1. Lari jarak pendek;

a. Putra : 100 m, 200 m, 400 m

b. Putri : 100 m, 200 m, 400 m

2. Lari jarak menengah;

a. Putra : 800 m, 1500 m, 3000 m, (Special chosse)

b. Putri : 800 m, 1500 m, 3000 m

3. Lari jarak jauh;

Putra : 5000 m, 10.000 m

4. Jalan Cepat;

a. Putra : 10 km, 20 km

b. Putri : 5 km, 10 km

5. Lari Estafet ;

a. Putra : 4 x 100 m, 4 x 400 m

b. Putri : 4 x 100 m, 4 x 400 m

6. Lari gawang ;

a. Putra : 110 m, 400 m

b. Putri : 100 m, 400 m

7. Lari marathon putra/putri ; 42,195 km

Berikut ini manfaat lompat tali :

1. Membakar sejumlah kalori


Olahraga lompat tali atau skipping yang dilakukan selama 30 menit dapat membakar sejumlah
600 hingga 800 kalori. Hal tersebut tentu saja sangat membantu program menurunkan berat
badan yang sedang Kamu lakukan. Semakin lama Kamu melakukan lompat tali maka akan
semakin banyak kalori yang terbakar.
2. Melatih otot
Olahraga lompat tali dilakukan dengan melibatkan berbagai otot di tubuh Kamu, diantaranya
adalah otot lengan, bahu, dada, betis dan otot lutut. Hebatnya, lompat tali adalah salah satu
latihan yang dapat melatih otot bagian tubuh atas dan bagian tubuh bawah, so maksimalkan
usahamu dalam melatih otot dengan melakukan olahraga lompat tali.

3. Menurunkan berat badan


Skipping jika dilakukan secara teratur, maka sejumlah kalori di tubuh Kamu akan dibakar
sehingga cadangan lemak yang disimpan dalam jaringan lemak di beberapa bagian tubuh akan
diambil. Dengan demikian beberapa bagian tubuh Kamu akan mulai menunjukkan penurunan
bobot, alhasil bobot badan Kamu secara keseluruhan pun akan berkurang.

4. Mengurangi resiko Osteoporosis


Menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Osteoporosis Society di Inggris
diketahui bahwa olahraga lompat tali atau skipping yang dilakukan rutin selama masa hidup
seseorang akan membuat orang tersebut memiliki resiko yang kecil untuk mengalami
pengeroposan tulang atau osteoporosis. Dan, olahraga lompat tali akan melindungi dirinya
dalam melawan osteoporosis. Untuk mendapatkan manfaat ini, maka Kamu bisa melakukan
lompat tali 2 sampai 5 menit setiap harinya.

5. Meningkatkan stamina, kelenturan, koordinasi dan keseimbangan tubuh


Olahraga seperti lompat tali jika dilakukan secara rutin juga akan berkontribusi dalam
peningkatan stamina, kelenturan, koordinasi dan keseimbangan tubuh seseorang.

6. Olahraga lompat tali mengkombinasikan irama gerakan dan ketepatan waktu


Hal ini akan membuat otak bekerja cepat dan tepat dalam mengkalkulasi gerakan dan waktu
yang tepat untuk melompat, berarti dengan melakukan gerakan lompat tali maka Kamu melatih
otak Kamu agar terbiasa bekerja dengan cepat dan tepat. Dengan kata lain, olahraga lompat tali
akan meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh, memperbaiki kemampuan gerak reflex dan
keseimbangan tubuh, seperti yang telah dikatakan di atas.

A.    Sejarah Lempar Cakram 

Berdasarkan cacatan sejarah bahwa lempar cakram adalah salah satu nomor atletik, hal ini dapat kita
ketahui dari buku karangan Homerus yang berjudul “Odyssy” pada zaman purba.

Dalam buku Odyssy tersebut menceritakan bahwa gerak gerakan dasar dari atletik adalah jalan, lari,
lompat dan lempar yang telah dikenal oleh bangsa primitif pada zaman prasejarah. Bahkan dapat
dikatakan sejak adanya manusia, gerak-gerakan itu dikenal.

Mereka melakukan gerakan jalan, lari, lompat dan lempar semata-mata untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Didalam usaha ini mereka sangat tergantung dari efiiensi jasmaninya. Mereka
yang kurang terampil, kurang tahan berjalan, kurang cepat lari, kurang tangkas melompat atau
melempar akan mati karena kelaparan atau menjadi mangsa binatang buas bahkan mungkin menjadi
korban bencana alam.
Jadi sejak zaman prasejarah, ,manusia telah menyadari akan manfaat ketahanan berjalan jauh,
kecepatan lari, ketangkasan melompat dan melempar. Sehingga ada sementara orang yang menganggap
atletik adalah cabang olahraga yang tertua.

Bangsa Belanda menyebutnya “Atletik is a moerder der sporten” yang artinya atletik adalah induk dari
semua cabang olahraga. Meskipun gerakan dasar atletik ini telah dikenal sejak adanya manusia, tetapi
perlombaan atletik termasuk lempar cakram yang pernah dilakukan dalam cacatan sejarah baru terjadi
pada zaman purba sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Hal ini dapat diketahui dari buku pujangga
Yunani yang ditulis oleh Homeros.

Dalam buku ini juga Homeros menceritakan pertualangan Odysseus. Bahwa pada suatu ketika Odysseus
terdampar disebuah kepulauan yang kemudian ternyata bernama Phaeacia, rajanya bernama Alcinaus.
Setelah Odysseus dibawa menghadap baginda maka diadakan penyambutan yang meriah. Dalam acara
itu diadakan serangkaian perlombaan.pemuda-pemuda Phaeacia yang mempertujukan kemahirannya
dalam lomba lari cepat, gulat, lompat, tinju, dan lempar cakram.

Setelah rangkaian ini selesai, raja Aleinaus minta agar Odysseus menberikan demotrasi lempar cakram.
Semula Odysseus menolaknya dengan halus, tetapi baginda mendesaknya dengan alasan agar pumuda
Phaeacia dapat menyaksikan bagaimana cara melempar cakram yang sempurna, maka permintaan raja
terpaksa dipenuhi. Tanpa melepaskan pakaian perangnya yang terbuat dari logam itu, Odysseus bangkit
minta ijin kepada baginda, kemudian masuk gelanggang mengambil cakram yang terberat dan dengan
gaya termanis melempar cakram itu,cakram melucur dan jatuh jauh dari jarak yang dicapai atlet-atlet
dari Phaeacia (Sunaryo Basuki, 1979 : 24).

Dari kutipan buku ini yakin bahwa bangsa Yunani purba telah mengenal atletik, disini terlihat adanya
nomor lari, lompat, dan lempar cakram yang merupakan nomor atletik yang kita kenal sampai sekarang
ini.

B.    Sejarah Lempar Cakram di Indonesia

Berbicara masalah lempar cakram di Indonesia, kita tidaik bisa pisahkan dengan sejarah atletik. Karena
lempar cakram adalah nomor atau bagian dari atletik. Jadi di Indonesia atletik termasuk lempar cakram
dikenal lewat bangsa Belanda yang setengah abad lamanya menjajah Negeri Indonesia. Namun
demikian atletik termasuk lempar cakram ini tidak dikenal secara luas.

Kemudian pada zaman pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942-1945 kegiatan keolahragawan
mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dipagi hari semua pelajar dan pegawai diwajibkan
melakukan senam. Selain itu diberikan pelajaran beladiri dan atletik termasuk lempar cakram. Tetapi
semua aktivitas jasmani yang dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia itu hanya untuk kepentingan
orang-orang Jepang sendiri, dalam usaha memenangkan perang (Drs. Aip Syrifuddin, 1998 : 3).
Kemudian setelah Indonesia merdeka perkembangan olahraga termasuk lempar cakram semakin meluas
bahkan setiap orang diberikan kesempatan untuk melakukan latihan-latihan atletik termasuk lempar
cakram (Drs. Sunaryo Basuki, 1979 : 37).

Dari penjelasan sejarah atletik diatas, maka dalam bab ini penulis akan menguraikan hal-hal sebagai
berikut :

1. Panjang lengan

2. Lempar cakram

3. Pengaruh panjang l;engan terhadap prestasi lempar cakram

C.    Panjang Lengan


Panjang lengan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam olahraga khususnya lempar
cakram, karena panjang lengan akan memungkinkan dalam pencapaian prestasi yang maksimal. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa bentuk tubuh atau postur tubuh merupakan salah
satu faktor penentu dalam pencapaian prestasi yang maksimal (Soeharno H. P. 1985 : 8).

Disamping panjang lengan, dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekuatan. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa kekuatan lengan adalah kemampuan kelompok otot-
otot lengan untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas (Drs. Soeharno H.
P. 1985 : 224),

Standar yang digunakan untuk mengukur panjang lengan menggunakan meteran baja (Antropometer)
yang diukur melalui pangkal persendian bahu yang paling atas sampai ujung jari tengah. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang mengatakan bahwa lengan adalah anggota gerak bagian atas mulai dari gelang
bahu sampai ujung jari (Soedarminta, 1994 : 108).

Berdasarkan pendapat diatas, maka hasil pengukuran dapat dibaca sesuai dengan apa yang tertera pada
alat ukur. Siswa yang memiliki panjang lengan diatas rata-rata maka dianggap sebagai siswa berlengan
panjang, sedangkan siswa yang memiliki panjang lengan dibawah rata-rata diangggap sebagai siswa
yang berlengan pendek.

Untuk cabang olahraga atletik khususnya nomor lempar cakram, apabila ada seseoarang yang memiliki
lengan panjang kecenderungan akan berpengaruh pada jauhnya lemparan jika didukung oleh kekuatan
otot yang baik bila dibandingkan seseorang yang memiliki lengan pendek.
D.    Lempar Cakram

Ada beberapa hal mengenai lempar cakram yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pengetian lempar cakram

2. Tehnik-tehnik lempar cakram

3. Peraturan dalam lempar cakram

1.    Pengertian lempar cakram


Untuk memahmi pengertian lempar cakram, terlebih dahulu kita memahami pemgertian lempar
cakram. Lempar adalah olahraga dengan melempar (lembing, peluru, martil, cakram).(W. J. S.
Poerwadarminta, 1976 : 584).
Sedangkan cakram sebuah benda kayu yang berbentuk piring berbingkai sabuk besi (Didi Sugandi, 1986 :
51).
Jadi lempar cakram adalah salah satu nomor lomba dalam atletik yang menggunakan sebuah benda
kayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahan lain yang bundar pipih yang dilemparkan.

2.    Tehnik-tehnik lempar cakram


a.    Cara memegang cakram
Untuk memudahkan memegangnya, cakram diletakkan pada telapak tangan kiri (bagi pelempar yang
tidak kidal) sedangkan telapak tangan kanan diletakkan diatas tengah cakram, keempat jari agak jarang
(terbuka) menutupi pinggiran cakram (ruas jari yang terakhir menutupi cakram) sedangkan ibu jari
bebas.
b.    Ada dua gaya dalam lempar cakram
•    Gaya samping
Sikap permulaan berdiri miring/menyamping kearah sasaran, sesaat akan memulai berputar lengan
kanan diayun jauh ke belakang, sumbu putaran pada kaki kiri (telapak kaki bagian depan atau ujung)
selama berputar lengan kanan selalu di belakang, pada posisi melempar badan merendah lengan kanan
di belakang pandangan ke arah sasaran, setelah cakram lepas dari tangan kaki kanan melangkah ke
depan berpijak dibekas telapak kaki kiri yang saat itu telah berayun ke belakang.
•    Gaya belakang
Sikap pertama berdiri membelakangi arah lemparan sesaat akan berputar lengan kanan diayun jauh ke
belakang pandangan mulai melirik ke kiri, saat mulai berputar ujung telapak kaki kiri sebagai sumbu dan
tolakan kaki kiri itu pula badan meluncur ke arah lemparan, kaki kanan secepatnya diayun memutar ke
kiri untuk berpijak, sesaat kaki kanan mendarat kaki kiri dengan cepat pula diayum ke kiri untuk berpijak
dan terjadilah sikap lempar, setelah cakram lepas dari tangan kaki kanan segera diayun ke depan dan
kaki kiri diayun ke belakang.

3.    Peraturan dalam lempar cakram


Lempar cakram harus dimulai dengan sikap berdiri seimbang dengan lingkaran lempar tanpa menginjak
garis lingkaran. Pelempar tidak boleh meninggalkan lingkaran lempar sebelum juri mengatakan sah
posisi berdirinya melalui setengah lingkaran bagian dalam.pelempar boleh menyentuh dinding bagian
dalam dari balok batas lemparan tetapi tidak boleh menyentuh bagian atasnya. Lemparan akan diukur
dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram yang terdekat ketepi dalam balok. Bila
peserta lebih dari 8 orang, maka peserta akan diberi hak melempar sebanyak 3 kali, kemudian akan
ditentukan 8 pelempar terbaik untuk mengikuti babak berikutnya (final). Bila peserta lomba 8 orang
atau kurang, kesempatan melempar sebanyak 6 kali langsung final.

Lingkaran lemparan tersebut terbuat dari besi, baja atau bahan lain yang sesuai. Bagian atasnya
dipasang rata dengan tanah diluarnya. Bagian dalam terbuat dari semen, aspal atau bahan lain yang
kokoh tetapi tidak licin permukaannya bagian dalam harus datar lebih rendah 14 mm sampai 26 mm dari
sisi atas tepi lingkaran.
Ukuran garis tengah sebelah dalam lingkaran lempar adalah 2,5 m, tebal besi lingkaran lempar 6 mm
dan harus dicat putih. Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari bagian atas lingkaran besi sepanjang 75
cm pada kedua sisi lingkaran.

4.    Faktor-fakor yang mempengaruhi prestasi dalam lempar cakram

a.    Faktor internal atau dari dalam atlet

1.    Kesehatan fisik dan mental yang baik


Kita sebagai manusia terbentuk dari unsur jasmani dan rohani, keduanya memegang peranan penting
dan tidak dapat dipisah satu dengan yang lainnya karena saling mempengaruhi. Apabila fisik terganggu
oleh suatu penyakit maka faktor fsikispun ikut terganggu. Oleh karena itu kesehatan fisik harus selalu
dijaga agar tetap dalam keadaan sehat.

Dengan demikian faktor psikis, pemeliharaan dapat dilakukan dengan jalan pemeliharaan suasana
lingkungan sehat sehingga pikiran tetap jernih, serta perasaaan tenteram dan sebagainya, menentukan
karena segala kegiatan dalm mencapai prestasi memerlukan pembiayaan yang cukup besar.

b.    Faktor-faktor eksternal (dari dalam atlet)

1.    Lingkungan keluarga


Keluarga dapat dinyatakan sebagai suatu kelompok atau unit terkecil dari masyarakat yang didalamnya
terdapat hubungan erat antara anggota-anggotanya. Orang tua dalam suatu keluarga mendidik anaknya
secara kodrati dengan memberi dorongan.

2.    Latihan
Latihan adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu,
prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan
berulang-ulang (Rusli Nursalam, 1990 : 19).

Petunjuk latihan
Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan kebutuhan latihan bagi para pelempar, jika terdapat perbedaan
hanya terdapat pada latihan tehnis yang dilakukan (Sugito, 1994 : 232).
Secara garis besar disamping kebutuhan latihan untuk meningkatkan kebutuhan tehnik nomor lempar
yang dipilih para pelempar membutuhkan latihan-latihan sebagai berikut :

1.    Latihan kekuatan


Pelempar yang ingin berhasil harus mengembangkan kekuatan otot-ototnya dengan latihan beban atau
weight training. Prinsip-prinsip weight training adalah kesedian untuk mengulang-ulang apa yang
dipelajari. Gerakan dilang berkali-kali sehingga pada akhirnya gerakan-gerakan itu dapat dilaksanakan
tanpa memikir, segala sesuatu sudah berlangsung secara otomatis, cepat dan efesien. Latihan harus
cukup berat sehingga dapat merangsang adaptasi-adaptasi dalam badan. Latihan yang ringan tidak akan
menimbulkan kemajuan dalam kemampuan begitu pula sebaliknya. Latihan-latihan harus ditingkatkan,
latihan harus teratur. Pada akhirnya kemampuan berprestasi ini dibatasi oleh bakat yang tersimpan
didalam anak (Bambang Wijanarko, 1994 : 113).
Dalam memilih macam latihan hendaknya disesuaikan dengan nomor lempar yang diikuti, pada masa
persiapan tahap kedua dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu, dan pada masa perlombaan masih dapat
dilakukan sekali seminggu.

2.    Latihan kecepatan


Seorang pelempar tidak hanya harus kuat, tetapi juga mampu bergerak dengan cepat. Bagi pelempar,
kecepatan akan memberikan kekuatan eksplosif yang sangat berguna untuk meningkat prestasi lempar.
Latihan kecepatan bagi para pelempar dapat berupa : lari 30 meter, loncat tegap, jingkat 3 kali dan pul-
up.

3.    Latihan daya tahan


Seorang pelempar juga harus mempunyai daya tahan. Ini dapat dicapai dengan latihan gross country
serta lari interval.

4.    Latihan kelincahan dan keterampilan


Seorang pelempar harus juga memiliki kelincahan dan keterampilan. Ini dapat dicapai dengan latihan :
senam lantai dan senam ketangkasan, loncat tali (rope skiping).

E.    Pengaruh panjang lengan terhadap prestasi lempar cakram

Pengaruh lengan terhadap prestasi lempar pada umumnya sangat besar, ditinjau dari fungsi lengan
sebagai penahan, pemegang dan sebagai alat lemparan terakhir dengan gaya lenting. Fungsi lengan
dalam lemparan ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan otot lengan adalah kekuatan otot-otot
atau kelompok otot untuk mengatasi suatu beban dalam menjalankan suatu aktivitas (Abdul Hamid
Syeeh Nur, 1993 : 135).

Makin tinggi dan besar pelempar cakram, makin baik adanya. Pelempar dengan lengan panjang akan
lebih menguntungkan daripada berlengan pendek. Sebab lengan yang panjang mempunyai jangkauan
ayunan yang lebih jauh (Winarno surachman, 1992 : 20). Menunjukkan bahwa bukti akan kebenaran
pendapat diatas. Oleh karena itu para Pembina olahraga khususnya pelempar cakram perlu kiranya
memperhatikan postur atau bentuk tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian
preastasi yang maksimal (Soeharno HP, 1985
Seorang yang mempunyai tubuh yang lebih tinggi dan besar sudah jelas mempunyai jangkauan yang
lebih jauh daripada yang mempunyai bentuk tubuh pendek yang pada gilirannya tidak akan mampu
melempar yang lebih jauh.

Gambar   Lapangan Lempar Cakram

A.    Sejarah Permainan Bola Voli 

Permainan bola voli  diciptakan oleh William B Morgan pada tahun 1895 di Holyoke (Amerika bagian
timur). William B Morgan adalah seorang pembina pendidikan jasmani pada Young Men Christain
Association (MCA).

Permainan bola voli di Amerika sangat cepat perkembangannya, sehingga tahun 1933 YMCA
mengadakan kejuaraan bola voli  nsional.

Kemudian permainan bola voli  ini menyebar ke seluruh dunia. Pada tahun 1974 pertama kali bola voli 
dipertandingkan di Polandia dengan peserta yang cukup banyak. Maka pada tahun 1984 didirikan
Federasi Bola Voli  Internasional atau Internationnal Voli  Ball Federation (IVBF) yang waktu itu
beranggotakan 15 negara dan berkedudukan di Paris.
Permainan bola voli  sangat cepat perkembangannya, antar lain disebabkan oleh :

1.    tidak memerlukan lapangan yang luas.

2.    Mudah dimainkan.


3.    Alat-alat yang digunakan untuk bermain sangat sederhana.

4.    Permainan ini sangat menyenangkan.

5.    Kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat kecil.

6.    Dapat dimainkan di alam bebas maupun di ruang tertutup.

7.    Dapat di mainkan banyak orang

Permainan bola voli   masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda (sesudah tahun 1928).
Perkembangan permainan bola voli  di Indodesia sangat cepat. Hal ini terbukti pada Pekan Olahraga
Nasional (PON) ke-2 tahun 1952 di jakarta. Sampai sekarang  permainanbola voli  termasuk salah satu
cabang olahraga yang resmi dipertandingkan.

Pada tahun 1955 tepatnya tanggal 22 Januari didirikan Organisasi Bola Voli  Seluruh Indonesia (PBVSI)
dengan ketuanya W. J. Latumenten. Setelah adanya induk organisasi bola voli  ini, maka pada tanggal 28
sampai 30 mei 1955 diadakan kongres dan kejuaraan nasional yang pertama di Jakarta.

Dengan melihat perkembangan permainan bola voli  yang begitu pesat sangatlah tepat bila pemerintah
memilih permainan bola voli  sebagai olahraga pendidikan di sekolah-sekolah. Hanya pada umumnya
permainan bola voli sedikit mengalami kesulitan di dalam memperkenalkan pada anak-anak didik.
Kesulitan ini terletak pada gerakan dasar permainan bola voli .

B.    Teknik Dasar Permainan Bola Voli 

1.    Pengertian Teknik

Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu peraktek dengan sebaik
mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga (khususnya cabang permainan
bola voli ).

Teknik dikatakan baik apabila dari segi anatomis/fisiologis mekanik dan mental terpenuhi secara benar
persyaratannya. Apabila diterapkan pencapaian prestasi maksimal untuk menganalisa gerakan teknik,
umumnya para guru atau pelatih akan dapat mengoreksi dan memperbaiki (Suharno, HP, 1983 : 3).

2.    Kegunaan Teknik Pada Cabang Olahraga

·         Efisien dan Efektif untuk mencapai prestasi maksimal.


·         Untuk mencegah dan mengurangi terjadinya cidera

·         Untuk menambah macam-macam teknik atlet ada saat pertandingan. (Suharno, HP. 1982 : 30).

·         Atlet akan lebih mantap dan optimis dalam memasuki arena pertandingan (Engkos Kosasih, 1984 :
109).

3.    Teknik Penguasaan Bola

Untuk dapat menguasai bola secara maksimal dan sempurna seorang pemain setidaknya harus memiliki
kemampuan-kemampuan seperti mampu melakukan passing atas secara baik dan benar dari teknik
dasar ini tidak diabaikan dan harus dilatih dengn baik, seseorang harus mengerti dan benar-benar dapat
menguasai teknik penguasaan bola  dengan baik dan terus menerus, (Dleter Beullteshtahl. 1986 : 9).

Agar dapat bermain bola voli  dengan baik, seseorang harus mengerti dan benar-berar dapat menguasai
teknik penguasaan bola dengan baik. Dengan menguasai teknik penguasaan bola dan latihan yang
continue diharapkan nantinya dapat bermain bola voli secara baik dan benar.

4.    Passing Bawah

Passing bawah biasanya dipergunakan oleh para pemain jika bola datangnya rendah, baik untuk
dioperkan kepada teman seregunya maupun untuk dikembalikan ke lapangan lawan melewati atas
jaring atau net.

5.    Passing Atas

Passing atas atau passing tangan atas adalah cara pengambilan bola atau mengoper dari atas kepala
dengan jari-jari tangan. Bola yang datang dari atas diambil dengan jari-jari tangan di atas, agak di depan
kepala (Aip Syarifuddin, 1997 : 69).

Gerakan passing bawah dan passing atas yang menunjukkan bahwa digunakan passing bawah pada saat
bola yang datangnya rendah atau berada di depan dada, sedangkan passing atas digunakan apabila bola
datangnya di atas atau melambung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menerima bola
service lebih baik dan tepat menggunakan passing bawah dibandingkan dengan passing atas, karena
kebanyakan bola sevice datangnya rendah dan berada di depan dada.

6.    Service Bawah

Service bawah adalah cara melakukan pukulan permukaan dari petak service dengan memukul bola
dengan tangan dari bawah sebagai usaha menghidupkan bola dalam permainan (Aip Syarifuddin, 1997 :
70).
Service bawah merupakan service yang dilakukan dengan tangan bawah, siku diluruskan dan ayunan
tangan dari belakang ke depan melalui samping badan, salah satunya tangan memegang bola dan bola
tersebut dilambungkan baru dipukul. Service ini sangat populer dan sering dilakukan oleh pemain
pemula.

7.    Service Atas

Service atas adalah cara melakukan pukulan permulaan dari bawah service dengan memukul bola dari
atas kepala sebagai usaha menghidupkan bola ke dalam permainan (Aip Syarifuddin, 1997 : 53).
Servise atas banyak variasinya, bola dapat dilambungkan dengan satu tangan atau dua tangan, tinggi
lambungan bola tergantung dari maksud pukulan dan kesenangan pribadi pemain. Namun pada
prinsipnya harus diusahakan agar bola dilambungkan sedemikian rupa tingginya, sehingga seluruh
rangkaian gerakan memukul menjadi satu gerakan yang tidak terputus-putus.

8.    Service Samping

Service samping adalah melakukan pukulan permulaan dari daerah service dengan sikap berdiri
menyamping dan berat badan berada di kaki kanan (bagi yang tidak kidal), telapak tangan menghadap
ke atas (Mariyanto, 1995 : 119). Adapun pelaksanaan service samping adalah service berdiri
menyamping dengan tubuh bagian kiri lebih dekat dengan jaring (bagi yang tidak kidal) kedua tanga
bersama-sama memegang bola. Pada saat bola akan dilambungkan, maka badan diliukkan ke belakang
dan lutut ditekuk. Kedua tangan dijulurkan ke samping kanan, begitu bola lepas dari tangan, maka
tangan ditarik kesamping kanan bawah, berat badan berada di kaki kanan, telapak tangan menghadap
ke atas, pukulan tangan pada bola dibantu dengan liukan badan, lecutan lengan dan gerakan pergelangn
tangan sehingga bola setelah dipukul melambung dengan keras dan topspin.

9.    Service Lompat

Service lompat adalah cara melakukan pukulan permulaan di daerah service dengan melompat setelah
bola dilambungkan dengan satu tangan atau dua tangan (Aip Syarifuddin, 1997 : 59). Service lompat
dilakukan dengan bola dilambungkan dengan satu atau dua tangan. Begitu bola dilambungkan diikuti
dengan melompat dan diusahakan bola berada di atas depan kepala. Bila bola telah berada di atas
depan kepala maka segeralah tangan kanan dipukulkan pada bola secepatnya.

10.    Smash (Spike)

Smesh atau spike adalah gerakan memukul bola yang dilakukan dengan kuat dan keras serta jalannya
bola cepat, tajam dan menukik serta sulit diterima lawan apabila pukulan itu dilakukan dengan cepat
dan tepat (Aip Syarifuddin, 1997 : 58). Pada teknik smash inilah letak seninya permainan bola voli ,
apabila pemain hendak memenangkan pertandingan maka mau tidak mau mereka harus menguasai
teknik smash. Pemain yang pandai melakukan smash atau dengan istilah smasher harus memiliki
kelincahan, daya ledak, timing yang tepat dan mempunyai kemampuan memukul bola yang sempurna.
Pemain bola voli  akan dapat melakukan berbagai variasi smash apabila pemain tersebut menguasai
teknik dasar smash secara baik dan benar.

11.    Membendung

Membendung (Bloking) adalah bentuk gerakan seseorang atau beberapa orang pemain yang berada
didekat net/pemain depan (Aip Syarifuddin, 1997 : 58). Tujuan untuk menutupi atau membendung
datangnya bola dari lapangan lawan, caranya dengan menjulurkan kedua tangan ke atas dengan
ketinggian yang kanan lebih tinggi dari tepian atau bibir net.

Selama melakukan blocking perhatian harus terus menerus kepada bola, posisi smasher terhadap bola
dan pendangan mata dari pada smasher. Untuk menyesuaikan terhadap arah datangnya smash, maka
perlu mengadakan langkah atau step ke samping kiri atau ke kanan dengan maksud agar setiap saat
dapat melompat ke atas untuk melakukan blocking.

C.    Passing Atas

1.    Pengertian passing Atas

Passing atas merupakan teknik penguasaan bola yang penting untuk dipelajari. Passing atas adalah
dapat diartikan menyajikan bola atau mengoper bola dengan menggunakan jari tangan kepada lawan
atau langsung ke lapangan lawan, di samping itu passing atas yang baik akan mempengaruhi di dalam
pertandingan tetapi hal ini lebih menonjol dalam pertandingan tingkat tinggi dibandingkan pada
pertandingan yang lebih rendah.
Waktu melakukan passing atas harus diperhatikan beberapa hal, seperti yang dikembangkan oleh
Engkos Kosasih sebagai berikut :

·         Konsentrasi untuk melakukan passing atas.

·         Berlatih dan menyesuaikan diri untuk menguasai bola.

·         Lihat dan pelajari dimana tempat menempatkan bola yang tepat.

·         Ketahui posisi lemah regu lawan (Engkos Kosasih, 1985 : 109).
Beberapa cara di dalam melakukan passing atas dalam parmainan bola voli , antara lain :
1.1.    Passing Atas Individu

·         Tempatkan badan di bawah bola.

·         Kedua kaki dibuka, lutut ditekuk, sehingga posisi tubuh berada dalam keadaan setengah jongkok.

·         Siku dibengkokkan, jari-jari tengah direnggangkan dan letak di depan atas dahi.

·         Sikap tangan seperti mangkok.

·         Pandangan ke arah datangnya bola.

·         Pada waktu bola datang, bola didorong dengan jari-jari tangan, perkenaan tangan pada bola yaitu
ruas pertama dan kedua jari telunjuk sampai kelingking, sedangkan ibu jari hanya pada ruas pertama.

·         Untuk membantu gerakan jari-jari tangan, pergelangan tangan digerakkan kearah depan atas.

·         Setelah bola lepas dari tangan, diikuti dengan gerakan anggota badan dan langkah kaki ke depan
untuk menjaga keseimbangan (Edi Suparman, 1994 : 91).

1.2.    Passing Atas Ke Dinding

Ada beberapa pendapat ahli mengenai passing atas ke dinding antara lain :

1.    Theo Khelmen dan Dleler Kruber (1990 :40) menyatakan : dengan melakukan passing atas ke dinding
berturut-turut maka akan dapat menyempurnakan kemampuan mengarahkan bola.

2.    Bonnie Robisson (1991 : 44 - 46 ) mengatakan seseorang pemain harus memperdalam kekuatan
tangan untuk mendorong bola ke dinding dengan jarak antara 90 – 12 cm dari dinding atau tembok.
Dalam penelitian ini ditetapkan jarak seseorang yang akan melakukan passing atas ke dinding sebagai
tempat pelaksanaan kegiatan adalah 120 cm, hal ini didasarkan atas uji coba.

D.    Perasarana Permainan Bola Voli 

1.    Lapangan dan Ukurannya


Lapangan permainan bola voli  berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 18 m dan lebar 9 m,
semua garis batas lapangan, garis tengah, garis daerah serang adalah 3 m (daerah depan). Garis batas
itu diberi tanda batas dengan menggunakan tali, kayu, cat/kapur, kertas yang lebarnya tidak lebih dari 5
cm. lapangan permainan bola voli  terbagi menjadi dua bagian sama besar yang masing-masing luasnya
9 x 9 meter. Di tengah lapangan dibatasi garis tengah yang membagi lapangan menjadi dua bagian sama
besar. Masing-masing lapangan terdiri dari atas daerah serang dan daerah pertahanan.

Daerah serang yaitu daerah yang dibatasi oleh garis tengah lapangan dengan garis serang yang luasnya 9
x 3 meter.

2.    Daerah Servise


Daerah service adalah daerah selebar 9 meter di belakang setiap garis akhir. Daerah ini dibatasi oleh dua
garis pendek sepanjang 15 cm yang dibuat 20 cm di belakang garis akhir, sebagai kepanjangan dari garis
samping. Kedua garis pendek tersebut sudah termasuk di dalam batas daerah service, perpanjangan
daerah service adalah kebelakang sampai batas akhir daerah bebas.

3.    Jaring (Net)


Jaring untuk permainan bola voli  berukuran tidak lebih dari 9,50 meter dan lebar tidak lebih dari 1,00
meter dengan petak-petak atau mata jaring berukuran 10 x 10 cm, tinggi net untuk putra 2,43 meter
dan untuk putri 2,24 meter, tepian atas terdapat pita putih selebar 5 cm.

4.    Antene Rod


Di dalam pertandingan permainan bola voli  yang sifatnya nasional maupun internasional, di atas batas
samping jaring dipasang  tongkat atau rod yang menonjol ke atas setinggi 80 cm dari tepi jaring atau
bibir net. Tongkat itu terbuat dari bahan fibergelas dengan ukuran panjang 180 cm dengan diberi warna
kontras.

5.    Bola
Bola harus bulat terbuat dari kulit yang lentur atau terbuat dari kulit sintetis yang bagian dalamnya dari
karet atau bahan yang sejenis. Warna bola harus satu warna atau kombinasi dari beberapa warna.
Bahan kulit sintetis dan kombinasi warna pada bola dipergunakan pada pertandingan resmi
internasional harus sesuai dengan standar FIVB.
Keliling bola 64 – 67 cm dan beratnya 260 – 280 grm, tekanan didalam bola harus 0, 39 – 0, 325 kg/cm2 
(4,26 – 4,61 Psi) (294,3 – 318,82 mbar/hpa).

6.    Pemain
Jumlah pemain dalam lapangan permainan sebanyak 6 orang setiap regu dan ditambah 5 orang sebagai
pemain cadangan dan satu orang pemain libero. Satu tim maksimal terdiri dari 12 pemain, saru coach,
satu sistem coach, satu trainer, dan satu dokter medis, kecuali libero, satu dari para pemain adalah
kapten tim, dia harus diberi tanda dalam score sheet.

Hanya pemain terdaftar dalam score sheet dapat memasuki lapangan dan bermain dalam pertandingan.
Pada saat coach dan kapten tim menandatangani scoresheet pemain yang terdaftar tidak dapat
diganti. Bola Voli

Anda mungkin juga menyukai