penilaian untuk tugas semester ini dalam mata kuliah Hukum Bisnis.
pengetahuan yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan
kepada Dosen mata kuliah maupun rekan rekan pembaca untuk memberikan
KATA PENGANTAR
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
A. PERJANJIAN KREDIT
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu kendala yang sering terjadi ialah kredit macet, dimana tidak ada
usaha pelunasan dari nasabah tersebut. Munculnya kendala membuat penyedia
kredit atau kreditur mencari solusi untuk menerima hak nya. Salah satu yang
menjadi solusi adalah dengan Debt Collector dimana kreditur menggunakan jasa
orang-perorangan atau suatu kelompok untuk mendapatkan pelunasan dari
nasabah.
B. RUMUSAN MASALAH
Tujuan penulisan dari makalah ini ialah untuk mendalami serta memahami
permasalahan hukum yang menyangkut Pengaturan Hukum Pengaturan Hukum
Debt Collector dari Persepsi Undang Undang Republik Indonesia No 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen serta Perlindungan Hukum Debitur
terhadap Debt Collector dalam Undang Undang Republik Indonesia No 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perjanjian Kredit
Perjanjian atau dalam bahasa Belanda overeenkomst, yang terdapat pada Pasal
1313 KUHPerdata dimana, perjanjian adalah “Perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari
peristiwa ini, timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
disebut Perikatan yang di dalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing
pihak.”
Sedangkan kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi, yaitu “credere” yang
mempunyai arti kepercayaan.1 Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Credere yang berarti kepercayaan. Dengan demikian, dasar pemberian kredit
adalah kepercayaan dan keyakinan bahwa debitur akan melunasi hutangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan atau tepat waktu.2
Perjanjian kredit adalah sebuah perjanjian yang terjadi atas kesepakatan antara
pihak yang kemudian disebut Debitur (Peminjam) dan Kreditur (Pemberi
Pinjaman dalam hal ini Bank) yang kemudian melahirkan adanya hubungan
utang-piutang antar pihak. Dimana Debitur berkewajiban membayar kembali
1
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1987, hlm 69.
2
Widjanarto, Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan, Info Bank, Jakarta, 1998, hlm 4.
pinjaman yang diberikan oleh Kreditur, dengan berdasarkan syarat dan kondisi
yang telah disepakati oleh para pihak.
Sehingga dasar dari Perjanjian Kredit mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata
tersebut. Dan perjanjian kredit tersebut mengikat para pihaknya semenjak detik
ditanda tanganinya perjanjian kredit tersebut.
3
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm 7
Menetapkan denda atas keterlambatan pembayaran debitur.
Setiap hal tentu tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan. Begitu pula
dengan perjanjian kredit. Tentu banyak kendala yang kemudian di hadapi, adapun
kendala yang di hadapi antara lain adanya tingkat perbedaan kelancaran pelunasan
kredit yang dilakukan nasabah :
Kredit Lancar, jenis ini adalah dimana tidak adanya tunggakan pinjaman
dan pelunasan dilakukan nasabah sesuai dengan perjanjian. Adapun bila
terdapat tunggakan tidak sampai melewati batas kompensasi yang di
berikan kreditur.
Kredit Tidak Lancar, jenis ini adalah dimana pembayaran atau pelunasan
yang dilakukan nasabah tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam
perjanjian namun tunggakannya tidak melewati dari jangka waktu 3 bulan.
Kredit Macet, jenis ini adalah dimana nasabah tidak mampu dan tidak ada
usaha sama sekali dalam menyelamatkan kreditnya. Kredit macet
tergolong mulai dari 18 bulan sejak kredit di masukkan kedalam kategori
kredit di ragukan. 4
Salah satu cara yang dirasa efektif adalah dengan cara menyewa jasa penagih
utang atau debt collector. Cara ini dirasa efektif karena adanya tekanan terhadap
debitur yang didatangi hingga ke tempat tinggalnya guna menuntut pelunasan
kredit.
Istilah debt collector berasal dari bahasa Inggris, yang jika diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia yaitu debt artinya hutang, collector artinya pemungut,
pemeriksa, penagih, pengumpul. Jadi, debt collector merupakan kumpulan
orang/sekumpulan orang yang menjual jasa untuk menagih hutang seseorang atau
lembaga yang menyewa jasa mereka. debt collector adalah pihak ketiga yang
menghubungkan antara kreditur dan debitur dalam hal penagihan kredit.5
Kehadiran debt collector sebagai pihak ketiga dalam perjanjian kredit ini
kemudian menimbulkan pro dan kontra. Debt collector dimanfaatkan oleh
Lembaga Pembiayaan sebagai mata pedang dalam meminta atau menuntut
pelunasan kepada nasabah.
4
https://www.simulasikredit.com/apa-yang-biasanya-dilakukan-bank-bila-ada-kredit-macet/
5
https://www.suduthukum.com/2017/03/pengertian-debt-collector.html
Keadaan ini tentu melanggar berbagai hal, kehadiran pihak Penagih Utang
kemudian mengalihkan permasalahan dari jalur Hukum Perdata ke dalam Hukum
Pidana. Mulai dari munculnya kasus perusakan, pencurian, hingga pencemaran
nama baik.
Kedudukan hukum debt collector sendiri masih simpang siur dalam hukum
positif di Indonesia. Dimana adanya ketidaksinkronan antara beberapa peraturan
yang ada. Dimana si satu sisi keadaan debt collector diakui legalitasnya6 namun
secara langsung melanggar Prinsip Perlindungan Konsumen mengenai Klausula
Baku7 dimana pihak Lembaga Pembiayaan mengalihkan tanggung jawabnya
dengan mendatangkan Penagih Utang sebagai pihak ketiga penerima kuasa.
Debitur atau nasabah dalam hal transaksi barang dan jasa, merupakan
konsumen yang perlindungan hukumnya sendiri diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen atau
biasa dikenal dengan UUPK.
Selain Pasal 18 ayat (1) huruf (a) mengenai keberadaan debt collector yang
seringkali mengintimidasi juga melanggar Pasal 4 huruf (a) 8 mengenai Hak
Konsumen.
6
Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/10/DASP Tanggal 13 April 2009 Perihal Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (“SEBI 2009”)
7
Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen :
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan
dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian
apabila:
Masuknya pihak baru dalam hal ini debt collector melanggar Pasal 18 ayat
(1) huruf (a) mengenai Klausula Baku. Dimana pelaku usaha dilarang
menambahkan Klausula Baku yang menyatakan pengalihan tanggung jawabnya.
Dalam hal ini ialah menagih pelunasan kepada nasabah.
Akibatnya posisi nasabah sangatlah lemah, karena format dan isi perjanjian
telah dirancang oleh pihak bank yang tentu saja dapat dipastikan bahwa perjanjian
tersebut memuat klausula-klausula yang menguntungkan pihak bank namun
bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.12
Adapun mengenai legalnya Jasa Penagih Utang dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No. 11/10/DASP Tanggal 13 April 2009 Perihal Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (“SEBI 2009”) kemudian
mencerminkan perlunya sinkronisasi peraturan hukum yang berlaku di Indonesia
seputaran Perjanjian Kredit.
Dimana Perjanjian kredit tersebut bukan hanya terdapat pihak Pelaku Usaha
saja yang musti diperhatikan keadaannya, namun juga terdapat konsumen yaitu
Nasabah yang kedudukan seharusnya sama dengan Pelaku Usaha. Sehingga suatu
perjanjian haruslah saling menguntukan kedua belah pihak di dalamnya.
13
Dokumenter oleh VICE yang Dipublikasikan tanggal 20 Jul 2018 mengenai debt collector di
Indonesia
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
2. Istilah debt collector berasal dari bahasa Inggris, yang jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia yaitu debt artinya hutang, collector artinya pemungut,
pemeriksa, penagih, pengumpul. Jadi, debt collector merupakan kumpulan
orang/sekumpulan orang yang menjual jasa untuk menagih hutang seseorang
atau lembaga yang menyewa jasa mereka. debt collector adalah pihak ketiga
yang menghubungkan antara kreditur dan debitur dalam hal penagihan kredit.
3. Masuknya pihak baru dalam hal ini debt collector melanggar Pasal 18 ayat (1)
huruf (a) mengenai Klausula Baku. Dimana pelaku usaha dilarang
menambahkan Klausula Baku yang menyatakan pengalihan tanggung
jawabnya. Dalam hal ini ialah menagih pelunasan kepada nasabah.
5. Kedudukan hukum debt collector sendiri masih simpang siur dalam hukum
positif di Indonesia. Dimana adanya ketidaksinkronan antara beberapa
peraturan yang ada. Dimana si satu sisi keadaan debt collector diakui
legalitasnya namun secara langsung melanggar Prinsip Perlindungan
Konsumen mengenai Klausula Baku dimana pihak Lembaga Pembiayaan
mengalihkan tanggung jawabnya dengan mendatangkan Penagih Utang sebagai
pihak ketiga penerima kuasa.
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/10/DASP Tanggal 13 April 2009 Perihal
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (“SEBI
2009”)
https://www.simulasikredit.com/apa-yang-biasanya-dilakukan-bank-bila-ada-
kredit-macet/
https://www.suduthukum.com/2017/03/pengertian-debt-collector.html
Dokumenter oleh VICE yang Dipublikasikan tanggal 20 Jul 2018 mengenai debt
collector di Indonesia