ABSTRAK
Penurunan konsolidasi tanah merupakan masalah geoteknik yang sering ditemukan pada kasus
timbunan, terutama pada tanah lunak. Penurunan konsolidasi disebabkan oleh keluarnya air
pori dari dalam tanah yang disebabkan oleh peningkatan tegangan pada massa tanah. Untuk
memprediksi besar penurunan serta lama waktu konsolidasi umumnya digunakan teori
konsolidasi satu dimensi Terzaghi. Prediksi penurunan konsolidasi dengan teori ini, pada
banyak kasus, memberikan hasil yang lebih besar dari penurunan aktual. Hal ini, salah satunya,
disebabkan adanya pengabaian fenomena perkuatan tanah yang mungkin terjadi akibat proses
penimbunan secara bertahap. Selain teori tersebut terdapat pula prediksi penurunan tanah
dengan metode elemen hingga yang sudah menganalisis penurunan secara dua dimensi bahkan
tiga dimensi. Namun untuk metode ini prediksi penurunan terhadap waktu, terutama untuk kasus
perbaikan tanah dengan drainase vertikal, metode ini tidak memberikan hasil yang baik.
Observasi Asaoka. Melalui prosedur ini, besarnya penurunan akhir dapat diprediksi dengan
menggunakan data observasi penurunan akibat timbunan dengan menggunakan metoda curve
fitting. Studi ini juga membahas perbandingan metode perhitungan penurunan dengan
menggunakan teori konsolidasi Terzaghi, metode elemen hingga dan metode observasi Asaoka.
Kata-kata Kunci: Prediksi penurunan, konsolidasi, terzaghi, metode elemen hingga, teori
asaoka
A. PENDAHULUAN
Sebelum mendirikan suatu bangunan perlu diadakan peninjauan terhadap tanah
sebagai berikut:
Daya dukung tanah mencukupi
Penurunan akibat konsolidasi tidak membahayakan bangunan, baik penurunan
maksimum maupun penurunan deferensial.
a. Cara pendekatan 2 : 1
Jika di bawah tanah ada lapisan tanah kompresibel, tambahan tekanan efektif
menyebabkan tanah berkonsolidasi dan mengalami penurunan. Tanah yang kompresibel
adalah lempung, lanau lempung atau lempung lanau yang lunak, medium atau kenyang
air. Penurunan dapat terjadi karena :
1. Penurunan seketika karena elastisitas tanah.
2. Karena konsolidasi primer.
3. Karena konsolidasi sekunder
B. KONSOLIDASI
Konsolidasi adalah peristiwa mampatnya tanah karena menderita tambahan tekanan
efektif. Pada peristiwa konsolidasi ada 2 hal penting :
1. Besarnya penurunan yang akan terjadi, yang ditentukan :
Kompresibitas tanah.
Tebal tanah kompresibel.
Besarnya tambahan tekanan efektif.
2. Laju konsolidasi, dipengaruhi oleh :
Permeabilitas tanah.
Tebal tanah kompresibel.
Kondisi drainase di atas dan dibawah lapisan tanah kompresibel.
Pasir adalah tanah yang sangat permeable dan tanah yang tidak kompresibel, sehingga
proses penurunan terjadi sangat cepat dan penurunannya kecil.
Lempung yang kenyang air adalah tanah yang rapat air dan bersifat sangat
kompresibel sehingga penurunan yang terjadi bisa bertahun-tahun dan penurunan yang
terjadi besar.
Adalah tanah yang pernah mengalami konsolidasi oleh beban yang lebih besar
daripada tekanan efektif yang ada sekarang. Misalnya suatu bukit yang mengalami
longsoran.
Yaitu tanah yang belum pernah mengalami konsolidasi meskipun oleh beratnya
sendiri.
Gambar Oedometer :
Benda uji : sampel tanah kenyang air, berbentuk bulat berdiameter 0.5 – 11 cm dan ketebalannya
2.0 – 4.0 cm.
Di atas di bawah benda uji dipasang batu pori dapat keluar baik ke atas maupun ke bawah.
Cara kerja Oedometer :
1. Tanah kenyang air diberi beban P, dan diperbesar setiap tahap.
2. Dalam setiap tahap beban dibiarkan selama 24 jam.
3. Diamati penurunan tebal selama 24 jam pada waktu – waktu yang ditentukan.
Percobaan dimaksudkan untuk mempelajari kompresibilitas suatu tanah tertentu, yaitu :
1. Mempelajari hubungan antara beban P dan besarnya penurunan atau antar beban dengan
angka pori sehingga dapat ditentukan indek kompresi atau koefisien perubahan volume.
2. Tanah Normal
Yaitu tanah yang telah mengalasi oleh beratnya sendiri. Jika sampel tanah dari lapangan
diambil dan dilaboraturium dikeluarkan dari tabung sama dengan bebannya dilepas dari
tanah. Apabila diuji konsolidasi sampel tersebut seolah-olah diadakan pengujian terhadap
pengulangan grafik sebagai berikut :
p – q adalah penurunan saat beban dinaikan bertahap.
q – r adalah pengembangan saat beban dikurangi.
Garis konsolidasi lapangan, garis p – q – r sama dengan garis c – d – e pada tanah teoritis
dengan beban berulang. Angka pori sebelum dibebani eo dan beban lapangan po. Garis e= eo
Cari titik m pada grafik penurunan e-log, yaitu titik yang mempunyai kelengkungan
terbesar dalam jangka.
- Tarik garis datar melalui m= ma
- Tarik garis singgung melalui m= mb
- Tarik garis bagi sudut ma-m-mb-mc
Perpanjangan bagian lurus grafik e-logP, sedemikian sehingga memotong garis bagi
mc di n, maka absis titik n adalah tekanan prakonsolidasi Pc yang dicari.
untuk tanah dengan luas tampang dasar 1 satuan luas, pada waktu terjadi penurunan yang
berkurang adalah volume porinya sehingga angka pori berkurang. Karena luas datar A satu
satuan luas, maka pada gambar V menjadi H, Vs = hs, dan
Jika suatu saat besarnya penurunan konsolidasi St, maka dikatakan derajat konsolidasinya
mencapai :
Jadi Uv = 60% berartipada saat itu penurunan baru mencapai St= 60%, sedangkan waktu
untuk mencapai St 60 disebut T60.
Teori konsolidasi menurut Terzhagi
Dipandang lempung kompresif air, tebalnya H = 2d terletak diantara dua lapisan pasir.
Maka kondisi drainasenya menjadi dua arah yaitu ke atas dank e bawah. Pada lempung
bekerja dengan efektif yang menyebabkan bertambahnya air pori. Tekanan ini
menyebabkan air mengalir keatas dan kebawah sehingga ada perbedaan tekanan
hidrostatika antara bagian dalam tanah dengan bagian tepi. Pengurangan air akan diikuti
pengurangan volume pori dan tebal tanah. Pada saat permukaan beban bekerja, tekanan
http://andrieasgunawan.blogspot.co.id/2013/03/mekanika-tanah-2-konsolidasi-dan.html
https://www.google.com/search?q=makalah+konsolidasi+tanah&ie=utf-8&oe=utf
8#q=makalah+pemadatan+tanah+pdf
Mikasa, M., 1963, Consolidation of Soft Clay, Kajimashuppan-kai, Tokyo.