Makalah
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. MAKSUM, MA
Disusun oleh :
LUKMANUL HAKIM (17086010010)
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Robert P. Meyer dan Ernest Greenwood4 mengartikan penelitian kebijakan
adalah penelitian empirik yang dilakukan untuk memverifikasi proposisi-proposisi
mengenai beberapa aspek hubungan antara-tujuan dalam perbuatan kebijakan.
Penelitian kebijakan dapat dipikirkan sebagai penelitian sosial terapan karena
penelitian kebijakan memiliki fokus utama yang sama dengan penelitian sosial
terapa yaitu dalam pemecahan masalah praktis.
Sudarwan Danim5 mendefinisikan penelitian kebijakan sebagi penelitian yang
dimaksudkan untuk membuat kebijakan dalam rangka pemecahan masalah sosial.
Penelitian kebijakan juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan penelitian yang
dilakukan untuk mendukung kebijakan. Kekhasan penelitian kebijakan terletak
pada fokusnya, yaitu berorientasi kepada tindakan untuk memecahkan masalah
sosial yang unik, yang jika tidak segera dipecahkan akan memberikan efek negatif
yang sangat luas.
Dengan demikian, bahwa penelitian kebijakan merupakan salah satu jenis
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
Suharsimi Arikunto6 dalam bukunya Manajemen Penelitian memberikan batasan
pengertian tentang penelitian deskriptif, yaitu penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa
adanya” tentang sesuatu variable, gejala atau keadaan. Memang ada kalanya
dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang
umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis. Jadi Secara sederhana penelitian kebijakan didefinisikan sebagai
kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendukung kebijakan. Oleh karena
sifatnya mendukung kebijakan, maka penelitian ini bersifat khas, namun tidak
berarti mengada-ada.
3
pun masalah publik. Semakin kompleks dan luas tugas-tugas keorganisasiannya,
maka semakin banyak pula masalah yang dihadapi, sehingga tidak dapat
dipecahkan sendiri tanpa pendapat atau informasi yang memadai, baik kuantitatif
maupun kualitatif.
Kegiatan penelitian kebijakan diawali dengan pemahaman yang menyeluruh
terhadap masalah publik, seperti kekurangan nutrisi, kemiskinan, ledakan
penduduk, urbanisasi, inflasi, kerawanan sosial dan lain-lain, dilanjutkan dengan
pelaksanaan penelitian untuk mencari alternatif pemecahan masalah. Kegiatan
akhir dari penelitian kebijakan adalah merumuskan rekomendasi pemecahan
masalah untuk disampaikan kepada pembuat kebijakan.7 Tapi, kebanyakan hanya
membuat kebijakan tanpa memberi solusi untuk dapat mengatasi dari
permasalahan dari kebijakan tersebut.
Sebagaimana yang dipaparkan Sudarwan Danim8, Penelitian kebijakan
(policy research) secara spesifik ditujukan untuk membantu pembuat kebijakan
(policymaker) dalam menyusun rencana kebijakan, dengan jalan memberikan
pendapat atau informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah yang
kita hadapi sehari-hari. Dengan demikian, penelitian kebijakan merupakan
rangkaian aktifitas yang diawali dengan persiapan peneliti untuk mengadakan
penelitian atau kajian, pelaksanaan penelitian, dan diakhiri dengan penyusunan
rekomendasi.
Selain itu penelitian kebijakan juga dipersepsikan sebagai:
a. Basic social research; yakni penelitian kebijakan harus dilaksanakan secara
sesuai prosedur kerja ilmiah.
b. Technical social researh; yakni bahwa penelitian kebijakan harus mampu
merumuskan kebijakan-kebijakan strategis yang dapat dikembangkan
instrumen-instrumen teknisnya.
c. Policy research harus menghasilkan kebijakan publik.9
Berdasarkan paparan di atas dapat dinyatakan bahwa penelitian kebijakan
harus dipersepsi dari sisi kemanfaatannya. Walaupun sebuah penelitian
4
semestinya bernuansa ilmiah, namun penelitian kebijakan kiranya belum perlu
dipersepsikan sebagai kajian ilmiah atau tidak, melainkan harus dilihat dari
kemanfaatannya bagi pemecahan masalah sosial atau masalah publik. Tentu saja
jika rekomendasai yang dihasilkan oleh peneliti kebijakan dapat
diimplementasikan oleh pembuat kebijakan dan dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat luas.
Penelitian kebijakan memiliki sifat yang sangat khas. Kekhasan penelitian ini
terletak pada fokusnya. Sudarwan Danim10 menjelaskan fokus penelitian kebijakan
secara umum adalah: berorientasi kepada tindakan untuk memecahkan masalah
sosial yang unik, yang jika tidak dipecahkan akan memberi efek negatif yang
sangat luas. Tidak ada ukuran pasti mengenai luas atau sempitnya suatu masalah
sosial. Sebagai contoh tentang analisis kebijakan yaitu, rendahnya kualitas
pendidikan dapat dipersepsi dari banyak sisi yang menyebabkan rendahnya
kualitas itu, seperti: Kualitas guru, Kualitas proses belajar mengajar, Kualitas
kurikulum, Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta sumber belajar,
Kualitas raw input lembaga pendidikan, Kondisi lingkungan sosial budaya dan
ekonomi. Nehru Meha11 menyebutkan kekhasan penelitian kebijakan antara lain
adalah rendahnya ketertiban ilmiah akibat kuatnya pengaruh lingkungan sosio-
politik (sociopolitical environtment) dan kemauan pembuat kebijakan (user) hasil
penelitian, serta lebih menekankan kepada sintesis terfokus dan data sekunder.
Arah penelitian kebijakan, diwarnai oleh political will pembuat kebijakan.
Sehingga pengaruh lingkungan sosio-politik mewarnai proses perumusan hasil
penelitian kebijakan sangat ditentukan oleh budaya politik suatu negara.
Oleh karena penelitian kebijakan berorientasi kepada fokus, maka pengkajian
atau penelitian mengenai rendahnya kualitas pendidikan, misalnya, akan
dititikberatkan kepada fokus mana kualitas guru, kualitas proses belajar mengajar
dan sebagainya. Jika penelitian kebijakan difokuskan kepada kualitas proses
belajar mengajar, misalnya, maka fokus kajian dapat menyangkut masalah yang
luas, seperti: Intensitas proses belajar siswa di kelas, Intensitas proses belajar
siswa di luar kelas, Kualitas guru dalam mengajar, Kualitas interaksi guru dengan
siswa, Kualitas jaringan-jaringan belajar, Kualitas menu sajian dalam proses
5
belajar mengajar, Kualitas kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung kegiatan inti
di lembaga pendidikan.12
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian kebijakan pada
dasarnya adalah beorientasi pada solusi dari permasalahan yang muncul akibat
diterapkannya sebuah kebijakan.
12 Ibid.
6
dengan pernyataan-pernyataan efektif yang spesifik untuyk menyusun suatu
argumentasi yang bersifat umum. Alasan secara induktif banyak digunakan
untuk menjajaki aturan-aturan alamiah dari suatu fenomena misalnya dari
pengamatan bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut, kuda ada mulut, burung
ada mulut maka ditarik kesimpulan binatang ada mulut.
c. Berfokus pada variabel-variabel lunak
Maksudnya untuk mewujudkan penelitian kebijakan yang benar-benar
menghasilkan orientasi tindakan dan rekomendasi-rekomendasi yang dapat
implementasikan, penelitian harus terfokus pada aspek-aspek masalah sosial
yang terbuka untuk mempengaruhi dan menginterprensi. Variabel-variabel
yang terbuka untuk mempengaruhi dan menginterfrensi disebut variabel
lunak. Tidak ada cara yang pasti untuk menentukan apakah sebuah variabel
tentu bersifat lunak atau tidak. Cara yang paling mungkin adalah dengan
Tendensi focus primernya. contohnya penelitian kebijakan tentang mobilitas
pembangunan pemukiman mempunyai tendensi focus primer kepindahan
segera atau alasan-alasan mengapa keluarga memutuskan untuk pindah.
Penelitian kebijakan yang berfokus pada variabel-variabel lunak memberikan
sumbangan yang lebih besar bagi dihasilkannya produk penelitian yang
berguna dan rekomendasi-rekomendasi yang dapat di implementasikan, kerja
penelitian kebijakan hanyalah pekerjaan yang sia-sia.
d. Berorientasi kepada pemakai hasil studi
Penelitian kebijakan dimaksudkan untuk merespon kebutuhan calon
pemakai hasil studi. Karakteristik kritis penelitian kebijakan adalah
mengidentifikasi dan mengenal calon pemakai hasil studi (study user), hal ini
merupakan fase tersendiri dalam keseluruhan proses kerja penelitian
kebijakan. Pemakai hasil studi kebijakan banyak dan bervariasi, bisa dalam
bentuk individu/kelompok dan bisa juga dalam bentuk lembaga/organisasi.
Oleh karena itu, beberapa hal yang harus di identifikasi atau dikenal oleh
peneliti kebijakan berkenaan dengan study user adalah : a) Status lembaga
pemakai, b) Peran yang ditampilkan oleh lembaga pemakai, c) Harapan-
harapan lembaga pemakai mengenai hasil akhir studi (biasanya diketahui
melalui diskusi awal untuk merumuskan masalah penelitian, d) Karektiristik
7
individu/kelompok pemakai, kepribadian dan asumsi-asumsi
individu/kelompok pemakai, disposisi kebutuhan individu/kelompok
pemakai, e) Masyaratkan kerja sama.13
Berdasarkan paparan di atas, maka langkah-langkah penelitian kebijakan
menurut Ann Mjchrzak (1984), bahwa lima langkah penelitian kebijakan sebagai
berikut: a) Persiapan, b) Konseptualisasi studi, c) Analisis teknikal, d) Perumusan
rekomendasi, e) Mengkomunikasikan hasil studi.
Kelima langkah ini sangat esensial dalam usaha mewujudkan penelitian
kebijakan yang berhasil. Informasi yang diperlukan untuk persiapan studi, berupa
kondisi lingkungan sosio-politik harus diidentifikasi, demikian juga masalah-
masalah sosial lokal yang bersifat khas. Pendekatan harus dirancang secara baik,
rekomendasi yang dibuat harus dianalisis ulang untuk kemungkinan dimodifikasi,
hasil penelitian harus dikomunukasikan secara tepat. Dan dapat dinyatakan bahwa
nilai special karakteristik penelitian kebijakan adalah pada penekanan-penekanan
khusus dari masing-masing karakteristik tersebut serta kepaduannya.
8
analisis data sekunder ialah Secondary analysis is the analysis and reanalysis
of existing databases. However, the policy questions or decision models that
guide the reanalysis differ from the traditional research question in a meta-
analysis study. Rather than examining the databases to determine the state of
knowledge about the effect size of a single educational practice, the policy
analysis generates different policy models and questions from which to
examine the databases.
Kutipan di atas jika diterjemahkan secara bebas maka analisis sekunder
adalah analisis dan reanalisis database yang ada. Namun, pertanyaan
kebijakan atau keputusan yang memandu reanalisis model lain dari
pertanyaan penelitian tradisional dalam studi meta-analisis. Alih-alih
memeriksa database untuk menentukan keadaan pengetahuan tentang ukuran
pengaruh praktik pendidikan tunggal, analisis kebijakan menghasilkan model
kebijakan yang berbeda dan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan database
untuk memeriksa database.
Selain itu Sudarman Danim juga menyatakan bahwa Metode analisis data
sekunder sebegitu jauh dikatakan sebagai metode yang dilihat dari dimensi
biaya paling efisien. Tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian kebijakan. Tidak terdapat ketentuan pasti mengenai
pada jenjang mana data tersebut dikatakan sebagai data sekunder. Untuk
memudahkan pemahaman mengenai perbedaan antara data primer dengan
data sekunder dapat dijelaskan, bahwa setiap data yang bukan diperoleh dari
sumber utamanya disebut dengan data sekunder.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa metode analisis data
sekunder hanya mungkin dilakukan jika data dasar yang diinginkan diperoleh
secara mencukupi. Apabila tidak mencukupi maka perlu membangun data
dasar baru (new database) yang diseleksi dari kombinasi data dasar yang
berbeda. Jika data dasar tidak tersedia, peneliti harus memakai metode lain.
c. Eksperimen lapangan
Eksperimen lapangan yaitu suatu metode megumpulkan data primer
dengan jalan melakukan eksperimen lapangan. Metode eksperimen lapangan
diartikan juga sebagai field experiments and quasi-experiments investigate
9
the effect or change as a result of policy implementation. Because
experimental approaches attempt to explain existing educational conditions,
the result may not be useful in projecting into the future. Policy conditions
may be so dynamic that the result are confined to that particular period of
implementation.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa tujuan metode ini
adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara
pengeksposan satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih
kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
d. Metode kualitatif
Metode kualitatif yaitu penelitian dengan ciri menggunakan setting
alami, bersifat deskriptif, menekankan kepada proses, menggunakan
pendekatan induktif, dan memberikan perhatian kepada makna.
Beberapa bentuk metode kualitatif yang digunakan untuk mencari data
primer dalam penelitian ini antara lain wawancara, observasi dan kelompok
terfokus. Kelompok terfokus ialah salah satu jenis teknik yang dapat dipakai,
dimana individu dicari secara terseleksi dalam kelompok dan diarahkan
kepada diskusi yang terfokuskan pada topik pra spesifik. Kelompok semacam
ini sangat baik untuk membangun isu dan menjejaki faktor-faktor potensial
sebagai penyebab suatu peristiwa.
Aplikasi metode kualitatif dalam penelitian kebijakan dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah sebagai fokus studi penelitian kebijakan.
2) Mengumpulkan data lapangan.
3) Menganalisis data.
4) Merumuskan hasil studi.
5) Menyusun rekomendaasi untuk pembuatan kebijakan.
e. Metode survei
Metode survei yaitu metode untuk mengumpulkan data primer baik
secara sensus maupun sampling. Secara umum aplikasi metode survai dalam
penelitian kebijakan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
10
1) Perencanaan dan perancangan survai.
2) Memilih subjek.
3) Menyusun instrument.
4) Menentukan prosedur pengumpulan data.
5) Melatih pewawancara atau pengumpul data.
6) Pengumpulan data.
7) Pengolahan dan analisis data.
8) Penyusunan laporan dan rekomendasi hasil peneltian untuk pembuatan
kebijakan.
f. Penelitian kasus
Penelitian kasus yaitu penelitian yang dilakukan secara mendalam
terhadap unit sosial tertentu dengan metode penelitian yang cepat, baiya
efisien, dan ada ruang yang memungkinkan bagi analisis impresionistik dari
sebuah situasi.
Penelitian kasus atau studi kasus seringkali digunakan dalam metode
penelitian kebijakan sebagai studi yang cepat, biaya efisien dan ada ruang
yang memungkinkan untuk mendalami sebuah situasi. Beberapa langkah-
langkah studi kasus dalam konteks penelitian kebijakan adalah sebagai
berikut:
1) Merumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai
2) Menentukan atau merancang pendekatan yang akan digunakan.
3) Mengumpulkan data yang relevan.
4) Menganalisis data.
5) Membuat laporan dan rekomendasi hasil penelitian.
g. Analisis biaya-keuntungan (cost-benefit analysis),
Analisis biaya-keuntungan yaitu metode yang dilakukan dengan cara
pembandingan keuntungan terhadap biaya dari suatu kebijakan. Analisis
biaya keuntungan me-refer kepada set metode dimana peneliti kebijakan
membandingkan biaya (cost) dengan keuntungan (benefit) yang akan
diperoleh oleh masyarakat berdasarkan alternatif pilihan kebijakan. Dalam
makna yang lebih luas, analisis biaya-keuntungan untuk aplikasi sebuah
kebijakan dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, keuntungan jangka pendek dari
11
biaya yang diinvestasikan. Kedua, keuntungan jangka panjang dari biaya
yang diinvestasikan.
h. Analisis keefektifan biaya,
Analisis keefektifan biaya yaitu metode yang menekankan kepada
efektivitas biaya, dalam analisis keefektifan biaya, biaya moneter pilihan
kebijakan dapat dihitung. Bagaimanapun keuntungan dari kebijakan dapat
dituangkan dalam terminologi biaya aktualnya atau hasil yang diharapkan.
Analisis semacam ini relative sangat mudah dilakukan, oleh karena yang
dihitung adalah biaya yang paling fisibel, dalam arti tidak berlebihan dan
tidak pula terlalu kecil.
Berdasarkan kutipan di atas metode ini bertujuan untuk
mempertimbangkan tuntutan pembiayaan yang menjadi dasar dalam
menentukan kebijakan oleh pembuat kebijakan.
i. Analisis kombinasi,
Analisis kombinasi yaitu kombinasi antara analisis biaya-keuntungan dan
efektivitas biaya Kombinasi analisis biaya keuntungan dengan analisis
keefektifan biaya dipandang cocok bagi usaha untuk merumuskan kebijakan,
mengingat pada kedua analisis tersebut dimensi biaya dinilai dari variable
sejenis.
Ada tiga jenis variable biaya dalam analisis kombinasi, yaitu:
1) Biaya-biaya langsung, seperti untuk keperluan personalia dan fasilitas
fisik.
2) Biaya-biaya tidak langsung.
3) Biaya-biaya oportunitas, seperti apa yang akan dicapai jika sumber-
sumber digunakan secara berbeda.
Menganalisi biaya dari sudut keefektifanya relatif mudah dilakukan,
namun untuk menganalisis variasi biaya yang muncul sebagai dampak
kebijakan itu tidak jarang sangat sulit. Disinilah diperlukannya peranan para
peneliti dari sebuah kebijakan melalui penelitian kebijakan.
j. Penelitian tindakan (action research)
Penelelitian tindakan yaitu penelitian yang ditujukan untuk
mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam memecahkan masalah.
12
Pada dasarnya penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan atau pendekatan-pendekatan baru dan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial dengan aplikasi langsung di ruangan
atau pada situasi dunia kerja. Sedangkan relevansinya dengan penelitian
kebijakan adalah Bahwa penelitian tindakan (action research)
mengkombinasikan dua sisi secara langsung, yaitu sisi penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dan sisi kebijakan atau tindakan yang dilakukan oleh
klien atau pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu berupa
ketrampilan prakits dan pendekatan baru yang relevan bagi perbaikan atau
pengembangan tatanan sosial.
Dari kutipan diatas dapat dinyatakan bahwa ada titik temu antara
penelitian tindakan dengan penelitian kebijakan, meskipun tidak dapat
dikatakan identik. Beberapa titik temunya adalah: Pada tahap perumusan
masalah, baik pada penelitian tindakan maupun pada penelitian kebijakan,
kerja sama antara peneliti dengan pembuat kebijakan mutlak diperlukan.
Kedua jenis penelitian ini sama-sama bersifat empiris dan lemah ketertiban
ilmiahnya, sama-sama berpijak pada acuan teoretis yang tajam. Sebagai salah
satu metode dalam penelitian kebijakan, penelitian tindakan harus diakhiri
dengan rekomendasi yang aplikatif bagi pembuat kebijakan untuk
memecahkan masalah sosial.
k. Penelitian grounded
Penelitian grounded yaitu proses pencariandata sebanyak-banyaknya
tanpa berbekal hipotessis, dengan tujuan mendeskripsikan peristiwa dan
memformulasikan penjelasan perihal munculnya peristiwa itu atas dasar
observasi.
13
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah adalah:
1. Penelitian kebijakan adalah termasuk ke dalam kelompok penelitian terapan
atau didalam lingkup penelitian sosial yang dalam aplikasinya mengikuti
prosedur umum penelitian yang berlaku, disertai dengan sifat spesifiknya.
Secara sederhana penelitian kebijakan dapat didefinisikan sebagai kegiatan
penelitian yang dilakukan untuk mendukung kebijakan.
2. Urgensi dari penelitian kebijakan ini berkenaan dengan pemecahan masalah
sosial atau pun masalah publik. Semakin kompleks dan luas tugas-tugas
keorganisasiannya, maka semakin banyak pula masalah yang dihadapi,
sehingga tidak dapat dipecahkan sendiri tanpa pendapat atau informasi yang
memadai, baik kuantitatif maupun kualitatif.
3. Karakteristik Penelitian Kebijakan adalah fokus penelitian bersifat
multidimensional atau banyak dimensi, orientasi penelitian bersifat empiris-
induktif, berfokus pada variabel-variabel lunak, berorientasi kepada pemakai
hasil studi.
4. Metode penelitian kebijakan dalam penelitian kebijakan yaitu; sintesis
terfokus, analisis data sekunder, eksperimen lapangan, metode kualitatif,
metode survei, penelitian kasus, analisis biaya keuntungan, analisis
14
keefektifan biaya, analisis kombinasi, penelitian tindakan, penelitian
grounded.
DAFTAR PUSTAKA
15
Susanto, Bob. “Pengertian Penelitian Menurut Para Ahli.” Diakses Juni 18, 2018.
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-
menurutpara.html.
16