HUKUM DAGANG
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh :
RAHAYU MAHARENDAH
NIM : 502019035
Semester 2
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sejak manusia hidup dalam alam primitif, adalah dagang tukar menukar. Apabila
seseorang memiliki barang yang tidak ia perlukan maka ia akan menukar barang
saat itu, yang bisa ditukar hanya barang dan barang saja (pertukaran in natura)
seperti menukar padi dengan gandum. Dalam hal ini, pertukaran dibatasi, belum
ada hubungan pertukaran yang tetap karena belum adanya sebuah pasar.
kesulitan, seperti nilai pertukaran yang harus sama antara barang yang dimiliki dan
barang yang akan ditukar. Kesulitan yang terjadi diakibatkan oleh meningkatnya
didirikannya hukum perdagangan agar dapat mengatur dan menata apabila terjadi
langsung apabila terjadi pelanggaran dan memberi sanksi yang sesuai dengan
KUHD.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang
mengatur hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama
1
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, Yogyakarta: Deepublish,
2015, h.1
2
Pembagian hukum privat (sipil) ke dalam hukum perdata dan hukum
dari hukum dagang. Bahwa pembagian tersebut bukanlah bersifat asasi, dapat
kita lihat dalam ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 KUHD yang
karena itu, definisi hukum dagang sepenuhnya diserahkan pada pendapat atau
perdata pada umumnya, yakni yang mengatur masalah perjanjian dan perikatan-
perikatan yang diatur dalam Buku II BW. Dengan kata lain, hukum dagang
dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam
mengatur soal-soal perdagangan yaitu soal-soal yang timbul karena tingkah laku
hukum mengenai perusahaan dalam lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur
yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan rusan kegiatan dagang, industri atau
keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa
2
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.1
3
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
4
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
5
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
6
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.6
3
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan optik
rumusan hukum dagang, yakni serangkaian norma yang timbul khusus dalam
dunia usaha atau egiatan perusahaan. Norma tersebut dapat bersumber pada
aturan hukum yang sudah dikodifikasikan, yaitu KUHPer dan KUHD maupun
diluar kodifikasi.8
berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga tidak terdapat perbedaan secara
prinsipil antara keduanya. Hal ini dapat dibuktikan di dalam Pasal 1 dan Pasal 15
KUHD.9
jauh dari padanya dalam kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-
penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang bersangkutan, oleh kitab ini,
dan oleh hukum perdata. Kemudian didalam Pasal 15 KUHD disebutkan bahwa
segala persoalan tersebut dalam bab ini dikuasai oleh persetujuan pihak-pihak
hukum yang bersifat umum (lex generalis), sehingga berlaku suatu asas lex
7
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.13
8
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
9
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta:
10
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.41
11
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.41
4
Beberapa pendapat sarjana membicarakan hubungan KUHPer dan KUHD
antara lain:
1. Van Kan beranggapan, bahwa hukum dagang adalah suatu tambahan hukum
perdata yaitu suatu tambahan yang mengatur hal-hal yang khusus. KUHS
sempit.12
lapangan hukum perikatan yang tidak dapat ditetapkan dalam Kitab III
KUHS.13
hukum perdata umum dan hukum perdata dagang sekadar KUHD tidak
yang istimewa.15
tidak pada tempatnya oleh karena itu sebenarnya hukum dagang tidak lain
dari pada hukum perdata dan perkataan dagang bukan suatu pengertian
ekonomi.16
pedagang saja yang melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1938
pengertian perbuatan dagang menjadi lebih luas dan dirubah menjadi perbuatan
12
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
13
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
14
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.9
15
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.14
16
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.10
17
HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jakarta:
5
perusahaan yang mengandung arti menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi
Sementara itu, tidak ada satu pun para sarjana memberikan pengertian
tentang perusahaan, namun dapat dipahami dari beberapa pendapat, antara lain:
1. Menurut Hukum
3. Menurut Molengraff
usaha yang bersifat tetap dan terus menerus, didirikan dan bekerja, serta
1. Terang-terangan
18
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.42
19
Elsi Kartika Aari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.42
20
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.43
6
Dengan kata lain, perusahaan yang dijalankan oleh seorang pengusaha
pengusaha adalah setiap orang atau badan hukum yang langsung bertanggung
jawab dan mengambil risiko di dalam perusahaan dan juga mewakilinya secara
sah. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang dijalankan oleh pengusaha dapat
pekerja, dalam hal ini dia mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengusaha dan
hari menjajakan makanan dan minuman dengan berjalan kaki atau yang lainnya.
melakukan perusahaan, tetapi ada juga kemungkinan bahwa dia menyuruh orang
21
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.43
22
Farida Hasyim, Hukum Dagang, h.128
23
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang dan Surat-Surat Berharga, Bandung: PT Citra
7
lain melakukan perusahaannya, jadi dia tidak turut serta melakukan perusahaan,
dengan alasan kurang ahli, sedangkan dia mempunyai cukup modal untuk
lain, sehingga turut serta, dia mempunyai dua kedudukan yaitu: sebagai
menyuruh orang lain untuk melakukan perusahaan dan dia tidak ikut serta, maka
seorang pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika
perusahaan tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu, diperlukan bantuan orang
menjadi dua fungsi, yakni pembantu di dalam perusahaan dan pembantu di luar
perusahaan.
bersifat sub ordinasi, yaitu hubungan atas dan bawah sehingga berlaku suatu
24
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.15
25
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.16
26
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, h.16
27
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
8
perjanjian pemburuhan, misalnya pemimpin perusahaan, pemegang prokurasi,
perjanjian pemberian kuasa antara pemberi kuasa dan penerima kuasa yang
akan memperoleh upah, seperti yang diatur dalam Pasal 1792 KUHPer,
undang-undang, ada dua macam kewajiban yang harus dilakukan (dipenuhi) oleh
pengusaha, yaitu:
catatan atau pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal yang berkaitan
perusahaan, sehingga dari catatan tersebut dapat diketahui hak dan kewajiban
para pihak.30
catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterma oleh perusahaan
28
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
29
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
30
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
9
dalam langkah pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis diatas kertas maupun
sarana lain, terekam dalam bentuk cara apapun, dan dapat dilihat, dibaca, dan
didengar.31
a. Dokumen Keuangan
b. Dokumen Lainnya
Dokumen lainnya terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi
pengusaha.33
31
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.44
32
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.45
33
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.45
10
a. Representation, artinya melihat pembukuan pengusaha dengan perantara
segala sesuatu yang berkaitan dengan usahanya sejak tanggal 1 Juni 1985.
Yang dimaksud daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan
pendaftaran perusahaan.36
34
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46
35
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46
36
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.46
11
Perindustrian/Kanwil serta Departemen Perdagangan dan Perindustrian
Tingkat II.37
dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi
resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta
kadaluwarsa
37
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.47
38
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.48
39
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.48
40
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.48
12
F. Bentuk-Bentuk Badan Usaha
anggotanya, punya tujuan yang terpisah pula dari tujuan pribadi para
b. Perusahaan bukan badan hukum, yaitu harta pribadi para sekutu juga
swasta dan tidak ada campur tangan pemerintah. Perusahaan ini terbagi dalam
dimiliki oleh negara. Pada umumnya perusahaan negara disebut dengan badan
41
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.49
42
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.50
13
Selain itu, berdasarkan pembagian bentuk perusahaan dapat digolongkan
1. Perusahaan Perseorangan
dagang secara resmi dapat mengajukan permohonan dengan surat izin usaha
(SIU) kepada kantor wilayah perdagangan dan mengajukan surat izin tempat
43
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.50
44
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.50
45
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.51
46
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.51
14
1) Lewatnya jangka waktu pendirian persekutuan
atau pailit.47
dari nama seorang yang turut menjadi persekutuan itu sendiri, tetapi dapat
juga diambil dari nama orang yang bukan dari persekutuan. Dengan
47
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.52
48
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.52
49
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.53
50
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.53
15
yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persekutuan yang
satu pihak dan atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain yang
51
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.54
52
Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.55
53
Elsi Kartikasari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.55
54
Elsi Kartikasari, Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, h.56
16
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
(lex generalis), sehingga berlaku suatu asas lex specialis derogat legi
umum.
3. Sebelum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang
saja yang melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1938 pengertian
perusahaan yang mengandung arti menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi
apalagi jika perusahaan tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu,
17
diperlukan bantuan orang atau pihak lain untuk membantu melakukan
DAFTAR PUSTAKA
Djambatan, Jakarta.
18
Sari, Elsi Kartika, dan Simanunsong, Advendi, (2017), Hukum dalam
Yogyakarta.
19