Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH INSTRUMENTASI KEBENCANAAN

"ELECTRICAL RESISTIVITY (GEOLISTRIK)"

DISUSUN OLEH

NAMA : SUCI ANWAR

NIM : 18034142

PRODI : FISIKA NK C

DOSEN : Pakhrur Razi, S.Pd, M.Si, Ph. D

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat beserta salam semoga
Allah limpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga,
sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman.

Upaya maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan makalah ini


dengan harapan dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih kurang dari harapan mengingat kemampuan yang
dimiliki terbatas.

Sehingga, kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan


serta kemampuan kami untuk kedepannya. Makalah ini juga tidak akan berhasil
tanpa berbagai pihak yang telah rela membantu pembuatannya. Maka saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Akhirnya, saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan


sumbangan pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Padang, 29 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TEORI DASAR.................................................................................................................2
BAB III..............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pengertian Geolistrik..............................................................................................4
B. Sejarah Perkembangan Geolistrik..........................................................................5
C. Cara kerja dan prinsip Geolistrik............................................................................6
Konfigurasi Wenner...................................................................................................7
Konfigurasi Schlumberger.........................................................................................7
Koreksi Kedalaman..................................................................................................10
D. Fungsi dan kegunaan geolistrik............................................................................13
BAB IV............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
Kesimpulan..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan


dalam eksplorasi endapan bahan galian. Meskipun eksplorasi mineral sudah
dilakukan semenjak ratusan tahun yang lalu tetapi catatan ilmiah mengenai hal ini
baru dimulai pada tahun 1556 manakala Georgius Agricola mempublikasikan De
re Metalica. Berpangkal dari buku ini maka beberapa tahun kemudian eksplorasi
mineral dan dunia pertambangan mulai menggunakan suatu landasan ilmu
pengetahuan. Sejarah mencatat ternyata di dunia pertambangan ini pula kemudian
berkembang ilmu-ilmu lain yang sangat mendukung antara lain ilmu geologi dan
geofisika. Mskipun perkembangan ilmu-ilmu tersebut sudah cukup lama namun
aplikasi metode geofisika pada dunia pertambangan ternyata baru dimulai pada
tahun 1893, ketika Van Wrede menemukan bahwa variasi medan magnet bumi
yang diukur oleh Lamont menggunakan magnetic theodolite ore. Sekitar 25 tahun
kemudian seorang professor bernama Robert Thalens mempublikaikan bukunya
yang berjudul On The Examination of Iron Ore deposits by Magnetics Method.
Tahun-tahun sesudahnya adalah maraknya aplikasi geomagnet di dunia
pertambangan.

Metode geolistrik berkembang pada awal tahun 1900-an. Tetapi kemudian


mulai banyak dipakai untuk keperluan eksplorasi pada tahun 1970-an. Metode
yang pertama kali banyak dipakai di Indonesia adalah metode geolistrik aturan
Schlumberger dan Wenner. Pada metode ini pengambilan data V (beda potensial)
dan I (kuat arus) dilakukan mengikuti konfigurasi elektroda yang dibuat oleh
Schlumberger (untuk aturan schlumberger) dan Wenner (untuk aturan Wenner).

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian geolistrik?


b. Bagaimana sejarah perkembangan geolistrik?
c. Bagaimana cara kerja dan prinsip geolistrik?
d. Apa fungsi dan jegunaan geolistrik?

C. Tujuan Penulisan

a. Pengertian geolistrik
b. Sejarah geolistrik
c. Cara kerja dan prinsip geolistrik
d. Fungsi dan kegunaan geolistrik

1
BAB II

TEORI DASAR

Geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya dipermukaan bumi. Pendeteksian
ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi
secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi (Kanata, dan
Zubaidah. 2008).

Azhar dan Handayani (2004) telah melakukan permodelan berskala


laboratorium untuk mengukur tahanan jenis beberapa sampel batubara dari
Tambang Air Laya menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger, dengan
dasar pemikiran metode tahanan jenis telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan eksplorasi lapisan dangkal. Metoda tahanan jenis merupakan metode
geofisika yang dipakai untuk pengukuran tahanan jenis semu suatu medium.
Pengukuran dengan konfigurasi schlumberger ini menggunakan 4 elektroda,
masing-masing 2 elektroda arus dan elektroda potensial. Dari hasil pengukuran
arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan
variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur (titik
sounding).

Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda, dikenal beberapa jenis konfigurasi


resistivitas yaitu: (1) Konfigurasu Wenner, (2) Konfigurasi Schlumberger, (3) 15
Konfigurasi dipole-dipole, dan lain-lain. Masing-masing konfigurasi elektroda di
atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan
pengukuran harus terlebih dahulu diketui dengan jelas tujuannya sehingga kita
dapat memilih jenis konfigurasi yang cocok dan efisien untuk digunakan.

Geolistrik merupakan alat yang dapat diteapkan untuk beberapa metode


gepfisika, prinsip kerja metode ini adalah mempelajari aliran listrik di dalam bumi
dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran
potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah
maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (Wuryantoro. 2007).

Dari sekian banyak metode geosfisika yang diterapkan dalam geolistrik,


metode tahanan jenis metode yang paling sering digunakan. Metode ini pada
prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua
elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial. Beda potensial yang terjadi
dikuru melalui dua elektroda potensial (Reynold. 1997).

Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya,


dikenal bebrapa jenis metode geolistrik tahanan jenis, antar lain metode
Schlumberger, metode Wenner dan metedo Dipole Sounding. Metode ini lebih

2
efektif dan cocok digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, karena
jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 kaki atau 1500
kaki. Pada metode tahanan jenis konfigurasi Schlumberger, bumi diasumsikan
sebagai bola padat yang mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini
maka seharusnya resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan
tidak bergantung atas spasi elektroda, namunpada kenyataannya bumi terdiri atas
lapisan-lapisan dengan ρlapisan. Hal yang berbeda-beda sehingga potensial yang
terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga resistivitas
yang terukur bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, tetapi
beberapa lapisan. Hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar.

3
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Geolistrik

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat


aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke
dalam bumi. Ada beberapa acam metoda geolistrik, antara lain : metode potensial
diri, arus telluric, magnetoteluric, elektromagnetk, IP (Induced Polarization),
rsesitivitas (tahanan jenis) dan lain-lain. Dalam bahasan ini dibahas khusus
metode gelistrik tahanan jenis. Pada metode geolistrik tahanan jenis ini, arus
listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus. Kemudian beda
potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda
kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan
di bawah titik ukur (sounding point). Metoda ini lebih efektif jika digunakan
untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di
kedalaman lebih dari 1000 feet atau 1500 feet. Oeh karena itu metode ini jarang
digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang
engineering geology seperti penentuan kedalam batuan dasar, pencarian reservoar
air, juga digunakan da;am eksplorasi geothermal.

Gambar 1. Skema Geolistrik

4
B. Sejarah Perkembangan Geolistrik

Sejarah perkembangan geolistrik eksplorasi geolistrik adalah perubahan yang


paling unik ari semua geofisika. Unik lantaran dalam perubahannya metoda ini
terdiri untuk sebagian mahzab (school), walapun sebenarnya sumber basic teori
sama. Ketidaksamaan itu terdapat pada :

1. Tat langkah kerja (konfigurasi elektroda, interpretasi)


2. Alat yang dipakai, sebenarnya setiap alat busa diopakai untuk mahzab
apapun, walu demikian ketidaksamaan konfigurasi elektroda yang
digunakan memengaruhi daya penetrasi alat.
3. Data prossesing, pemakaian sifat0sifat kelistrikan untuk maksud eksplorasi
telah dikenal perdaban manusia kian lebih dua era waktu lalu. Pelopor
yang awal mula menggunakan langkah geofisika untuk maksud eksplorasi
yaitu :
 Gray ser serta Wheeler (1720), melakukan pengukuran pada batuan serta
mencoba membakukan tidak tipis konduktivitas batuan.
 Watson (1746), menemukan bahwa tanah adalah konduktor di mana
mungkin yang dilihat pada titik-titik di antara dua elektroda arus yang
dipotong sejarak 2 mil, bervariasi disebabkan ada ketidaksamaan keadaan
geologi setempat.
 Robert W. Fox (1789-1877), bisa dikatakan ayah metoda geolistrik,
lantaran beliau yang pertama kali mempelajari jalinan sifat-sifat listrik
dengan situasi geologi, temperatur, terrestrial electric serta geothermal.
Fox pelajari sifat-sifat kelistrikan tersebut di tambang-tambang Corn wall,
Inggris.

Perubahan dilanjutkan dengan cara bertahap : thn. 1871 oleh W. Skey, thn.
1847 oleh Charles Matteucci. , thn. 1882 oleh Cart Barus, thn. 1891 oleh Brown,
thn. 1897 oleh Bernfield, thn 1912 oleh Gottchalk, thn. 1914 oleh R. C. Wells
serta George Ottis.

Perubahan agak tidak sama sesudah Conrad Schlumberger serta R. C. Well di


mana geolistrik berkembang di dua benua, lewat cara serta histori yang tidak
sama. Walau demikian di ujung perubahan itu ke-2 mazhab ini bersua lagi,
terlebih dalam memakai rencana matematika yang sama yang diaplikasikan pada
teori interpretasi semasing. Perkembangan peralatan diawali dari peralatan
geolistrik didalam truk hingga pada alat geolistrik sebesar tas kecantikan.
Perubahan pemrosesan data nilai tahanan type pada era ke 20 yakni dengan
dibuatnya kurva baku serta kurva penambahan oleh Orellana E. serta Mooney H.
M. , 1966, Bhattacharya P. K. serta Patra H. P. , 1968, Rijkkswaterstaat, The
Netherland, 1975, Zohdy, A. A. R. , 1975. Perubahan dalam penafsiran
lengkungan tahanan type dengan pembuatan piranti lunak dari lakukan " matching

5
curve " hingga piranti lunak VESPC, RESINT 53, GRIVEL, RESIX serta
IP2Win.

C. Cara kerja dan prinsip Geolistrik

Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah


elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN
yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan
Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri
untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan.
Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.

Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti


yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang
terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil
pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang
dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan
adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman
dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air
setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar
kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.

‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat


pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara
kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan
batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan.
Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan
konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN
yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut
menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN,
sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.

Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum


dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami
tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan
demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-
benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang
mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi
tinggi.

6
Konfigurasi Wenner

Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan


tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena
elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat
ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.

Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di


dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang
didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor
non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.

Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya,


sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan
kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN
hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5
jarak AB.

Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan


pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh,
sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high
impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4
digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan
pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.

Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan


untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu
dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak
elektroda MN/2.

Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika


jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar.

7
Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu
ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil,
misalnya 1.0 milliVolt.

Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai


perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang
lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim
arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000
Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak
lebih kecil dari 1.0 milliVolt.

Parameter yang diukur :

1. Jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2)


2. Arus (I)
3. Beda Potensial (∆ V)

Parameter yang dihitung :

1. Tahanan jenis (R)


2. Faktor geometrik (K)
3. Tahanan jenis semu (ρ )

Cara intepretasi Schlumberger adalah dengan metode penyamaan kuva (kurva


matching). Ada 3 (tiga) macam kurva yang perlu diperhatikan dalam intepretasi
Schlumberger dengan metode penyamaan kurva, yaitu :

 Kurva Baku
 Kurva Bantu, terdiri dari tipe H, A, K dan Q
 Kurva Lapangan

Untuk mengetahui jenis kurva bantu yang akan dipakai, perlu diketahui
bentuk umum masing-masing kurva lapangannya.

8
 Kurva bantu H, menunjukan harga ρ minimum dan adanya variasi 3
lapisan dengan ρ1 > ρ2 < ρ3.
 Kurva bantu A, menunjukkan pertambahan harga ρ dan variasi lapisan
dengan ρ1 < ρ2 < ρ3.
 Kurva bantu, K menunjukan harga ρ maksimum dan variasi lapisan
dengan ρ1 < ρ2 > ρ3.
 Kurva bantu Q, menunjukan penurunan harga ρ yang seragam : ρ1 > ρ2 >
ρ3

Kurva-Kurva Bantu Dalam Metode Penyamaan Kurva Schlumberger

Alat-alat yang digunakan : kertas kalkir/mika plastik, kertas double log, marker
OHP.

 Plot nilai AB/2 vs ρ pada mika plastik diatas double log. AB/2 sebagai
absis dan ρ sebagai ordinat.
 Buat kurva lapangan dari titik-titik tersebut secara smooth (tidak selalu
harus melalui titik-titik tersebut, untuk itu perlu dilihat penyebaran titik-
titiknya secara keseluruhan).
 Pilih kurva Bantu apa saja yang sesuai dengan setiap bentukan kurva
lapangan.
 Letakkan kurva lapangan diatas kurva baku, cari nilai P1 merupakan
kedudukan :

9
 d1’,ρ1’ (kedalaman terukur, tahanan jenis terukur)
 d1’ = kedalaman lapisan perama = sebagai absis
 ρ1 = tahanan jenis lapisan pertama = sebagai ordinat
 Pindahlah kurva lapangan dan letakkan diatas tipe kurva Bantu pertama
yang telah ditentukan. Tarik garis putus-putus sesuai dengan harga ρ1/ρ2
pada kurva Bantu tersebut. Garis putus-putus sebagai kurva Bantu ini
merupakan tempat kedudukan P2.
 Kembalikan kurva lapangan diatas kurva baku, geser kurva lapangan
berikutnya sedemikian sehingga kurva baku pertama melalui pusat kurva
baku. Tentukan nilai ρ3/ρ2 serta plot titik P¬2. (catatan : posisi sumbu-
sumbunya harus sejajar dengan sumbu-sumbu pada kurva Bantu)
 Dari P2 dapat ditentukan d2’, ρ2’
 Titik pusat P3, koordinat d3’, ρ3’ dan nilai kurva Bantu selanjutnya dapat
dicari dengan jalan yang sama.

Koreksi Kedalaman

Untuk titik-titik pusat (Pn) yang terletak pada kurva bantu tipe H, tidak perlu
dikoreksi.

Titik P pada kurva Bantu tipe A, K dan Q perlu dikoreksi.

Titik P1 apapun kurvanya tidak perlu dikoreksi.

Contoh Kurva Bantu

Titik P1, tidak perlu dikoreksi

Titik P2, tidak perlu dikoreksi karena terletakpada kurva Bantu tipe H

10
Titik P3 dan P4, perlu dikoreks nilai d (kedalaman), karena terletak pada kurva
Bantu selain tipe H.

Cara Koreksi Kedalaman

Untuk titik P3 :

Letakkan/impitkan kembali mika plastik diatas kurva Bantu tipe A (dengan nilai
ρ4/ρ3 = 10) dengan pusat P2. baca nilai koreksi (sebagai n) tepat pada titik P3
(nilai absis dari kurva Bantu tersebut ditandai dengan garis putus-putus).
Kemudian dapat dicari ketebalan lapisan ke-3 dengan rumus :

H3 = n.d2

Sehingga kedalaman lapisan ke-3 dapat dihitung dengan rumus:

D3 = h3 + d2

Demikian juga untuk titik P4, dan seterusnya.

Jadi, dari hasil penyamaan kurva (curve matching) akan diperoleh data sebagai
berikut :

1. Koordinat Pn = (dn’, ρn)


2. Kn = ρn+1/ρn
3. Jenis Kurva Bantu
4. Nilai Koreksi Kedalaman (n)

Setelah diperoleh nilai-nilai ρ dan d, kemudian dibuat penampang tegaknya


(berupa kolom) sesuai harga d-nya (menggunakan skala). Selanjutnya dilakukan
pendugaan unt interpretasi litologi penyusun pada masing-masing lapisan
berdasarkan nilai ρ.

Penafsiran litologi ini akan semakin mendekati kebenaran apabila kita memiliki
data bawah permukaan seperti data dari sumur. Jika tidak ada sumur, maka kita
sebaiknya mengetahui geologi regional daerah penelitian tersebut atau data yang
diperoleh dari pengamatan geologi daerah sekitar (untuk mengetahui variasi
litologi).

Tabel Nilai Resistivitas

Rock Resitivitas

Common rocks  Common rocks 

Topsoil 50–100

11
Loose sand 500–5000

Gravel 100–600

Clay 1–100

Weathered bedrock 100–1000

Sandstone 200–8000

Limestone 500–10 000

Greenstone 500–200 000

Gabbro 100–500 000

Granite 200–100 000

Basalt 200–100 000

Graphitic schist 10–500

Slates 500–500 000

Quartzite 500–800 000

Ore minerals Ore mineral

Pyrite (ores) 0.01–100

Pyrrhotite 0.001–0.01

Chalcopyrite 0.005–0.1

Galena 0.001–100

Sphalerite 0.01–1 000 000

Magnetite 0.01–1000

Cassiterite 0.001–10 000

Hematite 1000–1 000 000

12
Resistivities of common rocks and ore minerals (ohm-metres) Milsom After
Palacky, 1987

D. Fungsi dan kegunaan geolistrik

Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman


sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan
akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang
dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan
batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas.
‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga
ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca
setempat.

Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai
kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa
juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.

Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di
bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari
metoda geofisika yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber
panas bumi di bawah permukaan.

13
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa geolistrik


merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di
dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Disini juga
ada beberapa metode atau konfigurasi yang di gunakan dalam geolistrik atau
tahan jenis itu sendiri yang seperti telah di jelaskan di pembahasan di antaranya,
konfigurasi wenner dan Konfigurasi schlumberger.

Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4


buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan
MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner
dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri
untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan.
Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.

Fungsi dan aplikasi geolistrik :

 Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai


kedalaman sekitar 300 m.
 Mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang
merupakan lapisan pembawa air.
 Mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas
dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya.
 Mengetahui perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.
 Menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan. Hanya
saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika
yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di
bawah permukaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Azhar dan Handayani, Gunawan. 2004. Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi


Schlumberger Untuk Penentuan Tahanan Jenis Batuan. Jurnal Natur Indonesia
Vol. 6 No. 2. ITB : Bandung.

Daulay, Umar Efendi. Geolistrik. 29 Maret 2020.


http://umared.blogspot.co.id/2010/09/geolistrik.html.

Kanata, Bulkis dan Zubaidah. 2008. Permodelan Fisika Aplikasi Metode


Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk Investigasi Keberadaan Air Tanah.
Jurnal Vol. 7 No. 1 Januari – Juni 2008 : Mataram.

Reynold, J.M. 1997 An Introduction to Applied And Enviromental Geophysiscs.


John Willey & Sons Ltd : Newyork.

Wuryantoro. 2007. Aplikasi Geolistrik Tahanan Jenis untuk Menentukan Letak


dan Kedalaman Aquifer Air Tanah. Unnes : Semarang.

Nurhasanah, Siti. Metode Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner. 29 Maret 2020.


https://sinurhasanah.wordpress.com/2012/02/29/metode-tahanan-jenis-
konfigurasi-wenner/

Winata, Arief Pandu. Metode Tahanan Jenis. 29 Maret 2020.


http://arifpanduwinata.blogspot.co.id/2012/06/metode-tahanan-jenis-
geolistrik.html

15

Anda mungkin juga menyukai