Disusun oleh:
Nim: 1914301101
1
2
KATA PENGATAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang gangguan keseimbangan cairan dan elektrolits.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
bandar lampung,29 maret 2020
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan
volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi
metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap
stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan
konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan
pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya
termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang
60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit).
Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan
kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang
lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional
mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih
gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang
lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.
4
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Keseimbangan Cairan dan elektrolit tubuh
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit
4. Asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit
C. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran
cerna.
6
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
a. Dewasa 60%
b. Anak-anak 60 – 77%
c. Infant 77%
d. Embrio 97%
e. Manula 40 – 50 %
Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami
kehilangan jaringan tubuh.
a. Intracellular volume = total body water – extracellular volume
b. Interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma volume
c. Total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)
7
b. Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu
membran permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari dari
yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :
1) Pergerakan air
2) Semipermeabilitas membran.
9
c. Transpor aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien
elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih
tinggi. Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk melintasi membran sel.
d. Tekanan hidrostatik
Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah.
Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan
ber[indah dari kapiler ke intertisial. Tekanan hidrostatik ditentukan oleh :
1) Kekuatan pompa jantung
2) Kecepatan aliran darah
3) Tekanan darah arteri
4) Tekanan darah vena
e. Filtrasi
Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang lebih
tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran permeabel
dari tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih rendah
tekanan hidrostatiknya.
f. Tekanan osmotik koloid
Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa berdifusi)
dalam plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan perpindahan cairan antara
intravaskuler dan intertisial melewati lapisan semipermeabel. Hal ini karena
protein dalam intravaskuler 16x lebih besar dari cairan intertisial, cairan masuk
ke capiler atau kompartemen pembuluh darah bila pompa jantung efektif.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1) Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2) Fase II :
10
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
3) Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang
merupakan membran Semi permiabel mampu memfilter tidak semua
substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
a) Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±
2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari
makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan
volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan,
maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan
darah.
b) Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan
cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air
yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak
±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan
banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran
air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa
keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula
11
6. Pengaturan Elektrolit
a. Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na + mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksiotot. ion natrium di dapat
dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan
ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal,
pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di
lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,
sintesa protein, pengaturan keseimbanagan asam basa, karena ion K+
dapatdiubahmenjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan
seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan
melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium
dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya
yaitu3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk
integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuandarah, serta
pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar
paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui
gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat
penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang
dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam
tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
d. Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium
13
NILAI-NILAI NORMAL
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
a. Kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
b. Ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan
depresi konfusi)
tanda klinis : penurunan tekanan darah
16
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah
proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan
kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah
dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini
menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami
penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki
proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat
cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat
penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar.
Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.
6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar
dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema).
Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat
local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat
terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan
cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
1) Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh
darahterdorong ke ruang interstisial.
2) Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade
limfatik).
c. Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan
setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu
terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar
(menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang
disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi
cairan hanya menimbulkan edema non pitting.
18
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.
6. Penyakit
Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun,
tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lanjut, kondisi ini dapat
menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang
cukup untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa
dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih
banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya,
dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan
berbagi cara.
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi
defist cairan tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban
cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau
sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Pengkajian
a. Identitas:
Nama, Umur. Jenis kelamin, Alamat
b. Riwayat Kesehatan
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Apakah klien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan penyakit
yang dideritanya sekarang seperti : klien menderita kanker sehingga harus
mengkonsumsi obat-obatan anti kanker.
2) Apakah ada riwayat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Kelelahan, kelemahan
2) Nyeri kram abdomen
3) Anoreksia, mual, muntah, rasa haus.
4) Diare / Konstipasi
5) Kesemutan pada ekstremitas
6) Ansietas, gelisah
7) Sakit kepala
8) Kulit kemerahan / demam
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga klien yang menderita gangguan yang sama dengan
klien.
21
h) Eliminasi
Konstipasi / diare, kram abdomen.
2. Kelebihan Volume Cairan
a) Anamnesis
1) Berat badan naik
2) Penglihatan kabur, udema periorbital, papiledema
b) Sirkulasi
1) Vena leher distensi
2) Edema
3) Denyut nadi kuat
4) Hipertensi
5) Peningkatan tekanan vena
c) Pernafasan
1) Suara krekels diparu-paru
2) Dipsnea
d) Ginjal
Diaresis
e) Eliminasi
Penurunan haluaran urin
f) Neurosensori
Perubahan tingkat kesadaran (bingung)
3. Pemeriksaan Fisik Elektrolit
a) Hiponatremia
1) Aktifitas: malaise, kelemahan, pingsan
2) Neurosensori : sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, kedutan otot
3) Sirkulasi : Hipotensi, penurunan nadi perifer
4) Eliminasi : Kram abdomen, diare
5) Pernafasan : Takipnea
23
b) Hipernatremia
1) Aktifitas kelemahan
2) Sirkulasi : Hipotensi postural, takikardi
3) Eliminasi : Haluaran urin menurun
4) Neurosensori : Peka rangsangan, letargi
5) Kulit : kering dan kemerahan
c) Hipokalemia
1) Aktifitas : kelemahan umum, kelelahan
2) Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur, disritmia
3) Eliminasi : Nokturia.
4) Pernafasan : Pernafasan dangkal, apnea, sianosis
5) Neurosensori : Parestesia, mengantuk
d) Hiperkelemia
1) Aktifitas : Kelemahan otot
2) Sirkulasi : Nadi tidak teratur dan lambat, hipotensi
3) Eliminasi : kram abdomen,diare
4) Neurosensori : Parestesia
e) Hipokalsemia
1) Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur
2) Eliminasi : Diare, nyeri abdomen
3) Neurosensori : Parestesia, baal dan kesemutan, Ansietas.
4) Pernafasan : dangkal
f) Hiperkalsemia
1) Aktifitas : Malaise, kelelahan dan kelemahan
2) Sirkulasi : Hipertensi, disritmia
3) Eliminasi : konstipasi / diare, nokturia, poliuria
4) Neurosensori : Sakit kepala, penurunan kesadaran.
g) Hipomagnesemia
1) Aktifitas : kelemahan
2) Sirkulasi : Takikardia, disritmia, hipotensi
24
B. Diagnosa Keperawatan
25
C. Rencana Keperawatan
Dx 1: Resiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan
Intervensi Rasional
- Pantau TTV dan CVP - Takikardia tergantung pada derajat
kekurangan cairan pengukuran CVP
untuk penentuan derajat kekurangan
carian dan respons terhadap terapi
penggantian.
- Pantau masukan dan haluaran - Kebutuhan penggantian cairan di
urine dasarkan pada perbaikan kekurangan
dan kehilangan terus menerus.
- Perubahan dalam berat badan tidak
- Timbang berat badan setiap hari secara akurat mempengaruhi volume
dan bandingkan dengan intravaskuler.
keseimbangan cairan 24 jam. - Penurunan fungsi serebral dengan
- Kaji tingkat kesadaran / respons sering mengakibatkan perubahan
neuromuscular mental
- Vasokontriksi dan penurunan
- Berikan perawatan kulit dan mulut intraseluler menyebabkan penurunan
elastisitas.
- Perubahan proses pikir
- Berikan kewaspadaan keamanan memerlukan tindakan perlindungan
sesuai indikasi. untuk mencegah cidera.
- Jaringan rentan terhadap kerusakan
26
Auskultasi paru dan bunyi jantung Buyi nafas adventisius dan bunyi
jantung ekstra (s3)
Perhatian adanya distensi vena leher Tanda dekompensasi jantung / GJK
atua perifer
Pantau Kec infuse dan cairan Bolus carian tiba-tiba lavid
parental secara ketat menimbulkan kelebihan beban volume
cairan atau resiko terhadap
28
dekompensasi jantung.
Tingkatkan tirah baring jadwalkan Keterbatasan cadangan jantung
perawatan untuk memberikan periode mengakibatkan kelelahan / intoleransi
istirahat sering aktivitas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
29
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling
cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel)
yang cocok pula.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi
terlarut (zat terlarut).
Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan
total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan
refleksi dari lemak tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan
cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Sel-sel lemak
4. Stres
5. Sakit
6. Temperatur lingkungan
7. Diet
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah
ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
30
31
DAFTAR PUSTAKA