Ada beberapa sistem yang biasa digunakan dalam pembuatan Intalasi Pengolahan Lompur
Tinja yang ada di Indonesia diantaranya adalah system aerasi dan Non aerasi untuk
penjelasan lebih lengkap tentang dua system tersebut dapat disimak dibawah ini:
Sistem Aerasi
Perbedaan dengan IPLT system aerobic, sistem non aerobic relatif lebih
banyak memanfaatkan bakteri non aerobic dalam pengolahannya dibandingkan
dengan system aerobik, system ini minim membutuhkan lahan yang lebih luas
namun nilai O/P relatif rendah karena tidak menggunakan listrik untuk pompa
atau motor penggerak rotor.
Barscreen umumnya merupakan satu kesatuan dengan tangki inhoff.
Fungsi dari tangki/kolam mini adalah untuk memisahkan bahan – bahan turut dalam
aliran namun tidak dibutuhkan dalam pengolahan limbah tinja.Bahan-bahan yang
dimaksud antara lain adalah sisa potongan kayu, kertas, kain, plastik, daun-daun, dll.
Inhoff tank merupakan tangki pertama yang berada dalam system yang melakukan
perlakukan terhadap limbah tinja yang masuk, dalam tengki ini terdapat campuran
bakteri anaerobic dan aerobic yang melakukan pemecahan terhadap impurities.
Tangki ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dasar tangki yang berbentuk kerucut
mengarah ke bawah dan bagian kerucut terpancung dengan arah ke bawah pula.
Antara kerucut atas dan bawah terdapat batas/interface yang tidak boleh berisi
cairan/limbah. Waktu tinggal dalam peralatan ini kurang lebih 2 hari, dimana
telah terjadi pemecahan terhadap sebagian imuritis oleh bakteri aerobic dan
performance pengolahan adalah sekitar 50-60% terhadap parameter kunci antara
lain BOD 5, COD, TSS dan PH
Kolam anaerobik merupakan kolam yang mengandung bakteri non
anaerobik melakukan pengolahan terhadap limbah tinja dengan pemecahan
koloid limbah pengotor yang turut dalam aliran Performance pengolahan antara lain
adalah sekitar 70-80% dari input limbah yang masuk. Kola mini terbuat dari
pasangan batu kali dengan bagian dinding kolam diplester dengan semen untuk
menghindari rembesan dan pada bagian bawah kolam dibuat mengecil untuk
memudahkan dalam pengurasan.Sewaktu- waktu dan berkala pengurasan dilakukan
untuk mencegah terjadinya penurunan metabolism bakteri dalam larutan.
Kolam fakultatif memanfaatkan dua bakteri sekaligus (anaerobic dan aerobic)
untuk membantu pemencahan limbah tinja. Hal ini berdasarkan pada masih
terdapatnya bakteri aerobic dalam senyawa/larutan yang akan diolah lebih lanjut.
Kontak dengna udara luar diperlukan untuk menjaga bakteri dapat terus melakukan
metabolism dan untuk itu,buih yang terbentuk pada permukaan kolam segera
mungkin diangkat agar tidak mungurangi supply oksigen masuk dalam cairan.
Performance pengolahan limbah tinja bekisar antara 70 s/d 80% dari input air
limbah yang masuk. Dasar kolam dibuat lebih mengecil di bagian bawah, dimaksutkan
agar memudahkan dalam pengerukan limbah yang terjadi pada dasar kolam yang
dapat diangkat sewaktu-waktu.
Kolam maturasi kolam terakir dari system ini yang digunakan untuk memecah
limbah tinja, dengan memanfaatkan bakteri aerobic dan non aerobik. Dalam kola mini
juga terjadi penurunan kadar BOD5, COD TSS dan PH dengan presentasi
pengolahan antara 60- 70% diharapkan kadar limbah yang keluar telah memenuhi
persyaratan mutu kadar BOD5,COD,TSS dan PH deduai dengan kepmen KLH No.51
Tahun 1995.