Anda di halaman 1dari 19

RESUME DAN REVIEW

TPP (Teori Perbandingan Politik)


Nama : Fajar Alamsyah (141)

Di chapter ini membahas bagaimana kemunculan suatu negara beserta konsep nya.
Banyak yang masih mempersoalkan bagaimana membedakan negara dari berbagai
organisasi yang ada di dunia dan institusi lain nya. Ada tiga elemen yang akan di
paparkan di chapter ini antara lain :
• Apa negara itu ?
• wilayah, rakyat dan kedaulatan
• Kemunculan negara modern
Negara merupakan alat instrumen untuk menjalankan atau menyelenggarakan suatu
sistem pemerintahan. Pada abad 18, pada saat itu Dewan Nasional Francis
mengeluarkan suatu kebijakan yang mengeluarkan " Deklarasi Hak Asasi manusia
dan warga negara". Deklarasi ini di keluarkan guna untuk memperjelas status
keberadaan negara yang mana di dunia yang luas sana masih belum mengenal bentuk-
bentuk dari organisasi politik, misal nya negara kota, kekaisaran, kerjaan. Adapun
pengertian negara itu sendiri merupakan temuan politik yang relatif baru tetapi,
sekarang ini seluruh dunia telah terbagi dari berbagai benua yang membentuk negara-
negara, adapun konsep suatu negara sangat lah jelas sebagai bentuk organisasi politik.
Adapun kendati suatu negara itu bersifat universal, mengandung teka teki yang tidak
bisa lepas. Filosof yang mengandung di negara berbeda beda, politisi, pakar hukum
untuk mengatur dan suatu pakar politik bersilang pendapat untuk menentukan konsep
suatu negara ini selama berabad-abad. Kita mengenal berbagai negara memiliki ciri
khas atau identitas masing-masing, mulai dari lagu kebangsaan, bendera, bahasa
persatuan, serta hari nasional. Dan kita juga melihat bagaimana para negara
melakukan perkumpulan sesama negara baik itu di new York dan Paris yang untuk
menentukan suatu persoalan.
Namun, terdapat enam kesulitan yang utama ketika kita mencoba untuk
mengkarakterisasikan keadaan secara umum:
- negara sangat bervariasi, mulai dari negara Perancis di bawah kekuasaan Louis XIV
ke Montenegro, negara tersebut diakui pada tahun 2006 sebagai salah satu dari sekitar
193 negara yang merdeka di dunia. Negara-negara demokratis modern banyak
terbentuk di dunia seperti India dan Kanada, Denmark dan Selandia Baru, dan juga
dari Dari Uni Soviet dari Stallin hingga German yang berada di bawah kekuasaan
Hitler. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana kita bisa memasukkan kumpulan
dari Fenomena politik ke dalam beberapa bentuk yang berlabel 'Negara-negara'.
beberapa bentuk pemerintahan mulai terlihat seperti dalam beberapa hal, tetapi
mereka sebenarnya bukanlah sebuah negara. Uni Eropa dan Federasi Rusia banyak
melakukan aktivitas atau berfungsi layaknya negara, tetapi apakah mereka sama
dengan negara seperti Argentina, Latvia, atau Taiwan?
Vatikan, Luksemburg, Monako, dan Dan Marino terlihat layaknya negara bagian
dalam beberapa hal, akan tetapi mereka tidak sama dengan negara-negara tetangga
mereka, seperti Perancis, dan Italia.
beberapa negara telah diakui selama berabad-abad, tetapi dalam kasus lain, seperti
layaknya Israel dan Palestina, selalu menjadi perdebatan dikalangan para pemikir,
karena yang menjadi pertanyaan terakhir adalah apakah sebuah negara hanya
menyebut dirinya satu?
bahkan untuk negara-negara yang tidak terbantahkan seperti Perancis, tidak mudah
dalam mencapai kesepakatan tentang tanggal pasti mengenai terbentuknya negara
Perancis. Apakah Perancis terbentuk pada 1789? Atau justru sebaiknya kita melihat
kembali pada perjanjian Verdun di 843? Apakah negara negara yang berada di
kawasan atau Asia yang sebelum dijajah oleh Eropa pernah menarik perbatasannya,
hampir secara serampangan, belalui benua tersebut? Atau justru apakah Babel atau
Roma kunolah yang justru menyatakan hal yang kita pahami sampai dengan saat ini?
istilah dari 'negara' sendiri cukup dekat dengan istilah lain tetapi memiliki banyak
perbedaan, seperti negaranya, sistem politik, negara-bangsa, dan kekaisaran. Untuk
membuat sesuatu menjadi lebih rumit lagi, istilah-istilah ini sering membingungkan
atau digunakan secara lebih longgar dengan menyebutnya sebagai sebuah sinonim
Baik si setiap negara di bumi ini memiliki kesamaan yaitu semacam perkumpulan
masyarakat, dan untuk menyatukan masyarakat tersebut yaitu dengan memilki
kesadaran atas tujuan yang sama yaitu kebaikan. Namun, jika masyarakat bertujuan
pada suatu kebaikan, maka negara tersebut memiliki kedudukan paling tinggi yang
dapat merangkul segenap masyarakat lain, yang memiliki tujuan yang mulia yaitu
kebaikan tertinggi. Adapun karakteristik yang di sebut kan di atas, bahwasanya ini
berisi sejumlah pernyataan penting. Pertama, negara bukanlah konsep abstraksi,
melainkan suatu varian yang dapat status keberadaan sosial manusia atau di sebut
sebuah masyarakat. Selain dari kata varian ada juga kata yang dapat di sematkan
untuk konsep kehidupan masyarakat ini, yaitu masyarakat politik yang mana memiliki
kedudukan paling tinggi dari pada kata masyarakat sosial. Adapun kiat-kiat untuk
memperoleh sekaligus mempertahankan posisi sebagai masyarakat yang di katakan
oleh Aristoteles yakni dengan mempertahankan masyarakat tertinggi dan memiliki
unsur paling lengkap, suatu negara harus memiliki sifat ambisi yang mana ada sifat
ingin berkuasa yakni dengan: ia harus lebih berkuasa ketimbang masyarakat mana
pun ada di dalamnya. Ini memperjelas bahwasanya sifat kekuasaan itu sangat penting
dalam pembahasan tentang negara dan politik. Adapun hasil pembahasan ini untuk
mendefinisikan suatu negara ini tidak lah cukup. Negara harus lah juga memiliki
karakteristik lain yang berkaitan dengan wilayah, masyarakat serta kedaulatan.
Perdebatan yang sering masih di perdebatkan hingg saat ini, bagaimana sih bentuk
negara itu? Apakahkah kita memiliki gagasan yang jelas tentang sebuah negara? Apa
itu (atau) bangsa? Tidak ada kriteri yang dapat memuaskan karena belum ditemukan
sebuah gagasan yang dapat memutuskan mana dari banyaknya manusia yang
kolektivitasnya harus diberikan sebuah cari yaitu dengan memberikan sebuah label.
(Eric Hobsbawm, Nations and Nationalism since 1780, Cambrige: Cambrige
University Press, 1990: 5)
Sebagai sebuah konsep, negara sedikit diabaikan dalam beberapa teori dan penelitian
politik di abad-abad terakhir, khususnya di dunia Anglo-Saxon, dan masih
menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian. (David Robertson, Ed., The Penguin
Dictionary of Politics, Hardmondsworth: Penguin, 1985: 308)
Nah perdebatan selanjutnya, dari mana sih asal muasal suatu negara itu ? Dari mana
asal negara? Jika kita sekarang bertanya, dari mana asal negara, jawabannya adalah
bahwa itu adalah produk dari perjuangan yang panjang dan sulit dimana kelas yang
menempati untuk mandapatkan waktu, posisi, dan kunci dalam proses produksi dalam
mendapatkan hak atas pesaingnya dan ketika sebuah negara yang akan menegakkan
sebuah hubungan yang terdapat minat individu didalamnya. Dengan kata lain, setiap
negara bagian tertentu merupakan anak dari kelas atau kelas-kelas dalam masyarakat
yang merasa diuntungkan dalam serangkaian hubungan tertentu yang merupakan
kewajiban suatu negara untuk ditegakkan.... Kekuatan negara harus dimonopoli oleh
kelas atau kelas yang merupakan penerima manfaat utama (Paul M. Sweezy, The
Theory of Capitalist Development, New York: Monthly Review Press, 1942: 242-3)
•Wilayah, rakyat dan kedaulatan
Ada pun hak negara yang di miliki dalam kekuasaan nya yakni negara dapat
memungut pajak, yang mana dana pajak tersebut dapat di salurkan dengan
menyediakan sekolah dan jalan raya, menginventasi negara lain atau berperang,
sampai mengatur jadwal buka toko, penjualan alkohol dan rokok dan guna untuk
mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Negara juga harus memberikan rasa aman bagi
masyarakat nya, dengan membangun kantor polisi, Dinas pendapatan negara, adapun
kantor sebagai pencetak uang maupun tempat penukaran uang, menyediakan
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan menyediakan emergency seperti
pemadam kebakaran dan tentara sebagai unit keamanan. Negara berkewajiban
menyediakan fasilitas yang di butuhkan oleh masyarakat nya baik itu untuk kalangan
muda dan tua, bagi yang mengidam penyakit dan membutuhkan fasilitas tambahan
seperti disabilitas dan kebutuhan lain-lain yang akan di sediakan oleh negara. Tentu
ada juga negara yang tidak memiliki rasa tanggung jawab bagi masyarakat nya,
menyalahkan gunakan kekuasaan hasil nya mensesarakan kehidupan masyarakat,
seperti menyimpan uang ilegal yang memicunya peperangan. apa yang bisa dan telah
dilakukan oleh mereka? Terlepas dari kebingungan dan debat yang tidak ada henti-
hentinya mengenai 'sifat' negara, tampaknya sedikit mudah dalam mengenali suatu
keadaan yang ada. Hampir setiap negara yang ada lebih menyebut diri mereka sebagai
sebuah "negara" dan berusaha untuk menekankan keunikannya dengan
mempersembahkan lagu kebangsaan negara, bendera, lambang, sebuan mata uang
nasional, modal nasional dan kepada negara. Negara diakui oleh negara lain sebagai
'negara bagian' , dan mereka bertukar duta besar. Namun, ini adalah simbol
kenegaraan. Di jantung kota masalahnya terletak pada tiga fitur inti dari negara:
- Suatu negara mensyaratkan sebuah wilayah yang dianggap sebagai wilayah yang
dikuasai oleh mereka sendiri. Daerah ini bisa sebesar Kanada atau India, Bahkan
daerah tersebut bisa lebih kecil layaknya, Belanda dan Swiss, atau bahkan akan lebih
kecil lagi layaknya Slovenia dan Tuvalu. Wilayah juga bisa meliputi pulau atau benua
(atau dalam kasus Australia, adalah keduanya), dan lerbatasnnya itu mungkin tidak
terbantahkan dan aman untuk waktu yang lebih lama, bahkan berabad-abad atau akan
ditantang secara terus-menerus. Dalam suatu wilayah di dalam sebuah negara, mereka
memiliki ruang udara yang memadai serta memiliki wilayah perairan atau pesisir.
Satu-satunya pengengkang dalam aspek teritori negara adalah bahwa ia harus lebih
atau kurang tahan lama seperti layaknya es yang bahkan ada yang lebih besar dari
Perancis atau Uruguay. Terkadang label 'negara teritorial' digunakan untuk
menggarisbawahi pentingnya fitur geografis ini. Kurang lebih, yang biasa kita
gunakan adalah istilah 'negara'. Oleh karena itu negara merupakan sebuah organisasi
yang mengeluarkan dan menegakkan aturan yang mengikat orang-orang didalam
suatu wilayah dan wilayah merupakan sebuah singkatan atau persamaan yang
merupakan istilah yang tidak tepat untuk negara ataupun negara-bagsa.
- negara juga mendapatkan suatu bangsa, yaitu harus adanya orang yang bisa hidup
secara bersama-sama. Di sini juga termasuk angka yang tidak releva ( anggap saja
China, India, kepulauan Palau dan Islandia). Untuk menjadikan dirinya sebagai
manusia, individu-individu yang bersangkutan harus memiliki persamaan, tetapi harus
sama persis dengan apa yang harus berikan agar bisa dipanggil 'seorang manusia',
baik dari segi agama, bahasa, adanya sejarah bersama, dan sebuah Budaya. Hal-hal
tersebut terus menjadi masalah yang selalu diperbutkan. Minoritas yang tidak
berbicara dengan bahasa yang sama, atau berbagi agama atau budaya yang sama dapat
ditemukan dihampir banyak negara di dunia. Contohnya saja adalah 30 persen warga
dari Latvia merupakan warga-warga yang berasal dari Rusia. Untuk saat ini, kami
akan tetap berpegang pada persyaratan untuk menyebutkan bahwa organisasi yang
mengeluarkan dan menegakkan aturan yang mengikat orang-orang dalam suatu
wilayah, teritori atau wilayah geografis. Jika negara adalah persamaan atau
kependekan dari istilah yang tidak tepat mengenai negara ataupun negara-bangsa.
Maka, manusia adalah sekelompok orang yang memiliki persamaan, kesadaran dan
juga identitas yang menjadikan mereka sebagai entitas yang bersifat kolektif.
Pendirian perbandingan politik menjelaskan bahwa negara bagian manapun pasti
membutuhkan populasi tanpa mengatakan tentang jumlah minimal maupun maksimal
populasi di dalam suatu negara atau tentang kesamaan yang kita miliki. Dengan kata
lain, suatu pulau yang sepi mungkin menjadi bagian dari suatu negara, tetapi itu tidak
dapat disebut sebagai sebuah negara. Sama halnya, tidak semua Individu merupakan
warga negara tersebut. Dengan meningkatnya jumlah orang buangan, dan pencari
suaka maka permasalahan kewarganegaraan akan menjadi semakin akut.
- suatu negara itu harus berdaulat, yaitu, sesuatu negara harus memegang kekuasaan
tertinggi dan pada prinsipnya dapat bertindak dengan kebebasan dan kemerdekaan
penuh: ia memiliki kedaulatan. Aristoteles memikirkan tentang sesuatu seperti ini
dengan pernyataannya bahwa negara adalah sebuah komunitas yang merupakan yang
tertinggi dari semuanya, dan yang merangkul komunitas lain. Kedaulatan adalah
sebuah klaim terhadap otoritas dan yang berkuasa penuh. Biasanya, terdapat dua jenis
kedaulatan: 1) kedaulatan internal yang berarti bahwa di dalam wilayahnya sendiri,
setiap negara dapat bertindak seperti yang mereka inginkan dan tidak bergantung
kepada kekuatan lain. 2) kedaulatan eksternal, yang merujuk pada kenyataan bahwa
negara diakui oleh negara bagian lain. Kedaulatan dapat diartikan sebagai independen
dan tidak berada dibawah wewenang negara lain atau 'komunitas' lain. Setiap negara
memiliki tiga tipe kedaulatan, yaitu; 1) kekuasaan kedaulatan atas rakyat dan wilayah,
2) kedaulatan tidak berarti bahwa negara berada di atas hukum, 3) kedaulatan yang
dikendalikan oleh mafia dengan cara yang sama seperti negara.

Kebangkitan negara modern


Negara muncul di Eropa pada jaman pertengahan, antara 1100 dan abad ke-16. Dalam
periode tersebut, penguasaan berbasis kewilayahan memproklamirkan kemerdekaan
dan menciptakan tata pemerintahan dan angkatan bersenjatanya sendiri. Pada saat
yang bersamaan, pemahaman tentang kekuasaan kedaulatan mengalami
perkembangan. Namun demikian, tiap-tiap negara memilik pola yang berbeda dalam
perkembangannya menuju negara yang modern. Oleh karena itu, pembahasan apapun
mengenai terbentuknya negara dan berkembangnya negara harus dimulai dari dua
penegasan yaitu konsep negara tidak bisa dilepaskan dari sejarah Eropa dan teori
baran dan tidak ada hukum yang seragam atau umum untuk menetapkan kemunculan
dan menghilangnya sebuah negara.

Asal mula dan perkembangan sejarah


Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa negara bermula dengan cara yang berbeda
dan perkembangannya tidak ada yang mengikuti suatu pola tertentu karena mereka
memiliki pola yang berbeda. Namun, terdapat tiga pola utama yang umum digunakan.
- Transformasi pertama, negara muncul karena adanya transformasi yang akhirnya
berangsur dari unit-unit politik independen yang ada. Sebagian besar merupakan
sistem monarki pada jaman pertengahan. Contoh yang bisa kita liat adalah Inggris dan
Perancis, yang kemerdekaannya dapat ditelusuri ke jaman pertengahan dan yang
perkembangannya sebagai negara dapat berlangsung selama berabad-abad.
- penyatuan kedua, sebagian besar negara muncul dari unit-unit politik yang
independen namun berpencar. Proses ini terkonsentrasi pada abad-19 dan contohnya
adalah Jerman dan Italia.
- Pemisahan diri terakhir, negara muncul akibat dari pemisahan diri dari unit politik
yang independen, terutama kekaisaran atau negara-negara yang heterogen yang
akhirnya besar karena menjadi satu atau gabungan dari beberapa negara. Pecahnya
kekaisaran Austro-Hungaria dan runtuhnya kekaisaran Usmaniyah setelah perang
dunia pertama merupakan salah satu contoh dari terbentuknya negara karena
pemisahan diri.

Pembentukan negara dan pembangunan bangsa


Salah satu upaya yang paling dikenal untuk menjelaskan tentang beragamnya pola
sejarah yang ditempuh oleh negara-negara modern Eropa disajikan oleh pakar politik
Norwegia, Stei Rokkan (1921-79). Menurutnya, pembentukan negara-negara modern
berlangsung dalam beberapa fase, yang berkaitan erat dengan konflik-konflik sosial
yang mendasar yaitu ('keretakan'). Rokkan juga membedakan antara pembentukan
negara dan pembangunan bangsa. Yang pertama adalah tentang penciptaan institusi-
institusi negara, khususnya angkatan bersenjata, birokrasi, dan sistem pemerintahan. .
Yang kedua meliputi mempersatukan warga negara menjadi satu 'rakyat' yang sama-
sama merasa memiliki yang acapkali memiliki kesamaan bahasa, agama, pendidikan,
warisan sejarah dan budaya.
Rokkan melihat adanya empat tahap dalam perkembangan negara modern. Dua yang
pertama merupakan hasil yang dimunculkan oleh para elit yang memiliki kekuatan
yang besar dan akhirnya berusaha mengakomodasikan kekuasaan dan kemandirian
wilayah mereka. Dan dua yang terakhir adalah tentang watak yang memiliki
perbedaan yang sangat jauh, dan merestrukturisasi internal negara-negara yang
mapan.
Adapun keempat tahap yang dijelaskan oleh Rokkan meliputi:
1. pembentukan negara
2. pembangunan negara
3. demokrasi massa
4. negara sejahtera
Pada fase atau tahap yang pertama, para elit berinisiatif untuk mempersatukan
wilayah tertentuz biasanya para elit dari pusat-pusat kota yang besar
mengkonsolidasikan kekuasaan mereka atas wilayah pinggiran dan pedesaan. Pada
fase atau tahap yang pertama, para elit berinisiatif untuk mempersatukan wilayah
tertentuz biasanya para elit dari pusat-pusat kota yang besar mengkonsolidasikan
kekuasaan mereka atas wilayah pinggiran dan pedesaan. Pada fase atau tahap yang
pertama, para elit berinisiatif untuk mempersatukan wilayah tertentuz biasanya para
elit dari pusat-pusat kota yang besar mengkonsolidasikan kekuasaan mereka atas
wilayah pinggiran dan pedesaan. Pada fase atau tahap yang pertama, para elit
berinisiatif untuk mempersatukan wilayah tertentuz biasanya para elit dari pusat-pusat
kota yang besar mengkonsolidasikan kekuasaan mereka atas wilayah pinggiran dan
pedesaan.

1. Buku Comparative Government and Politics, Rod Hague dan Martin


Harrop : Chapter 3 (Democracy) dan Chapter 4 (Authoritarian Rule)

CHAPTER 3
Direct democracy
Democracy berasal dari kata demokratia, Kratos artinya aturan Demos artinya dari
orang. Demokrasi adalah sebuah usaha pemerintah dalam menangani permasalahan
dengan cara menyelesaikan jalan kolektif menghasilkan suatu politik fundamental.
Demokrasi lahir di Athena pada tahun 461-332 SM. Athena adalah polis (kota) di
Yunani kuno karena memiliki peradaban system politik yang berkembang, dengan
komunitas besar yaitu 400.000 penduduk. Sejarah Athena telah dinilai tidak ada lagi
potensi tentang demokrasi secara langsung dari ekklesia (Majelis Rakyat). Setiap
warga Negara dengan usia 20 tahun bisa untuk menghadiri ke pada saat Majelis
berkumpul dan mengamat jalan nya acara tersebut. Pertemuan tersebut adalah sebagai
rakyat bukan sebagai representative mereka. Majelis itu bertemu selama 40 kali dalam
setahun untuk menyelesaikan masalah masalah sebelumnya, termasuk jug untukuu
menyelesikan masalah tentang perang dan juga damai yang termasuk sebagai peluang
prospek dan juga untuk kemakmuran kota. Fungsi administrative adalah sebagai
tanggung jawab dari dewan eksekutif yang terdiri dari 500 orang yang berumur lebih
dari 30 tahun, yang dipilih untuk melayani banyak hal selama masa pengabdian
1tahun periode. Lewat perangkat ini dapat berotasi, sehingga dewan dapat
menunjukkan contoh yang tepat untuk demokrasi langsun g untuk pemerintahan tidak
hanya untuk rakyat semata
Suatu legal system yang sangat mengandung unsur politik yang kuat asal dalam betuk
sebagai kompleksitas untuk demokrasi dalam Athena. Pengadilan terhadap ratusan
manusia, selain itu dipilih secara acak dari para sukarelalwan. Menggunakan pakaian
kehormatan, jika parawarga Negara mau dan seringkali untuk membawa penentangan
terhadap sebuah yang betul betul suatu hal yang perlu dipertimbangkan untuk sebuah
tindakan yang dengan membawa tujuan untu kepentingan kota. Majelis adalah tempat
untu mengadili siapapun yang melawan kepenttingan neegara dengan menjadi tempat
perhitungan (termasuk jenderal) dapat termasuk di dalamnya. Untuk warga Athena,
politik padaa hakikatnya adalah sebuah pekerjaan yang tidak begitu baik, untuk
dilakukan bagi semua warga Negara untuk kepentingan nya dan juga untuk
kepentingan kelompok besar. Demokrasi Athena tidak lepas dari sebuah problem,
diantaranya adalah:
1. Kewarganegaraan terbatas untuk elit tertentu, itu menjadikan para laki-laki lebih
menonjo dan telihat yang orang tuanya juga sebagai warga Negara itu sendiri.
Kebanyakan para orang dewasa yang berjenis kelamin wanita jadi budak dan tidak di
anggap maka dikecualikan. Wanita tidak dapatt berpengaruh secara siknifikan
didalam dinamika public dan mengkritisi bahkan menuduh bahwa perbudakan adalah
suatu cara bagi warga Negara untuk mencurahkan urusan public.
2. Partisipan tidak pernah berlatih secara luas sebagai warga Negara yang diakui.
Banyak warga nengara yang tidak hadir kedalam forum para dewan berkumpul
meskipun sudah membayar untuk kehadiran tersebut dalam pertemuan para dewan
3. Demokrasi Athenasangat sulit dalam perneerapan dalam pemerintnahan yang
buruk
4. Prinsip dari pemerintahan itu senddiri adlah tidak boleh selalu memimpin untuk
menentukan dan coheren dengan kebijakan
Repreentative and liberal democracy
Kontras dari demokrasi klasik Athen kun dan demokrasi modern seperi sekarang
sudah jelas. Kontras terssebut sangat penting yaitu:
Pertama, Demokrasi saat ini adalah representasi dari pada langsung. Pinsip demokrasi
adalah merubah wajah pemerintahan untuk pemiihan pemerintahan. Transfomasi ini
dapat menjadi sebuah pembeda pelayanan dalam pemilihan penawran dari jaman
kuno dn modern. Yunani melihat sebuah pemiihan adalah sebuah bentuk cara untuk
aristokrasi. Aristokrasi adalah sebuah bentuk memilih orang terpilih untuk ketentuan
teknis yang dibutuhkan kemalangan yang datang dari tubuh pemerintahan itu sendiri,
tetapi modern demokrasi melihat bahwa pemilihan adaalaah ekspresi dari demokrasi.
Kedua, demokrasi modern berdasarkan dari pemkiran filosofi liberal yang dari sudut
pandang Negara adalah batasan bagi konstitusi.
Dijaman moderen kunci pemecahannya adalah memodifiksi pemikiran tradisional
tentang representasi. Ide itu adalah hal utama dalam merepresentasi kan sebuah
kelompok dalam majelis bukanlah suatu yang baru. Representasi selalu melihat
bahwa kenginan membuat demokrasi berhenti. Untuk demokrasi sebenarnnya tidak
mampu berkembang, tidak dari segi prinsip, tetapi dari bentuk bentuk gangguann.
Fitur utama dari demokrasi liberal adalah pemerintah terbatas. Tujuannya adalah
untuk mengamankan kebebasan individu, termasuk kebebasan dari tuntutan yang
tidak beralasan oleh pemerintah sendiri. Objek bersifat defensif: untuk melindungi
populasi dari penguasa dan minoritas dari bahaya mayoritas kezaliman
Waves of Democratization
Gelombang demokrasi adalah sebuah grub transisi dari bukan demokrasi ke rezim
demokratik, itu terjadi dengan waktu dan periode yang spesifik da juga signifikansi
melebihi dari jumlah transisi. Gelombang demokrasi telah terjadi di dunia moderen.
Demokrasi modern pertama muncul di 'Gelombang panjang pertama demokratisasi'
antara tahun 1828 dan 1926. Selama gelombang pertama ini hampir 30 negara
mendirikan setidaknya secara minimal demokrasi lembaga nasional, termasuk
Argentina, Australia, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Belanda, Selandia Baru,
Skandinavia negara dan Amerika Serikat
Demokrasi gelombang kedua berbeda sifatnya dari pendahulunya. Tradisi liberal
mereka agak lemah sebagai representasi melalui pihak terbukti menjadi yang lebih
kuat. Pihak telah pergi tanpa disebutkan dalam konstitusi Amerika tetapi pada saat
gelombang kedua mereka miliki muncul sebagai instrumen demokrasi terkemuka.
Gelombang ketiga ini telah mengubah lanskap politik global: dominasi demokrasi di
dunia saat ini sendiri menambah tekanan pada rezim non-demokratis yang bertahan
hidup. Dalam gelombang ketiga, itu hanya Grup Eropa Selatan yang menyediakan
keamanan yang konsisten kasus konsolidasi demokrasi, dibantu oleh keanggotaan Uni
Eropa dan ekonomi pengembangan
New Democracies
Demmokrasi baru terlihat memiliki konsolidasi demngan satu tes yang krusial, sebuah
kedamaian dengan melalui pemilihn umum. Contoh ketika pada tahun 1999 negara
Negara Afrika mendapatan pengalaman baru setidaknya salah satu peruabahan itu ada
di pemerintahan melaui penggunaan kotak suaara. Perdamaian tercipta juga memiliki
perubahan n menjadi hampir rutinitas Eropa Timur dan bagian di Amerika latin.
Permasalahan politik yang kompleks dengan pemikiran warisan liberalis dan dengan
problematika ekonomi yang di sebabkan oleeh gabungan dari batasan dan
ketidaksamaan. Buku ini menjelalskan ada tigakomponen problemmatika New
Democracy yaitu:
The Political Challenge
Pengembagan demokrasi membutuhkan lebih dari hanya sekedar pemilihan yang
kompetitif. Hal itu juga membutuhkan pelaksanaann yang dikendalian oeh kekuatan
pemerintahan yang resmi. Perlindungan hak sipil, pembentuukan kerelatifan yang anti
korupsi dan birokrasi yang efektif, dan juga tentang pengenaan dari control demokrasi
yang melebihi yang berpotenesi otoriter seperti penguasaann militer dan keamanan.
Di Negara post komunis apa saja tentang tradisi nasional dari aturan hukum yang
ditumlkan oleh totaliter. Komunis menjadi partai penguasa dimana selalu beradadi
posisi teertinggi di mata hukum dan dimata public yang dianjutkan memandang posisi
tersebut sebagai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
The Economic Challange
Permasalahan ini terdiri dari gabungan dari kemiskinan dan ketidak adilan,
diperburukdengan perekonoman yang menurun di awal tahun demokrasi terbentuk.
Kemiskinan tergatung dari tahun ketahun dengan ketidak adilian yang besar. Banyak
demokrasi baru memeiihara sector agrikultur yang besar, dimana perbedaan yang
mencolok yang berkelanjutan dengan orang kaya. Elit yang membawa dampaak
besar, dan pendidikan yang buruk, dan juga ketidak mampuan, populasi. Di level yang
lebih rendah kemakmuran pada demokrasi baru adalah bagian yan sangat penting,
karena sepanjang penelitian tradisi tersebut bahwa perekonomiann salah satu kunci
dalam kesejahteraan karena memiliki hubungan dalam berdemokrasi. Demonstrasi
adalah suatu tanda demokrasi tersebut stabil dan memiiki skor paling tingi pada
langkah langkah seperti itu menjadikan keuntungan bagi setiap orang.
The Challenge of Timing
Satu factor akhir yang memengruhi konsolidasi dari third-wavedemokrasi adalah
waktu dari transisi itu. Untuk melahirkan demokrasi yang siap adalah dengan
penggaungan yang di semurnakan. Di satu komando, Itu dapat menekan peningkatan
pada demokrasi baru untuk meenjadikan lebih cepat. Nilai arti populasi bukan hanya
tentang demokrasi tapi jugatentang kemakmuran mereka yang lebih cocok, dan juga
permintaan yan g digabungkaan sekarang. Third-wavedemokrassi mempun yai satu
keuntungan dari pendahulunya. Keeuntungan terse but berada di konteks regional dan
global.
Semi Democracy
Konsep final untuk menjelajah hal hal mengenai demokrasi adalah semi demokrasi.
Semi demokrasi adalah istilah yang kurang teoritis di antara demkratik atau
otoriterisme, itu adalah tugas untuk mendeskripsikan. Di dalam semi demokrasi,
legitimasi demokrasi tidak sepenuhnya kurang, sebetulnnya diperoleh dan di
eksploitasi dalam keraguan dan sering tetap dipertontonkan. Di duna ini di dominasi
oleh ideology demokrasi, semi demokrasi lebih seperti hasi d ari keambilnya
otoritarian untuk demokrasi baru dengan tidak melakukan konsolidasi. Poin yang
palin krusial adalah kita harus tidaak berfikiran bahwa demokrasi dan otoriterism
tunggal dan tidak kompatiblenya cara dari pemerintahan itu sendiri.
Metode operasional untuk memahami semi demokrasi dengan baik adalah
membedakan dengan dua variable. Variabel pertama pesta demkrasi yaitu pemilu atau
pemilihan pemimpin di dalam gaya liberal. Siapapun yang menang melaju menjadi
pemimpin dengan demikian berhak untuk memerintah laki-laki maupun perempuan.
Hanya batasan suatu fakta yang ditunjukan dari kekuatan yang ada dan hanya dari
konsntitusi yang terbatas. Satu cara demokrasi yang buru memperoleh sebuah
legitimasi melalui pemilihan yang sangat kompetitif. Mereka mengkontrol dengan
uang, pekerjaan, kontrak,dana pensiun, tempat tinggal, media masa, polisi, dan masuk
kedalam bagian yudisial seperti pengadilan untuk mengantarkaan kepada
keberhasilan. Itu adalah metode yang sering digunakan dengan pemerintahan yang
efektif dan sifat yang baik menuju ke arah aturan dan kebebasan yang dominan.
Kedua dari semi demokrasi adalah ketika aturan pemilihan harus setidakanya memiiki
sedikit cukup kekuatan. Aturan pemilihaan umum hanyalah boneka tidak lebih dari
hal yang buruk. Di versi ini power diganti ke militer, birokrasi,atau topbisnis grub.
Cara semi demokrasi mengigan dengan serius untuk mereke ambil yang tak dibuat
buat dengan tujuan kemenangan demokrasi. Pandangan optimis adalah bahwa semi
demokrasi adalah hanya transisi, sebuah pos sementara di fana dunia dari
pemerintahan otoriter ke demokrasi yang mapan. Skenario ini memiliki masuk akal
tertentu. Lagipula, hampir semua orang Barat demokrasi melewati tahap di mana
kontes untuk kekuasaan menjadi terbuka dan sah, fase yang mendahului pengenalan
hak pilih universal. Bahkan di Amerika Serikat, demokrasi membutuhkan waktu
puluhan tahun untuk dibangun.
CHAPTER 4: AUTHORITARIAN RULE
Pada chapter ini, Rog Hague dan juga Martin Harrop menyatakan bahwa pada
abad kedua puluh merupakan zaman otoriterisme politik di mana terdapat banyaknya
kediktatoran yang terjadi dibandingkan pada zaman transisi menuju demokrasi. Hal
ini dibuktikan dengan adanya para pemimpin dictator seperti Hitler (Jerman), Stalin
(Rusia), Mao (China), dan juga Pol Pot (Kamboja). Selain itu, tragedy pada tanggal
11 September 2001 juga menjadi fokus dunia, di mana banyak teroris yang terlibat
pada serangan terhadap Amerika Serikat, termasuk Osama bin Laden yang merupakan
orang Arab Saudi, negara yang menjadi contoh utama negara islam otoriter.
Rog Hague juga menyebutkan contoh lainya seperti di China, kombinasi politik
otoriternya dengan ekonomi bebas yang telah memperoleh signifikansi sejak China
bergabung dengan World Trade Organization (WTO) pada tahun 2001. Dengan ini,
Rog Hague dan Martin Harrop mulai memeriksa aturan pada otoritas tradisional, yang
mana merupakan suatu bentuk yang umum bagi para pemimpin non-demokrasi pada
masa lalu hingga saat ini. Lalu setelah itu Hague dan Harrop beralih meneliti ke
bentuk-bentuk otoritarianisme baru seperti pemerintahan komunis, fasis dan militer.

Traditional Authoritarian Rule

Rog Hague dan Martin Harrop menyebutkan bahwa aturan otoritarian


tradisional adalah di mana pemimpin memiliki kebebasan dan tidak dibatasi oleh
hukum atau pun yang lainnya. Namun, mereka menyatakan bahwa seorang pemimpin
tetap diharapkan untuk bertanggung jawab atas rakyatnya seperti halnya seorang ayah
yang harus menjaga anak-anaknya, dalam hal ini biasa disebut patrimonial rule. Yang
dimaksud dengan patrimonial rule menurut Webber, adalah otoritas pribadi seorang
laki-laki yang memerintah seolah dia adalah kepala keluarga. Berdasarkan hal
tersebut, seorang pemimpin atau penguasa mengklaim dirinya untuk bertanggung
jawab dengan mengandalkan posisi dominannya. Patrimonial rule ini dinilai masih
umum dalam rezim otoriter saat ini.
Hague dan Harrop menyatakan dengan terlahirnya negara-negara modern,
otoritarian tradisional mulai tertinggal. Namun lain halnya dengan negara di wilayah
Afrika dan Teluk Arab, pemimpin di sana masih banyak yang menggunakan gaya
otoritas tradisional. Otoritas pemimpin biasanya berdasar pada aspek agama. Seperti
yang terjadi di Eropa pada masa pra-moderen dan juga mandate surge yang diklaim
oleh kaisar China. Di dalam bukunya, Hague dan Harrold juga mengutip dari buku
milik Finer yang mengatakamn bahwa politik istana adalah modus khas dari
otoritarisme tradisional. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa sesuai dengan
karakteristik seorang pemimpin otoriter, dalam politik istana para pejabat negara tidak
lebih dari sekedar pelayan pemerintahan. Kesetiaan paling utama bagi mereka bukan
kepada aturan, melainkan kepada penguasa sesuai dengan arti dari otoritarian.

Communist, Fascist and Military Rule

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa komunis, fasis dan militer ini
merupakan bentuk-bentuk baru dari otoritarian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rog Hague dan Martin Harrop terhadap model baru dari otoritarian ini tentu saja
berbeda dengan otoritarian tradisional, dictator modern dapat mengeksploitasi
kekuatan politik negara, sumber daya ekonominya dari Revolusi Industri serta
fasilitas komunikasi media nasional. Hague dan Harrop berfokus pada dictator
modern pada abad itu, yaitu para pemimpin komunis, fasis dan militer. Di sini para
pemimpin otoriter tidak hanya berkuasa di suatu istana saja, namun kebijakan yang
telah diambil olehnya juga bisa dilanggar oleh rakyat-rakyat biasa. Seperti kasus yang
terjadi di Rusia dibawah pimpinan Stalin dan juga di Jerman dengan pemimpinnya
adalah Hitler, akibat dari melanggar keputusan yang dibuat oleh sang pemimpin ialah
pembunuhan sistematis terhadap jutaan orang.
Penguasa komunis dan penguasa fasis sama-sama mengaku mencari rekontruksi
sifat manusia serta masyarakat. Negaraa-negara komunis memiliki tujuan untuk
membuat utopia tanpa kelas, sedangkan negara fasis bertujuan untuk memperbarui
kekuatan bangsa dengan penyerahan diri kepada seorang pemimpin yang dominan.
Hague dan Harrop juga menjabarkan tentang pemerintahan komunis dan fasis terlebih
dahulu sebelum beralih ke pemerintahan militer yang memerintah di berbagai negara
berkembang pada masa paruh kedua abad dua puluh.
a. Negara Komunis
Rog Hague dan Martin Harrop menyatakan bahwa revolusi pada bulan Oktober
1917 di Rusia menjadi peristiwa penting yang menentukan abad kedua puluh. Hal ini
menandakan munculnya sebuah rezim internasional, sebuah ideologi dan gerakan
revolusioner yang berusaha untuk menggulingkan demokrasi kapitalis di
Barat. Meskipun komunisme gagal menjadi kekuatan pengatur di negara-negara Barat
yang makmur, kekuatan komunis berkembang pesat di Eropa Timur dan Asia. Di sini
Hague dan Harrop juga mengutip pernyataan dari Vladimir Lenin (1870–1924),
seorang revolusioner Rusia, berpendapat bahwa partai komunis harus berfungsi
sebagai organisasi pelopor, memimpin pekerja ke dalam kegiatan politik yang akan
semakin meningkatkan kesadaran revolusioner mereka. Dengan mengasumsikan
bahwa partai memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang kepentingan sebenarnya
dari kelas pekerja daripada para pekerja itu sendiri. Hague dan Harrop menyatakan
bahwa rezim Komunis sangat otoriter, tidak memusuhi oposisi, mengatur pemilihan
panggung, bertindak di atas hukum, menulis ulang konstitusi, menentukan semua
penunjukan utama kepada pemerintah, mengendalikan media dan memata-matai
populasi mereka. 

Rezim komunis memiliki banyak variasi dengan seiring berjalannya


waktu. Hague dan Harrop menyebutkan beberapa pemerintahan komunis seperti di
beberapa bagian Eropa Timur, misalnya Polandia, pemimpin komunis setempat
memerintah dengan sentuhan yang lebih ringan daripada di pusat komunis Uni
Soviet. Selain itu, China mengikuti jalan yang bahkan lebih mandiri, dengan
kemenangan revolusi komunis pada 1949 karena nasionalisme dan Marxisme, serta
hasil dari upaya tentara serta partai-partainya. 

Namun lama kelamaan komunisme mencapai jalan buntu. Hal ini ditandai


dengan partai yang mulai kehilangan misi awalnya. Dalam keadaan seperti itu, Hague
dan Harrop menyimpulkan bahwa reformasi selalu cenderung meningkat menjadi
revolusi. Di Eropa Timur, pemerintahan komunis berantakan pada 1989. Tahun
berikutnya, Uni Soviet sendiri dibubarkan menjadi 15 republik konstituen. Di Rusia,
yang paling penting dari republik-republik ini, Partai Komunis. Bahkan di mana
kekuasaan komunis nominal masih bertahan, seperti di Cina, Vietnam dan Laos,
sebagian besar pembangunan ekonomi sekarang terjadi di luar sektor negara. Pada
abad ke-21, makna utama komunisme terletak pada warisannya untuk rezim
penerus. Sebagai sistem aturan dan metode organisasi ekonomi, komunisme
dinyatakan selesai.

b. Negara Fasis
Fasisme merupakan kontribusi luar biasa bagi abad kedua puluh untuk
pemerintahan otoriter. Fasisme adalah pemujaan yang ekstrem terhadap bangsa,
sering kali didefinisikan dalam istilah rasial. Tujuan nosional adalah untuk
menciptakan negara yang merangkul semua orang di mana massa akan menunjukkan
komitmen dan kepatuhan yang penuh semangat. Penguasa otokratis dan satu partai
akan mempersonifikasikan negara. Negara dan bangsa akan menjadi satu. Fasisme
tidak memiliki kecanggihan teoretis komunisme; itu menawarkan dorongan ideologis
lebih dari rencana yang koheren. Agama, liberalisme, demokrasi parlementer, dan
bahkan kapitalisme dinilai sebagai selingan yang lemah dari tugas kunci kebangkitan
nasional. Kaum fasis mengklaim bahwa negara yang kuat, mandiri, dan suka
berperang dapat memobilisasi penduduk secara lebih efektif dan modern daripada
jenis rezim lainnya. Tetapi fasisme tidak memiliki karakter yang terorganisir dari
pemerintahan komunis. Hal ini dapat diartikan sebagai pemerintahan yang bergantung
pada satu individu daripada partai yang berkembang dengan baik. Seperti contohnya
adalah Hitler, yang tidak pernah menunjukkan minat besar dalam administrasi, lebih
memilih untuk meninggalkan bawahannya untuk berperang birokrasi mereka sendiri
Rezim fasis digunakan penguasa untuk mendominasi masyarakat. Dibanding
dengan rezim komunis, rezim ini dinilai kurang stabil. Fasisme dimulai dengan
munculnya kelompok-kelompok revulisioner di Italia pada masa Perang Dunia I.
Elemen-elemen fasis bisa ditemukan di Spanyol di bawah pimpinan Jendral Franco
dan juga Portugal di bawah pimpinan Salazaar. Rezim ini merupakan rezim otoriter
konservatif di mana akarnya ada pada tantara dan gereja. Di Jerman di bawah
pimpinan Hitler, partai Nazi menganut ideologi yang tentu saja mencakup prinsip-
prinsip fasis. Namun, unsur-unsur ini dicampur dengan rasisme Arya mentah untuk
membentuk sesuatu yang dikenal sebagai sosialisme nasional. Namun pandangan
dunia fasis tidak dapat diabaikan, ini merupakan respons nasionalis yang penting
terhadap kebangkitan komunisme.
Partai-partai fasis pada dasarnya merupakan kendaraan pribadi bagi pemimpin
untuk mengatur kenaikan kekuasaan, hal ini tidak seperti partai-partai komunis,
mereka kehilangan arti ketika negara sudah menang. Disini Hague dan Harrop
memeberi contoh yaitu Mussolini dan juga Hitler. Dalam kekuasaannya, baik
Mussolini maupun Hitler tidak dapat mencapai dominasi masyarakat yang ditemukan
di bawah komunisme. Mussolini terbukti tidak mampu menghapus monarki di
kerajaan Italia sementara Hitler lebih suka mengeksploitasi daripada menasionalisasi
industri Jerman. Dengan segala dampaknya pada abad ke-20, praktik fasis sering
tampak menghadirkan politik sebagai teater, yaitu pawai, demonstrasi, simbol, dan
pidato. Akibatnya keruntuhan fasisme pun terjadi pada tahun 1945.
c. Pemerintahan Militer
Disebutkan oleh Hague dan Harrop bahwa pemerintahan militer merupakan
bentuk terakhir dari rezim otoriter pada abad ke dua puluh. Rezim militer tidak
memiliki dasar ideologis dari komunisme ataupun fasisme. Mereka juga mengutip
dari Pinkney, bahwa keterlibatan tentara dalam politik bukanlah hal baru, hal ini dapat
ditinjau kembali setidaknya sejauh zaman Romawi. Fenomena pemerintahan militer,
dalam arti pemerintahan yang terutama diambil dari tentara dan menggunakan tentara
sebagai basis kekuatan utamanya, jauh lebih baru dan pada dasarnya terjadi pada 50
tahun terakhir.
Pemerintah militer selalu otoriter dan kadang-kadang brutal, paling tidak selama
fase penindasan tentara Amerika Latin dari pertengahan 1960-an hingga
pertengahan1970-an. Tetapi, mencerminkan masyarakat di mana militer berkuasa,
pemerintahan militer jarang bersifat totaliter. Seiring berjalannya waktu,
pemerintahan militer pun berkembang pesat dan menjadi jauh lebih banyak daripada
rezim komunisme dan fasis.

The Arab and Muslim World

Pada bagian ini, Hague dan Harrop mulai menjelaskan tentang rezim otoriter
pada abad kedua puluh satu. Pertama, mereka akan fokus pada rezim otoriter dari
dunia Arab dan Muslim, yang merupakan kantong utama non-demokrasi saat ini. Hal
ini dikarenakan tidak ada demokrasi yang mapan di negara-negara Arab. Dunia Arab
berpusat di semenanjung Arab dan Afrika Utara. Ini termasuk Aljazair, Mesir, Libya,
Irak, Maroko, Arab Saudi dan Suriah. Sedangkan negara-negara Muslim, yang
merupakan mayoritas masyarakatnya beragama Islam, termasuk jantung Arab tetapi
tidak termasuk dalam daerah tersebut, sebagai contoh, Indonesia, Pakistan dan Turki
adalah negara-negara berpenduduk Islam tetapi non-Arab. 
Sekali lagi Hague dan Harrop menegaskan, sebagian besar tetapi tidak semua
negara muslim menganut rezim otoritarian, dengan demokrasi yang terbatas dengan
Islamic Periphery, terutama negara Turki. Dengan cadangan minyak yang sangat
besar, dunia Arab dan Muslim selalu menarik minat para komentator Barat. Tetapi
perhatian ini tentu saja diperbesar pada 9/11 dan akibat invasi pimpinan Amerika ke
Afghanistan dan Irak. Tiba-tiba, pemerintah otoriter di dunia Arab dan Muslim
menjadi fokus perhatian Barat, dengan beberapa pembuat kebijakan Amerika Serikat
mulai mencari cara untuk mempromosikan demokrasi dan ekonomi pasar di wilayah
yang ditandai dengan tata kelola yang buruk dan pertumbuhan yang rendah. 
Dalam islam, otoritas agama menutupi politik, membatasi ruang untuk
kebebasan berpolitik yang diekspresikan melalui cara-cara demokratis. Hague dan
Harrop menyimpulkan bahwa di semua negara islam pengambilan keputusan terlalu
terpusat, mekanisme pembagian kekuasaan sangat sedikit, kekuatan masyarakat sipil
sangat lemah. Setelah tragedi 9/11, sebagian besar kekuatan Barat telah menunjukkan
sedikit minat dalam promosi demokrasi di Timur Tengah.
Ada tiga hal menurut Hague dan Harrop yang membuat Barat berminat
melalukan promosi demokrasi di wilayah Timur Tengah. Pertama, Timur Tengah
terdiri dari negara-negara pascakolonial. Kedua, Timur Tengah telah terbukti sebagai
tumpuan politik dunia di mana bentuk pemerintahan secara historis menempati posisi
kedua dalam strategi negara adidaya. Ketiga, semangat Islam kontemporer, khususnya
dalam bentuk fundamentalisnya, sebagian merupakan reaksi terhadap keunggulan
Barat. 
Hague dan Harrop memusatkan penelitiannya dengan meninjau perbedaan dari
tiga negara islam, yaitu Arab sebagai pusat dunia Arab, dan Iran serta Pakistan yang
merupakan contoh negara Muslim non-Arab. Arab memiliki pemerintahan otoriter di
bawah pemerintahan yang dipimpin oleh keluarga Raja Abdul Aziz Ibn Saud dari
tahun 1902-1953 yang bersifat hati-hati dan konservatif.  Dengan menggunakan
model patrimonial yang sejati, Ibn Saud menjalankan kerajaannya sebagai rumah
tangga pribadi raksasa, menggunakan pernikahan sebagai taktik politik yang
vital. Seperti kebanyakan penguasa otoriter yang lain, Ibn Saud lebih peduli untuk
melindungi posisinya daripada mengembangkan kerajaannya. 
Selanjutnya adalah Iran. Berbeda dengan Arab Saudi, Iran mencontohkan
bentuk pemerintahan otoriter yang paling langka, yaitu teokrasi. Teokrasi adalah suatu
pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin yang religious. Negara ini
menggambarkan dengan kejelasan luar biasa mengenai hubungan erat dalam Islam
antara agama dan negara. Namun, bahkan di Iran otoritas politik ulama (ayatollah dan
mullah) tetap dipertentangkan. Teokrasi Iran adalah anak dari revolusi 1979,
pemberontakan besar terakhir abad kedua puluh. Konstitusi Iran pasca-revolusi
memang menggabungkan presidensi dan majelis yang dipilih langsung. Namun
kekuatan sesungguhnya terletak pada ulama, yang sebagian diungkapkan melalui
Dewan Wali yang beranggotakan 12 orang yang menyatakan bahwa semua tagihan
dan kandidat sesuai dengan hukum Islam. Dalam menerapkan aturan-aturan Islam
tradisional yang didominasi laki-laki secara ketat, para ayatullah mengatur masyarakat
dengan cara yang mengingatkan pada rezim totaliter. 
Dan negara Islam terakhir yang diteliti oleh Hague dan Harrop adalah Pakistan.
Pakistan kontemporer adalah contoh kuno pemerintahan otoriter yang aneh. Untuk
suatu hal, Pakistan memberikan contoh langka kontemporer pemerintahan
militer. Pemerintahan saat ini, yang dipimpin oleh Jenderal Pervez Musharraf, adalah
rezim militer keempat sejak Pakistan dibentuk dari partisi India pada tahun 1947. Ini
berasal dari kudeta pada tahun 1999 yang mengikuti beberapa tahun pemerintahan
sipil yang tidak efektif, termasuk kemunduran dalam jangka panjang. menjalankan
konflik dengan India atas Kashmir. Seperti pernyataan dari Constable yang di kutip
oleh Hague dan Harrop, Pakistan memberikan contoh berkelanjutan dari sistem
politik di mana militer mengawasi politik domestic dan memberikan veto.

Anda mungkin juga menyukai