Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah


Sejarah Perkembangan manajemen tidak jauh berbeda dengan perkembangan manusia
itu sendiri. Artinya, dalam manajemen telah berlangsung sejak manusia itu berada di bumi
ini, seiring dengan perkembangan dan tuntutan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pada zaman pura atau zaman batu, manusia juga menggunakan keterampilan dan
keahliannya untuk membuat alat- alat dari batu guna merealisasikan tujuan hidupnya.
Manajeman kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan keahlian serta pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh oleh manusia itu. Pengetahuan serta teknologi (IPTEK)
terus tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu juga sekaligus mengembangkan
keterampilan manajemen umat manusia.
Mempelajari sejarah manajeman sangat penting bagi kita untuk dapat memperoleh
gambaran tentang bagaimana manajeman itu telah berlangsung pada masa lalu,bagaimana
kemudian manajeman tersebut berkembang,prinsip-prinsip apa yang dikembangkan paa masa
lalu dan bagaimana manajemen tersebut berlangsung dewasa ini .
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada. manajemen sebetulnya
sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena pada dasarnya manusia
dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik
langsung maupun tidak langsung. Baik disadarai ataupun tidak disadari. Contohnya dalam
kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau jadwal tugas-tugas kita, kita sudah
melakukan yang namanya manajemen, disini penulis akan membahas perkembangan
manajemen dalam agama islam atau zaman Rasulallah SAW.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Manajemen
2.      Bagaimana Manajemen Menurut Islam
3.      Bagaimana Perkembangan Manajemen Dalam Islam
Prinsip
fungsi

C.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen
2.      Untuk Mengetahui Manajemen Menurut Islam
3.      Untuk Mengetahui Perkembangan Manajemen Dalam Islam
prinsip
fungsi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Manajemen
Manajemen adalah Proses Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan dan Pengawasan
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan
melalui proses dan literature berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.
Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan

Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:


1. Manajemen sebagai suatu proses
Manajemen sebagai suatu proses. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat
dilihat dari pengertian menurut :
1.      Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan
tertentu dilaksanakan dan diawasi.
2.      Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang
lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan
3.      Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu
dengan melalui kegiatan orang lain.
                                                                     
2.      Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-orang
yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-
orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab
terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut Manajer.

3.      Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni


Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni. Mengapa disebut demikian? sebab antara
keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah
dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan
didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti
dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang
diwujudkan dalam bentuk suatu teori.

Prinsip-prinsip manajemen yaitu :


1. Planning atau perencanaan merupakan prinsip manajemen dimana membuat
rencana agar tujuan dapat dicapai dengan beberapa langkah tertentu.
2. Organizing atau pengorganisasian adalah proses mengatur atas tugas dan
tanggungjawab.
3. Actuating yaitu penggerakan dimana untuk mencapai tujuan, kita harus
bergerak melaksanakan rencana yang telah ditetapkan
4. Controlling yaitu pengendalian dimana kita dapat mengendalikan, dan jika
terjadi penyimpangan maka dapat dikembalikan ke jalur yang semestinya

2
Pembahasan

Manajemen merupakan suatu ilmu dimana kita dapat mencapai tujuan dengan
menggunakan orang lain, manajemen menjadi suatu kewajiban bagi seorang
pemimpin organisasi agar dapat mencapai tujuan dengan menggunakan orang-
orang yang mempunyai kualitas dibidangnya.

Manajemen memiliki fungsi planning diurutan pertama, hal ini dikarenakan


planning merupakan perencanaan yang harus kita buat untuk dapat meraihtujuan
kita, semakin baik planning kita, dan baik pelaksanaannya, maka akan semakin
mudah bagi kita untuk mencapai tujuan tersebut.

Berikut ini unsur-unsur manajemen atau dikenal dengan 5M antara lain yaitu :

1. Manusia atau man


2. Uang atau money
3. Bahan atau material
4. Mesin atau machine
5. Cara atau method

Fungsi Fungsi Manajemen


Fungsi fungsi manajemen menurut para ahli yang satu dengan yang lainnya secara umum
memiliki banyak kesamaan. Fungsi manajemen menurut Henry Fayol dan GR Terry
menyebutkan ada 4 fungsi manajemen, yaitu Perencanaan - Pengorganisasian - Pengarahan -
Pengendalian.

3
B.       Manajemen Menurut Islam

Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil
adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan
maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah
mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja
melebihi ketentuan. Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara
pimpinan dan bawahan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui
waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya.
Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Muhammad Hidayat, seorang konsultan bisnis syariah, menekankan pentingnya unsur
kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen Islam. Nabi Muhammad SAW adalah seorang
yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen bisnisnya. Manajemen yang
dicontohkan Nabi Muhammad SAW, adalah menempatkan manusia bukan sebagai faktor
produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi.
 Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain)
kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat. Salah
satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang
ditunjukkan stafnya.
Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tidak mengenal perbedaan perlakuan
(diskriminasi) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad SAW bahkan
pernah bertransaksi bisnis dengan kaum Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Islam
menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen.[1]
Kalau kita telusuri sejarah, perjuangan Nabi Muhammad SAW sungguh merupakan suatu
fenomena yang spektakuler. Dirinya mampu membentuk suatu peradaban terbesar hanya
dalam kurun waktu 23 tahun. Wakt yang sangat singkat untuk membentuk peradaban yang
begitu kokoh dan terbesar luas hingga kini. Dapat kita renungkan bahwa kesuksesan tersebut
tentu tidak mungkin terjadi tanpa adanya manajemen yang baik – walaupun pada waktu itu
belum muncul yang namanya istilah manajemen. Sekarang ini, manajemen merupakan istilah
yang sudah dipahami dan dimengerti oleh manusia secara luas . Dalam sebuah hadits
disebutkan:

‫ان هللا يحب الدين يقثلزن ف سبيله صفا كاء نهم بنين مر صو ص‬

“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan,
dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas).” (HR.Thbrani)

Pembahasan pertama dalam manajemen sayari’ah adalah perilaku  yang terkait dengan nilai-
nilai keimanan dan ketauhidan. Jika setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah
kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka diharapkan perilakunya akan terkendali dan
tidak terjadi perilaku KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) karena menyadari adanya
pengawasan dari Allah SWT.

Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama sekali tidak
terkait bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid. Orang-orang yang menerapkan manajemen
konvensional tidak merasa adanya pengawasan melekat, kecuali semata mata pengawasan
dari pemimpin atau atasan. Setiap kegiatan dalam manajemen syari’ah di upayakan menjadi
amal soleh yang bernilai abadi .

4
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah
pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun
perusahaan yang di tempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi
atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi
ketentuan. Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan
dan bawahan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu
kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini
sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam .

Manajemen islam harus didasari nilai-nilai dan etika islam. Islam yang ditawarkan berlaku
universal tanpa mengenal ras dan agama. Boleh saja berbisnis dengan label islam  dengan
segala labelnya, namun bila nilai-nilai dan akhlak islam dalam melakukan bisnis tersebut
ditinggalkan, maka tidaklah lagi pantas dianggap sebagai islam .

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya
Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (az-Zalzalah:7-8).

Agama islam sebagai agama yang sempurna (kaffah) telah memberikan ketentuan-ketentuan
bagi umat manusia dalam melakukan aktivitasnya di dunia, termasuk dalam bidang
perekonomian. Semua ketentuan diarahkan agar setiap individu dalam melakukan
aktivitasnya dapat selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-qur’an dan al-Hadis.
Dengan berpegang pada aturan-aturan islam, manusia dapat mencapai tujuan yang tidak
semata-mata bersifat materi melainkan juga yang bersifat rohani, yang didasarkan pada falah
(kesejahteraan) .

Menurut Abu Sin untuk dapat dikategorikan manajemen islam ada empat hal yang harus
dipenuhi.

Pertama, manajemen isami harus didasari nilai-nilai dan akhlak islami. Etika bisnis yang
ditawarkan salafy dan salam berlaku universal tanpa mengenal ras dan agama. Boleh saja
berbisnis dengan label islam dengan segala atributnya, namun bila nilai-nilai dan akhlak
berbisnis ditinggalkan, cepat atau lambat bisnisnya akan hancur.

Kedua, kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar pekerja.


Cukuplah menjadi suatu kezaliman bila perusahaan memanipulasi semangat jihad seorang
pekerja dengan menahan haknya, kemudian menghiburnya dengan mengiming-iming pahala
yang besar. Urusan pahala, Allah yang mengatur. Urusan kompensasi ekonomis, kewajiban
perusahaan membayarnya.

Ketiga, faktor kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi ekonomis.
Pekerja di perlakukan dengan hormat dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan.
Tingkat partisipaif pekerja tergantung pada intelektual dan kematangan psikologisnya. Bila
hak-hak ekonomisnya tidak ditahan, pekerja dengan semangat jihad akan mau dan mampu
melaksanakan tugasnya jauh melebihi kewajiban.

Keempat, system dan struktur organisasi sama pentingnya, kedekatan atasan dan bawahan
dalam ukhuwah islamiyah, tidak berarti menghilangkan otoritas formal dan ketaatan pada
atasan selama tidak bersangkut dosa .

5
C.      Perkembangan Manajemen Dalam Islam
Perhatian umat islam terhadap ilmu manajemen khususnya sebenarnya dapat dilacak
dari beberapa aktivitas yang ditemukan pada masa kekhalifahan  islam. Menurut
langgulung(1988), terhadap beberapa penulis yang menyatakan bahwa pengembangan ilmu-
ilmu yang ada saat itu tidaklah dipisahkan sebagai sistem ilmu yang berdiri sendiri, namun
sebagai system ilmu lain. Salah satunya adalah Nizam al-idari atau sistem tatalaksana
yang merupakan padanan bagi istilah manajemen yang digunakan kala itu.[2]
Sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara manajemen syariah (islam) dengan
manajemen modern. Keduanya berbeda dalam hal tujuan, bentuk aturan teknis,
penyebarluasan dan disiplin keilmuannya. Disamping itu, pengembangan pemikiran modern
oleh Negara barat telah berlangsung sangat dinamis.  Di satu sisi, masyarakat muslim belum
optimal dalam mengembangkam kristalisasi pemikiran manajemen syariah dari penggalan
sejarah (turats) yang otentik, baik dari segi teori maupun praktik. Padahal Rasulallah telah
bersabda bahwa: “Telah aku tinggalkan atas kalian semua satu perkara,
jikakalian berpegang teguh atasnya, maka kalian tidak akan tersesat
selamanya setelah ku, yaitu kitab allaah (alqur’an) dan sunnah
ku(Hadis).”[3]
Sesungguhnya rasulallah dalam kapasitasnya adalah sebagai pemimpin dan imam
yang berusaha memberikan metode, tata cara atau solusi bagi kemaslahatan hidup umatnya,
dan yang dipandangnya relevan dengan kondisi zaman yang ada. Bahkan , terkadang 
Rasulallah  bermusyawarah dan  meminta pendapat dari para sahabat atas persoalan yang
tidak ada ketentuan wahyunya. Rasulallah  mengambi pendapat mereka wlaupun  mungkin
bertentangan dengan pendapat pribadinya.
Proses dan sistem manajemen yang diterapkan rasulallah bersifat tidak mengikat bagi
para pemimpin dan umat setelahnya. Persoalan hidup terus berkembang dan berubah searah
dengan putaran waktu dan perbedaan tempat. Yang dituntut oleh syariat adalah para
pemimpin dan umatnya harus berpegang  teguh pada asas manfaat dan maslahah, serta tidak
menyia-nyiakan ketentuan  nash syari’. Namun, mereka tidak terikat untuk mengikuti
sistem manajemen Rasul dalam pemilihan pegawai, misalnya, kecuali, jika metode itu
memberikan asas maslahah yang lebih, maka ia harus mengikutinya. Jika ia menolaknya, ini
merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanah. Dan hal ini diharamkan oleh allah dan
Rasul-Nya.
Standar asas manfaat dan masalah  tidaklah bersifat rigid. Ia bisa berubah dari waktu
ke waktu. Dan dari satu  tempat ke tempat lainnya. Untuk itu, manajemen dalam  islam
bersandar pada hasil ijtihad pemimpim dan umatnya. Dengan catatan, ia tidak boleh
bertentangan dengan konsep dasar dan prinsip hukum utama yang bersumber dari alqur’an
dan al-sunnah, serta tidak bertolak belakang dengan rincian hukum syara’ yang telah
dimaklumi. Umat muslim masih memiliki ruang untuk melakukan inovasi atas persoalan
detail yang belum terdapat ketentuan syari’nya.[4]
Bagaimana sebenarnya kepemimpinan Rasulallah SAW sebagai perwujudan
kepemimpinan Allah SWT bagi umat manusia, sebagai fakta pengetahuan yang benar,
rahasianya hanya ada pada sang pencipta yang mengangkat dan mengutusnya sebagai Rasul.
Dalam menggali dan mencari fakta dan makna yang benar dari kepemimpinan Rasulallah

6
SAW itu, jika seorang penganalisa sampai pada hasil yang benar, yang ditemukannya itu
adalah rahmat dari Allah SWT.
Allah SWT telah memenuhi janji-Nya untuk melengkapi manusia yang menjadi
Rasul-Nya dengan kepribadian yang terpuji. Kepribadian yang terpuji itu memiliki beberapa
sifat yang disebut sifat-sifat Wajib bagi seorang Rasul Allah SWT, yang dimiliki juga oleh
Muhammad SAW. Sifat-sifat Wajib itu adalah sebagai berikut:
a.       Siddiq (Benar)
b.      Amanah (Terpercaya)
c.       Tabligh (Menyampaikan)
d.      Fatanah (Pandai)
e.       Maksum (Bebas Dari Dosa)
Demikianlah lukisan kepribadian Rasulallah SAW sebagai pemimpin yang dicintai
umatnya, bukan karena singgasana atau tahta, sehingga berkuasa untuk memaksakan
kehendaknya. Beliau tidak memerlukan kekerasan untuk menindas agar orang lain mematuhi
dan taat kepadanya. Kedudukan sebagai pemimpin tidak pernah dimanfaatkannya untuk
mengumpulkan dan menumpuk harta kekayaan bagi dirinya dan keturunannya. Beliau justru
hidup dalam kemiskinanseperti rakyat lainnya.[5]
.

7
BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Manajemen adalah Proses Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan dan
Pengawasan. Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:
1.      Manajemen sebagai suatu proses
2.      Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3.      Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil
adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan
maupun perusahaan yang ditempati
Sesungguhnya manajemen itu sudah ada ketika manusia sudah ada, dan tidak terlepas
dari kehidupan manusia sehari-hari didalam mengatur hidupnya. Adapun tuntunan dan acuan
manajemen didalam islam ialah berpegang teguh kepada Al-quran dan Hadis. Allah SWT
mengutus Muhammad SAW sebagai salah seorang yang sangat ahli didalam  manajemen
baik itu agama, politik,sosial maupun ekonomi, beliau adalah pemimpin yang wajib dicontoh
dan diteladani oleh umat islam.

8
DAFTAR PUSTAKA
                                                     
Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Dan Kajian Kontemporer. Gema Insani.
Jakarta: 2001
Hafidhudidin, Didin dkk. Manajemen Syari’ah. Gema Insani. Jakarta: 2001
Widjaja, Karebet dkk. Pengantar Manajemen Syari’at. Gema Insane. Jakarta: 2008
Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta: 2003
Http://Ruang-Ihsan.Blogspot.Com/2009/09/Manajemen-Menurut-Islam-Beserta.Html

https://www.academia.edu/32135750/Sejarah_dan_perkembangan_manajemen
https://www.zainalmutakin.com/2015/02/perkembangan-manajemen-dalam-islam.html

http://nichonotes.blogspot.com/2015/02/fungsi-manajemen.html

Anda mungkin juga menyukai