Askep KASUS Lengkap
Askep KASUS Lengkap
Tn. L berumur 65 tahun sejak 3 bulan yang lalu didiagnosa gagal ginjal derajat 4. Saat ini
sedang dirawat di Rumah Sakit Airlangga hari ke 3. Pada saat dilakukan pengkajian oleh
perawat, pasien mengeluh sulit untuk bernafas, hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya
dispneu berat dan otot bantu nafas sternocleidomastoideus pada saat inspirasi, dan otot
abdominalis saat ekspirasi, RR 9x/menit. Tn. L juga mengeluh gatal, mual dan muntah serta
tidak nafsu makan. Pasien hanya mampu menghabiskan 1/3 porsi makan dan tampak adanya
distensi abdomen. Edema di ekstremitas bawah derajat 3, BB naik 4kg dari BB awal MRS
(60kg), suhu 37 C, TD 150/95 mmHg, nadi= 135x/menit denyutnya kuat, terdapat asites,
suara nafas creckles, distensi vena juguler, kulit lembab, suara jantung terdapat suara
tambahan S3 dan S4 (gallop). Hasil pengukuran CVP 15 mmHg, produksi urin terakhir dalam
rentang 5 jam sebanyak 120 cc berwarna gelap, hasil pemeriksaan darah dan elektroloit
menunjukkan: hematokrit 35%, BUN 36 mg/dL, hasil BGA menunjukan hipoksemia (PCO2
28 mmHg) dan hasil pemeriksaan radiologis terdapat edema dan kongesti vaskular pulmoner.
Natrium 160 mmol/L, berat jenis urin 1,010.
A. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1. Identitas
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Tamat : SMP
Dx medis : gagal ginjal derajat 4
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sulit untuk bernafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sulit untuk bernafas. Saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit
Airlangga hari ke 3
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Gagal ginjal derajat 4 sejak 3 bulan yang lalu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang di sarankan dokter melainkan pasien
berusaha mencari obat2 tradisional karena keterbatasan biaya
6. Riwayat Obat-obatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan yang di sarankan dokter melainkan
pasien berusaha mencari obat2 tradisional karena keterbatasan biaya.
7. Pola Kebiasaan
Pasien mempunyai kebiasaan buruk merokok tapi sudah berhenti sejak 2008
8. Psikososial Ekonomi
Pasien mempunyai koping yang baik, ia mau mematuhi apapun yang
disarankan oleh dokter dan percaya kepada dokter serta tenaga kesehatan lain
bahwa ia akan kembali sehat seperti sedia kala. Pasien mempunyai hubungan
yang baik dengan orang lain seperti dengan pasien lain dalam satu ruangan.
hubungan dengan masyarakat serta keluarga juga baik. Dan pasien merupakan
kelompok ekonomi menengah kebawah.
b. Pemeriksaan Fisik
Status Kesehatan
a) Keadaan umum : pasien terlihat disorientasi dan bingung
b) Kesadaran: Somnolen
c) TTV
TD : 150/ 95 mmHg
T : 37ᵒ C
N : 135 x/menit
RR : 29 x/menit
d) BB dari 60 kg ke 64 kg, TB : 182 cm, IMT: 19.32
Review of System
a) B1 : dipsneu, terdapat otot bantu nafas sternocleidomastoideus (inspirasi)
dan otot abdominalis (ekspirasi), menggunakan cuping hidung, suara nafas
creckles, PaO2 : 72 mmhg, PCO2 40 mmHg, dengan saturasi oksigen 70%,
HCO3 18 mEg/L
b) B2 : Terdapat suara tambahan S3 dan S4 positif
c) B3 : GCS= 446
d) B4 : output urin 24 cc/ jam, input cairan 1200cc/hari, distensi abdomen
Balance cairan:
Balance cairan = intake – output
= 1200 - 576
= 624 cc/hari
e) B5 : mual muntah, tidak nafsu makan, habis hanya 1/3 porsi makan
f) B6 : udema ekstermitas bawah
Skin : Gatal , lembab, terdapat banyak luka/ bekas garukan pada kulit
Kardiovaskular : Terdapat suara tambahan S3 dan S4 positif
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium
Hematokrit : 35% (40% - 52%)
BUN : 36 mg/dL (8 – 20 mg/dL)
CVP : 15 mmHg
BGA : hipoksemia
Na : 160 mmol/L (135-145 mmol/L)
BJ Urin : 1,010
Albumin : 1,9
Albuminuria : 269 mg/dL
Kreatinin : 6 mg/dL
Eritrosit :10 / LPB
Leukosit : 8/LPB
b) Hasil pemeriksaan radiologis
Ditemukan edema dan kongesti vaskuler pulmonar
B. ANALISIS DATA
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Orthopnea
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema dan kongesti vaskular
pulmoner
2. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulator sekunder akibat
gagal ginjal
3. Gangguan Pertukaran Gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan keinginan untuk makan,
sekunder akibat: anoreksia, mual dan muntah
5. Resiko kerusakan intergritas kulit behubungan dengan perubahan metabolic
6. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan atau
penurunan serum elektrolit sekunder dengan keruskan fungsi ginjal
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Dx: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema dan kongesti
vaskular pulmoner
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, pola pernapasan
pasien normal / stabil
Kriteria Hasil :
Pasien melaporkan merasa nyaman saat bernapas.
RR dan nadi pasien normal dan teratur
Tidak ada suara nafas abnormal
Pasien tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Pasien tidak bernafas dengan cuping hidung.
Intervensi Rasional
Penilaian berkelanjutan
1. Kaji frekuensi dan kedalaman nafas paru 1. Frekuensi dan irama
setidaknya setiap 4 jam. pernapasan yang mengalami
perubahan merupakan tanda
awal munculnya kesulitan
bernafas.
Intervensi terapi
Abdominal breathing
4. Meningkatkan pemahaman
pasien mengenai pengobatkan
sehingga diharapkan pasien
4. Berikan informasi tentang obat meliputi
dapat meningkatkan pula
indikasi, dosis, frekuensi, dan efek
kepatuhan pasien dalam
samping.
menjalani pengobatan.
5. Untuk mempertahankan
perawatan yang adekuat setelah
keluar dari rumah sakit dan
5. Tinjau kemampuan pasien terkait
pasien dapat memahami
perawatan di rumah dan indikasi jika
tatalaksana dini saat pasien
pasien perlu dirujuk ke instansi
mengalami pemberatan gejala.
kesehatan.
6. Mencegah terjadinya
kekambuhan gejala dengan
menghindari factor pencetus
Intervensi Rasional
Mandiri Memantau dan mengatasi masalah
1. Kaji suara paru; frekuensi napas, potensial. Pengkajian fungsi
kedalaman, dan usaha napas; dan pernafasan dengan interval yang
penggunaan otot bantu nafas teratur adalah penting karena
pernafasan yang tidak efektif dan
adanya kegagalan dapat berkembang
dengan cepat dan sebagai indikator
keefektifan penggunaan alat
penunjang
2. Pantau saturasi O2 dengan Untuk mengukur hemoglobin yang
oksimeter nadi tersaturasi oleh oksigen
3. Pantau hasil gas darah (misalnya, Untuk mengetahui adanya kelainan
kadar PaO2 yang rendah, dan fungsi pertukaran gas
PaCO2 yang tinggi menunjukkan
pernapasan)
4. Pantau kadar elektrolit Untuk mengetahui elektrolit sebagai
indikator keadaan status cairan
5. Pantau status mental (misalnya, Hipoksemia sistemik dapat
tingkat kesadaran, gelisah, dan ditunjukkan pertama kali oleh gelisah
konfusi) dan peka rangsang kemudian oleeh
penurunan mental progesif
6. Manajemen jalan napas (NIC) Mempertahankan pernafasan yang
- Identifikasi kebutuhan pasien adekuat
terhadap pemasangan jalan
napas aktual atau potensial
- Auskultasi suara nafas, tandai
area penurunan atau hilangnya
ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
- Pantau status pernapasan dan
oksigenasi sesuai dengan
kebutuhan
7. Pengaturan hemodinamik (NIC) pemantauan terus menerus terhadap
- Auskultasi bunyi jantung status hemodinamik, respirasi, dan
- Pantau dan dokumentasikan tanda-tanda vital lain akan menjamin
frekuensi, irama, dan denyut early detection bisa dilaksanakan
jantung dengan baik sehingga dapat mecegah
- Pantau adanya edema perifer, pasien jatuh kepada kondisi lebih
distensi vena jungularis, dan parah.
bunyi jantung S3 dan S4
- Pantau fungsi alat pacu jantung,
jika sesuai
4) Dx: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan keinginan untuk makan,
sekunder akibat: anoreksia, mual dan muntah
Tujuan : Dalam 2x24 jam individu dapat mencerna kebutuhan nutrisi harian
sesuai dengan tingkat aktivitas dan kebutuhan metabolik serta mampu
mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
- Menunjukkan BB stabil dan hasil laboratorium albumin normal
- Mual dan muntah berkurang sampai hilang
- Nafsu makan meningkat
Intervensi : Rasional :
1. Tentukan kebutuhan kalori harian 1. Membantu dalam
yang realistis dan adekuat. mengidentifikasi asupan dan
Konsultasikan hal ini dengan ahli gizi. kebutuhan diet
2. Timbang berat badan setiap hari; 2. Mengetahui kondisi fisik umum
pantau hasil pemeriksaan pasien
laboratorium.
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang 3. Membantu pasien mengetahui
adekuat. Diskusikan bersama klien kebutuhan asupan makanannya
mengenai target asupan untuk setiap
makan besar dan kudapan.
4. Anjurkan klien untuk menggunakan 4. Membantu memperkaya rasa
rempah-rempah dan aroma makanan
5. Ciptakan suasana yang menyenangkan 5. Menimbulkan rasa nyaman
dan santai untuk makan pasien
6. Berikan makanan dalam porsi kecil 6. Mengurangi rasa kembung
tapi sering
7. Berikan dorongan hygiene oral yang 7. Higiene oral yang tepat
baik sebelum dan setelah makan mencegah bau mulut dan rasa
tidak enak akibat
mikroorganisme, membantu
mencegah stomatitis.
8. Kolaborasi pemberian antiemetik 8. Untuk mengatasi mual muntah,
untuk memperbaiki mukosa
lambung
5) Dx: Resiko kerusakan intergritas kulit behubungan dengan perubahan metabolik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak menujukan tanda –
tanda adanya kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil:
- Kelembapan kulit normal
- Tidak ditemukannya luka pada kulit
Intervensi Rasional
Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit berlebih yang mempengaruhi sirkulasi dan
ntegritas pada tingkat selulerasi
Bila kulit kering, uanjurkan klien untuk Penggunaan lotion dapat menjaga
menggunakan lotion kelembapan kulit
Pertahahan kan kondisi kuku pasien Mencegah terjadinya kerusakan dermal
selalu pendek, dan penggunaan sarung akibat garukan
tangan saat tidur
Anjurkan klien menggunakan pakaian Mencegah iritasi dermal langsung dan
katun longgar meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit.
Kolaboratif:
Pemberian salep atau krim untuk Menurunkan rasa gatal.
mengatasi rasa gatal ( Lanolin,
aquaphor)