Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

A. TEORI DAN FOKUS YANG DITELITI

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

a. Definisi Pembelajaran kooperatif


Secara etimologi, dalam bahasa inggris, kooperatif (to cooperative)
berarti bekerja bersama-sama. Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling
membantu mengkontruksi konsep menyelesaikan persoalan. Posamentier
secara sederhana menyebutkan kooperatif learning arau belajar secara
kooperatif adalah “penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil
dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas”.
Pada dasarnya kooperatif learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yaitu
terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan
saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.
Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran
dimana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi dalam kelompok-
kelompok kecil. Didalam kelompok-kelompok tersebut siswa saling
bekerjasama, saling membantu, berdiskusi, dan berargumentasi dalam
memahami suatu pokok bahasan serta bekerjasama dalam mengerjakan
tugas kelompok, baik dalam tutorial sebaya, latihan maupun koreksi
teman sebaya. Selain kelompok belajar kooperatif, ada beberapa
kelompok belajar tradisional yang sering diterapkan disekolah, seperti
kelompok diskusi, kelompok tugas dan kelompok belajar lainnya.

8
9

b. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif


1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka
“ hidup sepenanggungan bersama”
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam
kelompoknya, seperti mreka sendiri.
3. Siswa harus melihat bahwa semua anggorta dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi dan juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partispasi
dan kerjasama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning
dapat meningkatkan belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap
tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam
penerapan model belajar mengajar secara kelompok bersama teman-
temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
d. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran
kioperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dnegan metode
lainnya. Ciri-ciri tersebut yaitu :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah
3. Bila memungkinkan anggota berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang beragam.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
e. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Menurut ibrahim manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa
antara lain :
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
3. Memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah
4. Memperbaiki kehadiran.
5. Angka putus sekolah menjadi rendah.
10

f. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif


Terdapat enam tahapan (langkah utama) dalam pembelajaran
kooperatif, seperti ditunjukan tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1
Lagkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 : Menyampaikan tujuan  Guru menyampaikan


dan motivasi siswa. semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase 2 : Menyajikan informasi.  Guru menyajikan
informasi kepada siswa
dengan jalan demontrasi
atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 : Mengorganisasi siswa  Guru menjelaskan kepada
dalam kelompok-kelompok siswa bagaimana caranya
belajar. membentuk belajar dan
membantu setiap
kelompok agar
melakukan transasi secara
efisien.
Fase 4 : Membimbing  Guru membimbing
kelompok belajar dan bekerja. kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
mereka.
Fase 5 : Evaluasi.  Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi
yang dipelajari atau
masing-masing kelompok
memperentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6 : Memberikan  Guru mencari cara-cara
penghargaan. untuk menghargai baik
upaya msupun hasil
belajar individu dan
kelompok.
11

Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajara kooperatif didorong


dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama. Mereka
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam
pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu
sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan
berbagi panghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai
kelompok.

2. Hakikat Metode Kepala Bernomor ( Numbered Heads Together)


a. Definisi Pembelajaran Dengan Metode NHT
Metode pembelajaran adalah “ cara-cara atau teknik penyajian
bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan
bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok”.
Metode belajar mengajar kepala bernomor (Numbered heads
together) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Pembelajaran kooperatif
metode NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1993.
“metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan
kerja sama merka. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik”. Semua siswa
dilibatkan dalam mereview bahan yang tercakup dala suata pelajaran dan
memeriksa pemahaman mengenai isis pelajaran tersebut.
Dengan metode kepala bernomor yang merupakan salah satu
metode dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan terwujudnya
kondisi belajar dimana siswa dapat mengembangkan berbagai
kemampuan dalam bersosialisasi, belajar mandiri dan bekerja sama.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Metode NHT
Langkah-langkah yang digunakan dala metode NHT pada
pembelajara kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Penomoran
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen
yang terdiri dari 3-5 orang dan setiap anggota kelompok
diberi nomor.
2. Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi dan dalam bentuk kalimat tanya. Siswa diberi
waktu berfikir dan bekerja.
3. Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
dan meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui
jawaban itu.
12

4. Menjawab
Guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab
pertanyaan.
c. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Dengan Metode
NHT.
Kelebihan-kelebihan dengan pembelajaran dengan metode NHT
adalah :
1. Memberikan motivasi, yaitu mendorong siswa untuk
beraktifitas dalam kegiatan belajarnya. Dengan demikian
siswa akan termotivasi dengan hal-hal yang baru dalam
proses pembelajaran.
2. Menambah rasa percaya diri, karena dalam pembelajaran
NHT ada metode pemanggilan nomor, dan siswa, yang
dipanggil nomornya akan menjawab pertanyaan hasil diskusi,
sehingga dalam diri siswa timbul rasa percaya diri.
3. Siswa aktif, dengan metode NHT akan menambah keaktifan
siswa dalam belajar, karena setiap siswa memiliki
kesempatan untuk memberi dan menukar pendapat.
Adapun kekurangan pembelajaran dengan metode NHT
adalah :
1. Efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT
memerlukan waktu yang agak panjang agar siswa memahami
materi yang di ajarkan.
2. Membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT
tidak hanya membuat siswa percaya diri, namun dapat
membuat siswa grogi atau panik, Hal ini terlihat ketika siswa
yang dipanggil nomornya untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan.
3. Membuat repot guru, metode NHT merupakan metode
belajar diskusi kelompok yang menggunakan kelompok,
sehingga sebelum pembelajaran dimulai guru harus
menyediakan nomor.

3. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Pengertian minat belajar terdiri dari dua suku kata, yakni kata
minat dan belaja. Dari segi bahasa minat adalah “kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu”. Minat merupakan salah satu faktor psikis
yang membantu dan mendorong individu dalam memberi stimulus suatu
kegiatan yang dilaksanakan utuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
13

Sedangkan minta menurut istilah yang dikemukakan oleh beberapa


ahli psikologi, diantaranya sebagai berikut :

Menurut Alisuf Shabri, mengatakan bahwa :

“Minat (interest) adalah kecenderungan untuk selalu


memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini
erat kaitannya dengan perasaaan terutama perasaaan senang, karena itu
dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu”.

Abdul Rahman Shaleh dan Muhid Abdul Wahab dalam bukunya


psiokologi suatu pengantar mengatakan bahwa :

“Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan


perhatian dan bertindak terhadap orang, aktifitas atau situasi yang
menjadi obyek dari minat tersebutdengan disertai perasaaan senang”.
Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa didalam
minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk :
mendekati/mengetahui/memiliki/menguasai/berhubungan) dari subyek
yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat
adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara
terus menerus terhadap sesuatu (orang,benda,kegiatan) yang disertai
keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya
lebih lanjut.
Adapun definisi belajar adalah “ suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dlam interaksi
dengan lingkungannya. “ perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian
diri “.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono dalam bukunya


psikologi belajar mengatakan bahwa :

Rendahnya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan


menimbulkan kesulitan belajar. Belajar tidak disertai minat mungkin
tidak sesuai dengan bakat, tidak sesuai kebutuhan, tidak sesuai
kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak yang menimbulkan
14

problema pada dirinya. Karena itu pelaharan pun tidak akan pernah
terjadi proses dalam otak akibatnya timbul kesulitan.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai belajar dapat


disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap.


2. Perubahan tingkah laku tersebut diperoleh melalui latihan dan
pengalaman.
3. Perubahan itu dilakukan melallui kegiatan, usaha atau praktek yang
disengaja.
Jadi yang dimaksud minat belajar adalah kecenderungan untuk
selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus terhadap
sesuatu ( orang, benda, atau kegiatan ) yang disertai dengan keinginan
untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikannya dalam
perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.

b. Macam-Macam Minat Belajar


Minat dalam digolongkan menjadi beberapa macam, antra lain
berdasrkan timbulnya minat dan berdasarkan arahnya minat.
1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan
biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan
makanan perasaan enak atau nyaman kebebasaan beraktivitas
dan seks.
b) Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses
belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan
kita sendiri misalnya minat belajar.
2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Minat intrinstik adalah minat yang berhubungan langsung
dengan minat itu sendiri. Misalnya, seseorang belajar karena
pada ilmu pengetahuan tau karena memang senag membaca,
bukan karena ingin mendapatkan pujian.
b) Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan
tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apanila tujuannyab sudah
tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya,
seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara
kelas.
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar.
15

Keberhasilan suaru pendidikan ditentukan oleh proses


pendidikan. Karena pada proses pendidikan diperlukan peran siswa
secara aktif. Smentara itu, keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar erat kaitannya dengan kondisi minat belajarnya. Minat
belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.

4. Hakikat Hasil Belajar


a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yang terjadi dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Ada pula sebagian yang memandang belajar sebagai latihan belaka
seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Skinner, seperti yang
dikutip Barlow dalam bukunya Education Psycolgy The Teaching
Learning Proces, berpendapat bahwa “ belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif.
Hasil belajarnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar adalah tingkah laku yang
dimiliki individu sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuh.
Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasin yang diadakan.
Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk
mendapatkan informasi tentang siswa, baik kemampuan penguasaan
konsep, sikap maupun keterampilan. Hal ini digunakan sebagai umpan
balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa.
Menurut Gagne, hasil belajar merupakan perubahan dalam
kemampuan tertentu sebagai akibat belajar.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,
adapun faktor-faktor itu dogolongkan sebagai berikut :
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu
sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan
sebagainya. Faktor internal disebut juga faktor individual
yaitu faktor pada organisme (siswa)
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri si
anak, seperti keberhasilan rumah, udara yang panas,
lingkungan dan sebagainya. Faktor eksternal teridiri dari
faktor keluarga, masyarakat dan sekolah.
16

3) Faktor pendekatan belajar


Faktor pendekatan merupakan jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pembelajaran. Agar bahan pelajaran dapat dipahami oleh
siswa maka dibutuhkan cara- cara mengajar serta cara belajar
yang tepat, efesien dan efektif. Metode mengajar guru yang
kurang baik akan mempengaruhi akan hasil belajar siswa
yang kurang baik pula. Guru yang progresif metode-metode
baru yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan
motivasi siswa dalam belajar.
Hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya sangat
erat kaitannya dan sifat slaing mendukung. Dalam faktor internal
terdapat faktor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung oleh
faktor eksternal dan pendekatan belajar.

5. Hakikat Pendidikan IPS


a. Pengertian Pendidikan IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran
yang diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai
kependidikan menengah. Dapatlah dinyatakan bahwa IPS yang
dimasukkan dalam studi ini adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji
kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara “dengan mendapat
sumber materi dari berbagai ilmu sosial”.
Sosial studies atau ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu
sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan
pengajaran disekolah dasar dan menengah. Dengan demikian bahwa IPS
ialah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi penggunaan
program pendidikan disekolah atau bagi kelompok belajar lainnya yang
sederajat.

Adapun pengertian IPS secara umum menurut para ahli dalam


tulisan Nursid Sumaatmadja seperti yang dikutip oleh syafruddin Nurdin,
adalah :

a) Menurut Norman Mackenzi, IPS adalah sebuah disiplin ilmu yang


merupakan perjanjian manusia dalam konteks sosial.
b) Menurut Achmad Sanusi, IPS terdiri dari displin-disiplin ilmu
pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari
pada tingkat perguruan tinggi makin lanjut makin ilmiah.
17

Dari pendapat diatas tentang pengertian IPS dapat dikemukakan


bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial
didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi,
sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah, namun IPS bukan
merupakan penjumlahan himpunan atau penumpukan, bahan-bahan ilmu
sosial.

Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan


humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Adapun tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


disekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs)
pada kelas VII, VIII, dan IX yang terdapat dalam peraturan Mentri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi.

b. Landasan Pendidikan IPS


Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin
ilmu seyoginya memiliki landasan dalam pengembangan, baik sebagai
mata pelajaran maupun pendidikan disiplin ilmu. Landasan ini
diharapkan akan dapat memberikan pemikiran-pemikiran mendasar
tentang pengembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS
sebagai pendidikan disiplin ilmu.
Landsan-landasan Pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu
meliputi:
1) Landasan Filosofis, memberikan gagasan pemikiran
mendasar yang digunakan untuk menentukan apa obyek
kajian atau domain apa saja yang menjadi kajian pokok dan
dimensi pengembangan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu
(aspekontologis).
2) Landasan Ideologis, dimaksudkan sebagai sistem gagasan
mendasar untuk member pertimbangan dan menjawab
pertanyaan: a). bagaimana keterkaitan antara das sein PIPS
sebagai pendidikan disiplin ilmu dan das sollen PIPS; dan b)
bagaimana keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan
hakikat dan praksis etika, moral, politik dan norma-norma
perilaku dalam membangun dan mengembangkanPIPS.

3) Landasan Sosiologis, memberikan sistem gagasan mendasar


untuk menentukan cita-cita, kebutuhan, kepentingan,
kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa depan melalui
18

interaksi social yang akan membangun teori-teori atau


prinsip-prinsip PIPS sebagai pendidikan disiplinilmu.
4) Landasan Antropologis, memberikan sistem gagasan
mendasar dalam menentukan pola, sistem dan struktur
pendidikan disiplin ilmu sehingga relevan dengan pola,
sistem dan struktur kebudayaan bahkan dengan pola, sistem
dan struktur perilaku manusia yangkompleks.
5) Landasan Kemanusiaan, memberikan sistem gagasan
mendasar untuk menentukan karakteristik ideal manusia
sebagai sasaran prosespendidikan.
6) Landasan Politis, memberikan sistem gagasan mendasar
untuk menentukan arah dan garis kebijakan dalam politik
pendidikan dariPIPS.
7) Landasan Psikologis, memberikan sistem gagasan-gagasan
mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS membangun
struktur tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran
personal maupun komunal berdasarkan entitas-entitas
psikologisnya.
8) Landasan Religious, memberikan sistem gagasan-gagasan
mendasar tentang nilai-nilai, norma, etika, dan moral yang
menjadi jiwa (roh) yang melandasi keseluruhan bangunan
PIPS, khususnya pendidikan diIndonesia.

c. Tujuan Pendidikan IPS


Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan
diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta
berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu
maupun sebagai sosial budaya. Kemudian dalam berbagai buku social
studies, sering dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan
mengaitkannya pada usaha mempersiapkan murid atau siswa menjadi
warga negara yangbaik.
Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan
pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang tinggi. Secara hirarki,
tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam
tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya
pencapaian tujuan istitusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan
19

kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam
kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Tujuan kulikuler IPS yang harus
dicapai sekurang- kurang meliputi hal-hal berikut :
1) Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang
berguna dalam kehidupanmasyarakat.
2) Membekali peserta didik dengan kemampuan
mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
dimasyarakat.
3) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi
dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai
bidang keilmuan serta berbagaikeahlian.
4) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental
yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup
yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak
terpisahkandan
5) Membekali peserta didik dengan kemampuan
mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai
dengan perkembangan kehidupan, perkembangan
masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa “IPS
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan
nilai peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat, makhluk
sosial dan budaya, agar nantinya mampu hidup di tengah-tengah
masyarakat dengan baik”.

B. BAHASAN HASIL-HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN


Ubaidillah, dalam penelitiannya yang judul “ Pengaruh pembelajaran
kooperatif (Cooperatif Learning) dengan teknik kepala bernomor (Numbered
Heads Together) terhadap hasil belajar Fisika siswa di MTs Nurul Haq tahun
ajaran 2008/2009”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik pemgambilan secara acak. Adapun pengambilan sampel 40
orang untuk kelas eksperimen dan 40 orang untuk kelas kontrol. Instrument yang
diberikan berupa tes objektif dengan bentuk tes berupa soal pilihan ganda yang
telah diuji validitas dan realibilitasnya sebanyak 40 butir soal. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Liliefors untuk uji
normalitas, Uji Bartlett untuk uji Homogenitas dan Uji t (t-Test) untuk uji
hipotesis. Dari hasil penghitungan uji hipotesis diperoleh nilai t- hitung sebesar
2,88 dan t-tabel sebesar 2,02 pada taraf signifikansi α = 0,05 untuk dk 78. Karena
20

t-hitung > t-tabel, 2,88 > 2,02 maka pengaruh sangat signifikan. Dengan
demikian terdapat pengaruh metode NHT terhadap hasil belajar fisika siswa.

C. HIPOTESIS TINDAKAN
Pelajaran IPS pada materi Ekonomi apabila dilakukan dengan
mengembangkan model pembelajaran kooperatif metode numbered heads
together akan efektif dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai