PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak.Selaput otak merupakan
lapisan yang encer/tipis sebagai sebuah pelindung atau pelapis otak dan jaringan saraf pada
tulang punggung.Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus dan
bakteri.Peradangan yang terjadi pada selaput otak ini dapat mengakibatkat eksudasi berupa
pus atau serosa akibat bakteri dan virus.
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian meningitis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan terutama
pada periode natal. Angka kesakitan tertinggi terjadi setelah meningitis mengenai anak-anak
pada neonates hingga umur dibawah 5 tahun.Pada anak usia lebih dari 2 bulan 95%
meningitis disebabkan oleh Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.
Hemofilus influenza merupakan organism yang paling dominan menyerang pada
anak-anak di usia 3 bulan sampai 3 tahun.Infeksi Escherichia coli jarang terjadi pada anak-
anak dengan usia lebih dari satu tahun. Meningitis meningococus terjadi pada bentuk
epidemic dan ditularkan melalui infeksi droplet dari sekresi nasofaring.Meningitis ini sering
terjadi pada anak-anak usia sekolah dan adolesens.
2.3 Etiologi
Pada bayi baru lahir biasanya meningitis disebabkan oleh bakteri sepertiEserichia
coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes.
2. Anak di bawah 4 tahun
2. Meningitis virus
2.4 Klasifikasi
1. Meningitis Kriptikokus
2.5 Patofisiologi
Keluhan utama yang terjadi pada meningitis biasanya adalah nyeri kepala.Nyeri pada
bagian kepala dapat menjalar ke tengkuk dan punggung.Tengkuk menjadi kaku dan
pegal.Kaku ini disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor pada tengkuk.Bila kaku
yang hebat, dapat terjadi opistotonus.Opistotonus adalah tengkuk kaku dengan kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi.Pada meningitis biasanya terjadi
penurunan kesadaran.Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif. (Harsono, 2003)
Gejala meningitis yang terjadi tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita
danjenis virus yang menginfeksi. Gejala yang paling umum terjadi yaitu demam tinggi, mual
muntah, sakit kepala dan kejang.Biasanya penderita cepat merasa lelah, dan penglihatan
yang kabur. Bayi yang terserang meningitis akan sering rewel, muncul bercak-bercak pada
kulit, demam, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangan bergerak
tidak beraturan (Japardi, Iskandar, 2002).
Meningitis yang disebabkan oleh virus ditandai dengan cairan serebrospinal (CSS)
yang jernih serta rasa sakit yang dialami penderita masih dalam kategori ringan.Pada
umumnya, meningitis oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala malaise dan anoreksia,
kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf
pusat.Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh Echovirus biasanya ditandai dengan
demam, sakit kepala dan tenggorokan, nyeri pada otot dan timbul ruam makopapular yang
tidak gatal di daerah leher, wajah, badan dan daerah ekstrimitas.Meningitis yang disebabkan
oleh Coxsackie virus memiliki gejala yaitu tampak lesi vasikuler pada ovula, tonsil, palatum,
dan lidah. Setelah itu akan muncul beberapa keluhan seperti sakit kepala, mual muntah, kaku
kudu kuduk, dan nyeri pada punggung.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya ditandai gejala seperti gangguan
pernapasan dan gangguan pada gastrointestinal.Pada neonatus meningitis ini terjadi secara
akut disertai panas tinggi, mual muntah, penurunan nafsu makan, kejang akibat dehidrasi,
dan konstipasi.Pada anak dewasa biasanya diawali dengan gangguan saluran pernapasan
bagian atas, sakit kepala hebat, nyeri otot dan punggung.CSS tampak keruh atau purulen.
Meningitis tuberkulosa terdiri dari tiga stadium.Stadium I terjadi selama 2-3 minggu
dan ditandai gejala seperti infeksi biasa.Pada anak-anak, demam jarang terjadi, tetapi BB
turun, mual dan muntah serta anak menjadi apatis.Meningitis yang terjadi pada orang
dewasa, demam yang terjadi hilang timbul, nyeri kepala dan punggung, dan tampak
gelisah.Stadium II (stadium transisi) berlangsung selama 1 – 3 minggu.Gejala yang tampak
yaitu nyeri kepala heba disertai kejang, seluruh tubuh mulai kaku, terdapat tanda-tanda
peningkatan intrakranial, dan ubun-ubun menonjol.Stadium III (terminal) gejala kelumpuhan
mulai terjadi dan penderita dapat mengalami koma dan dapat terjadi kematian jika dalam
waktu 3 minggu penderita tidak mendapatkan pengobatan.
Farmakologis
A. Obat anti inflamasi
1. Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a. Sefalosporin generasi ke 3
b. ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
A. Identitas pasien
Nama:
Umur: agen infeksi meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan umur
tertentu diantaranya:
a. Neonatus : E. Coli, S. Beta hemolitikus, dan Listeria monositogenes
b. < 5 th/balita: H. Influenza, Meningococcus dan Pneumococcus
c. 5-20 tahun : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus,
dan Pneumococcus
d. >20 th : Meningococcus, Pneumococcus, Stafilococcus, Streptococcus,
Listeria
Rentang usia dengan angka mortilitas tinggi adalah bayi sampai
balita (6 bulan-4 tahun).
Gender: Laki-laki mempunyai jumlah yang lebih banyak dari pada perempuan dalam kasus
meningitis, yang dikarenakan adanya faktor predisposisi dalam kasus meningitis
(AM. Youssr, 2005).
Agama: -
Pendidikan:
Pekerjaan: Meningitis sering terjadi pada masyarakat dengan keadaan sosio-ekonomi
rendah, pengahasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
Gol. Darah: -
Alamat: Meningitis banyak terjadi di negara-negara berkembang karena angka kematian
dan kecatatan yang masih tinggi. Perumahan tidak memenuhi syarat kesehatan
minimal, hidup, tinggal atau tidur yang saling berdesakan.Hygiene dan sanitasi
yang buruk meningkatkan angka terjadinya meningitis.
a. Keluhan utama: suhu badan tinggi, kejang, kaku kuduk dan penurunan tingkat
kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang : pada pengkajian klien dengan meningitis didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan
intracranial, diantaranya sakit kepala dan demam. Sakit kepala dihubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan akibat dari iritasi meningen.Demam ada dan tetap
tinggi selama perjalanan penyakit.
c. Riwayat penyakit dahulu : infeksi jalan napas bagian atas, ototos media, anemia sel
sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah syaraf, riwayat trauma kepala,
pengaruh imunologis
d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual:ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra diri). Pada kilen anak perlu diperhatikan dampak
hospitaslisasi dan family center
C. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
1. Peningkatan suhu lebih dari normal, yaitu 38-41 ‘C, dimulai dari fase sistemik,
kemerhan, panas, kulit kering, berkeringat.Keadaan tersebu dihubungkan dengan
proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur
suhu tubuh
2. Penurunan denyut nadi, berhubungan dengan tanda peningkatan tekanan
intracranial
3. Peningkatan frekuensi pernapasan, berhubungan dengan laju metabolism umum
dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis
B1 (breathing)
a. Inspeksi adanya batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu
napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang disertai adanya gangguan pada
istem pernapasan.
b. Palapasi thorax apabila terdapat deformitas tulang dada
c. Auskultasi adanya bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
meningitis tuberkolosa dengan penyebaran primer dari paru
B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler dilakukan pada klien meningitis tahap lanjut
apabila sudah mengalami renjatan (syok).Pada klien meningitis meningokokus
terjadi infeksi fulminating denga tanda-tanda septicemia: demam tinggi yang tiba-
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajh dan ekstrimitas), syok, dan
tanda-tanda koagulasi intravascular diseminata.
B3 (Brain)
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap disbanding pengkajian pada sistem lain.
Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis berkisar antara letargi,
stupor, dan semikomatosa.
Fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan dan tingkah laku, nilai gaya bicara dan
observasi ekspresi wajah dan aktivitas motoric. Pada klien meningitis ahaplanjut
biasanya ststus mental mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial
a. Saraf I,pada klien meningitis tidak ada kelainan
b. Saraf II, pemeriksaan ketajaman penglihatan pada kondisi normal dan
pemeriksaan papilledema pada meningitis supuratif yang disertai abses serebri dan
efusi subdural yang menyebabkan peningkatan TIK.
c. Saraf III, IV, dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil tanpa kelainanpada
klien meningitis tanpa penurunan kesadaran
d. Saraf V : tidak didapatkan paralisis otot wajah dan reflek kornea tidak ada
kelainan
e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
f. Saraf VIII : tidak ditemukan tili konduktif dan tuli persepsi
g. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik
h. Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Sistem motoric
Kekuatan otot menurun, pada meningitis tahap lanjut kontrolkeseimbangan dan
koordinasi mengalami perubahan
Pemeriksaan reflex
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamntum, atau periosteum
derajat reflex pada respon normal. Refles patologis terjadi pada klien dengan
tingkat kesadaran koma.
Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan syaraf, dan dystonia. Pada keadaan
tertentu biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak dengan meningitis
yang disertai peningktan suhu tubuh yang tinggi
Sistem sensorik
Pemeriksaan terkait peningkatan tekanan intracranial, tanda tanda peningkatan TIK
sekunder akibat eksudat purulent dan edema serebri diantaranya perubahan TTV
(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernapasan tidak teratur, sakit
kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.Adanya ruam merupakan ciri
menyolok adanya meningitis meningokokal (Neisseria meningitis)
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan didapatkan berkurangnya volume keluaran
urine.Hal tersebut berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah
jantung ke ginjal.
B5 (Bowl)
Mual hingga muntah karena peningkatan produksi asam lambung.Pada klien
meningitiss pemenuhan nutrisi menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (lutut dan pergelangan
kaki).Petekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam.Pada kasus berat klien
dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstrimitas.Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Pengkajian pada anak bergantung pada usia anak dan luasnya penyebaran infeksi
di meningen. Pada penilaian klinis, gejala meningitis pada anak dibagi menjadi 3 meliputi
anak, bayi dan neonates.
1. Anak: timbul sakit secara tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin,
muntah, dan kejang-kejang. Anak cepat rewel dan agitasi serta menjadi fotopobia,
delirium, halusinasi, tingkah laku agresif atau mengantuk, stupor, dan
koma.Gejala pada pernapasan atau gastrointestinal meliputi sesak napas, muntah
dan diare. Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada kepala jika difleksikan,
kaku leher, tanda kerning dan brudzinski(+). Perfusi yang tidak optimal bisa
mengakibatkan tanda klinis kulit dingin dan sianosis gejala lain yang lebih
spesifikadalah petekia/purpura pada kulit bila anak mengalami infeksi
meningokokus(meningokoksemia), keluarnya cairan dari telinga pada anak yang
mengalami meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital akibat infeksi E.
colli.
2. Pada bayi: pada umur 3 bulan sampai 2 tahun ditemukan adanya demam, nafsu
makan menurun, muntah, rewel, mudah lelah, kejang-kejang, dan menangis
meraung-raung. Tanda khas pada kepala adalah penonjolan pada fontanel.
3. Pada neonates: menolak untuk makan, kemampuan untuk menetek buruk, muntah
dan kadang ada diare. Tous otot melemah, pergerkan dan kekuatan mengansi
melemah.Pada ksus lanjut terjadi hipertermia.demam, icterus, rewel, mengantuk,
kejang-kejang, frekuensi napas tidak teratur, sianosis, penurunan berat badan.Pada
fase yang lebih berat terjadi kolaps kardiovaskuler, kejang kejang dan apnea.
D. Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan bd peningkatan tekanan intrakranial
2. Resiko terjadi kejang bd hipertermi
3. Resiko terjadinya injuri bd adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat
kesadaran.
E. Intervensi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan,jika perlu
Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis,jika
perlu
Kolaborasi pemberian
peluna tinja,jika perlu
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2015 pukul 10.00
WIB di Ruang anak (Ruang neurologi/ B II) RSUD Dr.
Soetomo surabaya
a. Biodata
Nama : An. L
Tempat tanggal lahir : Jombang,07
04- 2013
Usia : 2 tahun
Jenis kelamin : Perempuan.
Nama ayah/ ibu : Tn. S/ Ny. S
Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMP
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Mojowarno/ Jombang
No rm : 10-392-85
Tgl MRS : 13 April 2003
Sumber informasi : Ibu
Diagnosa medis : S. Meningitis
e. Status imunisasi
Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT
I dan hepatitis
f. Status nutrisi
Ibu mengungkapkan An.L diberikan ASI mulai lahir sampai
berumur 1 bulan, setelah dirawat di ruang anak ibu tidak
menenteki dan diganti dengan PASI Lactogen. Pada saat
pengkajian BB 3700 gram, panjang badan 56 cm, lingkar
lengan atas 7 cm. Ibu mengungkapkan anak tidak mual dan
tidak pernah muntah.
g. Riwayat perkembangan
Pada saat ini anak memasuki masa basic trust Vs Mistrust
(dimana rasa percaya anak kepada lingkungan terbentuk
karena perlakuan yang ia rasakan). Ia juga berada pada fase
oral dimana kepuasan berasal pada mulut.
h. Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan
berharap agar anaknya bisa cepat sembuh dan pulang
berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien. Ibu dan
nenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari
minggu ayah dan kakak klien datang mengunjungi klien,
karean harus bekerja dan sekolah.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Anak tampak tidur dengan menggunakan IV Cath pada tangan
kanan, kesadaran compomentis, nadi 140 x/mnt, suhu 38,5 C,
pernafasan 40 x/mnt teratur.
9