Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak.Selaput otak merupakan
lapisan yang encer/tipis sebagai sebuah pelindung atau pelapis otak dan jaringan saraf pada
tulang punggung.Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus dan
bakteri.Peradangan yang terjadi pada selaput otak ini dapat mengakibatkat eksudasi berupa
pus atau serosa akibat bakteri dan virus.

2.2 Epidemiologi

Angka kejadian meningitis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan terutama
pada periode natal. Angka kesakitan tertinggi terjadi setelah meningitis mengenai anak-anak
pada neonates hingga umur dibawah 5 tahun.Pada anak usia lebih dari 2 bulan 95%
meningitis disebabkan oleh Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.
Hemofilus influenza merupakan organism yang paling dominan menyerang pada
anak-anak di usia 3 bulan sampai 3 tahun.Infeksi Escherichia coli jarang terjadi pada anak-
anak dengan usia lebih dari satu tahun. Meningitis meningococus terjadi pada bentuk
epidemic dan ditularkan melalui infeksi droplet dari sekresi nasofaring.Meningitis ini sering
terjadi pada anak-anak usia sekolah dan adolesens.

2.3 Etiologi

A. Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :


1. Neonatus

Pada bayi baru lahir biasanya meningitis disebabkan oleh bakteri sepertiEserichia
coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes.
2. Anak di bawah 4 tahun

Pada usia ini biasanya meningitis disebabkan oleh Hemofilus influenza,


meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa
Pada anak usia diatas 4 tahun dan orang dewasa, meningitis dapat terjadi karena
bakteri seperti Meningococcus, Pneumococcus.

B. Penyebab meningitis menurut organismenya :


1. Meningitis bakteri

Bakteri haemofilus influenza, nersseria, diplokokus pneumonia,


streptokokus group A, stapilokokus aurens, eschericia colli, klebsiela dan
pseudomonas adalah bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis.Tubuh
berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrophil, monosit, dan limfosit.Peradangan menimbulkan
munculnya cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit di ruangan
subarachnoid. Cairan akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga menyebabkan
lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Pengumpulan cairan tersebut juga
menimbulkan peningkatan pada tekanan intracranial yang menyebabkan jaringan
otak mengalami infark.

2. Meningitis virus

Meningitis virus atau aseptic meningitis disebabkan oleh virus gondok,


herpes simplek dan herpes zoster. Pada meningitis virus tidak ditemukan adanya
eksudat seperti yang terjadi pada meningitis bakteri dan juga tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Respon jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung jenis sel yang terlibat.Pada meningitis virus ini peradangan terjadi di
seluruh korteks cerebri dan lapisan otak

2.4 Klasifikasi

1. Meningitis Kriptikokus

Meningitis kriptikokus adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur


kriptokokus.Jamur kriptokokkus ini bisa masuk ke tubuh manusia saat menghirup
debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit,
paru, dan bagian tubuh lain. Gejala pada meningitis ini muncul secara
perlahan.Gejala pertama yang muncul termasuk demam, kelelahan, pegal-pegal
pada leher, sakit kepala, kebingungan, penglihatan mulai kabur, mual dan
muntah.Sakit kepala yang ditimbulkan sangat sulit untuk ditoleransi, bahkan tidak
mampu diredakan oleh paracetamol.
Untuk menentukan diagnosis harus dilakukan tes laboratorium.Tes ini
menggunakan darah atau cairan sumsum tulang belakang. Tes untuk kriptokokus
ini ada dua cara yatu tes CRAG dan tes biakan. Pada tes CRAG, mencari antigen
(protein) yang dihasilkan oleh jamur kriptokokus. Tes ini cepat dilakukan dan
hasilnya dapat dilihat pada hari yang sama.Sedangkan pada tes biakan, mencoba
menumbuhkan jamur kriptokokkus.Tes ini membutuhkan waktu satu minggu atau
lebih untuk menunjukkan hasil yang positif (Yayasan Spiritia, 2006).
2. Viral meningitis

Viral meningitis termasuk penyakit ringan.Penyebab meningitis viral di


dunia termasuk enterovirus, virus campak, VZV, danHIV. Meningitis ini
memiliki gejala yang hampir mirip dengan sakit flu biasa, dan gejala pertama
yang muncul hampir sama dengan gejala meningitis kriptokokus. Biasanya
demam yang terjadi sering pada 38-40 derajat dan diikuti kejang.
Untuk mengetahui diagnose meningitis viral harus dilakukan pungsi
lumbal, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium yaitu
pemeriksaan hematologi dan kimia, pemeriksaan CSF, dan CT Scan.
i. Bacterial meningitis

Bacterial meningitis merupakan penyakit yang serius.Salah satu bakteri


penyebab meningitis bakterial adalah meningococcal bacteria.Gejala yang
ditumbulkan seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak
kemerahan yang timbulakan berkembang menjadi memar yang dapat mengurangi
suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh sehingga berakibat fatal dan
menyebabkan kematian.
ii. Meningitis Tuberkulosis Generalisata

Meningitis ini disebabkan oleh kuman mikobakterium tuberkulosa varian


hominis.gejala pertama yang ditimbulkan meliputi demam, obstipasi, muntah dan
mual, kelelahan, dan ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku
kuduk, abdomen tampak cekung, gangguan saraf otak dan suhu badan yang tidak
stabil. Untuk menentukan diagnose harus dilakukan pemeriksaan cairam seperti
cairan otak, darah, radiologi, dan tes tuberculin.
iii. Meningitis Purulenta

Penyebab meningitis purulenta diantaranya Diplococcus pneumonia


(pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Stretococcus haemolyticus,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa.Gejala yang dapat timbul pada meningitis
purulenta yaitu demam tinggi, menggigil, kaku kuduk, tingkat kesadaran
menurun, nyeri kepala, mual dan mntah serta nyeri pada punggung dan sendi.Pada
diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada cairan
otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi,
radiologik, pemeriksaan EEG. (Harsono., 2003)

2.5 Patofisiologi

Otak memiliki 3 lapisan, yaitu durameter, arachnoid, dan piameter.Cairan otak


dihasilkan di dalam pleksus choroid yang bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam
sistem ventrikuler dan seluruh otak serta sumsum tulang belakang, cairan direabsorbsi
melalui vili arachnoid yang berstruktur eperti jari-jari di dalam lapisan sub arachnoid.
Organisme virus/bakteri yang dapat menyebabkan meningitis masuk cairan otak
melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak.Cairan (secret hidung) atau secret teliga
akibat fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung
antara cairan otak dengan lingkungan luar, mikrorgansme yang masuk berjalan ke cairan
otak melalui ruangan subarachnoid.Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab terjadinya peradangan pada piameter, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
2.6 Manifestasi klinis

Keluhan utama yang terjadi pada meningitis biasanya adalah nyeri kepala.Nyeri pada
bagian kepala dapat menjalar ke tengkuk dan punggung.Tengkuk menjadi kaku dan
pegal.Kaku ini disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor pada tengkuk.Bila kaku
yang hebat, dapat terjadi opistotonus.Opistotonus adalah tengkuk kaku dengan kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi.Pada meningitis biasanya terjadi
penurunan kesadaran.Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif. (Harsono, 2003)
Gejala meningitis yang terjadi tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita
danjenis virus yang menginfeksi. Gejala yang paling umum terjadi yaitu demam tinggi, mual
muntah, sakit kepala dan kejang.Biasanya penderita cepat merasa lelah, dan penglihatan
yang kabur. Bayi yang terserang meningitis akan sering rewel, muncul bercak-bercak pada
kulit, demam, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangan bergerak
tidak beraturan (Japardi, Iskandar, 2002).
Meningitis yang disebabkan oleh virus ditandai dengan cairan serebrospinal (CSS)
yang jernih serta rasa sakit yang dialami penderita masih dalam kategori ringan.Pada
umumnya, meningitis oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala malaise dan anoreksia,
kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf
pusat.Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh Echovirus biasanya ditandai dengan
demam, sakit kepala dan tenggorokan, nyeri pada otot dan timbul ruam makopapular yang
tidak gatal di daerah leher, wajah, badan dan daerah ekstrimitas.Meningitis yang disebabkan
oleh Coxsackie virus memiliki gejala yaitu tampak lesi vasikuler pada ovula, tonsil, palatum,
dan lidah. Setelah itu akan muncul beberapa keluhan seperti sakit kepala, mual muntah, kaku
kudu kuduk, dan nyeri pada punggung.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya ditandai gejala seperti gangguan
pernapasan dan gangguan pada gastrointestinal.Pada neonatus meningitis ini terjadi secara
akut disertai panas tinggi, mual muntah, penurunan nafsu makan, kejang akibat dehidrasi,
dan konstipasi.Pada anak dewasa biasanya diawali dengan gangguan saluran pernapasan
bagian atas, sakit kepala hebat, nyeri otot dan punggung.CSS tampak keruh atau purulen.
Meningitis tuberkulosa terdiri dari tiga stadium.Stadium I terjadi selama 2-3 minggu
dan ditandai gejala seperti infeksi biasa.Pada anak-anak, demam jarang terjadi, tetapi BB
turun, mual dan muntah serta anak menjadi apatis.Meningitis yang terjadi pada orang
dewasa, demam yang terjadi hilang timbul, nyeri kepala dan punggung, dan tampak
gelisah.Stadium II (stadium transisi) berlangsung selama 1 – 3 minggu.Gejala yang tampak
yaitu nyeri kepala heba disertai kejang, seluruh tubuh mulai kaku, terdapat tanda-tanda
peningkatan intrakranial, dan ubun-ubun menonjol.Stadium III (terminal) gejala kelumpuhan
mulai terjadi dan penderita dapat mengalami koma dan dapat terjadi kematian jika dalam
waktu 3 minggu penderita tidak mendapatkan pengobatan.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah, kadar hemoglobin, jumlah, dan menghitung jenis leukosit, laju
endapan darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis
purulenta diperoleh peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis
(Mansjoer Arif, 2005).
2. Pemeriksaan radiologis, foto thoraks, dan foto kepala (pemeriksaan mastoid, sinus
paranasal, dan gigi geligi) (Mansjoer Arif, 2005).
3. Pemeriksaan serebrospinalis, lengkap dan kultur
Pada purulenta, didapatkan hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis yang keruh, karena
mengandung pus berupa campuran leukosit, jaringan yang mati dan bakteri.Hasil pemeriksaan
cairan serebrospinalis yang jernih terdapat pada infeksi virus. Pemeriksaan kultur liquor
digunakan untuk menentukan bakteri yang menjadi penyebab.
- Pemeriksaan Penunjang
1. Pungsi lumbal dan kulturCSS: jumlah leokosit CBC meningkat, kadar glukosa
darah menurun, protein menigkat, tekanan cairan meningkat, asam laktat
meningkat, glukosa serum meningkat, identifikasi organisme penyebab.
2. Kultur darah, digunakan untuk menemukan dan menetapkan organisme penyebab.
3. Kultur urin
4. Kultur nasofaring
5. Elektrolit serum, meningkat pada pasien yang mengalami dehidrasi. Na naik dan K
turun
6. Osmolaritas urin meningkat dengan sekresi ADH
7. MRI, CT-Scan atau angiografi
Pemeriksaan Rasangan Meningeal
1. Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien terlentang dan dilakukan gerakan pasif seperti fleksi dan rotasi
kepala.Kaku kuduk positif (+) jika terjadi kekakuan dan tahanan pada
pergerakan fleksi kepala disertai nyeri dan spasme otot.Dagu tidak bisa
menyentuh dada, tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2. Pemeriksaan tanda kering
Pasien dalam posisi terlentang, tangan diangkat, melakukan gerakan fleksi
pada panggul, kemudian ekstensi tungkai bawah sendi lutut yang jauh
tanpa disertai nyeri. Tanda kering positif (+) jika saat ekstensi sendi lutut
pasien tidak bisa mencapai sudut 135 dengan disertai spasme otot pada
dan nyeri.
3. Pemeriksaan tanda Brudzinski I (pada leher)
Posisi pasien terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya di bawah
kepala pasien dan tangan kan di atas dada pasien kemudian melakukan
fleksi kepala dengan cepat ke arah dada. Tes Brudzinski positif (+) jika
saat pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
4. Pemeriksaan tanda Brudzinski II (pada kontra lateral tungkai)
Posisi pasien terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul.Tanda
brudzinski II positif (+) jika tungkai yang satunya ikut terfleksi juga.
2.8 Penatalaksanaan medis

Farmakologis
A. Obat anti inflamasi
1. Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a. Sefalosporin generasi ke 3
b. ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

2. Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :


a. Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b. Sefalosforin generasi ke 3.
B. Pengobatan simtomatik
1. Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kg/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kg/dosis
2. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian
a. Fenitoin 5 mg/kg/24jam, 3 kali sehari atau
b. Fenobarbital 5-7 mg/kg/24jam, 3 kali sehari
3. Turunkan panas:
a. Antipiretik: parasetamol/ salisilat 10 mg/kg/dosis.
b. Kompres air PAM / es.
C. Pengobatan suportif
1. Cairan intravena
2. Zat asam
2.8 Pathway
3.1 Asuhan keperawatan secara teoritis

A. Identitas pasien
Nama:
Umur: agen infeksi meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan umur
tertentu diantaranya:
a. Neonatus : E. Coli, S. Beta hemolitikus, dan Listeria monositogenes
b. < 5 th/balita: H. Influenza, Meningococcus dan Pneumococcus
c. 5-20 tahun : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus,
dan Pneumococcus
d. >20 th : Meningococcus, Pneumococcus, Stafilococcus, Streptococcus,
Listeria
Rentang usia dengan angka mortilitas tinggi adalah bayi sampai
balita (6 bulan-4 tahun).
Gender: Laki-laki mempunyai jumlah yang lebih banyak dari pada perempuan dalam kasus
meningitis, yang dikarenakan adanya faktor predisposisi dalam kasus meningitis
(AM. Youssr, 2005).
Agama: -
Pendidikan:
Pekerjaan: Meningitis sering terjadi pada masyarakat dengan keadaan sosio-ekonomi
rendah, pengahasilan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
Gol. Darah: -
Alamat: Meningitis banyak terjadi di negara-negara berkembang karena angka kematian
dan kecatatan yang masih tinggi. Perumahan tidak memenuhi syarat kesehatan
minimal, hidup, tinggal atau tidur yang saling berdesakan.Hygiene dan sanitasi
yang buruk meningkatkan angka terjadinya meningitis.

B. Riwayat Kesehatan Pasien

a. Keluhan utama: suhu badan tinggi, kejang, kaku kuduk dan penurunan tingkat
kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang : pada pengkajian klien dengan meningitis didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan
intracranial, diantaranya sakit kepala dan demam. Sakit kepala dihubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan akibat dari iritasi meningen.Demam ada dan tetap
tinggi selama perjalanan penyakit.
c. Riwayat penyakit dahulu : infeksi jalan napas bagian atas, ototos media, anemia sel
sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah syaraf, riwayat trauma kepala,
pengaruh imunologis
d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual:ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra diri). Pada kilen anak perlu diperhatikan dampak
hospitaslisasi dan family center

C. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital
1. Peningkatan suhu lebih dari normal, yaitu 38-41 ‘C, dimulai dari fase sistemik,
kemerhan, panas, kulit kering, berkeringat.Keadaan tersebu dihubungkan dengan
proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur
suhu tubuh
2. Penurunan denyut nadi, berhubungan dengan tanda peningkatan tekanan
intracranial
3. Peningkatan frekuensi pernapasan, berhubungan dengan laju metabolism umum
dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis

B1 (breathing)
a. Inspeksi adanya batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu
napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang disertai adanya gangguan pada
istem pernapasan.
b. Palapasi thorax apabila terdapat deformitas tulang dada
c. Auskultasi adanya bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
meningitis tuberkolosa dengan penyebaran primer dari paru

B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler dilakukan pada klien meningitis tahap lanjut
apabila sudah mengalami renjatan (syok).Pada klien meningitis meningokokus
terjadi infeksi fulminating denga tanda-tanda septicemia: demam tinggi yang tiba-
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajh dan ekstrimitas), syok, dan
tanda-tanda koagulasi intravascular diseminata.
B3 (Brain)
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap disbanding pengkajian pada sistem lain.
Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis berkisar antara letargi,
stupor, dan semikomatosa.
Fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan dan tingkah laku, nilai gaya bicara dan
observasi ekspresi wajah dan aktivitas motoric. Pada klien meningitis ahaplanjut
biasanya ststus mental mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial
a. Saraf I,pada klien meningitis tidak ada kelainan
b. Saraf II, pemeriksaan ketajaman penglihatan pada kondisi normal dan
pemeriksaan papilledema pada meningitis supuratif yang disertai abses serebri dan
efusi subdural yang menyebabkan peningkatan TIK.
c. Saraf III, IV, dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil tanpa kelainanpada
klien meningitis tanpa penurunan kesadaran
d. Saraf V : tidak didapatkan paralisis otot wajah dan reflek kornea tidak ada
kelainan
e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
f. Saraf VIII : tidak ditemukan tili konduktif dan tuli persepsi
g. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik
h. Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius

Sistem motoric
Kekuatan otot menurun, pada meningitis tahap lanjut kontrolkeseimbangan dan
koordinasi mengalami perubahan
Pemeriksaan reflex
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamntum, atau periosteum
derajat reflex pada respon normal. Refles patologis terjadi pada klien dengan
tingkat kesadaran koma.
Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan syaraf, dan dystonia. Pada keadaan
tertentu biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak dengan meningitis
yang disertai peningktan suhu tubuh yang tinggi
Sistem sensorik
Pemeriksaan terkait peningkatan tekanan intracranial, tanda tanda peningkatan TIK
sekunder akibat eksudat purulent dan edema serebri diantaranya perubahan TTV
(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernapasan tidak teratur, sakit
kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.Adanya ruam merupakan ciri
menyolok adanya meningitis meningokokal (Neisseria meningitis)
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan didapatkan berkurangnya volume keluaran
urine.Hal tersebut berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah
jantung ke ginjal.
B5 (Bowl)
Mual hingga muntah karena peningkatan produksi asam lambung.Pada klien
meningitiss pemenuhan nutrisi menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (lutut dan pergelangan
kaki).Petekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam.Pada kasus berat klien
dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstrimitas.Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari.

Pengkajian pada anak bergantung pada usia anak dan luasnya penyebaran infeksi
di meningen. Pada penilaian klinis, gejala meningitis pada anak dibagi menjadi 3 meliputi
anak, bayi dan neonates.
1. Anak: timbul sakit secara tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin,
muntah, dan kejang-kejang. Anak cepat rewel dan agitasi serta menjadi fotopobia,
delirium, halusinasi, tingkah laku agresif atau mengantuk, stupor, dan
koma.Gejala pada pernapasan atau gastrointestinal meliputi sesak napas, muntah
dan diare. Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada kepala jika difleksikan,
kaku leher, tanda kerning dan brudzinski(+). Perfusi yang tidak optimal bisa
mengakibatkan tanda klinis kulit dingin dan sianosis gejala lain yang lebih
spesifikadalah petekia/purpura pada kulit bila anak mengalami infeksi
meningokokus(meningokoksemia), keluarnya cairan dari telinga pada anak yang
mengalami meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital akibat infeksi E.
colli.
2. Pada bayi: pada umur 3 bulan sampai 2 tahun ditemukan adanya demam, nafsu
makan menurun, muntah, rewel, mudah lelah, kejang-kejang, dan menangis
meraung-raung. Tanda khas pada kepala adalah penonjolan pada fontanel.
3. Pada neonates: menolak untuk makan, kemampuan untuk menetek buruk, muntah
dan kadang ada diare. Tous otot melemah, pergerkan dan kekuatan mengansi
melemah.Pada ksus lanjut terjadi hipertermia.demam, icterus, rewel, mengantuk,
kejang-kejang, frekuensi napas tidak teratur, sianosis, penurunan berat badan.Pada
fase yang lebih berat terjadi kolaps kardiovaskuler, kejang kejang dan apnea.

D. Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan bd peningkatan tekanan intrakranial
2. Resiko terjadi kejang bd hipertermi
3. Resiko terjadinya injuri bd adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat
kesadaran.
E. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


dx KEPERAWATA
N
1. Gangguan perfusi Tujuan : Observasi :
jaringan bd  Pasien kembali  Identifikasi penyebab
peningkatan pada,keadaan status peningkatan TIK
tekanan neurologis sebelum sakit  Monitor tanda dan gejela
intrakranial  Meningkatnya kesadaran peningkatan TIK
pasien dan fungsi sensoris  Monitor MAP
 Monitor CVP
Kriteria hasil :  Monitor PAWP
 Tanda-tanda vital dalam  Monitor PAP
batas normal  Monitor ICP
 Rasa sakit kepala berkurang  Monitor gelombang ICP
 Kesadaran meningkat  Monitor pernafasan
 Adanya peningkatan  Monitor intake dan
kognitif dan tidak ada output cairan
atau hilangnya tanda-  Monitor cairan
tanda tekanan seresbrop-spinalis
intrakranial yang
meningkat. Terapeutik :
 Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
 Berikan posisi semi-
fowler
 Hindari manuver
valsava
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan
PEEP
 Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
 Atur fentilator agar
PaCO2 optimal
 Pertahankan suhu
normal

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan,jika perlu
 Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis,jika
perlu
 Kolaborasi pemberian
peluna tinja,jika perlu

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


dx KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
2. Resiko terjadi kejang bd Setelah dilakukan Observasi :
hipertermi tindakan 2x24 jam. -identifikasi penyebab
Pasien mencapai hipertermia
- monitor suhu tubuh
Tujuan : - monitor kadar elektrolit
-Klien tidak mengalami -monitor prngeluaran urin
kejang selama - monitor komplikasi akibat
berhubungan dengan hipertermia
hipertermi. Terapeutik :
Kriteria hasil : - sediakan lingkungan yang
-tidak terjadi serangan dingin
kejang ulang. - longgarkan atau lepaskan
-suhu 36-37,5º C pakaian basahi dan kipasi
-nadi 100-110/menit permukaan tubuh
-respirasi 24-28x/menit -berikan cairan oral
-kesadaran - ganti linen setiap hari atau
composmentis lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
- lakukan pendinginan
eksternal
- hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
- anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena jika
perlu
N DX Keperawatan Tujuan Intervensi
O
dx
3 Resiko terjadinya injuri bd adanya Setelah dilakukan Observasi
kejang, perubahan status mental dan asuhan - monitor terjadinya kejang
penurunan tingkat kesadaran keperawatan 2x24 berulang
jam pasien dapat - monitor terjadinya
memenuhi karakteristik kejang
Tujuan : - monitor status neorologis
Pasien bebas dari - monitor TTV
injuri yang Terapeutik
disebabkan oleh -baringkan pasien agar
kejang dan tidak terjatuh
penurunan - berikan alas empuk
kesadaran dibawah kepala jika
memungkinkan
-pertahankan kepatenan
jalan nafas
- longgarkan pakaian,
terutama di bagian leher
- damping selama periode
kejang
- jauhkan benda benda
berbahaya terutama benda
benda tajam
- catat durasi kejang
-reorientasikan setelah
periode kejang
-dokumentasikan periode
terjadinya kejang
- pasang akses IV jika perlu
-berikan oksigen jika perlu
Edukasi:
- anjurkan keluarga
menghindari memasukkan
apapun kedalam mulut
pasien saat periode kejang
- anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekrasan
untuk menahan gerakan
pasien
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
antikonfulsan jika perlu

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2015 pukul 10.00
WIB di Ruang anak (Ruang neurologi/ B II) RSUD Dr.
Soetomo surabaya
a. Biodata
Nama : An. L
Tempat tanggal lahir : Jombang,07
04- 2013
Usia : 2 tahun
Jenis kelamin : Perempuan.
Nama ayah/ ibu : Tn. S/ Ny. S
Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMP
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Mojowarno/ Jombang
No rm : 10-392-85
Tgl MRS : 13 April 2003
Sumber informasi : Ibu
Diagnosa medis : S. Meningitis

a. Keluhan utama kejang.


Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya di rumah klien sudah seminggu menderita demam, flu dan
batuk. klien mulai kejang pada tanggal 14 April 2015 jam 23.00 (pada
saat kejang mata melirik ke atas, kejang pada seluruh badan, setelah
kejang klien sadar dan menangis pada saat kejang keluar buih lewat
mulut) dan langsung dibawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan
MRS di Ruang anak B2 Neorologi.

b. Riwayat penyakit dahulu


Sebelumnya klien pernah MRS dengan diare pada saat berumur 1
bulan.

c. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan
kejang didalam keluarga tidak ada yang menderita sakit flu/
batuk.

d. Riwayat kehamilan dan persalinan


Ibu mengungkapkan bahwa selama hamil ia rajin kontrol ke
bidan didekat rumahnya, ia mengatakan bahwa ia juga
mengkonsumsi jamu selama hamil yaitu jamu. Menurut ibu,
klien lahir kembar di rumah sakit Mojowarno Jombang dengan
berat badan lahir 1200 gram, tidak langsung menangis,
menurut ibu air ketubannya berwarna kehitaman dan kental.

e. Status imunisasi
Menurut ibu anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT
I dan hepatitis

f. Status nutrisi
Ibu mengungkapkan An.L diberikan ASI mulai lahir sampai
berumur 1 bulan, setelah dirawat di ruang anak ibu tidak
menenteki dan diganti dengan PASI Lactogen. Pada saat
pengkajian BB 3700 gram, panjang badan 56 cm, lingkar
lengan atas 7 cm. Ibu mengungkapkan anak tidak mual dan
tidak pernah muntah.
g. Riwayat perkembangan
Pada saat ini anak memasuki masa basic trust Vs Mistrust
(dimana rasa percaya anak kepada lingkungan terbentuk
karena perlakuan yang ia rasakan). Ia juga berada pada fase
oral dimana kepuasan berasal pada mulut.

h. Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan
berharap agar anaknya bisa cepat sembuh dan pulang
berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien. Ibu dan
nenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari
minggu ayah dan kakak klien datang mengunjungi klien,
karean harus bekerja dan sekolah.

i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Anak tampak tidur dengan menggunakan IV Cath pada tangan
kanan, kesadaran compomentis, nadi 140 x/mnt, suhu 38,5 C,
pernafasan 40 x/mnt teratur.
9

2) Kepala dan leher


Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan
penyebarannya merata, ubun-ubun besar masih belum menutup,
teraba lunak dan cembung, tidak tegang. Lingkar kepala 36 cm.
Reaksi cahaya +/+, mata nampak anemi, ikterus tidak ada,
tidak terdapat sub kunjungtival bleeding.
Telinga tidak ada serumen.
Hidung tidak terdapat
pernafasan cuping hidung.
Mulut bersih, tidak terdapat
moniliasis.
Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk.
3) Dada dan thoraks
Pergerakan dada simetris, Wheezing -/-, Ronchi -/-, tidak
terdapat retraksi otot bantu pernafasan. Pemeriksaan jantung,
ictus cordis terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2
tunggal tidak ada bising/ murmur.
4) Abdomen
Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat
meteorismus, bising usus+ normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa
tidak teraba. Kandung kemih teraba kosong.
5) Ekstrimitas
Tidak terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang, tidak
ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot tidak
dilakukan. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai
dengan arah gerak sendi. Ekstrimitas kanan sering terjadi
spastik setiap 10 menit selama 1 menit.
6) Refleks
Pada saat dikaji refleks menghisap klien +, refleks babinsky +,
Terapi Medis :
- IVFD D51/4S 400 cc/24 jam
- Injeksi Cefotaxime 3 x 250 mg iv
- Injeksi Dilantin 3 x 8 mg intravena
- Tranfusi WB 37 cc / hari
- K/p Injeksi Diazepam 1 mg kalau kejang
21
No Analisa data Etiologi Problem
dx
1 Ds: -ibu klien mengatakan bahwa adanya peningkatan Gangguan perfusi
tanda tanda spasifik tekanan jaringan
- ibu klien mengatakan anak nya rewel intrakranial
- ibu klien mengatakantangan dan kaki
anaknya terlihat kaku

Do:- tangan dan kaki klien terlihat kaku dan


tegang
- klien tampak lemah
- klien tampak sedikit pucat
- suhu tubuh klien 38,5
-nadi 140x/menit
2 Ds: ibu klien mengatakan bahwa kejang hipertermi Resiko terjadi
masih sering terjadi pada anaknya kejang
Ibu klien mengatakan anaknya masih rewel

Do: - klien tampak lemah dan sedikit pucat


- suhu tubuh klien 38,5 c
- nadi 140x/menit
4. Pelaksanaan
Tgl/ No. Pelaksanaan
Pukul DP tindakan
15-16 1. 1. Melakukan bed rest total pada klien dengan posisi
April tidur terlentang tanpa bantal
2015 2. Memonitor tanda-tanda status neurologis
3. Memonitor intake dan output
4. memonitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu,
Resoirasi dan hati- hati pada hipertensi sistolik
5. Membantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik
di tempat tidur.
6. Kolaborasi
 Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
 Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
 Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:
Steroid, Aminofel, Antibiotika
15-16 2. 1.Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang
April mudah menyerap keringat
2015 2.Memberikan kompres dingin di daerah kepala, leher
dan ketiak
3.Memberikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
4.Mengobservasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
5.Membatasi aktivitas selama anak panas
- Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
5. Evaluasi

No. Tanggal SOAP


DP
1 15-4- S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda
2014 spastik masih terjadi
O : - Tangan dan kaki klien masih terlihat kaku
dan tegang
- Keadaan umum klien
masih lemah
- A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 15-4- S : Ibu klien mengatakan bahwa kejang
2014 masih terjadi O : - Jam 11.00 klien
kejang
- Suhu tubuh jam 11.00 38,6 0 C
- Keadaan umum klien
masih lemah A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 16-4- S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda
2015 spastik masih terjadi O : - Tangan dan kaki klien
masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien
masih lemah A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 16-4- S : Ibu klien mengatakan bahwa kejang
2015 masih terjadi O : - Jam 09.00 klien
kejang
- Suhu tubuh jam 10.00 38,4 0 C
- Keadaan umum klien
masih lemah A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 17-4- S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda spastik
2015 tidak terjadi
O : - Tangan dan kaki klien sebelah kiri tidak terlihat
kaku dan tegang
- Keadaan umum klien
masih lemah A : Masalah
teratasi
P : Hentikan intervensi
2 17-4- S : Ibu klien merasa tenang karen keadaan klien mulai
2015 membaik dan klien tidak mengalami kejang
O : - Suhu tubuh jam 17.00 36,7 0 C
- Keadaan umum klien
masih lemah A : Masalah
teratasi
P : Hentikan intervensi
DAFTAR KEPUSTAKAAN

 Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta


 Kapita Selekta Kedokteran FKUI, (1999) Media Aesculapius, Jakarta
 Brunner / Suddarth,( 2000). Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC, Jakarta,
 Tim Pokja Siki DPP PPNI .2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat persatuan perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan
 Tim Pokja Siki DPP PPNI .2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat persatuan perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan
 Tim Pokja Siki DPP PPNI .2018. Standar luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat persatuan perawat Nasional Indonesia : Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai