1. Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). (ex: terkena
ujung pisau atau gunting)
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama
daripada cutaneous. (ex: sprain sendi)
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
iskemia, regangan jaringan
2. Berdasarkan penyebab.
a. Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
b. Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak
disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada
dadanya) Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
3. Berdasarkan lama/durasinya
a. Nyeri akut. Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya
berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan
bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian
pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan
kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial
menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam
bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi,
nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri kronik. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten
yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung
di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat
dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat
tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa
sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya
menjadi masalah dengan sendirinya.
4. Berdasarkan lokasi/letak
a. Radiating pain. Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di
dekatnya (ex: cardiac pain)
b. Referred pain. Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg
diperkirakan berasal dari jaringan penyebab
c. Intractable pain. Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker
maligna)
d. Phantom pain. Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang
(ex: bagian tubuh yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh
karena injuri medulla spinalis
Nyeri secara esensial dapat dibagi atas dua tipe yaitu nyeri adaptif dan
nyeri maladaptif. Nyeri adaptif berperan dalam proses survival dengan
melindungi organisme dari cedera atau sebagai petanda adanya proses
penyembuhan dari cedera. Nyeri maladaptif terjadi jika ada proses
patologis pada sistem saraf atau akibat dari abnormalitas respon sistem
saraf. Kondisi ini merupakan suatu penyakit (pain as a disease).
Pada praktek klinis sehari-hari kita mengenal 4 jenis nyeri:
1. Nyeri Nosiseptif
Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan kerusakan
jaringan. Pada umumnya, tipe nyeri ini tidak memerlukan terapi
khusus karena perlangsungannya yang singkat. Nyeri ini dapat
timbul jika ada stimulus yang cukup kuat sehingga akan
menimbulkan kesadaran akan adanya stimulus berbahaya, dan
merupakan sensasi fisiologis vital. Intensitas stimulus sebanding
dengan intensitas nyeri. Contoh: nyeri pada operasi, nyeri akibat
tusukan jarum, dll.
2. Nyeri Inflamatorik
Nyeri dengan stimulasi kuat atau berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan atau lesi jaringan. Nyeri tipe II ini dapat terjadi akut dan
kronik dan pasien dengan tipe nyeri ini, paling banyak datang ke
fasilitas kesehatan. Contoh: nyeri pada rheumatoid artritis.
3. Nyeri Neuropatik
Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi sistem saraf perifer
(seperti pada neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia,
radikulopati lumbal, dll) atau sentral (seperti pada nyeri pasca cedera
medula spinalis, nyeri pasca stroke, dan nyeri pada sklerosis
multipel).
4. Nyeri Fungsional
Bentuk sensitivitas nyeri ini ditandai dengan tidak ditemukannya
abnormalitas perifer dan defisit neurologis. Nyeri disebabkan oleh
respon abnormal sistem saraf terutama hipersensitifitas aparatus
sensorik. Beberapa kondisi umum memiliki gambaran nyeri tipe ini
yaitu fibromialgia, iritable bowel syndrome, beberapa bentuk nyeri
dada non-kardiak, dan nyeri kepala tipe tegang. Tidak diketahui
mengapa pada nyeri fungsional susunan saraf menunjukkan
sensitivitas abnormal atau hiper-responsifitas (Woolf, 2004).
Nyeri nosiseptif dan nyeri inflamatorik termasuk ke dalam nyeri
adaptif, artinya proses yang terjadi merupakan upaya tubuh untuk
melindungi atau memperbaiki diri dari kerusakan. Nyeri neuropatik
dan nyeri fungsional merupakan nyeri maladaptif, artinya proses
patologis terjadi pada saraf itu sendiri sehingga impuls nyeri timbul
meski tanpa adanya kerusakan jaringan lain. Nyeri ini biasanya
kronis atau rekuren, dan hingga saat ini pendekatan terapi
farmakologis belum memberikan hasil yang memuaskan
(Rowbotham, 2000; Woolf, 2004).
D. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah:
1. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,
merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan
pengalaman.
2. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
dari seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu
merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
3. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri
yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor
yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain
alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di
pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, ni
5. lai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas,
usia, dan lain-lain.
E. Macam-Macam Gangguan Nyeri
Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi
pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang
mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang
akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.
a. Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang
mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan
perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap
nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan
kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak
yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan
mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang
tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga
perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa
kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi (Tamsuri, 2007).
b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai
perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri.
Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri
sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan
tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam
waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip
dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative
pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima
oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap
nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).
Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya
pasien dari budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat
mencakup menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti menangis
atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang budaya
yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa
ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena
perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien lain.
Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami
mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya
membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan
harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan
budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri
pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon
perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien
(Smeltzer& Bare, 2003).
d. Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset
tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan
nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres
praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang
relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi
pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri
dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi
nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah
dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer &
Bare, 2002).
e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang
dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa
menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih
sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda
sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti
terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan
nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat.
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak
kejadian nyeri selama rentang kehidupannya
f. Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau
tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar
benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah
merupakan efek positif.
Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan
keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak
petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin
efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang diberitahu bahwa suatu
medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti akan
mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu
bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek apapun.
Hubungan pasien –perawat yang positif dapat juga menjadi peran yang
amat penting dalam meningkatkan efek plasebo (Smeltzer & Bare, 2002).
g. Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah
kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan
nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau
melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan
membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal
khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter &
Perry, 1993).
h. Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah
sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien
kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan
termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek
nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber
koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti
berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan
sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.
Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin
tergantung pada support emosional dari anak-anak, keluarga atau teman.
Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian.
Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdo’a,
memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
datang (Potter & Perry, 1993).
F. Cara Mengukur Intensitas Nyeri
Skala nyeri menurut Hayward
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol
dengan aktifitas yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bias dikontrol
Skala nyeri menurut McGill
Skala Keterangan
1 Tidak nyeri
2 Nyeri sedang
3 7
Nyeri berat
4 Nyeri sangat berat
5 Nyeri hebat
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Gangguan Nyeri
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnese
Identitas penderita : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
1) Keluhan Utama / Alasan MRS
Keluhan yang dirasakan paling mengganggu.
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
a. P (Provoking/Paliatif)
Apakah yang menyebabkan nyeri?
Apa saja yang dapat mengurangi & memperberat nyeri itu?
Kejadian awal apakah yang Anda lakukan sewaktu gangguan
pertama kali dirasakan?
Apakah yang menyebabkan nyeri?
Posisinya bagaimana?
Aktivitas tertentu yang Anda lakukan?
Penjelasan lebih lanjut?
Untuk gangguan psikologis: Apakah nyeri terasa sewaktu Anda
merasa tidak beraktivitas?
Apakah yang menghilangkan gangguan?
Apakah yang memperburuk gejala?
b. Q (Quality & Quantity / Kualitas & Kuantitas)
Bagaimana gangguan dirasakan, nampak / terdengar?
Sejauh mana Anda merasakan sekarang?
Kualitas ?
Bagaimana gangguan dirasakan, nampak / terdengar?
Kuantitas?
Sejauh mana gangguan dirasakan sekarang. Sangat dirasakan hingga
tidak bisa melakukan aktifitas?
Lebih parah atau lebih ringan dari yang dirasakan sebelumnya?
c. R (Regional/Area/Radiasi)
Dimana gangguan nyeri dirasakan?
Apakah nyerinya menyebar?
Apakah merambat pada punggung atau lengan, merambat pada leher
atau kaki?
d. S (Severity/Skala Keparahan)
Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala?
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien, adalah:
1. Respiratory : bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi
pernapasan.
2. Sirkulasi : tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
3. Persarafan : tingkat kesadaran.
4. Balutan :
Apakah ada tube, drainage ?
Apakah ada tanda-tanda infeksi?
Bagaimana penyembuhan luka ?
5. Peralatan :
Monitor yang terpasang.
Cairan infus atau transfusi.
6. Rasa nyaman : rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas
ventilasi.
7. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di
dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita nyeri atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
5) Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
B. Pemeriksaan Fisik
a) Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
Sistem Integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
Sistem Pernafasan
C. Penatalaksanaan Perawatan
Assesment
Pengkajian ini meliputi obyektif dan subyektif.
1. Data subyektif meliputi :
Nyeri yang sangat pada daerah perut.
2. Data obyektif meliputi :
Napas dangkal
Tensi turun
Nadi lebih cepat
Abdomen tegang
Defense muskuler positif
Berkeringat
Bunyi usus hilang
Pekak hati hilang
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen
Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak
1. Nyeri ringan 1 (farmakologi 1)
Aspirin 325 - 650 mg 4 jam sekali
Asetaminofet 325 - 650 mg 4 - 6 jam sekali
2. Nyeri ringan (farmakologi II)
Ibuprofen 200 mg 4 - 6 jam sekali
Sodium awalan 440 mg selanjutnya 220 mg 8 - 12 Jam sekali
Ketoproten 12, 5 mg 4 - 6 jam sekali
3. Nyeri Sedang ( farmakologi tingkat III)
Asetaminofen 4 - 6 jam sekali
Ibuprofen 4 - 6 jam sekali
Sodium Naproksen 8 - 12 jam sekali
4. Nyeri Sedang (farmakologi tingkat VI)
Tramadol 50 - 100 mg 4 - 6 jam sekali
5. Nyeri Berat (farmakologi tingkat VII)
Morfin bila terapi non narkotik tidak efektif Dan ada riwayat terapi
narkotik untuk nyeri.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa I
Nyeri akut b/d agens cedera biologis
Nyeri Akut (00132)
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial.
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Batasan Karateristik : ekspresi wajah nyeri,sikap melindungi area
nyeri,sikap tubuh melindungi
2. Diagnosa II
Nyeri Kronis b/d keletihan
Nyeri Kronis (00133)
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial.
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Batasan Karateristik : hambatan kemampuan meneruskan aktivitas
sebelumnya,perubahan pola tidur,ekspresi wajah nyeri
F. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo, R (2011). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta :
EGC hal : 87.
Shone, N. (2009). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80
Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta :
Djambatan.
Syaifuddin. (2007). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC.
Hlm : 123-136.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC. Hlm 1502-1533
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate
Of Elsefer.
Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2010.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
: EGC
http://www.asuhankeperawatansari.blogspot.com/2012/24-Maret/etc.