Anda di halaman 1dari 3

Kelompok Pseudo

oleh Aqshal Raihan Budiputra, 1806186452

FG 4

Judul : Buku Ajar MPKT-A 2017

Pengarang : Dr. Bagus Takwin, Dra. Wuri Prasetyawati, Dr. Saraswati Putri, Miranda
Diponegoro, M. Psi, Jossy Pranata Moeis, Ph.D., Eko Aditya
Meinamo, S.Psi., M.Si., Agnes Sri Poerbasari, M.Si., dan Drs. Slamet
Soemiamo, M.Si.

Direvisi oleh : Dr. Irmayanti Meliono, M.Si,. Dr. Fristian Hadinata, Prof. Bambang
Shergi Laksmono, Ade Solihat, M.A., Pribadi Setiyanto, S.E, M.A,. Dr.
R. Ismala Dewi dan Eko Handayani, M.Psi.

Data Publikasi : Depok, 2017, PPKPT Universitas Indonesia 2017 (Edisi Revisi) hal 176-
177

Uraian :

Kelompok adalah suatu kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain.
Interaksi ini pada umumnya hanya untuk dalam melakukan pekerjaan, untuk meningkatan
hubungan antar individu, atau juga ada kemungkinan untuk keduanya. Sedangkan itu, kelompok
sosial adalah kumpulan individu yang sama-sama memiliki kesadaran atas keanggotaannya dan
dapat mengafeksi perilaku anggotanya. Semua bentuk kelompok diciptakan oleh masyarakat.

Dalam penerapannya, ada syarat yang harus dipenuhi untuk sebagai dasar terciptanya
suatu kelompok. Menurut Baron dan Byrne, syarat-syarat tersebut meliputi: interaksi,
interindependen (pengaruh dari satu anggota kelompok ke anggota kelompok lainnya), bersifat
stabil, memiliki tujuan yang dibagi, keberadaan struktur, dan persepsi dari masing-masing
anggota kelompok. Jika syarat tersebut terpenuhi, maka kelompok akan memiliki sinergi yang
kuat, namun jika syarat tersebut tak terpenuhi, maka kelompok yang terbentuk akan memiliki
efektivitas yang juga berkurang dikarenakan tak adanya ikatan batin, peran yang jelas antar
individu dan kelompok, dan interaksi yang minim dalam suatu kelompok.

Kelompok-kelompok juga memiliki tipe-tipenya yang sangat beragam. Salah satunya


adalah pembagian kelompok berdasarkan efektivitasnya, yang dikemukakan oleh Johnson dan
Johnson pada tahun 2006. Dari pembagian tersebut, salah satu dari empat kelompok yang dibagi
berdasarkan efektivitasnya bernama kelompok pseudo/pseudogroups.

Sesuai dengan arti kata pseudo dari Bahasa Inggris yang berarti semu atau palsu,
kelompok pseudo dapat diartikan sebagai kelompok yang tak ingin bekerja bersama-sama dan
lebih mementingkan pekerjaan pribadi mereka (kelompok yang tak ingin melakukan pekerjaan
kelompok). Dalam hal ini, kelompok dijadikan sebagai suatu wadah bagi para anggotanya untuk
bersaing antar individu secara internal. Dalam penerapannya, setiap anggota dari kelompok yang
termasuk dalam golongan ini tak akan segan untuk saling menjegal dan menghalangi anggota
kelompok lainnya dalam mencapai tujuan yang seharusnya dicapai sebagai sebuah kelompok.

Kelompok pseudo dapat dilihat sebagai kelompok yang tak bisa mendapatkan
produktivitas kelompok yang maksimal. Hal ini dikarenakan setiap individu melihat individu
lainnya sebagai saingan yang harus dikalahkan. Akibatnya, setiap individu dalam kelompok akan
mencapai produktivitas yang lebih tinggi jika mereka melakukan pekerjaannya sendiri
dibandingkan bekerja dalam kelompok. Selain itu, tiap individu dalam kelompok juga akan
menyembunyikan informasi antara satu dan yang lain, menimbulkan kebingungan dan
kekeliruan dalam kelompok. Dalam kalimat singkat, dapat disimpulkan bahwa setiap individu
dalam kelompok ingin meraih keuntungan dan kejayaan bagi diri mereka sendiri dan bukan
untuk kelompoknya.

Kelompok pseudo dalam bentuknya pula tak memenuhi syarat terciptanya suatu
kelompok yang dipaparkan oleh Baron dan Bryne. Hal ini terlihat dari penerapan kelompok
pseudo yang bersifat minim interaksi (khususnya yang bersifat kooperatif). Kelompok ini juga
memiliki pengaruh interindependen yang buruk akibat keinginan ingin menjatuhkan anggota
yang lainnya oleh tiap anggota dalam kelompok. Kelompok ini pun tak bersifat stabil dalam
kurun waktu tertentu sebagai akibat dari keinginan menyingkirkan anggota lain dan mendapat
keuntungan bagi diri sendiri, tidak memiliki pembagian tujuan yang jelas bagi tiap anggota, tidak
berstruktur jelas yang menyebabkan tidak adanya rasa memegang tanggung jawab peran tertentu
dalam kelompok, dan tidak adanya persepsi yang menyebabkan setiap anggota tak merasa
menjadi bagian dari kelompok tersebut. Syarat-syarat yang tak dipenuhi oleh kelompok pseudo
ini menjadi penyebab mengapa kelompok ini tak dapat mencapai produktivitas yang maksimal.
Daftar Pustaka :

Santosa, Slamet. (2006). Dinamika Kelompok: Edisi Revisi. Cetakan ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahayu Ginintasasi. 2008. Kelompok Sosial.


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/KELOMPOK_SOSIAL.pdf (Diakses 11 Maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai