Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PNEMONIA

PADA PASIEN Tn. M

DI RUANGAN PAV. IV RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Disusun Oleh:

SUJIADI
NIM : P27822119039

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya
bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini
harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah
pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia)
dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),
akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia
penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan
merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy,
dkk, 2007, Hal  76-78)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih
dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok
usia: 
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari
5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia
mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi
nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA
diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan
otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja
dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di AS
misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-
rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan
tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia
adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta
gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan
bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya,
disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri
yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas
sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78) 
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keperawatan
pada  klien dengan Pneumonia”

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit pneumonia
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi ppengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementsi, dan evaluasi.
                                                                                                        
1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Teori Pneumonia


2.1.1. Pengertian                                                                                           
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia
interstiasialis dan  bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia
disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi
untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai.
Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang
mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini
disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. ( S.
A. Frice. 2005, Hal 804)
     
2.1.2. Klasifikasi
Tiga klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
             (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78) 
2. Berdasarkan bakteri penyebab:
a.      Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat
kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut
usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang
menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh
rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi,
sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus
paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan
paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu
minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat
mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat
terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada
penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal.
Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).

b.      Pneumonia Akibat virus.


Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus
influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).
Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk
kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak,
batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe
pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan
superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang
kental dan berwarna hijau atau merah tua  (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

3. Berdasarkan predileksi infeksi:


a.       Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon
bronkus) baik kanan maupun kiri.
b.      Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan
maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada
penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan
demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor
menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya,
misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika
demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi
demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal
804-814)

2.1.3. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan sangat
profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
1.      Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2.      Virus: virus influenza, adenovirus
3.      Micoplasma pneumonia

2.1.4. Patofisiologi     
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat
mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan
organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau
kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi
mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini
paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet
di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli
menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi
pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

2.1.6. Manifestasi Klinik


Secara umum dapat di bagi menjadi:
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit
kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit),
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang
lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama
dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,
dan ronki.
d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan,
friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat
iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi.
f. Tanda infeksi ekstrapulmonal.
     ( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal  466)

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia
mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi  oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil  biosi jarum, aspirasi
transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia,
stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.  Catatan : keluar
sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)

2.1.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9
% = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan
suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
- Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
- Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 468)

 2.1.9. Komplikasi Pneumonia


Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental, perikarditis
dan epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B. (Arif mansjoer, 2001, Hal 467)

2.1.10. Pencegahan dan faktor resiko                                                          


Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya menjadi
redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk mengidentifikasi psien-pasien
yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif memberikan perawatan antisipatif dan
preventif adalah tindakan perawatan yang penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).
·      Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal
paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan
preventif :tingkankan batuk dan pengaluaran sekresi.
·      Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah mereka yang
berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap infeksi.
·      IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan
makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok.
·      Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama
yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tinadakan
preventif : sering mengubah posisi.
·      Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan
atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam paru-paru selama periode
tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal adalah mereka 
yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial,
sering mengubah posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan
terafi fisik dada.
·     Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang mendapat antibiotik
mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif : tingakan
higiene oral yang teratur.
·     Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol
menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial.
Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol.
·     Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan
pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif : observasi
fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi pernapasan,
tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini.
·     Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang berisiko
terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif : sering
melakukan .
·     Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia
paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif : sering mobolisasi,
dan batuk efekif dan latihan pernapasan
·     Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan
tersebit tidak dibersikan dengan  tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan
telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573)
  
2.2.1 Konsep Dasar ASKEP
2.2.1.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak  napas,
batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang
kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan
riwayat merokok.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan
lain-lain.
6. Data Dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada
substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea
Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
o   Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
o   Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
o   Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
o   Gesekan friksi pleural.
o   Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
o   Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi,
institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang,
gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola, atau varisela.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan DRG
menunjukkan rerata lama - lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan
perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi
pencetus.
i. Pemeriksaan Penunjang
1.      Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2.      GDA/nadi  oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
3.      Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil  biosi jarum, aspirasi
transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia,
stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.  Catatan : keluar
sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat
menunjukan bakteremia semtara
4.      JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
5.      Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6.      Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan
(hipoksemia)
7.      Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8.      Bilirubin : Mungkin meningkat.
9.      Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) )
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
j. Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.

2.2.1.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1.      Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
3.      Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
4.      Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian Lengkap
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama                           : Tn. M             No Register : 349xxx
Umur                           : 46 tahun
Suku/bangsa                : Jawa
Status Perkawinan        :Kawin
Agama                         : Islam
Pendidikan                   : SLTA
Pekerjaan                     : TNI AL
Alamat                         : Kelurahan KK Makam Kristen Surabaya
Tanggal masuk RS       : 30 September 2019
Tanggal Pengkajian      : 03 Oktober 2019
Catatan kedatangan      : Kursi roda (  ), Ambulan (  ), Brankar (  √ )

Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:


Nama/Umur                 : Ny.N / 40                      
Pendidikan                   : SLTA
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
Alamat                         : Kelurahan KK Makam Kristen Surabaya
Hubungan Dengan Keluarga        : Istri

2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
a.      Keluhan utama/alasan masuk RS
Tn M (46 th) datang ke RSAL Dr Ramelan Surabaya  pada tanggal 30 September 2019, jam 
10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
o   Faktor pencetus: Istri mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu sebelum
masuk RS.
o   Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Istri mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum masuk RS.
o   Sifat keluhan : Istri mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus menerus
dan bertambah dengan aktivitas.
o   Berat ringannya keluhan : Istri mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2 hari
sebelum masuk RS.
o   Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Istri mengatakan upaya untuk mengatasi sesak
adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
o   Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang
kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Istri mengatakan
kesulitan bernapas. Istri mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung - ujung
jarinya terasa dingin.
c.       Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :
o   Istri mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.

d.      Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :


Istri mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak napas seperti
yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan
penyakit menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-lain.
3. Pola Fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Persepsi terhadap penyakit:
Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
- Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.
2.  Pola nutrisi dan metabolisme
-          Diet/suplemen khusus: tidak ada
-          Intruksi diet sebelumnya: -
-      Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
-      Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual
-      Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) :
BB pasien menurun sebanyak 4 kg (65 kg menjadi 61).
-      Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada
-      Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap
-   Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan, penyembuhan
abnormal: tidak ada
-     Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
-      Frekuensi makan: Normal (3X sehari)
-      Jenis makanan : KH, protein, lemak
-     Pantangan/alergi : tidak ada
3. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
-          Frekuensi         : 1x 2 hari               Waktu            : Pagi
-          Warna              : Kuning                    Konsistensi : Lembek
-          Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
-          Frekuensi         : 2X sehari                   Warna  : pagi dan sore hari
-          Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia):
Tidak ada
-          Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada
-          Lain-lain
4.   Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan dari:
0 ═ Mandiri                                   3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu                   4 ═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═ Dibantu orang lain

Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur

Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
                       

-           Alat bantu (kruk,pispot, tongkat, kursi roda): Pispot


555         555
-          Kekuatan otot : 555     555

-          Kemampuan ROM : Tidak ada keterbatasan rentang gerak


-          Keluhan saat beraktivitas :
Nyeri dada dirasakan ketika pasien melakukan aktivitas seperti : berjalan, berlari dan
melakukan pekerjaan berat.
-          Lain-lain : -

5. Pola istirahat dan tidur


-          Lama tidur : 7  jam/malam       Tidur siang: 2               Tidur sore: -
-          Waktu        : 21.00 WIB
-          Kebiasaan menjelang tidur : -
-          Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia
-          Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar
6. Pola Kognitif Dan Persepsi
-          Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik
-          Bicara : Normal (√), tak jelas (    ), gagap (    ), aphasia ekspresif (    )
-          Kemampuan berkomunikasi : Ya (   √ ), tidak (    )
-          Kemampuan memahami : Ya (  √  ), tidak (    )
-          Pendengaran : DBN ( √   ), tuli (    ), kanan/kiri, tinnitus (    ), alat bantu dengar (    )
-          Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN
-          Vertigo : Ada
-          Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada
-          Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri
-          Lain-lain : -
7. Persepsei Diri Dan Konsep Diri
-          Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman
-       Lain-lain : -

8. Pola Peran Hubungan


-        Pekerjaan : -
-    Sistem pendukung : pasangan (√     ), tetangga/teman (    ), tidak ada (    ),
keluargaserumah  (√), keluarga tinggal berjauhan (    )
-     Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada
-     Kegiatan sosial :
Sejak menderita penyakit pneumonia  pasien jarang bergaulo dengan teman sebaya nya.
-     Lain-lain :
9. Pola Seksual Dan Reproduksi
-          Masalah seksual b.d penyakit : -
10. Pola koping dan toleransi stress
-          Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) : Pasien
tidak mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.
-          Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
-          Hal  yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap
masalahnya
-          Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada
-          keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang
-          lain-lain : -
11. Keyakinan agama dalam kehidupan
-          Agama : Pasien beragama Islam
-         Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya
adalah cobaan.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah.
BB : 65 kg (turun 2 kg dari 65 kg menjadi 63 kg )
TB : 170 cm
TTV :
TD : 130 / 90 mmHg
ND : 120 x / i
RR : 32 x / i
S    : 39 ºC
ü  Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
ü  Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
ü  Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
ü  Telinga : DBN
ü  Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
ü  Hidung : Pernapasan cuping hidung
ü  Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
ü  Thorak /paru
Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea (+),pernapasan
dangkal, dan  rektrasi dinding dada tidak ada.
Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
Perkusi : redup
Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
Ø  Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik
5. Pemeriksaan Penunjang
a.       Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien  lobaris (sebagianlobus pada kedua paru).
b.      AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)
c.       Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus pneumonia
d.      Pemeriksaan darah rutin didapatkan :
-          Leokosit = 16.000/mm3
-          Hb = 10,5 gr/dl
-          Trombosit =265.000/mm3
-          Hematokrit = 44%
-          Albumin = 3,01 gr/dl
-          Protein total = 5,86 gr/dl
3. Analisa Data :
Nama klien              : Tn. M (46 th)
Ruang rawat             : Pav IV RSAL Dr Ramelan Surabaya
Diagnosa medik       :  Pneumonia
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Inflamasi trakeo bronkial dan farenkim Bersihan Jalan nafas tidak
-    Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas paru,  pembentukkan edema dan efektif
-    Klien mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit untuk peningkatan produksi sputum.
dikeluarkan
-    Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di tengorokkan
-    Klien Mengatakan Kesulitan bernapas
DO:
-      Klien tampak kesulitan bernapas
-      TTV:
o   TD: 130/90 mmHg
o   N : 12X/i
o   RR : 32x /i
        Pernafasan Cuping Hidung

        Takipnea (+)

        Dispnea (+)

        Pernafasan dangkal

        Penggunaan otot bantu pernafasan (+)

        Perfusi paru redup

        Premetus menurun pada kedua paru

        Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+)

        Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris

        Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman stapilococcus aureus dan

diplococcus pneumonia
2. DS: Inflamasi parenkim paru, reaksi seluler Nyeri
-    Klien mengatakan nyeri dada terhadap sirkulasi toksin dan batuk
-    Klien mengatakan sakit kepala menetap.
-    Klien mengatakan sendi nyeri
DO:
-      Klien tampak gelisah
-      Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
-      Klien tampak memegang di daerah dada dan melindungi daerah yang
sakit
-      TTV:
o   TD : 130/90 mmhgs
o   N    : 120x/i
o   RR : 32x /i
        Akral dingin

        Kuku pucat dan sedikit sianosis

        Mukosa bibir kering dan pucat

        Kapilary reffill kembali dalam 5 detik

        Takipnea (+)

3. DS: Anoreksia, akibat toksin bakteri, bau Perubahan nutrisi kurang


-    Klien mengatakan batuk berdahak dan rasa sputum dari kebutuhan tubuh
-    Klien mengatakan dahaknya terasa lengket ditenggorokkan
-    Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya mampu menghabiskan
½ porsi setiap kali makan (pagi,siang dan malam)
-    Klien mengatakan mual
-    Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari 65 Kg menjadi 64 Kg
-    Klien mengatakan lemah
DO:
-      Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
-      Klien tampak lemah
-      Klien tampak hanya mampu mengabiskan makanan ½ porsi setiap kali
makan
-      Kulit klien tampak kering
-      Turgor kulit buruk
-      Mukosa bibir klien kering
-      Hb : 10 gr / dl
-      Protein total : 5,86 gr / dl
-      Albumin 3,00 gr / dl 
-      BB : 61 kg
-      TTV:
o   TD : 130/90 mmhgs
o   N    : 120 x/i
o   RR : 32x /i
        Akral dingin

        Kuku pucat dan sedikit sianosis

        Mukosa bibir kering dan pucat

        Kapilary reffill kembali dalam 5 detik

        Takipnea (+)

4. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1.      Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum
2.      Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk menetap.
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin bakteri, bau dan rasa sputum

5. Asuhan Keperwatan (Nurse Care Planing / NCP)


N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah         Batuk efektif 1. BHSP 1. Hubungan kepercayaan perawat dan pasien
nafas tak efektif dilakukan         Nafas normal Mandiri : 2. Takipnue pernafasan dangkal dan gerakan dada
berhubungan intervensi         Bunyi nafas bersih 2. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan tak simetris sering terjadi karena ketidak
dengan inflamasi keperawatan         Sianosis dan gerakan dada. nyamanan. Simetris yang sering terjadi karena
trachea bronchial, selama 3 x 24 TTV : DBN : ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/ atau
peningkatan jam, o   TD : 120-130/80-90 mmhg cairan paru.
produksi sputum diharapkan o   N : 60-100 x/i 3. Penurunan aliran udara terjadi pada area
jalan o   RR : 16-24 x/i
nafas 3. Auskultasi area paru, catat area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial
kembali penurunan/tak ada aliran udara dan (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada
efektif bunyi napas adventisius, mis, krekels, area konsilidasi. Krekel, ronki, dan mengi
mengi stridor. terdengar pada inspirasi dan/atau ekpirasi pada
respon terhadap pengumpulan cairan, sekret
kental, dan spesme jalan napas/obstruksi.

4. Bantu pasien latih napas sering 4.Merangsang batuk atau pembersihan nafas
Tunjukan/bantu pasien mempelajari secara mekanik pada pasien yang tidak mampu
melakukan batuk, mis., menekan dada melakukan karena batuk tak efektif atau
dan batuk efektif sementara posisi penurunan tingkat kesadaran.
duduk tinggi.
5. Penghisapan  sesuai indikasi. 5. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi
dan mengeluarkan sekret
6. Berikan cairan paling sedikit 2500 6. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi
ml/hari (Kecuali kontra indikasi). dan mengeluarkan sekret.
Tawarkan air hangat, daripada air
dingin.

Kolaborasi :
7. Berikan obat sesuai indikasi: 7. Alat untuk menurunkan spasme bronkus
dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan
untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
8. Berikan cairan tambahan 8. Cairan diperlukan untuk mengganti kehilangan
dan memobilisasi sekret.

9. Awasi sinar X dada, GDA, nadi 9. Mengevaluasikan kemajuan dan efek proses
oksimetri. penyakit dan memudahkan pemilihan terapi yang
diperlukan.
10. Bantu bronkostropi / toresentesis 10. Kadang-kadang diperlukan untuk membuang
bila diindikasikan. perlengketan mukosa. Mengeluarkan sekresi
purulen, mencegah atelektasis.

2. Nyeri berhubungan Nyeri o   Dispenea dan takipnea tidak Mandiri :


dengan inflamasi berhubungan ada 1.      Tentukan karakteristik nyeri, 1.      Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa
parenkim paru, dengan o   Kesulitan bernafas tidak ada misalnya : tajam, konstan, selidiki derajat pada peneumonia,juga dapat timbul
reaksi seluler inflamasi o   Akral hangat sianosis perubahan karakter / lokasi nyeri dan  komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan
terhadap sirkulasi parenkim o   Kapilari refile kembali ditusuk. indokarditis.
toksin dan batuk paru, reaksi dalam 2-3 detik
menetap. seluler o    Gelisah tidak ada 2.      Pantau tanda vital. 2.      perubahanfrekuensi jantung atau TD
terhadap o   Penurunan kesadaran tidak menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri,
sirkulasi ada khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda
toksin dan o   Pucat dan sianosis tidak ada vital telah terlihat.
batuk o   TTV : DBN : 3.      Berikan tindakan nyaman 3.      tindakan non analgesik diberikan dengan
menetap.         TD : 120-130/80-90 misalnya, pijatan punggung, perubahan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidak
mmhg posisi, musik tenang, relaksasi atau nyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
        N : 60-100 x/i latihan napas. 4.      Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat
        RR : 16-24 x/i 4.      Tawarkan pembersihan mulut mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa,
o   Hb : 14-18 gr/dl dengan sering. potensial ketidak nyamanan umum.
o   AGD : DBN :
        Ph : 7,35-7,45

        PCO2 : 35-45 mmhg 5.      Anjurkan dan bantu pasien dalam 5.      Alat untuk menontorl ketidak nymanan dada
        HCO3 : 22-28 mEq/L teknik menekan dada selama episode sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
batuk.

Kolaborasi : 6.      Obat ini digunakan untuk menekan batuk non


6.      Berikan analgesik dan atitusip produktif atau proksismal atau menurunkan
sesuai indikasi. mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan
atau istirahat umun.

3. Perubahan nutrisi Setelah         Mual dan muntah tidak Mandiri :


kurang dari dilakuakn ada 1.      Identifikasi faktor yang 1.      Pilihan intervensi terganggung pada
kebutuhan tubuh intervensi          BB stabil / tidak turun menimbulkan mual atau muntah penyebab masalah.u kebersihanmulut setelah
berhubungan keperawatan atau tidak naik. misalnya: sputum banyak, pengobatan muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase
dengan anoreksia, selama 3 x 24         Mukosa bibir lembab. aerosol, dispenea berat, nyeri. postur sebelem maka.
akibat toksin jan,         Turgor kulit elastis. 2.      Berikan wadah tertutup untuk 2.      Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau, dari
bakteri dan rasa diharapkan         Peningkatan nafsu sputum dan buang sesering mungkin. lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
sputum . kebutuhan makan. Berikan atau bantu.
nutrisi dapat         Nilai Lab : DBN : 3.      Jadwalkan pengobatan pernapasan 3.      Menurunkan efek mual yang berhubungan
terpenuhi. * Hb : 14-18 gr/dl sedikitnya 1 jam sebelum makan. dengan pengobatan ini.
* Albumin : 3,5-5,5 gr/dl 4.      Auskultasi bunyi usus. Observasi 4.      Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila
*Protein total : 6,0-8,0 gr/dl atau palpasi distensi abdomen. proses infeksi memanjang. Distensi abdomen
terjadi sebagai akibat menelan udara atau
menunjukkan pengaruh toksin, bakteri pada
saluran GI.
5.      Berikan makan dengan pori kecil 5.      Tindakan ini dapat meningkatka masukkan
dan sring termasuk dengan makan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kering ( roti panggang ) dan makanan kembali.
yang menarik untuk pasien.

6.      Evaluasi status nutrisi umum, 6.      Adanya kondisi kronis ( PPOM atau


ukuran berat badan dasar. alkoholisme ) atau keterbatasan keuangan dapat
menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap innfeksi lambatnya respon terhadap
terapi.

CATATAN PERKEMBANGAN
           
Nama klien                  : Tn. M (46 th)
Ruang rawat                 : Pav IV RSAL Dr Ramelan Surabaya
Diagnosa medik           :  Pneumonia
Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Kamis , 1. Bersihan jalan nafas Jam : 09.00 Wib Jam : 13.30 Wib
03 Okt tak efektif 1.      Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. S :
2019 berhubungan Dengan Hasil : RR =  32x/i, pernapasan cepat dan dangkal, - Klien mengatakan sudah dapat
dengan inflamasi fremitus menurun pada kedua paru. mengeluarkan dahak
trachea bronchial, 2.      Mengukur TTV -    Klien mengatakan sesaknya sudah
peningkatan Dengan hasil : berkurang
produksi sputum. o   TD : 130/90 mmhg
o   N    : 120 x/i O:
o   RR : 32x /i -      Klien dapat mengeluarkan dahaknya
3.      Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada -      Krekels dan stredor (+)
aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi -      Dispnea berkurang
stridor. -      TTV:
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor o   TD : 125/80 mmHg
ada. o   N   : 100x/i
4.      Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan melakukan o   RR : 27x /i
batuk efektif, Dengan Hasil : Klien dapat melakukan  batuk         Klien masih mendapat oksigen
efektif dan mengeluarkan dahak.
5.      Melakukan Penghisapan  sekret sesuai indikasi. A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat
Dengan Hasil : sekret bisa keluar mengeluarkan dahak dengan efektif dan
6.      Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali sesak nafas berkurang.
kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat P : Intervensi dilanjutkan :
7.      Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran,         Kaji frekuensi kedalaman nafas
bronkodolator, analgesik.         Pantau terus TTV

8.      Memberikan oksigen sesuai indikasi         Auskultasi area paru

9.      Mengawasi sinar X dada, GDA, - Ingatkan kembali pasien untuk latihan


Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan nafas dan batuk efektif
GDA tidak normal. -      Lanjutkan pemberian obat sesuai
10.  Membantu bronkostropi  sesuai indikasi indikasi
Dengan Hasil : Perlengketan mukosa teratasi - Lanjutkan pemberian oksigen sesuai
indikasi
-      Awasi GDA

(Tanda tangan perawat)

2. Nyeri berhubungan Jam : 09.00 WIB Jam : 13.30 Wib


dengan inflamasi 1.          Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, konstan, S :
parenkim paru, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan  ditusuk. -          Klien mengatakan nyeri berkurang

reaksi seluler Dengan Hasil : Nyeri  Konstan dan lokasi di bagian dada. -          Klien mengatakan badannya masih
terhadap sirkulasi 2.         Memantau tanda vital lemah
toksin dan batuk Dengan hasil : O:              
menetap. o   TD : 130/90 mmhg -      Klien tampak agak nyaman
o   N    : 120 x/i -      Gelisah berkurang
o   RR : 32x /i -      Dispneu berkurang
3.         Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan punggung,-      TTV:
perubahan posisi, musik tenang, relaksasi atau latihan napas. o   TD : 125/80 mmHg
      Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman o   N    : 100 x/i
4.         Menawarkan pembersihan mulut dengan sering. o   RR :  27x /i
      Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran -          Mukosa bibir masih kering dan pucat
5.         Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan -          Dispnea (+)
dada selama episode batuk. -          Perfusi paru redup
      Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran -          Premetus menurun pada kedua paru
6. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai indikasi. o   Akral hangat sianosis
o   Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
o   Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien


mengatakan nyeri berkurang, klien
merasa agak nyaman.

P : Intervensi dilanjutkan :
        Kaji terus karekteristik nyeri

        Pantau terus TTV

        Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas

dan batuk efektif


        Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi

(Tanda tangan perawat)


3 . Perubahan nutrisi S:
kurang dari 1.      Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau -    Klien mengatakan batuk berdahak
kebutuhan tubuh muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, -    Klien mengatakan dahaknya terasa
berhubungan .dispenea berat, nyeri. lengket ditenggorokkan
dengan anoreksia,        Dengan Hasil : Klien mual dan muntah disebabkan sputum -    Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
akibat toksin bakteri banyak. hanya mampu menghabiskan ½ porsi
dan rasa sputum 2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering setiap kali makan (pagi,siang dan
mungkin. malam)
     Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah -    Klien mengatakan mual
3. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam
sebelum makan. -    Klien mengatakan lemah
     Dengan Hasil:                     O:
4. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi -      Klien tampak mengeluarkan sputum saat
abdomen. batuk
     Dengan Hasil: Terdapat bising usus -      Klien tampak lemah
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering termasuk -      Klien tampak hanya mampu
dengan makan kering ( roti panggang ) dan makanan yang mengabiskan makanan ½ porsi setiap
menarik untuk pasien. kali makan
     Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi kecil -      Kulit klien tampak kering
6.      Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan -      Turgor kulit buruk
dasar. -      Hb : 10 gr / dl
     Dengan Hasil:BB : 61 Kg -      Protein total : 5,86 gr / dl
-      Albumin 3,00 gr / dl 
-      BB : 61 kg
-      TTV:
o   TD : 125/80 mmhgs
o   N    : 100 x/i
o   RR : 27x /i
-          Akral hangat
-          Kuku pucat dan sedikit sianosis
-          Mukosa bibir kering dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
- Indentifikasi mual
- Menjadwalkan pengobatan
- Memberikan makanan dengan porsi kecil
tapi sering
- Evaluasi terus status nutrisi

(Tanda Tangan Perawat)


Jumat , 1. Bersihan jalan nafas Jam : 09.00 Wib Jam :13.30 Wib
04 Okt tak efektif 1.         Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan S:
2019 berhubungan dada. -    Klien mengatakan sudah dapat
dengan inflamasi Dengan Hasil : RR =  25x/i, mengeluarkan dahak
trachea bronchial, 2.         Mengukur TTV -    Klien mengatakan sudah tidak sesak
peningkatan Dengan hasil :
produksi sputum. o   TD : 120/80mmhg O:
o   N    : 80 x/i -      Klien dapat mengeluarkan dahaknya
o   RR : 26x /i -      Krekels dan stredor (-)
3.         Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada-      Dispnea tidak ada
aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi -      TTV:
stridor. o   TD : 120/80 mmHg
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor o   N   : 80x/i
tidak ada. o   RR : 25x /i
4.         Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien melaksanakan
latihan nafas sesuai yang dianjurkan dan dapat melakukan  A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat
batuk efektif dan mengeluarkan dahak. mengeluarkan dahak dengan efektif,
5.         Melakukan Penghisapan  sekret sesuai indikasi. dispnuea tidak ada
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6.         Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali P : Intervensi dilanjutkan :
kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat -          Pantau terus TTV
Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien mau minum air -          Auskultasi area paru
hangat. -          Ingatkan kembali pasien untuk latihan
7.         Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, nafas dan batuk efektif
bronkodolator, analgesik. -          Lanjutkan pemberian obat sesuai
8.         Mengawasi sinar X dada, GDA, indikasi
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan -          Awasi GDA
GDA tidak normal.

(Tanda tangan perawat)

2.      Nyeri Jam : 09.00 WIB Jam : 13.30 Wib


berhubungan 1.         Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam, konstan, S :
dengan inflamasi selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri dan  ditusuk. -          Klien mengatakan tidak nyeri lagi
parenkim paru,        Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi -          Klien mengatakan badannya sudah
reaksi seluler 2.         Memantau tanda vital. merasa segar
terhadap sirkulasi       Dengan Hasil:TTV : O:              
toksin dan batuk o  TD : 120/80 mmHg -      Klien merasa nyaman
menetap. o   N    : 80 x/i -      TTV:
o   RR :  25x /i o   TD : 120/80 mmHg
3.         Menawarkan pembersihan mulut dengan sering. o   N    : 80 x/i
       Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang dianjurkan o   RR :  25x /i
4.         Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan -          Mukosa bibir masih kering dan pucat
dada selama episode batuk. -          Dispnea (-)
      Dengan Hasil : Klien mengikuti anjuran -          Perfusi paru redup
Kolaborasi : -          Akral hangat
5. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. -       Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
-        Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien


mengatakan nyeri tidak ada, klien
merasa nyaman, badan pasien segar,

P : Intervensi dilanjutkan :
        Pantau terus TTV

-          Ingatkan kembali pasien untuk latihan


nafas dan batuk efektif
-          Lanjutkan pemberian obat sesuai
indikasi

(Tanda tangan perawat)


3. Resiko tinggi 1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau S:
terhadap nutrisi muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, -    Klien mengatakan saat batuk sputum
kurang dari .dispenea berat, nyeri. keluar.
kebutuhan tubuh       Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum -    Klien mengatakan masih blum nafsu
berhubungan 2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering makan dan hanya mampu menghabiskan
dengan peningkatan mungkin. ½ porsi setiap kali makan (pagi, siang
kebutuhan      Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah          dan malam)
metabolik sekunder 3. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi O:
terhadap demam abdomen. -      Klien tampak mengeluarkan sputum saat
dan proses infleksi.      Dengan Hasil: Terdapat bising usus batuk dan sudah berkurang
4. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering termasuk -      Klien tampak  mengabiskan makanan
dengan makan kering (roti panggang) dan makanan yang dalam ½ porsi setiap kali makan
menarik untuk pasien. -      Kulit klien masih tampak kering
     Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan dalam porsi kecil -      Hb : 10 gr / dl
5. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan -      Protein total : 5,86 gr / dl
dasar. -      Albumin 3,00 gr / dl 
    Dengan Hasil: BB = 61 Kg -      BB : 61 kg
-      TTV:
o   TD : 120/80 mmhgs
o   N    : 80 x/i
o   RR : 25x /i
-          Akral hangat
A :Masalah teratasi sebagian : 
Mengidentifikasi pengeluaran sputum,
observasi  distensi abdomen, dan status
gizi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
o Indentifikasi mual
o Menjadwalkan pengobatan
o Memberikan makanan dengan porsi
kecil tapi sering
o Evaluasi terus status nutrisi

(Tanda Tangan Perawat)

Jumát , 1. Bersihan jalan nafas Jam : 09.00 Wib Jam : 13.30 Wib
28  Mei tak efektif 1.         Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan S :
2012 berhubungan dada. -    Klien mengatakan sudah tidak batuk
dengan inflamasi Dengan Hasil : RR =  24x/i. -    Klien mengatakan sudah tidak sesak
trachea bronchial, 2.         Mengukur TTV
peningkatan Dengan hasil : O:
produksi sputum. o   TD : 120/80 mmhg -      Klien mengatakan tidak ada sputum
o   N    : 80 x/i -      Krekels dan stredor (-)
o   RR : 24x /i -      TTV:
3.         Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada o   TD : 120/80 mmHg
aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi o   N   : 80x/i
stridor. o   RR : 24x /i
Dengan hasil : Bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor
tidak ada A : Masalah teratasi : klien tidak batuk.
4.         Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali Tidak lagi sesak, tidak ada lagi sputum,
kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat auskultasi area paru normal, intake cairan
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan intake 2500 tercukupi
ml
5.         Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, P : Intervensi dihentikan
bronkodolator, analgesik.
6.         Memberikan oksigen sesuai indikasi
7.         Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan
GDA  normal.

               (Tanda tangan perawat)

2. Nyeri berhubungan Jam : 09.00 WIB Jam : 13.30 Wib


dengan inflamasi 1.         Memantau tanda vital. S:
parenkim paru,       Dengan Hasil:TTV :         Klien mengatakan tidak nyeri lagi

reaksi seluler o  TD : 120/80 mmHg         Klien mengatakan badannya sudah segar

terhadap sirkulasi o   N    : 80 x/i


toksin dan batuk o   RR :  25x /i O :             
menetap. 2.         Menawarkan pembersihan mulut dengan sering. -      Klien merasa nyaman
       Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang dianjurkan -      TTV:
3. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi. o   TD : 120/80 mmHg
o   N    : 80 x/i
o   RR :  24x /i
-          Mukosa bibir normal dan tidak pucat
lagi
        Dispnea (-)

-          Perfusi paru Normal


-          Akral hangat
-          Kapilari refile kembali dalam 2 detik

A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.

(Tanda tangan perawat)


3. Perubahan nutrisi 1.      Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau S :
kurang dari muntah misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, -    Klien mengatakan tidak batuk lagi
kebutuhan tubuh .dispenea berat, nyeri. -    Klien mengatakan sudah nafsu makan dan
berhubungan      Dengan Hasil : Klien tidak mual lagi         mampu menghabiskan 1 porsi penuh
dengan anoreksia, 2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi setiap kali makan (pagi, siang dan
akibat toksin bakteri abdomen. malam)
dan rasa sputum      Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus O:
3. Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering termasuk -      Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak
dengan makan kering (roti panggang) dan makanan yang ada sputum
menarik untuk pasien. -      Klien tampak  mengabiskan makanan
     Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1 porsi penuh dalam 1 porsi penuh setiap kali makan
4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan -      Kulit klien sudah normal
dasar. -      Hb : 14 gr / dl
    Dengan Hasil: BB = 62 Kg -      Protein total : 7,5 gr / dl
-      Albumin 3,4gr / dl 
-      BB : 62 kg
-      TTV:
o   TD : 120/80 mmhg
o   N    : 80 x/i
o   RR : 24x /i
-          Akral hangat
  A :   Masalah teratasi.
P : Intervensi Keperawatan dihentikan
 (Tanda Tangan Perawat)
BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah
benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan
medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu.
Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus
dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah
disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah
orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.

B.     Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang
bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari
merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.


Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta.
Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai