Asuhan Keperawatan Pnemonia 2222
Asuhan Keperawatan Pnemonia 2222
Disusun Oleh:
SUJIADI
NIM : P27822119039
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya
bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini
harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah
pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia)
dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),
akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia
penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan
merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy,
dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih
dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok
usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari
5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia
mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi
nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA
diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan
otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja
dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di AS
misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-
rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan
tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia
adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta
gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan
bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya,
disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri
yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas
sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keperawatan
pada klien dengan Pneumonia”
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit pneumonia
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi ppengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementsi, dan evaluasi.
1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan sangat
profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
2.1.4. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat
mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan
organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau
kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi
mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini
paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet
di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli
menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi
pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia
mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia,
stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar
sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9
% = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan
suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
- Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
- Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 468)
3.1. Pengkajian Lengkap
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : Tn. M No Register : 349xxx
Umur : 46 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan :Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : TNI AL
Alamat : Kelurahan KK Makam Kristen Surabaya
Tanggal masuk RS : 30 September 2019
Tanggal Pengkajian : 03 Oktober 2019
Catatan kedatangan : Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
a. Keluhan utama/alasan masuk RS
Tn M (46 th) datang ke RSAL Dr Ramelan Surabaya pada tanggal 30 September 2019, jam
10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
o Faktor pencetus: Istri mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu sebelum
masuk RS.
o Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Istri mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum masuk RS.
o Sifat keluhan : Istri mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus menerus
dan bertambah dengan aktivitas.
o Berat ringannya keluhan : Istri mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2 hari
sebelum masuk RS.
o Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Istri mengatakan upaya untuk mengatasi sesak
adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
o Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang
kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Istri mengatakan
kesulitan bernapas. Istri mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung - ujung
jarinya terasa dingin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :
o Istri mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
diplococcus pneumonia
2. DS: Inflamasi parenkim paru, reaksi seluler Nyeri
- Klien mengatakan nyeri dada terhadap sirkulasi toksin dan batuk
- Klien mengatakan sakit kepala menetap.
- Klien mengatakan sendi nyeri
DO:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
- Klien tampak memegang di daerah dada dan melindungi daerah yang
sakit
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120x/i
o RR : 32x /i
Akral dingin
Takipnea (+)
Takipnea (+)
4. Bantu pasien latih napas sering 4.Merangsang batuk atau pembersihan nafas
Tunjukan/bantu pasien mempelajari secara mekanik pada pasien yang tidak mampu
melakukan batuk, mis., menekan dada melakukan karena batuk tak efektif atau
dan batuk efektif sementara posisi penurunan tingkat kesadaran.
duduk tinggi.
5. Penghisapan sesuai indikasi. 5. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi
dan mengeluarkan sekret
6. Berikan cairan paling sedikit 2500 6. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi
ml/hari (Kecuali kontra indikasi). dan mengeluarkan sekret.
Tawarkan air hangat, daripada air
dingin.
Kolaborasi :
7. Berikan obat sesuai indikasi: 7. Alat untuk menurunkan spasme bronkus
dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan
untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara
hati-hati, karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
8. Berikan cairan tambahan 8. Cairan diperlukan untuk mengganti kehilangan
dan memobilisasi sekret.
9. Awasi sinar X dada, GDA, nadi 9. Mengevaluasikan kemajuan dan efek proses
oksimetri. penyakit dan memudahkan pemilihan terapi yang
diperlukan.
10. Bantu bronkostropi / toresentesis 10. Kadang-kadang diperlukan untuk membuang
bila diindikasikan. perlengketan mukosa. Mengeluarkan sekresi
purulen, mencegah atelektasis.
PCO2 : 35-45 mmhg 5. Anjurkan dan bantu pasien dalam 5. Alat untuk menontorl ketidak nymanan dada
HCO3 : 22-28 mEq/L teknik menekan dada selama episode sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
batuk.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn. M (46 th)
Ruang rawat : Pav IV RSAL Dr Ramelan Surabaya
Diagnosa medik : Pneumonia
Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Kamis , 1. Bersihan jalan nafas Jam : 09.00 Wib Jam : 13.30 Wib
03 Okt tak efektif 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. S :
2019 berhubungan Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan dangkal, - Klien mengatakan sudah dapat
dengan inflamasi fremitus menurun pada kedua paru. mengeluarkan dahak
trachea bronchial, 2. Mengukur TTV - Klien mengatakan sesaknya sudah
peningkatan Dengan hasil : berkurang
produksi sputum. o TD : 130/90 mmhg
o N : 120 x/i O:
o RR : 32x /i - Klien dapat mengeluarkan dahaknya
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada - Krekels dan stredor (+)
aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi - Dispnea berkurang
stridor. - TTV:
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor o TD : 125/80 mmHg
ada. o N : 100x/i
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan melakukan o RR : 27x /i
batuk efektif, Dengan Hasil : Klien dapat melakukan batuk Klien masih mendapat oksigen
efektif dan mengeluarkan dahak.
5. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi. A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat
Dengan Hasil : sekret bisa keluar mengeluarkan dahak dengan efektif dan
6. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali sesak nafas berkurang.
kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat P : Intervensi dilanjutkan :
7. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, Kaji frekuensi kedalaman nafas
bronkodolator, analgesik. Pantau terus TTV
reaksi seluler Dengan Hasil : Nyeri Konstan dan lokasi di bagian dada. - Klien mengatakan badannya masih
terhadap sirkulasi 2. Memantau tanda vital lemah
toksin dan batuk Dengan hasil : O:
menetap. o TD : 130/90 mmhg - Klien tampak agak nyaman
o N : 120 x/i - Gelisah berkurang
o RR : 32x /i - Dispneu berkurang
3. Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan punggung,- TTV:
perubahan posisi, musik tenang, relaksasi atau latihan napas. o TD : 125/80 mmHg
Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman o N : 100 x/i
4. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering. o RR : 27x /i
Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran - Mukosa bibir masih kering dan pucat
5. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan - Dispnea (+)
dada selama episode batuk. - Perfusi paru redup
Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran - Premetus menurun pada kedua paru
6. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai indikasi. o Akral hangat sianosis
o Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
o Klien masih pucat dan sianosis
P : Intervensi dilanjutkan :
Kaji terus karekteristik nyeri
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau terus TTV
Jumát , 1. Bersihan jalan nafas Jam : 09.00 Wib Jam : 13.30 Wib
28 Mei tak efektif 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan S :
2012 berhubungan dada. - Klien mengatakan sudah tidak batuk
dengan inflamasi Dengan Hasil : RR = 24x/i. - Klien mengatakan sudah tidak sesak
trachea bronchial, 2. Mengukur TTV
peningkatan Dengan hasil : O:
produksi sputum. o TD : 120/80 mmhg - Klien mengatakan tidak ada sputum
o N : 80 x/i - Krekels dan stredor (-)
o RR : 24x /i - TTV:
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada o TD : 120/80 mmHg
aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi o N : 80x/i
stridor. o RR : 24x /i
Dengan hasil : Bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor
tidak ada A : Masalah teratasi : klien tidak batuk.
4. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari (Kecuali Tidak lagi sesak, tidak ada lagi sputum,
kontra indikasi) dan menaawarkan air hangat auskultasi area paru normal, intake cairan
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan intake 2500 tercukupi
ml
5. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, P : Intervensi dihentikan
bronkodolator, analgesik.
6. Memberikan oksigen sesuai indikasi
7. Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan
GDA normal.
reaksi seluler o TD : 120/80 mmHg Klien mengatakan badannya sudah segar
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang
bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari
merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA