Anda di halaman 1dari 15

UPAYA DAN SOLUSI PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

Dosen Pembimbing :

Dr. Hariyono, SKM., M.Sc

Disusun Oleh:

1. Eka Yuliati (1721B0003)


2. Jelia Sindi I (1721B0011)
3. Mikhael Berty M.R (1721B0015)
4. Sayang Cahaya (1721B0022)
5. Nindi Monic S (1721B0031)
6. M. Aziz Tri S (1721B0035)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan terima kasih atas rahmad dan hidayah Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Renval Kesehatan.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Hariyono, SKM., M.Sc selaku
dosen mata kuliah Renval Kesehatan dan teman-teman yang telah memberikan
dorongan dan dukungan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam mengerjakan tugas makalah ini kami mengalami beberapa kesulitan,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca semua demi
kesempurnaan makalah ini.
Kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan juga para
pembaca.

Kediri, 10 Mei 2019


Penyusun

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................2
1.3 Manfaat...............................................................................................................2
BAB II EPIDEMIOLOGI..................................................................................................3
2.1 Pengertian Diare.................................................................................................3
2.2 Gejala Penyakit Diare.........................................................................................3
2.3 Cara Penularan....................................................................................................4
2.4 Penyebab Diare...................................................................................................4
2.5 Interaksi Host, Agent, dan Emviroment dalam Timbulnya Penyakit Diare ......4
2.6 Faktor Resiko Diare............................................................................................5
2.7 Riwayat Alamiah Diare......................................................................................6
2.8 Model Epidemiologi...........................................................................................7
BAB III UPAYA DAN SOLUSI PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE................8
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia.
Karenanya tidak mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk
menyembuhkan penyakit tersebut menempati tempat yang khusus dalam
sejarah kedokteran. Dokter Sumeria pada tahun 3000 SM telah
menggunakan sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare atau juga
disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah utama negara
perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman, 2003).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga
kali sehari, dengan tau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare
yang terjadi mendadak pada orang yang sebelunya sehat dan berlangsung
kurang dari 2 minggu (Noerasid dkk., 1988)
Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400
kejadian di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di
Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap
tahunnya, dengan sebagian besar (70% - 80%) penderita ini adalah anak
dibawah umur lima tahun, yang disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah
yang menyebabkan sejumlah 350.000 - 500.000 anak di bawah umur 5
tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid dkk., 1988).
Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari
bakteri atau virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius
disertai dengan muntah–muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak
cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia
yang tidak jarang akan berakhir dengan kejang dan kematian. Pada bayi
dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya karena cadangan intrasel
dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih mudah dilepaskan
jika dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang parah
harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan
upaya pengobatan (Setiawan, 2005).

1
Salah satu unsur penting di dalam upaya pelayanan kesehatan
adalah tersedianya obat-obatan. Hal tersebut juga disebutkan dalam salah
satu kebijakan obat nasional, yaitu tercukupinya persediaan obat dan alat
kesehatan yang bermutu baik dengan penyebaran yang merata dan harga
yang terjangkau oleh masyarakat luas serta meningkatkan efisiensi,
kerasionalan dan ketepatan penggunaan (Prabowo, 1986).
Obat-obat diare yang diberikan dapat memberikan efek samping
yang tidak dikehendaki misalnya konstipasi dan ketergantungan pada
obat selama masa pengobatan (Setiawan, 2005). Dengan demikian perlu
pemahaman yang baik mengenai obat yang relatif aman untuk pasien
diare akut, agar tidak merugikan pasien. Dasar inilah yang mendorong
dilakukan penelitian tentang evaluasi penggunaan obat diare akut pada
pasien rawat inap, dengan melihat obat, dosis dan pasien dapat dilihat
apakah pengobatan sesuai dan tidak merugikan pasien yang berobat.
Akhirnya dapat digunakan sebagai dasar diarahkannya sistem
pengobatan pada penderita diare akut yang lebih baik.

1.2 Tujuan
Tujuan adalah untuk untuk memperluas pengetahuan tentang
bagaimana mengetahui cara agar terhindar dari penyakit Diare, dampak
apa yang ditimbulkannya dan epidemiologi penyakit diare beserta upaya/
solusinya.

1.3 Manfaat
Manfaatnya adalah kita dapat mengetahui lebih dalam tentang
masalah Diare beserta dampak yang ditimbulkannya dan kita dapat
mengetahui tetang epidemiologi penyakit diare beserta upaya/ solusinya.

2
BAB II
EPIDEMIOLOGI

2.1 Pengertian Diare


Diare berasal dari kata diarrola (bahasa yunani) yang berarti
mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran
tinja yang terlalu frekuen. (Smeltzer& Barre,2002).Diare adalah kondisi
dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3 kali/hari ),
serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi atau
feses cair (Smeltezer&Bare, 2002).

Diare merupakan pengeluaran feses yang sering berupa cairan


abnormal dan encer. Diare dapat digolongkan menjadi ringan sedang
atau berat, akut atau kronis, meradang atau tidak meradang. Gangguan
ini merupakan manifestasi dari transportasi cairan dan elektrolit yang
abnormal(Muscari, 2005). Penyakit diare merupakan salah satu penyakit
yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air
bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula,
yaitu melalui makanan dan minuman, sehingga dapat mengakibatkan
timbulnya kejadian diare.

2.2 Gejala Penyakit Diare

3
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan
frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai :

1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan
5. Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut,
serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang
menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.

2.3 Cara Penularan


Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air
minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan
langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk
menyuap makanan.

2.4 Faktor Penyebab Diare


Diare dapat dikatakan sebagai maslah pedriatrik sosial karena
diare merupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara
berkembang dimana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare
pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent),
penjamu (host), dan faktor lingkungan (environment) (Suharyono, 2008).

2.5 Interaksi Host, Agent, dan Environment dalam Timbulnya Penyakit


Diare
Analisis triad epidemiologi
1. Host
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada penjamu adalah
a. Daya tahan tubuh terhadap penyakit
Apabila daya tubuh host baik maka virus tidak dapat masuk
ke dalam tubuh,apabila daya tahan tubuh jelek dan host tidak
memelihara personal hygiene yang baik maka virus dengan mudah
masuk dalam tubuh host.
b. Umur

4
Kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada
kelompok usia 21-40th (51,2%) dan pada anak-anak (75%) jadi
diare lebih sering menyerang pada anak-anak.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin laki-laki mendominasi angka kejadian diare
sekitar 86,8% dan jumlamnya lebih banyak dari pada perempuan
sekitar 21% di karenakan laki-laki kurang bias memelihara
personal hygiene yang baik.
d. Adat kebiasaan
Bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka
sangat mudah virus masuk dalam tubuh.

2. Agent
a. Golongan biologi
Virus: retovirus, E.coli, Shigella dan salmonella, virus colerae
b. Golongan fisik
Diare di sebabkan karena infeksi pada usus
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering
terkena diare .daerah dengan stuktur keadaan geografis kurang baik
lebih sering terkena diare di karenakan kurang pengetahuan.
b. Lingkungan non fisik
Lingkungan dengan social ekonomi yang rendah serta
adaptasi kebiasaan yang kurag baik atau perilaku yang kurang baik
dalam memelihara personal hygiene sangat berpontensial terjadinya
diare
c. Lingkungan biologis
Lingkungan yang dekat dengan hewan-hewan peliharaan yang
kurang terjaga kebersihannya seperti kotoran binatang maka dapat
dengan mudah virus masuk dalam tubuh apabila host tidak menjaga
kebersihan. Virus dari diare dapat dibawa oleh human reservoir.

Interaksi faktor host, agent, dan environment pada penyakit diare


merupakan interaksi antara ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang
tidak bersih dapat menyebabkan kuman penyebab diare berkembang
dengan pesat. Perilaku host juga dapat menjadi penyebab kuman
penyebab diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui jalur fecal
oral.

5
2.6 Faktor Resiko Diare

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan diare antara lain:

 Tidak memberikan ASI secara penuh untuk bayi 0-6 bulan pertama
kehidupan bayi

 Tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,


kurangnya sarana kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

 Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara


penyapihan yang tidak baik.

2.7 . Riwayat Alamiah Diare

1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri,
parasit, maupun virus diantaranya rotavirus, E.coli, dan shigella.
Penyebaran mikroorganisme in dapat terjadi melalui jalan fecal dan oral.
Pada tahap ini belum di temukan tanda-tanda penyakit bila daya tahan
tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan apabila
daya tubuh penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus masuk dalam
tubuh
2. Tahap Patogenesis
a.Tahap inkubasi
Virus (salmonella, shigella, E, coli , V.cholerae, ) masuk kedalam
tubuh dengan menginfeksi usus baik pada jeyenum,ileum dan colon.
Setelah virus menginfeki usus virus menembus sel dan mengadakan
lisis kemudian virus berkembang dan memproduksi enterotoksin.
Masa inkubasi biasanya sekitar 2-4 hari, pasien sudah buang air
bessar lebih dari 4x tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.
b. Tahap Penyakit Dini
 Kehilangan cairan 5% berat badan.
 Kesadaran baik (somnolen).
 Mata agak cekung.
 Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal.
 Berak cair 1-2 kali perhari.
 Lemah dan haus.
 Ubun-ubun besar agak cekung.

6
3. Tahap Postpatogenesis
a. Tahap Penyakit Lanjut
 Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan.
 Keadaan umum gelisah.
 Rasa haus (++)
 Denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat.
 Mata cekung
 Turgor dan tonus otot agak berkurang.
 Ubun-ubun besar cekung.
 Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar
1-2 detik.
 Selaput lendir agak kering.

b. Tahap Akhir
 Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
 Keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis.
 Denyut nadi cepat sekali
 Pernapasan kusmaull (cepat dan dalam).
 Ubun-ubun besar cekung sekali.
 Mata cekung sekali.
 Turgor/tonus kurang sekali.
 Selaput lendir kurang/asidosis.

Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien
dapat sembuh sempurna tetapi bila tahap ini tidak mendapat penanganan
yang baik maka dapat mengancam jiwa(kematian).

2.8 Model Epidemiologi

1. Kemampuan agen untuk menginfeksi inang meningkat


Adanya mutasi pada virus sehingga meningkatkan agent, hal ini
karena virus lebih banyak berkembang biak di lingkungan,yang
mengakibatkan daya tahan tubuh Host atau manusianya menurun dan
dapat terkenaa penyakit diare.
2. Kepekaan inang terhadap agen meningkat
Jumlah peningkatan kerentanan pada host (jumlah balita
meningkat), hal ini karena balita atau anak-anak memiliki daya tahan
tubuh yang belum kuat,sehingga rentan akan penyakit atau agen yang

7
ada di lingkungan. Khususnya pada penyakit diare karena penyakit
ini banyak menyerang bayi,balita maupun anak-anak.
3. Lingkungan berubah sehingga agen penyakit menyebar di lingkungan
Selama ini masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan
lingkungan, contohnya masih banyak warga yang belum
menggunakan jamban pribadi untuk melakukan buang air besar.
Kebanyakan masyarakat masih melakukan buang air besar di sungai
dan di kebun. Setelah melakukan buang air besar, terkadang mereka
tidak mencuci tangan dengan sabun sampai bersih,sehingga
menyebabkan agen penyakit menyebar di lingkungan.

BAB III
UPAYA DAN SOLUSI PEMBERANTASAN
PENYAKIT DIARE

3.1 Tingkat Pencegahan Penyakit Diare

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada


faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor
penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme
penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi
lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk
memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan
pemberian imunisasi.

2. Pencegahan Skunder

a. Tahap inkubasi

Pada tahap ini pasien dapat di beri :

 Diberi orallit
 Makanan harus di teruskan bakan di tingkatkan selama diare
untuk menhindari efek buruk pada status gizi

8
 Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk
mencegah dehidrasi

b. Tahap penyakit dini

 3 jam pertama berikan oralit sesuai dengan ketentuan.


 Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan
penilaian anak kemudian oilih rencana A, B, atau C untuk
melanjutkan pengobatan:
 Bila tidak ada rehidrasi, anak biasanya kencing dan lelah
kemudian mengantuk dan tidur
 Bila tanda menunjukan dehidrasi ringan atau sedang
tawarkan makanan susu dan sari buah,
 Bila tanda menunjukan dehidrasi berat maka secepatnya
rehidrasi cairan dan amati dengan seksama anak.

d. Tahap akhir

Biasanya pasien diamati kurang lebih 6 jam setelah


pemberian oralit terus berikan antibiotic dan berikan caiarn intra
vena. Pada tahap ini bila penanganan baik pasien bisa sembuh
sempurna.

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan


sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi
pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi
fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga
dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu
dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga
keseimbangan cairan.

 Cara mencegah diare agar tidak menularkan pada anggota keluarga kamu
bisa dengan melakukan langkah-langkah seperti:
 Bila tinggal satu rumah, hindari menggunakan handuk atau peralatan
makan yang sama dengan anggota keluarga lainnya.
 Selalu membersihkan toilet dengan disinfektan tiap setelah buang air
besar.

9
 Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air hangat seperti sebelum
makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah memegang daging
mentah, setelah menggunakan toilet, dan setelah bermain dengan
binatang piaraan.
 Tetap berada di rumah setidaknya 48 jam setelah periode diare yang
terakhir.
 Selalu menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
 Bila penyebab diare berasal dari parasit cryptosporidium jangan
menggunakan kolam renang terlebih dahulu selama dua minggu
setelah diare yang terakhir.

Sebenarnya, cara mencegah diare bergantung pada kedisiplinan


seseorang dalam menjaga kebersihan makanan dan minuman. Kamu
harus benar-benar memperhatikan cara mengelola makanan dan
minuman dari cara memasak sampai pada proses penyimpanan. Dengan
demikian, bisa meminimalisir seseorang dari berkembangnya
mikoorganisme, seperti bakteri yang bisa menyebabkan diare.

BAB IV
KESIMPULAN

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis


lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman
diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, sehingga dapat mengakibatkan
timbulnya kejadian diare.

Penyakit diare ini sebenarnya penyakit yang biasa di derita oleh


kebanyakan orang, tapi masyarakat kurang mengetahui apa sebenarnya
penyakit diare itu sendiri. Sehingga banyak orang yang mengalami diare
yang sangat parah bahkan menyebabkan kematian. Sebenarnya untuk
mencegah dan terhindar dari penyakit diare adalah dengan cara menjaga
kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan diri dan menjaga asupan
makanan yang masuk kedalam tubuh agar badan menjadi sehat dan kebal
terhadap penyakit.

10
DAFTAR PUSTAKA

Studies, J. N. (2012). No Title, 1, 36–42.

annisakusharani17.blogspot.com

https://www.halodoc.com

11
12

Anda mungkin juga menyukai