Anda di halaman 1dari 5

Ciri-Ciri Fasciola hepatica

Fasciola hepatica adalah salah satu cacing terbesar di dunia, mencapai panjang
30 mm dan lebar 13 mm. Organisme yang dikenal sebagai Fasciola hepatica adalah
jenis dari cacing, yang merupakan trematoda parasit. Fasciola hepatica memiliki
bentuk seperti daun, menunjuk pada bagian ujung atau posterior, dan lebar di depan
atau anterior, meskipun bentuknya sedikit bervariasi. Mulut pengisap kecil tapi kuat
dan terletak di ujung proyeksi bentuk kerucut di ujung anterior. Asetabulum lebih
besar daripada mulut pengisap dan terletak di anterior.

Kulit internal ditutupi dengan duri besar, dan seperti sisik. Ceca usus atau
mirip usus buntu pada manusia sangat dendritik dan meluas ke dekat ujung posterior
tubuh. Testis yang besar dan sangat bercabang di belakang ovarium. Fasciola hepatica
menginfeksi siput dan mamalia, menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai
fascioliasis. Karena parasit sering ditemukan pada penangkaran domba, kadang-
kadang disebut cacing hati. Spesies ini hidup di seluruh dunia.

Cacing ini memiliki siklus hidup yang kompleks yang dimulai pada siput air
dan semiakuatik. Ketika siput berak, cacing-cacing ini keluar dari tubuh siput dan
berlindung pada batang dan daun tanaman air dan darat. Ketika mamalia memakan
tanaman yang terkontaminasi, sehingga akan membuat jalan bagi cacing masuk ke
dalam sistem pencernaan mamalia dan akhirnya ke dalam hati. Orang biasanya
mendapatkan cacing hati dengan menelan selada air mentah atau tanaman air lainnya
yang dilapisi dengan telur Fasciola hepatica.

Cacing hati adalah Cacing sangat besar, dengan beberapa dapat mencapai
panjang sampai 30 milimeter dan lebar 13 milimeter. Mereka berbentuk runcing atau
daun dan memiliki duri di seluruh tubuh mereka. Mereka bervariasi dalam warna dan
masing-masing cacing memiliki mulut kecil berbentuk piringan di salah satu ujung
tubuhnya. Fascioliasis mudah dicegah dengan memasak atau mencuci sayuran
sebelum dimakan. Namun, ketika infeksi terjadi, mereka relatif mudah untuk merawat
dan kebanyakan orang sembuh tanpa konsekuensi jangka panjang.

Beberapa obat yang efektif dalam kemoterapi fascioliasis, baik pada manusia
dan hewan peliharaan. Obat pilihan dalam pengobatan fasciolosis adalah
triclabendazole, anggota keluarga benzimidazole dari anthelmintics. Obat ini bekerja
dengan mencegah polimerisasi tubulin molekul ke dalam struktur sitoskeletal,
mikrotubulus.
Daur Hidup Fasciola hepatica (Cacing hati) secara klasifikasi tergolong ke
dalam klasifikasi animalia, dengan filum Platyhelminthes, kelas Trematoda, subkelas
Digenea, Ordo Echinostomida dan merupakan famili Fasciolidae. Untuk lebih
lengkapnya lagi simaklah pembahasan kami mengenai Materi Daur Hidup Fasciola
Hepatica di bawah ini. daur hidup fasciola hepatica

Daur Hidup Fasciola Hepatica

1. Telur

2. Larva (Mirasidium)

3. Serkaria

4. Metaserkaria

5. Cacing Hati Dewasa


Cara Berkembang Fasciola Hepatica

Daur Hidup Fasciola Hepatica

Cacing hati secara klasifikasi tergolong ke dalam klasifikasi animalia, dengan


filum Platyhelminthes, kelas Trematoda, subkelas Digenea, Ordo Echinostomida dan
merupakan famili Fasciolidae. Dalam mekanisme daur hidup cacing hati, tidak akan
terlepas dari morfologi tiap fase dari cacing hati itu sendiri. Hal ini untuk
memudahkan dalam memahami alur sekaligus morfologi tiap fasenya. Secara umum
alur siklus hidup dari cacing hati ini yaitu Telur – Larva – Serkaria – Metaserkaria –
Cacing dewasa. Adapun daur hidup cacing hati seperti berikut :

Daur hidup Fasciola hepatica

1. Telur

Telur Cacing Hati serupa dengan filum Platyhelminthes lainnya,


perkembangbiakan cacing hati juga bersifat hermaprodit. Hermaprodit ini merupakan
kemampuan untuk bisa melakukan pembuahan sendiri. Dalam sekali pembuahan,
cacing hati bisa menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak, yakni lebih
kurang 100.000 butir telur. Biasanya caing hati bertelur pada organ hati dan atau
empedu dari inangnya. Telur-telur yang dihasilkan dari proses pembuahan cacing hati
kemudian akan disalurkan ke empedu untuk bisa melewati bagian usus besar dan
anus sehingga bercampur dengan feses atau kotoran sapi. Pada tahap selanjutnya,
sesaat ketika sudah keluar dari pencernaan inangnya (kondisi feses masih basah),
telur-telur cacing hati ini kemudian siap menetas dan menjadi larva. Periode waktu
yang dibutuhkan mulai fase infeksi hingga menetasnya telur yaitu selama 8 – 12
minggu dengan syarat selama kondisi lingkungan sekitar masih lembab.

2. Larva (Mirasidium)

Larva Mirasidium Telur menetas menjadi larva dengan rambut getar


(Cilia) di seluruh permukaan tubuhnya yang disebut mirasidium. Mirasidium yang
baru menetas di feses kemudian akan terbawa hujan melalui siklus air hingga sampai
aliran air. Mirasidium akan mencari inang yang baru, sasaran utamanya yaitu seperti
para moluska terutama siput air tawar bercangkang seperti Lymnaea spp. Larva
mirasidium memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dengan cara
paedogenesis di dalam tubuh siput, sehingga terbentuk larva yang banyak. Setelah
berada dalam tubuh siput, mirasidium akan berubah menjadi sporosis. Kemudian
sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia, kemudian redia melakukan
paedogenesis menjadi serkaria. Lama yang dibutuhkan fase larva atau mirasidium ini
yaitu selama 10 – 12 hari. Pada inang alternatif Lymnaea spp., larva tidak bersifat
parasit hanya sekedar menumpang tempat untuk melanjutkan fase selanjutnya. Hal ini
juga disebabkan Lymnaea spp. memiliki resistensi tersendiri dari infeksi cacing hati
itu sendiri.

3. Serkaria

Dari ke-3 bentuk mirasidium ini yakni sporosis, redia dan serkaria, yang
meneruskan daur hidup F. hepatica ialah serkaria. Struktur dari serkaria ini memiliki
sistem gerak fase cacing hati ini mempunyai semacam ekor mirip seperti kecebong
pada kodok, yang digunakan untuk bergerak dan berpindah. Serkaria ini kemudian
akan keluar dari tubuh siput Lymnaea spp. Lalu melanjutkan pergerakan dengan
menggunakan ekornya menuju rerumputan, tumbuhaningkungan yang lembab dan
basah di situlah serkaria tinggal. Kemudian membentuk fase metaserkaria di mana
ekor yang sebelumnya ada pada serkaria hilang. Lama periode yang dibutuhkan
serkaria yakni selama 5 – 7 minggu pada kondisi yang lembab atau basah.

4. Metaserkaria

Metaserkaria adalah bentuk perubahan dari serkaria setelah menemukan inang


alternatif seperti rerumputan, tumbuhan air dan tumbuhan di sekitar perairan yang
lembab dan basah. Bentuk metaserkaria ialah bentuk infeksi sejati dari cacing hati.
Setelah menempel, metaserkaria akan membungkus diri dan menjadi kista yang bisa
bertahan lama pada rumput, tanaman padi, atau tumbuhan air. Penampang dari kista
ini terseliputi oleh sejenis membran yang kuat sehingga membuatnya bisa bertahan,
fase kista ini juga dapat disebut sebagai fase dorman dari daur hidup cacing hati.
Semua mamalia yang memakan rerumputan tersebut akan terinfeksi cacing ini,
termasuk sapi, kambing, bahkan juga manusia. Infeksi yang disebut fascioliasis ini
bisa terjadi bilamana rerumputan tersebut tidak diolah dan dibersihkan terlebih
dahulu sebelum dikonsumsi.

5. Cacing Hati Dewasa

Ketika metaserkaria ini masuk ke dalam sistem pencernaan melalui konsumsi


tumbuhan atau rerumputan yang sebelumnya telah menempel kista. Kemudian
metaserkaria keluar dari kista dan berubah menjadi cacing hati dewasa. Cacing
dewasa ini kemudian akan menembus dinding pada usus halus menuju rongga perut,
dan mengincar hati sebagai tempat barunya. Cacing hati memiliki ukuran tubuh yang
cukup besar yaitu panjang antara 2.5 – 3 cm dan lebar antara 1 – 1.5 cm. Cacing F.
hepatica berlaku sebagai parasit pada hati hewan, terutama hewan memamah biak.

Tubuh cacing hati dilapisi oleh lapisan kutikula yang fungsinya untuk
menjaganya agar tidak rusak saat masuk ke pencernaan inangnya. Selain itu, cacing
ini juga memiliki mulut yang berfungsi sebagai alat hisap nutrisi pada hati inangnya.
Nutrisi tersebut digunakan cacing hati untuk bisa bertahan hidup. Cacing dewasa
akan bereproduksi menghasilkan telur-telur baru yang akan menjadi agen dalam
melanjutkan daur hidup dari F. hepatica.

Cara Berkembang Fasciola Hepatica

Cacing hati ini berkembangbiak secara seksual dengan pembuahan silang atau
pembuahan sendiri. Fasciola hepatica memiliki siklus hidup mulai dari dalam tubuh
inangnya, pada saat keluar dari tubuh inang, kemudian masuk kembali sebagai parasit
di tubuh inang yang baru. Di dalam tubuh inangnya, cacing dewasa memproduksi
sperma dan ovum kemudian melakukan pembuahan. Telur yang sudah dibuahi
kemudian keluar dari tubuh inang bersama feses (kotoran). Ketika jatuh di tempat
yang sesuai, telur ini akan menetas dan menjadi mirasidium. Mirasidium kemudian
berenang di perairan sekitar 8-20 jam. Jika menemukan siput air (Lymnaea javanica),
mirasidium akan masuk ke tubuh siput tersebut, tetapi bila tidak bertemu siput air
mirasidum kemungkinan akan mati. Di dalam tubuh siput, mirasidium kemudian
tumbuh menjadi sporoskista. Sporokista kemudian berpartenogenesis menjadi redia
dan kemudian akan menjadi serkaria. Kemudian berenang beberapa lama sehingga
melepaskan ekornya di rumput dan tumbuhan air untuk selanjutnya menjadi
metaserkaria. Metaserkaria kemudian membungkus diri dengan kista (cyste) sehingga
mampu bertahan pada rumput atau tumbuhan lain, menunggu termakan oleh hewan.
Ketika kista ikut termakan bersama tumbuhan, kista akan menembus dinding usus
lalu masuk ke hati, kemudian berkembang hingga dewasa dan bertelur kembali
mengulang siklus dari awal hingga akhir.

Anda mungkin juga menyukai