Anda di halaman 1dari 7

kegiatan pengayaan 

A. Hakikat Pembelajaran Pengayaan


Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok
cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan
sisa waktu yang dimilikinya. Pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan
untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki
kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat,
bakat, dan kecakapannya.
 Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir,
kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan,
keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan
kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih
tinggi untuk membantu
B.      Jenis Kegiatan Pengayaan
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan
pendekatan individu. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan
dengan kegiatan remedial. Artinya, kegiatan pengayaan dalam rangka memanfaatkan sisa
waktu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat merangsang kreatifitas siswa
secara mandiri.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam
kaitannya dengan pengayaan. Berikut ini adalah beberapa kegiatan pengayaan yang
dikemukakan oleh Julaeha (2007):
1.      Tutor Sebaya
Selain efektif dalam kegiatan remedial, tutor sebaya juga efektif digunakan dalam kegiatan
pengayaan. Melalui keiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan
meningkat karena selain mereka harus menguasai konsep yang akan dijelaskan mereka juga
harus mencari teknik menjelaskan konsep tersebut kepada temannya. Selain itu tutor sebaya
juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi.
2.      Mengembangkan Latihan
Siswa  kelompok cepat dapat diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang dapat
dilaksanakan oleh teman-temannya yang lambat. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk
pendalaman materi yang menuntut banyak latihan, misalnya pada mata pelajaran matematika.
Guru juga bisa meminta siswa kelompok cepat untuk membuat soal-soal latihan beserta
jawabannya yang akan digunakan dalam kegiatan remedial atau sebagai bahan latihan dalam
kegiatan tutor sebaya.
3.      Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran
Siswa kelompok cepat diberi kesempatan untuk membuat hasil karya berupa model,
permainan atau karya tulis yang berkaitan dengan materi yang dipelajari yang kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa kelompok lambat.
4.       Melakukan Proyek
Keterlibatan siswa dalam suatu proyek atau mempersiapkan suatu laporan khusus
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari merupakan kegiatan pengayaan yang paling
menyenangkan. Kegiatan ini mampu meningkatkan motivasi belajar, kesempatan
mengembangkan bakat, dan menambah wawasan baru bagi siswa kelompok cepat.
5.      Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa
Dalam kegiatan ini, guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan suatu
masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran agar mereka merasa
tertantang. Melalui kegiatan ini, mereka akan berusaha untuk memecahkan masalah atau
permainan dan mereka juga akan belajar satu sama lain dengan membandingkan
strategi/teknik yang mereka gunakan dalam memecahkan permasalahan atau permainan yang
diberikan.
C.   Faktor Yang Harus Diperhatikan
1.      Faktor Siswa
Setiap siswa memiliki minat yang berbeda. Hal ini sangat perlu diperhatikan
oleh guru dalam memilih dan menentukan kegiatan pengayaan. Kesesuaian kegiatan
pengayaan dengan minat siswa akan memacu siswa untuk lebih berhasil dalam belajarnya.
Jika kegiatan yang dipilih tidak sesuai dengan minatnya maka semangat siswa akan melemah
dalam mempelajari sesuatu.
2.      Faktor Manfaat Edukatif
Faktor penting kedua yang perlu diperhatikan oleh guru adalah
kebermanfaatan kegiatan pengayaan itu sendiri. Jangan sampai kegiatan pengayaan yang
dilaksanakan merugikan siswa  atau menimbulkan kesulitan bagi siswa dan mengganggu
proses perkembangannya. Sebaiknya kegiatan pengayaan yang dilaksanakan benar-benar
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan potensinya.
Sehingga bermanfaat dalam menambah pengetahuan, keterampilan, dan nilai/sikap siswa.

3.      Faktor Waktu
Kegiatan pengayaan diberikan untuk mengembangkan potensi siswa dengan
memanfaatkan kelebihan waktu pada saat siswa lain melakukan kegiatan remedial.
Jika siswa yang lambat telah menguasai kompetensi sesuai harapan dan
kegiatan pembelajaran biasa akan dilaksanakan/dilanjutkan, maka secara terprogram
kegiatan pengayaan untuk kelompok siswa cepat harus segera berakhir.
Sementara itu Arikunto (1986), juga dalam Julaeha (2007:9.38) menyebutkan faktor-
faktor penting lainnya yang juga harus diperhatikan oleh guru dalam menentukan dan
memilih kegiatan pengayaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Siswa lebih menyukai kegiatan di luar kelas
2. Siswa lebih suka beraktivitas dari pada hanya berteori di belakang meja
3. Kegiatan menemukan sendiri sesuatu yang baru lebih merangsang
minat siswadibanding kegiatan yang sifatnya penjelasan
4. Kegiatan yang dengan cepat dapat menunjukkan hasil, lebih disukai siswa dari
pada kegiatan yang menuntut penggunaan waktu yang relatif lama.

Kegiatan belajar 1
Hakikat disiplin kelas

A.    Disiplin dan disiplin kelas


1.    Disiplin
    Kata disiplin pasti sudah sering kita dengar, namun pengertian istilah ini masihperlu kita
sepakati.Untuk mangkaji pengerertian ini mari kita ingat pengalaman kita sehari-hari yang
juga pernah ditayangkan ditelevisi. Jika kita rajin menonton tv,barangkali peristiwa berikut
akrab dengan kita.

2.    Disiplin Kelas


    Turney &cairns (1980) mengkaji ulang definisi disiplin kelas yang berasal dari para pakar.
Dalam kajian tersebut, antara lain diungkap definisi disiplin yang bervariasi sebagai berikut :
-    Pertama, disiplin diartikan tingkat keteraturan yang terdapat pada suatu kelompok. 
-    Kedua, disiplin kelas diartikan sebagai teknik yang digunakan oleh guru unuk
membangun atau memelihara keteraturan didalam kelas. Misalnya,ibu Ita meggunakan
hukuman untuk menertibkan anak-anak. 
-    Ketiga, adapakar yang menyamakan kata disiplin dengan hukuman.

Dari ketiga pengertian diatas disepakati oleh beberapa pakar, yang mendifinisikan disiplin
sebagai bagian pengelolaan kelas yang terutama berurusan dengan penanganan prilaku yang
menyimpang(kohn, 1996).

B.    Disiplin kelas


Sebagai  guru, anda tentu perlu memahami alasan dari tindakan Anda didalam kelas. Ada
beberapa alasan penting siswa perlu diajajrkan disiplin diantaranya :
1.    Disiplin perlu diajarkan dan perlu dipelajari serta dihayati oleh siswa, agar siswa mampu
mendisiplinkan dirinya sendiri. Inilah yang merupakan tujuan utama   penanaman disiplin.
Siswa mampu mengendalikan diri sendiri, tanpa perlu dikontrol oleh guru (Winzer,1992).
2.    Disiplin, sebagaimana diakui oleh oleh para pakar sejak dahulu, merupakan pusat
berputarnya kehidupan sekolah (turney &cairns, 1980).
3.    Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap aturan kelas,lebih-lebih jika ketaatan
tersebut tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksakan, akan memungkinkan terciptanya iklim
belajar yang kondusif.
4.    Tingkat ketaatan siswa rendah terhadap aturan kelas akan membuat iklim belajar yang
tidak kondusif.
5.    Jumlah siswa dalam satu kelas
6.    Kebiasaan untuk menaati aturan dalam kelas akan memberi dampak yang lebih luas bagi
kehidupan siswa didalam masyarakat.

C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kelas


Faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa sebenarya sangat kompleks, dan sering
sukar untuk diidentifikasi. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu
faktor fisik, sosial, dan psikologis. 
1.    Faktor  fisik. 
Faktor fisik yang mempengaruhi disiplin kelas juga mencakup guru, siswa, dan ruang kelas.
Kondisi fisik guru, antara lain tampak dalam penampilannya, akan mempengaruhi ketaatan
siswa pada aturan. Kondisi fisik siswa yang prima, seperti tampak pada penampilannyaserta
panca indra yang sehat akan mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan. Kondisi fisik ruang
kelas, mencakup keamanan dan susunan peralatan, serta cara penggunaan alat-alat pelajaran
juga mempengaruhi tingkat kediplinan siswa.
2.    Faktor Sosial 
    Dikutip oleh turney & cairns (1980). kutipan tersebut antara lain menegaskan bahwa
“hanya dalam iklim yang saling mempercayai, saling mengerti, dan saling menghormati
siswa dapat tumbuh dan berkembang”.
3.    Faktor Psikologis
    Faktor psikologis atau kejiwaan juga dianggap sangat berpengaruh pada tingkat
kedisiplinan siswa. Faktor psikologis mencakup, antara lain perasaan (seperti sedih,
senang,marah, bosan, benci,dan sebagainya), Dn kebutuhan (seperti keinginan untuk
dihargai, diakui, dan disayangi).

KB 1 HAKIKAT DISIPLIN KELAS


A.    DISIPLIN DAN DISIPLIN KELAS
1.      Disiplin
Secara disiplin dapat diartikan sebagai ketaatan pada aturan yang diterapkan. Disiplin kelas
dapat  diartikan sebagai:
a.       Tingkat ketaatan siswa terhadap aturan kelas
b.      Teknik yang digunakan guru untuk membangun atau memelihara keteraturan dalam kelas
2.      Disiplin Kelas
Disiplin kelas dilandasi oleh adanya hubungan guru dengan siswa dalam kelas. Kohn (1996)
mengemukakan disiplin kelas bagian dari pengelolaan kelas terutama berusaha dalam
penanganan perilaku yang menyimpang. Disiplin kelas sebagai tingkat keteraturan, yang
terjadi dalam kelas atau tingkat ketaatan siswa terhadap aturan kelas.
B.     DISIPLIN KELAS
Disiplin kelas perlu diajarkan atau ditanamkan pada siswa karena alasan berikut.
a.       Agar siswa mampu mendisiplinkan diri
b.      Disiplin merupakan pusat berputarnya kehidupan sekolah
c.       Disiplin yang tinggi akan menuju kepada terciptanya iklim belajar yang kondusif
d.      Tingkat ketaatan yang rendah akan menjurus pada tidak terjadinya belajar yang diharapkan
e.       Jumlah dalam satu kelas umumnya banyak
f.       Kebiasaan berdisiplin di sekolah diharapkan menghasilkan kebiasaan berdisiplin di
masyarakat
C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISIPLIN KELAS
1.      Factor Fisik
Disiplin kelas dilandasi oleh interaksi guru-siswa. Dalam konteks ini maka factor fisik
mencakup guru, siswa dan ruang kelas. Kondisi guru antara lain tampak dalam
penampilannya rapi, sehat, dan tampak semangat akan lebih mudah mengatur siswanya
daripada guru yang tampak lusuh dan lesu.
Kondisi fisik siswa yang prima seperti tampak pada penampilannya serta panca indera
yang sehat akan mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan. Siswa yang sakit atau panca
inderanya ada yang tidak berfungsi dengan baik maka sulit memusatkan perhatiannya pada
pelajaran.
Kondisi ruang kelas yang mencakup keamanan dan susunan peralatan, serta cara
penggunaan alat-alat pelajaran juga mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa. Cara
penggunaan alat peraga yang tidak tepat, misalnya menghalangi pandangan siswa maka akan
mendorong siswa melanggar aturan.
2.      Factor Sosial
Kelas merupakan mayarakat kecil untuk bersosialisasi dan bergaul untuk guru dan
siswa. Kualitas hubungan siswa-guru dan latar belakang sosial siswa akan mempengaruhi
disiplin kelas. Siswa yang mudah bergaul akan mudah menerima aturan kelas daripada
mereka yang menutup diri, tidak bergaul denga  temannya.
3.      Factor psikologis
Factor psikologis mencakup perasaan (sedih, senang, benci, dsb) dan kebutuhan
(keinginan untuk dihargai, diakui dan disayangi). Siswa yang perasaanya sedih mungkin akan
berbeda dengan yang senang baik baik di rumah maupun di sekolah.
KEGIATAN BELAJAR 2
STRATEGI PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN KELAS

A.    PANDANGAN TERHADAP PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN


KELAS

Sikap atau pandangan akanberpengaruh pada cara guru menangani disiplin kelas.
Berikut ini ada beberapa pandangan:
1.      Pandangan yang menyatakan bahwa guru harus berusaha agar siswa mengerjakan apa yang
diinginkan oleh guru. Siswa tidak perlu tahu mengapa dia harus mengerjakan hal tersebut
atau siswa juga tidak perlu tahu apakah yang dikerjakannya tersebut sesuai dengan
kebutuhannya. Pandangan ini secara keras dikritik oleh Kohn (1996), yang menginginkan
adanya perubahan dalam cara memandang disiplin kelas. Pandangan pertama ini berfokus
pada kepentingan guru dan berfokus pada guru (teacher centered)
2.      Kohn (1996) menegaskan bahwa guru seharusnya mulai dengan pertanyaan: “apa yang
diperlukan oleh anak-anak, dan bagaimana cara saya untuk memenuhi kebutuhan tersebut?”.
Cara pandang ini berfokus pada kepentingan siswa, bukan pada kepentingan guru. Seperti
makna dari semboyan Bapak Pendidikan Nasional kita Ki Hajar Dewantara yakni guru
haruslah menjadi contoh apabila berada didepan, jika berada ditengahharus mampu
mendorong siswa untuk berkarya, serta akhirnya jika berada dibelakang, guru
ahrusmendorong siswa kedepan agar mampu bertanggung jawab. Alasan yagn mendasar
ialah jika kita menginginkan anak mampu menjadi manusia yang bertanggung jawab dalam
masyarakat maka sejak berada di bangku sekolah kesempatan itu harus diberikan kepada
siswa.
3.      Winzer (1995), menyatakan bahwa pendekatan yang berhasil dalam membangun disiplin
adalah pendekatan yang menghormati hak individu, mendorong peningkatan konsep diri
siswa, serta memupuk kerja sama. Member peluang kepada siswa untuk mengambil
keputusan sehingga ia merasa dihargai, yang akhirnya bermuara pada konsep diri yang lebih
positif.
4.      Pandangan humanistic yang menekankan pada kemanusiaan. Pandangan ini
mengemukakan perlunya komunikasi yang terbuka dan jujur antara orang tua dan anak-anak
atau antara guru dan siswa sehingga guru tahu apa yang tidak disukai dan yang disukai anak.
5.      Pandangan kaum behaviorism, yang berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dan
dikontrol. Hukuman dan penguatan merupakandua hal yang dianjurkan untuk digunakan
dalam menegakkan disiplin. Dengan member penguatan, perilaku yang diharapkan dapat
ditingkatkan, sedangkandengan member hukuman, perilaku yang kurang baik dapat
dihilangkan.

B.     STRATEGI PENANAMAN DISIPLIN KELAS

Apakah kita harus membuat aturan dikelas dan mendiktekannya kepada siswa,
kemudian menempelkannya di dinding kelas?. Tidak ada yang salah dengan cara ini, tetapi
sebagai guru mungkin dapat membuat tata tertib yang kadang-kadang menakutkan itu
menjadi hal yang disenangi dan dipatuhi anak-anak.
Beberapa cara dalam menanamkan disiplin kelas:
1.      Modelkan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Contoh nyata merupakan alat
mengajar /mendidik yang terbaik, terutama bagi anak-anak SD. Misalnya jika ingin anak-
anak tidak terlamabat, kita harus mencontohkannya dengan datang sebelum waktunya atau
tepat waktu, jika aturan menyatakan bahwa anak-anak harus meminta izin kalau mau keluar
kelas atau tidak masuk, guru pun harus mencontohkannya.
2.      Adakan pertemuan kelas secara berkala, terutama jika ada aturan yang perlu ditinjau
kembali. Kohn (1996) mengungkapkan bahwa pertemuan kelas dapat berfungsi sebagai
berikut :
a.       Tempat berbagi pengalaman antarsiswa dan atara guru-siswa.
b.      Tempat untuk mengambil keputusan, misalnya siswa sudah merasa bosan dengan susunan
tempat duduk dan alat-alat lainnya
c.       Tempat untuk membuat rencana, misalnya pada akhir semester, kelas ingin berekreasi.
d.      Tempat untuk melakukan refleksi, yaitu merenungkan dan mengungkapkan perasaan
tentang disiplin kelas yang sudah berlangsung. Misalnya tentang aturan mana yang dia nggap
berat, yang sering dilanggar.
Hampir tidak pernaha ada atau jarang sekali guru mengadakan pertemuan kelas untuk
membahas soal disiplin/peraturan kelas. Biasanya anak-anak hanya menerima saja peraturan
yang sudah ada.
3.      Terapkan aturan secara fleksibel (luwes) sehingga siswa tidak merasa tertekan.
4.      Sesuaikan penerapan aturan dengan tingkat perkembangan anak.
5.      Libatkan siswa dalam membuat aturan kelas.

C.    STRATEGI PENANGANAN DISIPLIN KELAS

Banyak strategi dan teknik penanganan disiplin yang dipelajari dan diterapkan.
Strategi ini dibagi menjadi 3 bagian sesuai dengan berat ringannya gangguan yang terjadi.

1.      Menangani Gangguan Ringan


Gangguan-gangguan ringan yang tidak sampai mengganggu kelas secara keseluruhan
tentu sering terjadi. Gangguan ini jika dibiarkan akan berkembang menjadi gangguan berat.
Winzer (1995) menguraikan beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk
mengatasi gangguan ringan, antara lain:
a.       Mengabaikan
b.      Menatap agak lama terhadap siswa yang melanggar.
c.       Menggunakan tanda nonverbal (gerakan tubuh; menggeleng, menunjuk, menaruh telunjuk
diatas bibir, dll)
d.      Mendekati siswa yang melakukan pelanggaran.
e.       Memanggil nama untuk memulihkan disiplin kelas secara bijaksana.
f.       Mengabaikan secara sengaja, tidak menegurnya, mendekati atau menatapnya. (menganggap
tidak ada)

2.      Menangani Gangguan Berat


Gangguan berat atau besar adalah pelanggaran yang dilakukan siswa yang dapat
mempengaruhi siswa lain atau mengganggu jalannya pelajaran.
Winzer (1995) mengemukakan strateginya :
a.      Memberi hukuman
Dalam member hukuman, perhatikan hal-hal berikut ini:
1)      Gunakan hukuman hanya jika dianggap perlu saja.
2)      Mulailah dengan hukuman yang ringan seperti teguran
3)      Berikan hukuman secara adil sesuai tingkat pelanggaran
4)      Ketika memberikan hukuman, ajarkan dan contohkan apa yang semestinya dilakukan siswa
5)      Berhati-hati dalam memberikan hukuman, pertimbangkan dampaknya bagi siswa, orang
tua, kepsek juga pengawas.
Sebaiknya hindari pemberian hukuman terutama hukuman badan. Jika terpaksa melakukan
hukuman, pilihlah hukuman yang mendidik yang sesuai dengan tingkat pelanggaran dan
kemampuan siswa.
b.      Melibatkan orang tua.
Untuk melibatkan orang tua, ada baiknya guru membuat laporan secar teratur kepada orang
tua tentang kemajuan anaknya. Laporan ini bisa berupa buku penghubung antara orang tua
dan guru. Jika siswa melakukan pelanggaran, guru dapat memberikan laporan khusus dan
meminta orang tua ikut menangani masalah tersebut. Dan jika kemajuan/perbaikan sudah
terjadi pada diri siswa, orang tua juga hendaknya diberi laporan.

3.      Menangani Perilaku Agresif


Perilaku agresif adalah perilaku menyerang yang ditunjukkan oleh siswa di dalam kelas.
Misalnya ada siswa yang berteriak atau menyerang/menyakiti temannya atau bahkan
menyerang guru. Atau mungkin ada siswa yang melontarkan kata-kata yang tidak senonoh
sambil memukul-mukul meja.
Ada beberapa cara menangani perilaku yang demikian yang dikemukakan oleh Winzer
(1995), yaitu:
a.      Mengubah/menukar teman duduk
b.      Jangan terjebak dalam konfrontasi atau perselisihan yang tidak perlu
c.       Jangan melayani siswa yang agresif ketika hati sedang panas
d.      Hindarkan diri dari mengucapkan kata-kata yang kasar atau bersifat menghina
e.       Konsultasi dengan pihak lain

Anda mungkin juga menyukai