Anda di halaman 1dari 9

Nama : Muhammad Fauzi

Nim : 0502173433
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam
Jurusan : Akuntansi Syari’ah F
Semester : 5

1. Standart Akuntansi Internasional

A. Pendahuluan
Standar Pelaporan Keuangan Internasional ( International Financial
Reporting Standards (IFRS)) adalah Standar dasar, Pengertian dan Kerangka
Kerja (1989) yang diadaptasi oleh Badan Standar Akuntansi Internasional
(International Accounting Standards Board (IASB)). Sejumlah standar yang
dibentuk sebagai bagian dari IFRS dikenal dengan nama terdahulu Internasional
Accounting Standards (IAS). IAS dikeluarkan antara tahun 1973 dan 2001 oleh
Badan Komite Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting
Standards Committee (IASC)). Pada tanggal 1 April 2001, IASB baru
mengambil alih tanggung jawab guna menyusun Standar Akuntansi
Internasional dari IASC. Selama pertemuan pertamanya, Badan baru ini
mengadaptasi IAS dan SIC yang telah ada. IASB terus mengembangkan standar
dan menamai standar-standar barunya dengan nama IFRS.

B. Kerja Lapangan
Kerangka kerja gunan Persiapan dan Presentasi Laporan Keuangan
menyampaikan prinsip-prinsip dasar IFRS. Kerangka kerja IASB dan FASB
sedang dalam proses pembaharuan dan perangkuman. Proyek Kerangka
Konseptual Gabungan (The Joint Conceptual Framework project) bertujuan
untuk memperbaharui dan merapikan konsep-konsep yang telah ada guna
menggambarkan perubahan di pasar, praktik bisnis dan lingkungan ekonomi
yang telah timbul dalam dua dekade atau lebih sejak konsep pertama kali
dibentuk.
Tujuan keseluruhan adalah untuk menciptakan dasar guna standar akuntansi
pada masa mendatang yang berbasis prinsip, konsisten secara internal dan
diterima secara internasional. Karena hal tersebut, (dewan) IASB dan FASB
Amerika Serikat melaksanakan proyek secara bersama.

C. Bentuk Pelaporan
Sebuah laporan keuangan harus menggambarkan pandangan benar dan adil
atas usaha sebuah organisasi. Oleh karena laporan-laporan ini digunakan oleh
berbagai pihak, laporan tersebut harus menggambarkan pandangan sebenarnya
akan keadaan keuangan sebuah organisasi.

2. Standart Akuntansi IPAI

A. Pendahuluan
Standar umum berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya
sehingga bersifat pribadi. Standar ini mencakup tiga bagian diantaranya:
(1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang mempunyai
keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor.
(2) Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang berhubungan
dengan perikatan, independensi.
(3) Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya dalam melaksanakan
pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat dan seksama.

B. Kerja Lapangan

Standar ini terdiri dari 3 (tiga) poin diantaranya:


(1) Seluruh pekerjaan audit dapat direncanakan dengan sebaik-baiknya dan
apabila menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan semestinya.
(2) Tak hanya memperhatikan standar audit saja, pemahaman yang memadai
atas pengendalian intern sangat dibutuhkan untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat
(3) Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
dapat memberikan pernyataan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.

C. Bentuk Pelaporan

Standar pelaporan terdiri dari 4 (empat) item, diantaranya:


(1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
(2) Hasil Laporan auditor harus menunjukkan kekonsistenan, apabila ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dengan penerapan pada periode
sebelumnya.
(3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
(4) Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan bahwa pernyataan yang demikian tidak bisa
diberikan.

3. Standart Akuntansi Internal

A. Standar Umum Internal Auditor dan Unit Internal Audit


Internal Auditor harus melaksanakan tugas secara bebas dan obyektif. Unit
Internal Audit dan Internal Auditor harus independen secara organisasi dan
independen secara pribadi dalam sikap perilaku kenyataan dan penampilan.
Internal Auditor dapat memberikan pendapat penting yang tidak tendensius, tidak
memihak kepada/ dipengaruhi oleh pihak manapun. Independensi harus dicapai
melalui status organis asi dalam Perusahaan dan obyektivitas Internal Auditor.
Internal Auditor tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan atau evaluasi atas
kegiatan-kegiatan dimana Internal Auditor ikut berperan sebagai pelaksana
kegiatan tersebut.

1. Status Organisasi
2. Pengangkatan dan Pemberhentian HOIA
3. Obyektivitas
a. Dalam menjalankan tugas, setiap Internal Auditor harus memiliki sifat
sifat.
(1) Sikap mental independen
(2) Objektif dalam menjalankan tugas
.

b. Program/ usaha yang diperlukan oleh Unit Internal Audit dalam


meningkatkan kemampuan profesionalisme Internal Auditor antara lain :
(1) Pemenuhan kebutuhan Unit Internal Audit
(2) Susunan Tim yang akan diberi penugasan untuk melaksanakan audit
(3) Supervisi secara seksama, terdokumentasi dan dapat diuji keefektifan
nya
(4) Pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi Internal Auditor
untuk mendapatkan pendidikan berkelanjutan berupa training, seminar,
studi banding dan sebagainya.
(5) Bila pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dari Internal Auditor
tidak memadai untuk pelaksanaan tugasnya maka pimpinan Unit
Internal Audit berwenang memperoleh saran dan asistensi dari pihak
yang kompeten.

c. Program/ usaha individu Internal Auditor dalam meningkatkan kecakapan


prof esionalismenya, antara lain :

Kepatuhan kepada Standar Profesional Internal Audit dan Kode Etik


Internal Audit.

(1) Penguasaan atas pengetahuan,


(2) Keharusan memiliki pengetahuan tentang resiko dan pengendalian
yang penting dalam bidang teknologi informasi dan teknik-teknik audit
berbasis teknologi informasi.

A. Standar Pelaksanaan Penugasan

Pelaksanaan penugasan harus meliputi perencanaan, pelaksanaan pekerjaan


lapangan dan pengevaluasian informasi serta pengkomunikasian hasil. Internal
Auditor harus merencanakan setiap kegiatan penugasan dan mendokumentasi kan
rencana penugasan tersebut.

Internal Auditor harus mempelajari dengan seksama seluruh bisnis proses dan
peng endalian internal yang berhubungan dengan penugasan, sehingga diperoleh
dasar ya ng memadai untuk penentuan sifat, saat dan luas pengujian atau
penelitian yang h arus dilakukan serta sumber-sumber pembuktian yang kompeten
dan relevan.

Internal Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, dan


releva n melalui observasi, inspeksi, konfirmasi dan tanya jawab serta
menganalisa, men afsirkan dan mendokumentasikan bukti-bukti yang diperoleh
untuk mendukung hasil penugasan.

Ketua Tim mengkoordinasikan dan mereview pelaksanaan penugasan di


lapangan untuk memperoleh kepastian bahwa proses penugasan dilaksanakan
sesuai dengan perencan aan dan tujuan penugasan.

Pengawas Tim melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dilapangan,


menelaah kert as kerja penugasan, dan draft laporan hasil penugasan.Sebelum
dituangkan ke dalam laporan, matrik temuan penugasan harus diklarifikasi
terlebih dahulu dengan pihak obyek penugasan dan harus diteguhkan oleh
penanggu ng jawab bidang yang menjadi obyek penugasan.

Bila dalam pelaksanaan penugasan, terutama penelaahan (review), evaluasi


ataupun audit diperoleh indikasi kuat bahwa diperlukan tindakan yang lebih
mendalam ata upun diperlukan suatu investigasi tertentu, maka hal itu harus
segera dikomunika sikan oleh ketua tim kepada HOIA. Bilamana menurut
pertimbangan HOIA temuan itu cukup beralasan untuk ditindak lanjuti dengan
penugasan khusus, maka laporan Tim harus diteruskan sebagai laporan Interim
HOIA kepada Direktur Utama, dan Direkt ur Utama dapat menerbitkan Surat
Perintah Kerja tersendiri untuk penugasan temua n tersebut.

Dalam setiap temuan penugasan khusus yang berisi indikasi kemungkinan


adanya ker ugian keuangan Perusahaan ataupun menyangkut pelanggaran
terhadap ketentuan peru ndangan tertentu, Internal Audit dapat meminta Internal
Legal Opinion.

B. Standar Pelaporan dan Tindak Lanjut


Internal Auditor harus membuat laporan hasil pelaksanaan penugasan. HOIA
harus m engkomunikasikan laporan tersebut kepada Direktur Utama.Laporan hasil
pelaksanaan penugasan harus dibuat secara tertulis dan haru s memuat Intisari
(Abstrak), Badan Laporan (yang berisi : Pendahuluan, Uraian Hasil Audit,
Kesimpulan dan Saran/Rekomendasi) dan Lampiran-lampiran.Laporan Hasil
Penugasan harus disampaikan oleh HOIA kepada Direktur Utama dan Ko mite
Audit serta tembusannya disampaikan kepada Direktur terkait. Laporan hasil
pelaksanaan penugasan harus diperlakukan sebagai dokumen rahasia baik oleh
penyusunnya, maupun penerimanya.

Internal Audit harus berkoordinasi dengan Komite Audit mengenai Laporan


Hasil Penugasan yang telah disampaikan kepada Komite Audit untuk:
Membahas temuan audit guna mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan
pengend alian internal;

Jika diperlukan, memperluas review untuk menilai sifat, lingkup, besaran dan dam
pak kelemahan signifikan pengendalian internal yang ikut berpengaruh pada
laporan keuangan.

Internal Auditor harus membuat laporan periodik mengenai aktivitas


penugasan yang dilakukan. Dalam laporan tersebut Unit Internal Audit harus
memberikan pernyat aan bahwa aktivitas penugasan telah dilaksanakan sesuai
dengan Standar Profesi I nternal Audit serta didukung oleh hasil penilaian
program pengendalian kualitas (Quality Assurance).

Apabila dalam pelaksanaan penugasan terdapat ketidakpatuhan terhadap


standar dan kode etik yang berpengaruh signifikan terhadap ruang lingkup dan
aktivitas Inte rnal Audit, maka dalam laporan hasil penugasan kepada Direktur
Utama dan Komite Audit perlu diungkapkan:

Standar yang tidak dipatuhi, Alasan ketidak patuhan, dan Dampak yang
ditimbulkan dari ketidakpatuhan terhadap standar.

Internal Auditor harus memantau dan melaporkan kepada Direktur Utama


/Direktur terkait tentang tindak lanjut yang dilaksanakan oleh pihak yang menjadi
obyek pen ugasan atas saran-saran perbaikan yang telah dikemukakan oleh
Internal Audit, un tuk mendapatkan kepastian bahwa langkah yang tepat atas
temuan penugasan telah dilakukan sesuai dengan saran perbaikan yang diberikan
kepada obyek penugasan.

Dalam hal Direktur Utama menginstruksikan kepada obyek penugasan


(Auditee) untuk menindak lanjuti saran-saran perbaikan, maka Internal Audit
berkewajiban memant au pelaksanaan instruksi Direktur Utama tersebut.
Apabila dikemudian hari ternyata laporan hasil penugasan mengandung
kesalahan da n kealpaan, maka HOIA harus mengkomunikasikan kembali laporan
hasil penugasan ya ng telah dikoreksi kepada semua pihak yang telah menerima
laporan hasil penugasan.
(3) Kemampuan berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif dan baik
dengan manajemen Perusahaan maupun pihak terkait lainnya.
(4) Keharusan memelihara kemampuan teknis audit melalui pendidikan
berkelanju tan berupa training, seminar dan sebagainya,
(5) Keharusan menjaga tingkat kecermatan dan kewaspadaan terhadap
kemungkinan penyimpangan, ketidakhematan, ketidakefektifan dan
kelemahan pengendalian internal dengan melakukan pengujian dan
verifikasi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan.

d. Keharusan menggunakan kemahiran dan kecermatan profesional Internal


Audit or dengan memperhatikan :
(1) Lingkup penugasan.
(2) Tingkat materialitas atau signifikansi masalah,
(3) Tingkat keandalan dan efektivitas pengendalian internal.
(4) Biaya penugasan dibandingkan dengan potensi manfaat yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai