Anda di halaman 1dari 7

FILSAFAT ILMU

UTS

OLEH :

Nama : Lina Nida Zulfa


NIM : 19712251039
Kelas : B DIKDAS 2019

Program Studi S2 Pendidikan Dasar


Fakultas Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
SOAL : Analisis bagaimana bahasa, logika, matematika, dan statistika berkedudukan
sebagai sarana berfikir ilmiah dan saat bahasa, logika, matematika, dan statistika
statistika berkedudukan sebagai ilmu!

Bahasa, logika, matematika, dan statistika berkedudukan sebagai sarana berfikir


ilmiah.

a. Bahasa
Bahasa berkedudukan sebagai sarana ilmiah ketika bahasa digunakan sebagai alat
untuk menyampaikan hasil berfikir ilmiah yang dilakukan oleh manusia. Sebuah
kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh manusia akan menghasilkan sebuah ilmu yang
mana ilmu tersebut agar bermanfaat pada masyarakat luas jika disampaikan dengan
bahasa. Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir ilmiah membantu untuk
mengkomunikasikan jalan pikiran kepada orang lain. Berpikir sebagai hasil kegiatan
otak manusia tidak akan ada artinya apabila tidak diketahui oleh orang lain. Adapun
bahasa yang digunakan oleh manusia dapat berupa verbal maupun non verbal, verbal
contohnya seperti bahasa lisan dan tertulis, contoh bahasa tertulis hasil kegiatan ilmiah
yakni karya ilmiah, untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah seseorang harus memiliki
kemampuan berbahasa yang baik. Selain secara verbal, bahasa sebagai sarana ilmiah
juga dapat berbentuk non verbal. Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya
adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, warna dan intonasi suara
dan lain sebagainya yang semuanya dapat menjadi jembatan manusia dalam melakukan
kegiatan ilmiah dan menyampaikan hasilnya.

b. Logika
Logika berkedudukan sebagai sarana berfikir ilmiah ketika logika mengarahkan
manusia untuk berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar.
Dengan menggunakan logika, manusia akan secara otomatis terarah untuk berfikir
secara sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika ingin melakukan kegiatan
berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang logis.
Logika juga dapat digunakan untuk membedakan antara proses berpikir yang benar dan
proses berpikir yang salah.

c. Matematika
Matematika berkedudukan sebagai sarana ilmiah ketika matematika menjadi bahasa
yang menggunakan lambang-lambang atau simbol yang dibuat atas kesepakatan
manusia guna memberikan penjelasan yang bersifat eksak. Sebagaimana dijelaskan
saat persentasi, bahwa bahasa sebagai sarana ilmiah memiliki kelemahan, dan hal
tersebut dapat diatasi dengan menggunakan sarana matematika yang akan
menghilangkan sifat kabur, majemuk atau keambiguan dan sifat emosional dari sarana
bahasa (Suriasumantri, 2009:191). Dengan begitu kegiatan ilmiah yang dilakukan
manusia akan menjadi lebih jelas.

d. Statistika
Statistika berkedudukan sebagai sarana ilmiah ketika seseorang yang melakukan
kegiatan ilmiah akan menarik kesimpulan dengan valid atau sah. Statistika sebagai
sarana ilmiah memberikan peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik
suatu kesimpulan. Seperti ketika seseorang melakukan penelitian ilmiah, maka untuk
cakupan populasi yang luas ia tidak harus meneliti semua populasi tersebut melainkan
dapat menggunakan sampel untuk nantinya dapat digeneralisir.

Bahasa, logika, matematika, dan statistika berkedudukan sebagai ilmu.

a. Bahasa
Bahasa berkedudukan sebagai ilmu karena bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin
ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain,
linguistik juga memiliki tiga landasan, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Secara ontologi ilmu bahasa mengkaji berbagai gejala bahasa, dan tali-temali bahasa
dengan gejala lain. Menurut Verhaar dalam sebuah artikel UIN Malang yang ditulis
oleh Prof Mudjia Rahardjo “pada hakikatnya bahasa adalah lisan, dengan demikian,
bahan kajian primer ilmu bahasa adalah bahasa lisan, sedangkan bahasa tulisan
merupakan bahan kajian sekunder”.
Adapun secara epistemologi atau bagaimana cara memperoleh ilmu bahasa ini
digolongkan berdasarkan gejala bahasa (Verhaar dalam sebuah artikel UIN Malang
yang ditulis oleh Prof Mudjia Rahardjo).

“Secara sederhana, ada lima wujud gejala bahasa. Karena kelahiran bahasa
bermula dari ujaran (speech), maka gejala terkecil bahasa adalah bunyi
(sound, phone) yang direpresentasikan dalam bentuk huruf. Gejala ini
dipelajari oleh cabang kajian fonetik atau fonologi (phonetics or phonology).
Gejala bahasa terkecil kedua berupa morfem (morpheme) dan kata (words).
Serba-serbi kata dipelajari oleh morfologi (morphology), perbendaharaan
kata ini dipelajari oleh leksikologi (lexicology), sedangkan kata sebagai
tanda dikaji oleh semiotika (semiotics) atau semiologi.

Gejala bahasa berupa kelompok kata, baik berupa frasa (phrase) maupun
kalimat (sentence) yang tersusun secara tertentu (structure) dipelajari oleh
cabang kajian sintaksis (syntax). Karena bahasa niscaya digunakan untuk
bertukar pesan, maka unsur sangat penting bahasa berikutnya adalah makna
(meaning). Gejala bahasa ini dipelajari oleh cabang kajian semantika
(semantics). Selanjutnya, gejala bahasa berupa percakapan dan atau wacana
(conversation and or discourse) dipelajari baik oleh cabang kajian
pragmatika (pragmatics), hermeneutika (hermeneutics), analisis isi (content
analysis),  maupun analisis wacana (discourse analysis). Seluruh cabang
ilmu bahasa yang mempelajari sistematika bahasa tanpa mengaitkan dengan
perkembangan atau sejarahnya disebut sebagai kajian linguistik sinkronik
(synchronic-linguistics).”

Adapun secara aksiologi atau manfaat dari ilmu ini tentu sangat banyak, salah satunya
bahasa sebagai alat komunikasi dalam pendidikan untuk belajar, kemudian penggunaan
bahasa dalam alat-alat elektronik dan masih banyak manfaat lain yang didapatkan
manusia untuk keberlangsungan hidupnya sehari-hari.
b. Logika
Logika berkedudukan sebagai ilmu ketika logika mengkaji objek material yakni
berfikir dengan penalaran. Oleh karena itu berpikir lurus dan tepat merupakan
obyek formal logika. Adapun manfaat logika atau pentingnya belajar logika membantu
seseorang untuk berpikir lurus, tepat, dan teratur dengan berpikir lurus, tepat, dan
teratur seseorang akan memperoleh kebenaran dan terhindar dari kesesatan.
Jadi logika sebagai ilmu mengacu kepada kemampuan rasional yang dimiliki oleh
manusia untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Dari sini maka benar bahwa dalam kata
logika ada kata logos yang dapat diartikan dengan masuk akal sebagai kemampuan
alamiah yang bersumber dari manusia itu sendiri.

c. Matematika
Sebagaimana informasi saat persentasi di kelas, diketahui bahwa matematika adalah
hasil kesepakatan bersama sebagai buah dari kemampuan berfikir yang dimiliki oleh
manusia. Oleh karena itu matematika berkedudukan sebagai ilmu ketika matematika
memiliki objek kajian berupa objek abstrak. Bell (1981: 108) mengemukakan bahwa
“the direct objects of mathematics learning are facts, skills, concepts, and principles”.
Jadi objek kajian matematika ketika berkedudukan sebagai ilmu yakni fakta, skill,
konsep, dan prinsip.
Dari yang saya pahami maksud objek kajian berupa fakta misalnya telah
disepakati bahwa “9” dipahami sebagai sembilan. Objek konsep seperti segitiga
adalah sebuah konsep sehingga kita dapat menentukan yang bukan segitiga.
Kemudian objek skill adalah operasi atau kemampuan pengerjaan hitung
matematika seperti penjumlahan. Dan terakhir objek sebagai prinsip yakni
hubungan objek yang satu dengan yang lain seperti konsep kecepatan dan
waktu akan menghasilkan konsep jarak.
d. Statistika
Untuk mengetahui kedudukan statistika sebagai ilmu perlu mengetahui perbedaan
statistik dan statistika. Dari Wikipedia diketahui bahwa “Statistika adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis,
menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang
berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan
'statistik' (statistic). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang
statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritme statistika pada suatu
data”.
Jadi menurut saya, statistika berkedudukan sebagai ilmu pengetahuan yang akan
mengkaji atau memiliki bidang kajian berupa statistik (data/informasi). Ilmu statistik
mempelajari perkembangan prosedur mulai dari perencanaan sampai interprteasi data.
Dan manfaat ilmu ini sangat banyak yakni salah satunya sebagaimana yang dijelaskan
bahwa statistika juga sarana berfikir ilmiah yang dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan yang sah.

Jadi kesimpulannya bahasa, logika, matematika dan statisika berkedudukan


sebagai sarana ilmiah ketika dijadikan sebagai alat untuk membantu manusia dalam
melakukan kegiatan ilmiah. Sedangkan bahasa, logika, matematika dan statsitika
berkedudukan sebagai ilmu ketika mengkaji objeknya masing-masing seperti bahasa
memiliki bahan kajian primer ilmu bahasa seperti bahasa lisan, sedangkan bahasa tulisan
merupakan bahan kajian sekunder. Untuk logika memiliki kajian material berupa berfikir
dengan penalaran dan berfikir dengan lurus dan tepat sebagai objek formal. Matematika
memiliki kajian objek abstrak yang meliputi fakta, konsep, skill dan prinsip, sedangkan
statistika mengkaji statistik (data/informasi) yakni mempelajari perkembangan
prosedurnyamulai dari perencanaan sampai interpretasi data.
DAFTAR PUSTAKA

Ajat, Sudrajat (2017) Logika (Diktat Kuliah 2017). https://eprints.uny.ac.id/52643/. Diakses


pada 21 Oktober 2019.
Bell, F. H. (1981). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). United
States of America: Wm. C. Brown Company Publishers.

https://id.wikipedia.org/wiki/Statistika. Diakses pada 21 Oktober 2019.


Mudjia Raharjo. 2015. Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah
Sosiolinguistik) https://www.uin-malang.ac.id/r/150301/apa-yang-dipelajari-
oleh-ilmu-bahasa-linguistik-bahan-kuliah-sosiolinguistik.html. Diakses pada 21
Oktober 2019.
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai