Perbedaan faham ini dapat menjjadikan fitnah, tetapi juga dapat mendorong pada pengembangan
kreatifitas berfikir yang mendorong kemajuan umat Islam, disinilah posisi faham ahlussunnah
waljama’ah sebagai penengah dari beberapa faham yang ada, melalui metode berfikir yang
menggunakan akal dan wahyu, menjadikannya mudah diterima oleh berbagai tingkatan pemikiran umat
Islam
Berijtihad dalam bidang-bidang yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan Al-hadits dapat
ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya
a. Qiyas (analogi) qiyas ini sebagai salah satu metode ijtihad.
b. Memelihara kepentingan hidup manusia (ri’ayah mashalih al-khalq), yaitu menarik manfaat
dan menolak mudlarat dalam kehidupan manusia , cara ijtihad yang ke 2 ini menurut Dr.
Yusuf Qardlawi, mencakup tiga tingkatan, yaitu:
1. Dharuriyat, yaitu hal-hal yang penting yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup
manusia.
2. Hajjiyat, yaitu hal-hal yang dibutuhkan oleh manusia dalam hidupnya, bila hal tersebut
tidak terpenuhi, maka manusia akan selalu dihinggapi perasaan kesempitan dan
kesulitan.
3. Tahsinat yaitu, hal-hal pelengkap yang terdiri atas kebiasaan dan akhlaq yang baik.
1. taqlid
Taqlid berasal dari kata Qallad yaitu, mengulangi, meniru, mengikat atau mengikuti.
Tetapi bertaqlid tidak identik dengan mengikuti secara membabi buta yang disebut taqlid a’ma tanpa
sama sekali mempertimbangkan apakah pendapat yang diikuti itu benar atau sesat.
2.Ittiba’
Ittiba adalah orang yang mengikuti pendapat orang mujtahid dengan mengetahui dalil-
dalilnya, orang demikian disebut “muttabi’”, berarti muttabi adalah orang yang tidak mampu
berijtihad, tetapi mengetahiu dalil-dalil para mujtahid, mereka disebut pula “muhaqqiqun”
yaitu orang orang yang mampu meneliti, memeriksa, dan menyelidiki mana pendapat yang
lebih kuat, dan man yang lemah.
3. Tarjih
Tarjih adalah menguatkan salah satu dari dua dalil atas lainnya, sehingga diketahui yang lebih
kuat, kemudian diamalkannya, dan disisihkan lainnya.
4. Talfiq
Talfiq adalah beramal dalam suatu masalah menurut hokum yang merupakan gabungan dari dua
madzhab atau lebih. Contoh yang mudah difahami adalah wudlu, kita ambil urusan niat dan
mengusap kepala:
a. Menurut Madzhab hanafi, niat tidak wajib dan kepala harus diusap minimal seperempatnya.
b. Menurut madzhab syafi’I, niat wajib dan kepala harus diusap sedemikian kecil saja (sehelai
rambutpun cukup)
c. Menuurut madzhab maliki, niat wajib dan kepala harus diusap seluruhnya.
d. Menurut madzhab hambali, niat wajib dan kepala harus diusap seluruhnya.