Anda di halaman 1dari 4

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DIANTARA BEBERAPA FIRQOH

Perbedaan faham ini dapat menjjadikan fitnah, tetapi juga dapat mendorong pada pengembangan
kreatifitas berfikir yang mendorong kemajuan umat Islam, disinilah posisi faham ahlussunnah
waljama’ah sebagai penengah dari beberapa faham yang ada, melalui metode berfikir yang
menggunakan akal dan wahyu, menjadikannya mudah diterima oleh berbagai tingkatan pemikiran umat
Islam

A. Masalah mu’min dan kafir


1. Menurut Khawarij, dosa besar tidak mengakibatkan seseorang keluar dari imannya, apabila
tidak sempat bertobat sebelum mati, dan dia akan kekal dineraka.
2. Menurut murji’ah, dosa besar tidak mengakibatkan seseorang keluar dari imannya dan tetap
mu’min, apakah ia akan masuk surga atau neraka itu urusan Tuhan.
3. Menurut mu’tazilah, orang mu’min yang berbuat dosa besar buka mu’min dan bukan kafir.
Tidak dapat dikatakan mu’min karena, iman harus direalisasikan dengan amal sholeh.
Tidak dapat dikatakan kafir karena, dihatinya masih ada keimanan.
4. Menurut Ahlussunnah waljama’ah, orang mu’min yang berbuat dosa besar masih tetap
mu’min, meskipun dosa besar tersebut akan dihisab dan disiksa sesuai dengan kadar
dosanya, mereka akan masuk surge setelah mendapatkan siksaan yang cukup.
B. Masalah baik dan buruk
1. Mu’tazilah, akal dapat menilai perbuatan, apakah perbuatan itu baik atau buruk.
2. Salafiyah dan Asy’ariyah, akal tidak dapat menentukan perbuatan itu baik atau buruk, yang
dapat menentukan hanyalah wahyu.
3. Al-Maturidi, akal dapat menilai perbuatan itu baik atau buruk, tetapi tidak seluruhnya.
C. Masalah ikhtiyar manusia
1. Mu’tazilah, semua perbuatan dihasilkan olehmanusia sendiri, Allah menciptakan manusia
beserta potensinya sejak zaman azali, sehingga manusia bebas berbuat.
2. Asy’ariyah, perbuatan itu diciptakan oleh Allah, dan manusia mempunyai ikhtiyar dimana
ikhtiyar itu juga diciptakan oleh Allah.
3. Maturidiyah, perbuatan itu diciptakan oleh Allahdengan memberikan potensi pada manusia,
dan dengan potensinya manusia berbuat sehingga manusia harus mempertanggung
jawabkan perbuatannya.
D. Masalah kekuasaan Allah
1. Mu’tazilah mengatakan bahwa, Allah tidak akan melakukan perbuatan kecuali yang baik.
2. Asy’ariyah, bahwa perbuatan allah tidak terikat dengan beban, karena Allah tidak akan
dimintai pertanggung jawaban.
3. Maturidiyah berpendapat, Allah maha kuasa dan berkuasa melaksanakan segala sesuatu
yang dikehendakinya.
E. Masalah sifat Allah
1. Mu’tazilah meniadakan segala sifat pada Allah, karena bila Allah mempunyai sifat , dan sifat
itu baru, maka Allah adalah Dzat yang baru.
2. Salafiyah memandang bahwa Allah bersifat dengan apa saja yang telah disebutkan dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits tanpa menta’wilkan dan menafsirkan dengan selain pengertian yang
lazim
3. Ahlussunnah waljama’ah berpendapat, bahwa Allah mempunyai sifat-sifat wajib, mustahil
dan jaiz, dimana sifat itu adalah qodim.

IJTIHAD DAN TAQLID


1. Pengertian Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata aljahduatau aljuhdu, yaitu daya upaya atau kerja keras. Ijtihad
berarti berusaha keras untuk mencapai atau memperoleh sesuatu. Ijtihad adalah pengerahan
segala kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit.
Menurut praktik para saahabat, pengertian ijtihad adalah penelitian dan pemikiran
untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat dengan kitabullah dan sunnah rosul.
Dalam istilah fiqih, ijtihad berarti berusaha keras untuk mengetahui hokum sesuatu
melalui dalil-dalil agama yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Menuurut ushul fiqih, kata ijtihad identik dengan kata istinbath, istinbath berasal dari
kata nabth, artinya air yang mula-mula memancar keluar dari sumur yang digali. Dengan
demikian istinbath adalah mengeluarkan sesuatu dari persembunyiannya, sedangkan arti
istinbath secara istilah adalah menggali hokum syara’ yang belum ditegaskan secara langsung
oleh nash Al-Qur’an atau sunnah, dengan tetap berada diatas kendali Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Istinbath dalam upaya mendapat kesimpulan hokum Islam bias dilakukan secara sendiri-
sendiri. Namun pada zaman sekarang sudah tidak diketemukan lagi mustanbith-mustanbith
atau mujtahid-mujtahid yang bebas mandiri dan pembangun madzhab sendiri.
Dengan demikian hokum Islam, dilihat dari segi dalil (sumber yang menunjukinya) dapat
diklasifikasikan menjadi
1. Hokum Islam tentang sesuatu yang telah ditegaskan secara jelas oleh dalil qath’I (nash Al-Qur’an
atau hadits yang tidak mengandung penakwilkan atau penafsiran)
2. Hokum Islam tentang sesuatu yang ditunjukkan oleh dalil dhonni (ayat Al-Qur’an atau hadits
yang statusnya dhonny dan mengandung penafsiran atau penakwilan)
3. Hokum Islam tentang sesuatu, yang disepakati oleh para ulama atau dengan kata lain ketentuan
hokum yang berdasarkan ijma’.
4. Hokum Islam tentang sesuatu yang sama sekali belum ditegaskan atau disinggung oleh Al-
Qur’an, hadits maupun ijma’ para ulama.

Berijtihad dalam bidang-bidang yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan Al-hadits dapat
ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya
a. Qiyas (analogi) qiyas ini sebagai salah satu metode ijtihad.
b. Memelihara kepentingan hidup manusia (ri’ayah mashalih al-khalq), yaitu menarik manfaat
dan menolak mudlarat dalam kehidupan manusia , cara ijtihad yang ke 2 ini menurut Dr.
Yusuf Qardlawi, mencakup tiga tingkatan, yaitu:
1. Dharuriyat, yaitu hal-hal yang penting yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup
manusia.
2. Hajjiyat, yaitu hal-hal yang dibutuhkan oleh manusia dalam hidupnya, bila hal tersebut
tidak terpenuhi, maka manusia akan selalu dihinggapi perasaan kesempitan dan
kesulitan.
3. Tahsinat yaitu, hal-hal pelengkap yang terdiri atas kebiasaan dan akhlaq yang baik.

2. Tingkatan para mujtahid


Dari ketentuan ketentuan yang sudah dijelaskan diatas dapat diketahuibahwa para mujtahid
mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu:
a) Mujtahid Mutlaq
Mujtahid mutlaq juga disebut mujtahid tam atau mujjtahid mustaqil, yaitu mujtahid yang
memiliki ilmu pengetahuan yang lengkap untuk beristinbath dengan Al-Qur’an dan Al-
Hadits, dengan menggunakan kaidah mereka sendiri dan diakui kekuatannya oleh para
imam yang lain.
b) Mujjtahid muntasib
Yaitu mujtahid yang terikat oleh imamnya, seperti keterikatan murid dengan guru, mujtahid
semacam ini kadang-kadang mengeluarkan hokum-hukum furu’ yang berbeda dengan
hokum furu’ imam mujtahid mutlaqnya, dan mampu memilih kaidah-kaidah imamnya.
c) Mujtahid fil madzhab
Yaitu para ahli yang mengikuti para imamnya, baik dalam ushul maupun dalam furu’.
Dengan menggunakan kaidah-kaidah yang digunakan oleh para imamnya.
d) Mujtahid tarjih
Yaitu mujtahid yang mampu menilai, memilah-milah pendapat berbagaiimam untuk
menemukan mana yang lebih kuat dalilnya, mana yang lebih sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada, tanpa menyimpang dari nash-nash qath’I dan tujuan syari’at.

C. taqlid, Ittiba’, Talfiq, dan Tarjih

1. taqlid

Taqlid berasal dari kata Qallad yaitu, mengulangi, meniru, mengikat atau mengikuti.

Tetapi bertaqlid tidak identik dengan mengikuti secara membabi buta yang disebut taqlid a’ma tanpa
sama sekali mempertimbangkan apakah pendapat yang diikuti itu benar atau sesat.

2.Ittiba’

Ittiba adalah orang yang mengikuti pendapat orang mujtahid dengan mengetahui dalil-
dalilnya, orang demikian disebut “muttabi’”, berarti muttabi adalah orang yang tidak mampu
berijtihad, tetapi mengetahiu dalil-dalil para mujtahid, mereka disebut pula “muhaqqiqun”
yaitu orang orang yang mampu meneliti, memeriksa, dan menyelidiki mana pendapat yang
lebih kuat, dan man yang lemah.
3. Tarjih
Tarjih adalah menguatkan salah satu dari dua dalil atas lainnya, sehingga diketahui yang lebih
kuat, kemudian diamalkannya, dan disisihkan lainnya.
4. Talfiq
Talfiq adalah beramal dalam suatu masalah menurut hokum yang merupakan gabungan dari dua
madzhab atau lebih. Contoh yang mudah difahami adalah wudlu, kita ambil urusan niat dan
mengusap kepala:
a. Menurut Madzhab hanafi, niat tidak wajib dan kepala harus diusap minimal seperempatnya.
b. Menurut madzhab syafi’I, niat wajib dan kepala harus diusap sedemikian kecil saja (sehelai
rambutpun cukup)
c. Menuurut madzhab maliki, niat wajib dan kepala harus diusap seluruhnya.
d. Menurut madzhab hambali, niat wajib dan kepala harus diusap seluruhnya.

Anda mungkin juga menyukai