Mekanisme aksi efek toksik

 Pada dasarnya zat beracun yang telah masuk ke dalam tubuh, suatu ketika dapat
terdistribusi sampai ke cairan ekstrasel dan intrasel. Berdasarkan sifat dan tempat
terjadinya, mekanisme toksik dibedakan menjadi dua yaitu mekanisme intrasel
dan mekanisme ekstrasel.
 Mekanisme intrasel adalah toksisitas yang diawali dengan interaksi secara
langsung antara zat kimia atau metabolitnya dengan reseptornya.
 Di dalam tubuh, Zat beracun mungkin berada dalam bentuk zat kimia induk atau
dalam bentuk metabolit reaktif misalnya ion karbonium, radikal bebas dan
epoksida.
 Setelah masuk ke dalam sel sasaran, salah satu zt tersebut akan langsung
berinteraksi dengan sasaran molekul melalui beberapa mekanisme reaksi kimia
seperti ikatan kovalen, substitusi, peroksidasi dn lain-lain.
 Pertama kali, tubuh memberikn respon berupa aksi perbaikan atau adaptasi.
Namun, bila mekanisme perahanan tubuh sudah tidak mampu mengulangginya
maka terjadilah respon toksik seperti perubahan fungsional, struktur, dan
kekacauan biokimia.
 Jadi dalam hal ini zat toksik akan bereaksi langsung dengan komponen molekular
sel. Sasaran molekular ini dapat berupa membran sel.
 Mekanisme ekstrasel tadalah toksisitas secara tidak langsung dengan
mempengaruhi lingkungan sel sasaran.
 Kelangsungan hidup sel bergantung dari faktor lingkungan ekstrael yang pada
dasarnya memenuhi kebutuhan metabolik basal dan pengaturan aktivitas sel. Bila
zat toksik berada dalam lingkungan ektrasel dapat menimbulkan gangguan
fungsional dan struktur.
 Bagaimana hal ini dapat terjadi? Pada dasanya kebutuhan metabolik dibutuhkan
pasokan oksigen, unsur hara, komposisi elektrolit serta asam basa
 Pasokan oksigen diperlukan untuk memproduksi energi. Ketersediaan oksigen
sangat bergantung dari fungsi sistem pernafasan, difusi oksigen dari alveolus ke
dalam darah, jumlah eritrosit yang berfungsi dan sistem kardiovaskuler untuk
umtuk transport eritrosit teroksigenkan ke sel. Semua ini merupakan tempat
sasara bagi zat toksik. Contoh dapat dilihat pada slide 10.
 Ketersediaan unsur hara sangat dibutuhkan oleh sel agar berbagai proses
metabolik dapat berlangsung normal sehingga produksi energi sel selalu
 tercukupi.
 Kecukupan unsur hara ini bergantung pada keefektifan digesti, adsorbsi dan
distribusi dari darah ke lingkungan luar sel. Dengan demikian, Zat beracun
apapun dapat meghambat dan menimbulkan gangguan terhadap pertumbuhan dan
produksi enenrgi.
 Cairan dan keseimbangan elektrolit serta eliminasi produk buangan metabolisme
sel menjadi sasaran potensial zat toksik. Pada umumnya akan mengalami
dehidrasi. Keadaan ini yang mungkin mengubah struktur sekunder pada ginjal
karena penekanan sodium, potasium, dan cairan tubuh.
 Di dalam tubuh terdapat beberapa sistem pengaturan yaitu sistem saraf, sistem
endokrin, dan imun.
 Sistem saraf merupakan sistem pengatur aktivitas sel paling penting dan sasaran
zat toksik paling kritis baik secara langsung maupun tak langsung. Sistem saraf
mempengaruhi semua jenis sel. Bila terjadi disrupsi maka akan menyebabkan
kematian. Efek utama yang mungkin nampak berkaitan dengan kendali neural
kontraksi otot dan sekresi kelenjar.
 Golongan pestisida tertentu dapat menyebabkan kerusakan saraf skiatik pada
kaki. Otot tidak akan terangsang untuk berkontraksi lebih lama akibat pemejanan
pestisida tersebut dan terjadi kelumpuhan.
 Contoh lain Atropina mempengaruhi syaraf otonom sehingga dapat menghambat
sekresi kelenjar ludah. Akibatnya mulut terasa kering.
 Sistem endokrin pada umumnya mengatur aktivitas pertumbuhan dan
keseimbangan cairan sel. Selain itu, sistem ini juga mengendalikan sistem
reproduksi.
 Sistem imun mengatur molekul- molekul asing yang masuk ke dalam tubuh
namun tidak semua molekul dianggap asing oleh tubuh. Molekul yang dianggap
asing olehsistem imun disebut antigen. Dalam keadaan normal, antigen dapat
dinetralkan oleh sistem imun dan dieliminasi tanpa menyebabkan efek yang
membahayakan tubuh yang berkisar dari efek lokal ringan seperti ruam dan efek
fatal seperti syok.