Anda di halaman 1dari 6

MATERI PERTEMUAN 7

PENGENDALIAN KOROSI DENGAN INHIBITOR

Inhibitor adalah suatu zat yang dalam jumlah kecil ditambahkan dalam medium korosif
untuk menurunkan laju korosi dengan cara memperlambat reaksi anodik atau katodik.
Berdasarkan reaksi yang dihambat, maka inhibitor dibedakan menjadi:
 inhibitor anodik, yaitu inhibitor yang dapat menaikkan polarisasi anodik atau
menggerakkan potensial korosi ke arah negatif
 inhibitor katodik, yaitu inhibitor yang dapat menggerakkan potensial korosi ke arah
negatif
 inhibitor campuran, yaitu suatu penggabungan inhibitor anodik dan katodik

7.1. Inhibitor Anodik


Inhibitor anodik adalah suatu anion bermigrasi ke permukaan anodik dan membantu
proses pasivasi selanjutnya dengan oksigen terlarut. Inhibitor anodik dapat merupakan
inhibitor anorganik seperti ortofosfat, silikat, nitrit, kromat, dan benzoate. Inhibitor
anorganik ini dapat dibedakan menjadi:
 inhibitor oksidator, seperti kromat dan nitrit
 inhibitor non oksidator, seperti boraks, fosfat dan silikat
Inhibitor oksidator dapat efektif tanpa oksigen, sedangkan inhibitor non oksidator
hanya efektif dengan adanya oksigen terlarut.
Inhibitor anodik ini merupakan inhibitor yang sangat efektif dan secara luas digunakan,
tetapi jenis inhibitor ini mempunyai sifat yang tidak diinginkan, yaitu bila kandungan atau
konsentrasi inhibitor tidak cukup melapisi semua permukaan anodik, sehingga
mengakibatkan terjadinya korosi sumuran (pitting). Dengan demikian, inhibitor anodik
sering ditunjuk sebagai inhibitor yang berbahaya.

Beberapa contoh inhibitor anodik


a. Ortofosfat
Penambahan ortofosfat (Na2HPO4) ke dalam air akan menaikkan alkalinitas, tetapi juga
efektif dalam pembentukan film protektif jika air mengandung kesadahan kalsium yang
cukup. Film protektif ini terutama mengandung kalsium karbonat dan besi oksida serta
sedikit fosfat. Hal ini menjelaskan bahwa fosfat di dalam air lunak tidak berpengaruh
jika tidak ada penambahan soda.

b. Benzoat
Benzoat merupakan inhibitor non oksidator dan dikelompokkan sebagai inhibitor
anodik. Inhibitor in tidak termasuk berbahaya, karena dengan konsentrasi yang cukup
kecil mempunyai pengaruh yang tidak merugikan. Inhibitor ini, biasanya digunakan
bersama dengan natrium nitrit untuk memproteksi bagian mesin terhadap aliran air.
c. Silikat
Natrium silikat mempunyai komposisi Na2O.2SiO2 dan digunakan sebagai inhibitor
dalam air. Silikat berfungsi ganda,yaitu sebagian silikat bertindak sebagai alkali dan
sebagian lagi berfungsi sebagai inhibitor anodik. Inhibitor ini dalam air berupa koloid
dengan tipe (mSiO2.nSiO3)2n- yang terbentuk oleh hidrolisis dalam larutan aqueous.
Kemungkinan anion ini bermigrasi secara elektroforetik menuju permukaan anoda,
seperti fosfat untuk membentuk film protektif.

d. Kromat
Beberapa senyawa kromat seperti Na2CrO4 atau K2CrO4 merupakan inhibitor oksidator,
sehingga penambahan inhibitor ini membentuk lapisan pasif, yang mengandung Cr 2O3.
Inhibitor kromat merupakan inhibitor yang sangat efektif dalam air dan sangat cocok
untuk memproteksi logam baja dan tembaga (Cu).

e. Nitrit
Ortofosfat dan Silikat merupakan inhibitor yang efektif dalamair yang mengandung
kesadahan kalsium (air sadah). Dalam air lunak, inhibitor yang efektif adalah inhibitor
nitrit dan kromat. Nitrit merupakan oksidator, sehingga produk korosinya merupakan
senyawa dengan bilangan oksidasi tinggi, karena senyaea ini mempunyai kelarutan
lebih rendah dan membentuk film protektif lebih mudah. Biasanya, penggunaan
inhibitor ini dicampur dengan inhibitor lain seperti benzoate dan fosfat.

Konsentrasi inhibitor untuk kebutuhan praktis adalah 1 gpl (gram per liter). Natrium
benzoat memerlukan konsentrasi lebih tinggi yaitu 10-15 gpl. Pengaruh konsentrasi
beberapa inhibitor dapat ditunjukkan pada Gambar 7.1.

Gambar 7.1. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor


7.2. Inhibitor Katodik
Inhibitor katodik merupakan kation yang bermigrasi ke permukaan katodik dan
diendapkan secara kimia atau elektrokimia dan mengisolasi permukaan ini, sehingga
menghalangi pembebasan gas hydrogen di permukaan katodik. Reaksi katodik di
lingkungan netral, adalah:
2H2O + O2 + 4e = 4OH-
Pada reaksi ini, inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan senyawa yang
mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti katoda dari elektrolit dan
mencegah masuknya oksigen. Inhibitor yang banyak digunakan untuk tipe ini adalah
larutan garam seng dan magnesium yang membentuk hidroksida tidak larut, kalsium yang
menghasilkan karbonat dan polifosfat.
Reaksi katodik di lingkungan asam:
2H+ +2e = H2
Garam logam seperti As, Bi, dan Sb ditambahkan untuk membentuk selaput hydrogen
teradsorpsi pada permukaan katoda. Senyawa ini beracun, sehingga dikembangkan
senyawa organic yang memungkinkan atom hydrogen terdifusi dalam baja dan
menyebabkan penggetasan oleh hidrogen.

Beberapa contoh inhibitor katodik, adalah sebagai berikut:


a. Arsen (As3+), antimon (Sb3+), dan fosfor (P)
b. Kation positif dari logam divalent seperti Zn2+, Pb2+, Fe2+
Ion seng (Zn2+) dengan anion akan membentuk endapan di daerah katodik yang berupa
jelatin, sebagai seng hidroksida [Zn(OH)2]. Apabila lapisan ini kurang merata, maka
akan menyebabkan korosi. Oleh karena itu untuk mendapatkan endapan yang lebih
keras, merata dan tidak berbentuk jelatin, maka perlu ditambahkan zat yang berfungsi
sebagai dispersan.
c. Air sadah mengandung kalsium bikarbonat [Ca(HCO3)2]. Apabila dalam air sadah
ditambahkan seng sulfat (ZnSO4), maka akan terbentuk lapisan tipis yang protektif dari
CaCO3 dan Zn(OH)2.
d. Soda
Air sadah adalah kurang korosif daripada air lunak. Hal ini diharapkan pengendapan
(deposisi) dari air sadah meupakan campuran dari CaCO3 dan karat. Oleh karena itu,
untuk air lunak perlu dialirkan melaui penyaring soda atau kapur dengan hati-hati,
sehingga kation bermigrasi dan diendapan sebagai karbonat di permukaan logam
katodik.
e. Polifosfat
Secara umum, air boiler mengandung polifosfat. Polifosfat ini dapat berfungsi sebagai
inhibitor katodik. Senyawa polifosfat yang berupa kation berbentuk koloid sebagai (Na-
n+
5CaP6O18) dan di katodik membentuk lapisan yang tebal. Air yang mengandung
kalsium (air sadah) ditambahkan inhibitor polifosfat untuk mencegah terbentuknya
kerak karbonat yang tebal pada perpindahan panas permukaan.
7.3. Inhibitor Organik
Bekerjanya inhibitor organik umumnya teradsorpsi di permukaan logam dengan
membentuk ikatan koordinasi antara senyawa inhibitor dengan ion logam yang dilindungi.
Dengan demikian, inhibitor organik berfungsi ganda yaitu menghambat proses anodik dan
katodik secara bersamaan. Inhibitor organik dapat dikelompokkan berdasarkan gugus
aktifnya menjadi:
 senyawa yang mengandung nitrogen seperti nitrit dan amina organik
 senyawa yang mengandung belerang seperti HS- / S2- atau dalam bentuk lingkar
 senyawa yang mengandung S dan N, yaitu tio-karbonat
Kekuatan adsorpsi inhibitor organik bergantung pada:
 ikatan koordinasi (kerapatan elektron)
 kelarutan senyawa organik
 gugus fungsionil

Kekuatan inhibisi senyawa belerang (S) lebih besar daripada senyawa nitrogen (N). Hal
ini disebabkan belerang merupakan donor sepasang electron yang lebih baik daripada
nitrogen, sehingga kecenderungan membentuk ikatan koordinasi di permukaan logam lebih
besar. Urutan kekuatan inhibisi senyawa organic adalah S>N>O.
Kekuatan inhibisi senyawa amina alifatik bertambah sesuai urutan:
NH3 < R1NH2 < R2NH < R3N
R adalah gugus alkil (etil, propil, butyl, dst). Jika ke empat gugus alkil diperkenalkan,
pengaruh inhibisi berkurang dengan kuat.
Apabila berat molekul senyawa bertambah, maka pengaruh inhibisinya bertambah.
Untuk suatu deret inhibitor belerang (tiol dan sulfida) pengaruh inhibisinya bertambah
sesuai urutan:
CH3 < C2H5 < C3H7 < C4H9 < C5H11
Beberapa contoh inhibitor organik, antara lain adalah metilamina, dimetilamina, alilamina,
piridina, kuinolin, natrium benzoat, imidazolin, dan sebagainya. Gambar 7.2 merupakan
struktur beberapa senyawa organik yang dapat digunakan sebagai inhibitor korosi.
Gambar 7.2. Rumus Struktur Beberapa Inhibitor Organik

7.4. Inhibitor Campuran


Inhibitor campuran, biasanya mengandung salah satu bahan oksidator seperti kromat,
nitrit dan bahan non oksidator yang dapat menyebabkan terjadinya pengendapan seperti
ortifosfat atau silikat. Sebagai contoh, inhibitor campuran adalah penggunaan senyawa
nitrit dan benzoate untuk radiator automobil, senyawa kromat dan polifosfat sebagai
inhibitor anodik dan katodik.

7.5. Inhibitor Fasa Uap


Untuk mencegah korosi logam di atmosfir dalam ruang tertutup seperti kotak selama
penyimpanan atau perjalanan digunakan inhibitor fasa uap (VPI atau VCI dari inhibitor
korosi volatil). Jenis inhibitor yang biasa digunakan adalah senyawa amina alifatik dan
siklik serta nitrit dengan tekanan uap yang tinggi. Sebagai contoh: disikloheksilamonium
nitrit dan disikloheksilamonium karbonat. Kertas yang dilapisi inhibitor fasa uap sering
digunakan sebagai bungkus antikorosif. Etilen diamina dalam boiler dialirkan bersama uap
panas (steam) untuk mencegah korosi dalam pipa pengembunan (tangki kondensasi)
karena akan menetralkan gas karbon dioksida.

Mekanisme inhibitor fasa uap adalah sebagai berikut:


Inhbitor mengenai logam, terkondensasi dan terhidrolisis akibat kelembaban di permukaan
logam, yang akhirnya mengendap atau melapisi di permukaan logam. Apabila ada oksigen,
maka akan terjadi proses passivasi pada logam.
7.6. Inhibitor yang Larut dalam Minyak Pelumas (Oil)
Peralatan atau konstruksi logam yang diproteksi dengan oil atau lemak pelumas
(grease) memerlukan proteksi lebih efektif dari serangan korosi. Sebagai contoh:
 pelumasan motor
 pompa hidrolik minyak
 lemak pelumas
Inhibitor yang ditambahkan dapat berupa:
 oksidator (passivator), misalnya garam nitrit ditaburkan dalam minyak pelumas (Oil)
atau nitrit dan kromat organic.
 inhibitor organik (adsorpsi), misalnya senyawa nitrogen dan belerang organik, misal
senyawa amina.

Tabel 7.1. Daftar Inhibitor dan Kegunaannya


Nama Inhibitor Penggunaan dan Logam yang Dilindungi Konsentrasi
Natrium nitrit Air pendingin: baja 0,05%
Larutan garam: baja > 5%
Air laut: baja 0,5%
Pendingin mesin: baja < 1%
Natrium nitrat Mencegah instalasi peretakan kaustik: baja
Natrium hydrogen Air pendingin: baja 1%
fosfat Ketel: baja, tembaga, seng 10 ppm
Air laut (dengan natrium nitrit): baja 10 ppm
Boraks Pendingin mesin: baja 1%
Sistem pendingin glikol: baja 1%
Natrium silikat Air minum: baja, tembaga, seng 10-20 ppm
Air garam lading minyak: baja 0,1%
Air laut: baja 10 ppm
Ion arsenat Kebanyakan asam pekat: baja 0,5%
Amina organic Kondensat uap ketel: baja Variasi
Asam: baja
Air garam lading minyak: baja
Hidrazin Pemakan oksigen (temp. tinggi): baja Sesuai
kebutuhan
Natrium sulfit Pemakan oksigen (temp. rendah): baja Sesuai
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai