Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi :
Amelia Abdullah
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
HP: 08114103525
Email: amelia07356@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menilai respon kemoterapi kombinasi Paclitaxel-Carboplatin pada karsinoma ovarium
epitelial dengan melihat perubahan kadar VEGF serum sesudah mendapat kemoterapi 3 seri. Penelitian ini
dilakukan di beberapa rumah sakit pendidikan Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Periode April 2011 sampai Maret 2012. Jenis penelitian ini adalah kohort. Subyek
penelitian adalah penderita kanker ovarium yang memenuhi kriteria inklusi dan telah menjalani operasi,
penentuan stadium klinis dengan kriteria FIGO 2000, pemeriksaan patologi anatomi untuk penentuan tipe
histologi dan diferensiasi sel dan mendapatkan kemoterapi kombinasi paclitaxel-carboplatin. Data dianalisis
dengan uji t berpasangan (Paired t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 kasus kanker
ovarium yang mendapatkan kemoterapi kombinasi paclitaxel-carboplatin dengan kasus terbanyak pada usia
kurang dari 45 tahun (53,33%), nulliparitas (46,7%), tipe histologi serosum (53,3%), diferensiasi sedang
(36,7%), stadium lanjut (73,3%). Kadar VEGF serum sesudah mendapatkan kemoterapi 3 seri lebih rendah
dari sebelum mendapatkan kemoterapi (294,67 vs 572,77 ng/ml, mean). Terdapat perbedaan yang signifikan
antara kadar VEGF serum sebelum dan sesudah mendapat kemoterapi (p=0,000). Kadar VEGF serum kanker
ovarium epitelial stadium lanjut dan`stadium awal secara signifikan mengalami penurunan setelah kemoterapi
(p=0,000 dan p=0,011), dimana stadium lanjut menunjukkan hasil yang lebih responsif terhadap kemoterapi
dibandingkan stadium awal. Terdapat kecenderungan bahwa tipe adenokarsinoma serosum lebih responsif
terhadap kemoterapi dibandingkan tipe musinosum (p=0,000 vs 0,003). Tidak ada perbedaan kadar VEGF
serum yang signifikan berdasarkan diferensiasi sel namun ada kecendrungan diferensiasi baik dan sedang
mengalami perubahan lebih besar dibandingkan diferensiasi jelek (p=0,003,p=0,003 vs p=0,019).
Abstract
The purpose of this study is to assess the effect of Paclitaxel-Carboplatin combination in epithelial ovarian
carcinoma by looking at the changes in VEGF serum levels after receiving 3 series of chemotherapy.This is a
cohort study, conducted at several teaching hospitals Obstetrics and Gynecology Department Faculty of
Medicine, University of Hasanuddin, since April 2011 to March 2012. Subjects were the patients with
ovarian cancer who meet the inclusion criteria and had undergone surgery, clinical staging by 2000 FIGO
criteria, histopathology examination to determine the hystological type and cell differentiation and
chemotherapy combination of paclitaxel-carboplatin. Data were analyzed by paired t-test. The results showed
that 30 cases of ovarian cancer who received combination chemotherapy of paclitaxel-carboplatin, the most
cases are < 45 years of ages (53.33%), nulliparous (46.7%), serosum type (53.3%), moderate differentiation
(36.7%), advanced stage (73.3%). VEGF serum level after 3 series chemotherapy is lower than before
chemotherapy (mean value 294.67 vs 572.77 ng /mL). There is a significant change in VEGF serum levels
before and after receiving chemotherapy (p = 0.000). VEGF serum level at advanced-stage and early stage
epithelial ovarian cancer after chemotherapy is significantly lower than before chemotherapy (p = 0.000 and
p=0.011), the advanced-stage shows more responsive to chemotherapy than the early-stage. There is a
tendency that adenocarcinoma serosum more responsive to chemotherapy than musinosum (p = 0.000 vs
0.003). There was no difference in VEGF serum level based on cell differentiation but there is a tendency that
well differentiated and moderate differentiated having greater change than poor differentiated
(p=0.003,p=0.003 vs p=0.019).
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan 30 kasus kanker ovarium epitelial. Dengan karakteristik
umur terbanyak yaitu <45 tahun yaitu 16 kasus (53,33%). Secara teoritis kanker ovarium
jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun. Angka kejadian meningkat dengan makin
tuanya usia, dari 15-16 per 100.000 pada usia 40-44 tahun, menjadi paling tinggi dengan
angka 57 per 100.000 pada usia 70-74 tahun. Usia rerata saat diagnosis adalah 63 tahun dan
48 % penderita di atas 65 tahun (Busmar, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Okayasa
IN (2007) menemukan wanita yang berumur >45 tahun mempunyai risiko 2,8 kali lebih
tinggi untuk menderita kanker ovarium dibandingkan dengan wanita umur <45 tahun. Hugo
Arias,dkk (2009),mendapatkan hasil kanker ovarium tipe epitelial pada usia 21 sampai 87
tahun dengan usia rerata 57,4 tahun ( Mesiano, 1998).
Menurut paritas yang terbanyak adalah paritas nol (nulliparitas) yaitu 14 kasus (46,7%),
keadaan ini mendukung teori incessant ovulation hypothesis yang dikemukan oleh Fathalla
(1972) bahwa terjadinya trauma seluler pada epitel permukaan ovarium pada setiap ovulasi,
bila ovulasi terjadi terus tanpa diselingi oleh masa istirahat, maka sel epitel akan mengalami
perubahan neoplastik. Menurut tingkat pendidikan, yang terbanyak adalah SD sebanyak 13
kasus (43,3%), dan ibu rumah tangga 20 kasus (66,7%). Tingkat pendidikan yang rendah
dan tidak bekerja atau sebagai Ibu rumah tangga merupakan dua keadaan yang
berhubungan dengan status sosial ekonomi penderita. Pendidikan dan status sosial ekonomi
yang masih rendah menyebabkan pengetahuan yang kurang akan kesehatan dan
penyakitnya sehingga 70% kasus ditemukan pada stadium lanjut. Kemungkinan hal ini
disebabkan karena keterlambatan pasien memeriksakan diri sehingga datang sudah pada
stadium lanjut, selain kanker ovarium sering tidak bergejala pada stadium dini.
Secara epidemiologi lebih dari setengah kanker ovarium epitelial adalah
adenokarsinoma serosum dan 5-10% adalah tipe musinosum. (Schorge, 2008). Penelitian
ini didapatkan kasus kanker ovarium epitel dengan tipe histologis yang terbanyak adalah
tipe adenokarsinoma serosum sebanyak 16 kasus (53,3%) dan 12 kasus (40,0%) adalah
adenokarsinoma musinosum.
Penanganan pasien dengan kanker ovarium adalah surgical staging dan diikuti
kemoterapi adjuvan (tergantung stadium). Untuk stadum awal (I A dan B dengan grade 3
dan I C) setelah operasi harus diikuti pemberian kemoterapi adjuvan, sedangkan untuk
kasus stadium lanjut setelah operasi semuanya harus diikuti kemoterapi adjuvan, hal ini
bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang secara makroskopis tidak terlihat atau
metastasis atau sel-sel kanker yang mungkin memang belum terangkat pada kasus
suboptimal debulking. Kenyataannya didapatkan kasus rekurensi lebih rendah dan angka
ketahanan hidup lima tahun lebih panjang pada penderita yang mendapatkan kemoterapi
adjuvan dibandingkan yang tidak. (Saleh, 2006; Schorge, 2008)
Tujuan penggunaan obat kemoterapi terhadap kanker adalah mencegah atau mengham-
bat multiplikasi sel kanker, menghambat invasi dan metastasis. Pada kanker ovarium, sel-
sel tumor yang metastasis, sel yang tidak tampak secara makroskopis atau yang tidak
terangkat seluruhnya secara operatif (suboptimal debulking) itulah yang menjadi target
kemoterapi. Efek kerja kemoterapi memiliki spesifitas terhadap fase dalam siklus sel.
Paclitaxel bekerja pada fase pembelahan sel (fase M) dan carboplatin bekerja pada fase
sintesis DNA (fase S) dimana siklus sel akan terganggu, pembelahan sel terganggu dan
akan menginduksi suatu apoptosis. Kedua efek ini akan saling menguatkan dan
meningkatkan efektifitas kemoterapi terhadap kanker.
Suatu kemoterapi akan sensitif terhadap sel yang berada dalam fase aktif. Sel-sel
kanker lebih banyak berada pada fase aktif dibandingkan dengan sel normal yang sebagian
besar berada pada fase tidak aktif (fase G 0). (Saleh, 2006).
VEGF berperan penting dalam angiogenesis, pertumbuhan tumor dan metastasis
jaringan melalui proses neovaskularisasi sebagai akibat dari keadaan hipoksia sel pada
kanker.Peningkatan kadar VEGF yang ditemukan dalam sel-sel tumor, berhubungan
dengan transformasi maligna. Ekspresi VEGF pada kanker ovarium stadium III / IV lebih
tinggi dari stadium awal. Ini mengindikasikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
aktivasi VEGF dan invasi, metastasis, dan perkembangan penyakit kanker ovarium. (Klein,
2004).
Pada penelitan ini didapatkan kasus-kasus dengan stadium lanjut mempunyai kadar
VEGF yang lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal sebelum kemoterapi (604,81
ng/ml vs 484,66 ng/ml). Perubahan kadar VEGF sebelum dan sesudah kemoterapi baik
pada stadium awal maupun akhir secara statistik didapatkan perbedaan yang signifikan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekspresi VEGF adalah prediktor independen dan
signifikan untuk melihat kejadian relaps dan keseluruhan prognosis. Penelitian yang
dilakukan oleh Wong Te Fong et al menunjukkan bahwa pasien kanker ovarium epitelial
yang pada tumornya positif VEGF, rerata 5 tahun bebas kankernya secara signifikan lebih
buruk daripada pasien yang pada tumornya negatif VEGF (Bamberger, 2002)
Dengan pemberian kemoterapi adjuvan diharapkan sel-sel kanker akan mengalami
gangguan pembelahan dan akan terjadi apoptosis (kematian sel). Jika sel-sel kanker
mengalami apoptosis maka produk yang dihasilkanpun akan menurun. Dari penelitian ini
didapatkan bahwa kadar VEGF serum sesudah mendapatkan kemoterapi kombinasi (3 seri)
mengalami penurunan yang signifikan secara statistik (dari 572,77 ng/ml menjadi 294,67
ng/ml; p=0,000). Hal ini mengindikasikan adanya respon dari kemoterapi kombinasi
paclitaxel-carboplatin yang diberikan terhadap pasien dengan kanker ovarium epitelial
berdasarkan laboratorium. Saat ini belum ada penelitian yang melihat hubungan besarnya
penurunan atau kadar VEGF terendah sesudah mendapatkan kemoterapi dengan prognosis
penderita kanker ovarium.
Pertumbuhan sel kanker mengikuti suatu pola yang disebut sebagaipertumbuhan
Gompertz. Disebutkan bila massa tumor makin membesar, waktu ganda yang dibutuhkan
akan semakin panjang. Ketika suatu kanker kecil dan nonpalpabel, pertumbuhannya
eksponensial. Ketika suatu tumor berada pada fase eksponensial dari pertumbuhan
Gompertz, sel-sel tersebut lebih sensitif terhadap kemoterapi karena sebagian besar sel
berada dalam fase aktif siklus sel. Oleh karenanya, sel-sel metastasis lebih sensitif terhadap
kemoterapi dibandingkan tumor primer, dengan kata lain kanker ovarium dengan stadium
lanjut yang telah terjadi metastasis akan lebih sensitif terhadap kemoterapi. Pada penelitian
ini didapatkan kadar VEGF serum sesudah kemoterapi (3 seri) pada kasus stadium lanjut
mengalami perununan yang signifikan (604,90 ng/ml menjadi 287,66 ng/ml; perubahan
317,15 ng/dl; p=0,000), sedangkan stadium awal mengalami penurunan tetapi tetapi tidak
sebesar pada stadium lanjut (484,66 ng/ml menjadi 313,95 ng/ml; perubahan 170,71 ng/ml;
p=0,011). Pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang signifikan antara kadar VEGF
serum yang terdapat pada kanker ovarium tipe adenokarsinoma serosum setelah kemoterapi
(699,98 ng/ml menjadi 271,68 ng/ml; perubahan 428,30 ng/ml, p=0,000). Sedangkan kadar
VEGF serum yang terdapat pada kanker ovarium tipe adenokarsinoma musinosum setelah
kemoterapi juga terdapat penurunan yang signifikan(447,25 ng/ml menjadi 332,65 ng/ml;
perubahan 114,59 ng/ml, p=0,003), namun lebih kecil daripada penurunan pada tipe
adenokarsinoma serosum.
Secara statistik terdapat perbedaan penurunan kadar VEGF serum sesudah kemoterapi
antara kanker ovarium tipe adenokarsinoma musinosum dengan serosum. Dari penelitian
ini dapat dilihat adanya kecenderungan bahwa tipe adenokarsinoma musinosum memiliki
responsibilitas lebih rendah daripada tipe adenokarsinoma serosum terhadap kemoterapi
kombinasi paclitaxel-carboplatin (perubahan 114,59 ng/ml vs 428,30 ng/ml). Studi
molekular dan genetik menunjukkan perbedaan kanker ovarium epitel musinosum dan
serosum yang mendukung konsep bahwa tumor ini terpisah/berbeda dari perkembangnya.
Kanker ovarium epitel musinosum memiliki prognosis yang buruk dan relatif resisten
terhadap standar kemoterapi untuk kanker ovarium (Harrison, 2008). Penelitian case
controloleh Hess V, dkk (2004) dari The Royal Marsden Hospital dan Pectasides D, dkk
(2005) dari The Hellenic Cooperative Oncology Group mendapatkan angka respon
terhadap kemoterapi kanker ovarium epitel musinosum lebih rendah daripada kanker
ovarium epitel serosum (adanya resistensi terhadap kemoterapi basis platinum) dan adanya
kecenderungan harapan hidup yang lebih jelek dari tipe musinosum (Hess, 2004;
Pectasides, 2005; Harrison, 2008).
Secara klinis, grading dari suatu kanker penting karena akan mempengaruhi prognostik,
rekurensi suatu kanker. Semakin tinggi grade suatu kanker menandakan semakin besar pula
proses mitosis sel kanker tersebut, sehingga lebih sensitif terhadap kemoterapi. Penelitian
ini didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan bermakna dari perubahan kadar VEGF
serum sesudah mendapat kemoterapi berdasarkan ketiga differensiasi sel (baik, sedang, dan
jelek). Tetapi secara deskriptif dapat dilihat adanya kecendrungan kadar VEGF serum
sesudah mendapat kemoterapi pada diferensiasi baik dan sedang mengalami perubahan
lebih besar dibandingkan diferensiasi jelek.
Bamberger,E.S. (2002). Angiogenesis in Epithelial Ovarian Cancer. J Clin Pathol. 55: 348-
359.
Busmar, B. (2006). Kanker Ovarium; in Aziz, M.F., Andrijono, Saifuddin, A.B., Buku
Acuan Nasional Onkologi. Edisi pertama. p. 468-527. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.
Colombo, N., Gorp, V.T., Parma, G., et al. (2006). Ovarian Cancer. European Institute of
Oncology, Division of Gynecology, ItalyUniversity Hospitals Leuven, Milan.
p.159-179.
Fitzpatrick, F.A., Wheeler, R. (2003). The Immunopharmacology of Paclitaxel (TaxolR),
Docetaxel (TaxotereR), and Related Agents. Departments of Oncological Science
and Medicinal Chemistry. Huntsman Cancer Institute, University of Utah, Salt
Lake City. p.1699-1714.
Mesiano, S.,Ferrara.,et al. (1998). Role of Vascular Endothelial Growth Factor in Ovarian
Cancer.Am J Pathol. 153:1249-1256.
Ovarian Cancer National Alliance: Statistics. Washington D.C. (Online). Available from:
(http://www.ovariancancer.org/about-ovarian-cancer/statistics, diakses 18 Februari
2010)
Ozols, R.F. (2005). Treatment Goals in Ovarian Cancer. Division of Medical Science, Fox
Chase Cancer Center. Philadelphia, Pennsylvania. p. 5.
Paley, P.J. (2001). Screening for The Major Malignancies Affecting Women. Current
Guideliness Obstetry Gynecology. p.184,1021-1030.
Saleh, AZ. (2006). Kemoterapi; in Aziz, M.F., Andrijono, Saifuddin, A.B. Buku Acuan
Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi pertama. p.359-375 .Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirodiharjdo, Jakarta.
Santin, A.D. (2006). Role of Immunohistochemical Expression of HER2/neu in High-grade
Ovarian Serous Papillary Cancer; in Handbook of Immunohistochemistry and In
Situ Hybridization of Human Carcinomas. Elsevier Academic Press, London. p.
333-338.
Scorge, J.O., et al. (2008). Principles of Chemotherapy; in William Gynecology. The
McGraw Hill companies, inc. United Stated. p. 586-600.
See, H.T., Kavanagh, J., Hu, W. and Bast, R.C. (2003). Targeted Therapy for Epithelial
Ovarian Cancer, Current status and Future Prospects. Department of
Gynecological Medical Oncology and experimental therapeutics, University of
Texas, Anderson Cancer Center. Houston, Texas. p. 702-15.
Stricker, T.P., Kumar, V. (2009). Angiogenesis in Neoplasia; in Robbin and Cotran,
Pathology Basic of Disease. 8th Edition, Elseiver. p. 297-298
Tortora,G., Ciardiello,F. (2004). Angiogenesis : A Target for Cancer Therapy. Current
Pharmaceutical Design. 10:11-26
Tabel 1. Distribusi karakteristik umum sampel penelitian
JUMLAH
Karakteristik
N %
USIA IBU
- < 45 tahun 16 53.33
- ≥ 45 tahun 14 46.67
PARITAS
- 0 14 46.7
- 1 4 13.3
- 2 5 16.7
- 3 5 16.7
- ≥4 2 6.6
PENDIDIKAN
- SD 13 43.3
- SLTP 6 20.0
- SLTA 8 26.7
- Perguruan Tinggi 3 10.0
PEKERJAAN
- IRT 20 66.7
- Pelajar 1 3.3
- Petani 3 10.0
- PNS 6 20.0
TIPE HISTOLOGI
- Adenokarsinoma serosum 16 53.3
- Adenokarsinoma musinosum 12 40.0
- Karsinoma endometrioid 1 3.3
- Adenokarsinoma clear cell 1 3.3
DIFERENSIASI
- Baik 9 30.0
- Sedang 11 36.7
- Jelek 10 33.3
STADIUM KLINIS
- Stadium awal (I dan II) 8 26.7
- Stadium lanjut (III dan IV) 22 73.3
Total 30 100
Tabel 2. Perbandingan kadar VEGF serum sebelum dan sesudah kemoterapi
Tabel 3. Perbandingan kadar VEGF serum sebelum dan sesudah kemoterapi pada
kanker ovarium stadium klinis awal dan akhir
VEGF (ng/ml)
*Paired t-test
Tabel 4. Perbandingan kadar VEGF serum pada kanker ovarium sebelum dan
sesudah kemoterapi berdasarkan tipe histologi
VEGF (ng/ml)
VEGF (ng/ml)
Sebelum Sesudah Perubahan
Diferensiasi sel p*
kemoterapi kemoterapi
Mean SD Mean SD Mean SD
Baik 800.90 500.78 298.32 156.04 502.58 360.86 0,003
Sedang 459.74 240.80 263.87 151.44 195.86 164.39 0,003
Jelek 491.79 154.64 325.26 132.60 166.53 184.67 0,019
*Paired t-test