Anda di halaman 1dari 3

Elisitasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi metabolit.

Elisitasi
menerapkan pengaruh kimia atau fisik kultur suspensi sel yang memicu produksi metabolit
sekunder. Elisitor didefinisikan sebagai molekul yang merangsang pertahanan atau respons yang
diinduksi stres pada tanaman (Van Etten et al. 1994). Teknik yang dapat dan telah banyak diteliti
untuk meningkatkan senyawa kandungan metabolit sekunder adalah salah satunya degan cara
elisitasi. Elisitasi adalah suatu metode untuk meningkatkan fltoaleksin dan metabolit sekunder
lainnya dengan menambahkan berbagai elisitor, baik berupa faktor biotik maupun abiotik
(Buitelaar et al., 1991).

Elisitasi merupakan metode yang mengacu pada fenomena alam dalam mekanisme
pertahanan inang terhadap patogennya. Interaksi antara patogen dengan tumbuhan inang
yang menginduksi pembentukan fitoaleksin pada tumbuhan merupakan respon terhadap
serangan mikroba patogen (Vanconsuelo & Boland 2007, Yoshikawa & Sugimito 1993).
Senyawa yang berperan dalam proses elisitasi disebut elisitor.
Elisitor mengaktifkan gen dalam tumbuhan yang mengkode enzim yang diperlukan
untuk sintesis fitoaleksin. Elisitor selain menginduksi pembentukan fitoaleksin juga
meningkatkan berbagai metabolit sekunder dan enzim lain. Pada kultur kalus dan kultur sel
penambahan elisitor juga dapat menginduksi senyawa metabolit sekunder yang bukan
fitoaleksin (Eilert et al. 1986).
Elisitor seperti jasmonade dan turunannya diketahui merangsang produksi metabolit
sekunder pada tanaman (Sanz et al. 2000).  Selain meningkatkan produksi beberapa metabolit
sekunder yang diinginkan, elisitor juga mengaktifkan gen yang terlibat dalam biosintesis
senyawa. Penggunaan ragi sebagai bahan elisitor mempunyai beberapa kelebihan diantaranya,
mudah diperoleh dan tidak pathogen pada manusia, siklus hidupnya pendek dan mudah
ditemukan.
Contoh efek elisitasi dapat dilihat di sel C. roseus. Beberapa sel C. roseus merespons
elisitasi oleh agen biotik dan abiotik. Nef et al. (1991) mempelajari efek elisitasi dengan ekstrak
Pythium vexans dalam kondisi pembatasan pertumbuhan. Pada konsentrasi yang lebih rendah
meningkatkan produksi ajmalisin dan menginduksi sintesis katarantin dalam 24 jam pertama
tetapi tidak mempengaruhi produksi serpentine. Smith et al. (1987) mengamati peningkatan
akumulasi katarantin dalam sel C. roseus dalam penambahan NaCl, KCl dan sorbitol, secara
individual. Penambahan 1,7 g 1-1 NaC1 ke kultur 5 hari meningkatkan akumulasi produk sekitar
90% dari kontrol. Sorbitol (0,2 M) tidak seefektif NaCl tetapi KCl menyebabkan peningkatan
hampir 200% dalam akumulasi katarantin.

Penambahan vanadyl sulfat ke kultur suspensi sel C. roseus menghasilkan produksi


katarantin, serpentin dan triptamin (Tallevi dan DiCosmo, 1988). Efeknya tergantung
konsentrasi. Produksi alkaloid dimer oleh kultur tunas C. roseus dapat diinduksi dengan iradiasi
dengan cahaya ultraviolet (Hirata et al., 1991, 1992). Waktu penerapan elisitor sangat penting
untuk hasil metabolit sekunder oleh sel yang dikultur. Sebagian besar budaya merespon elisitor
hanya selama fase pertumbuhan.

Selain itu, elisitor fungi juga berpengaruh terhadap kandungan bioaktif tumbuhan.
Banyak penelitian tentang elisitasi yang telah berhasil meningkatkan kandungan bioaktif
tumbuhan dengan menggunakan elisitor fungi. Purwianingsih. (1997) telah berhasil
meningkatkan kadar gosipol 2 kali lipat, dalam kalus Gossypium hirasutum yang ditambahkan
elisitor berupa ekstrak fungi Verticillium dahliae dan Rhizoctonia solani. Kandungan gosipol
juga dapat ditingkatkan oleh esktrak fungi Rhizopus arrhizus ( Hamdiyati, 1999). Beberapa
penelitian elisitasi menggunakan ragi, terutama Sacharomyces cerevisiae H., juga telah berhasil
meningkatkankandungan bioaktif tumbuhan. Antosianin dalam kultur sel Daucus carota berhasil
ditingkatkan kadarnya sebesar 58% dengan menggunakan ekstrak sel S. cerevisiae H.
(Survanalatha et al.,1994). Penelitian lain menunjukkan bahwa fraksi karbohidrat dari ekstrak
ragi S. cerevisiae H. juga dapat menginduksi sintesis gliseolin sampai 200 µg/BK dalam kultur
sel Glycine max dan meningkatkan bioseintesis barberin hingga 4 kali lipat pada kultur
Thalictrum rugosum

Daftar Pustaka :
Ebook :
S.S Bojhwani dan M.K Rezhdan. 1996. Plant Tissue Culture : Theory and Practice, a Revised
Edition. Studies in Plant Science : Elsevier

Hermann, Karl, and Neumann, Ashwani. 2009. Plant Cell and Tissue Culture - A Tool in
Biotechnology. Springer : Verlag Berlin Heidelberg
Jurnal :
Habibah, Noor Aini. 2009. Efektivitas Penambahan Elisitor Asam Jasmonik dalam Peningkatan
Sintesis Senyawa Bioaktif Andrografolid pada Kultur Suspensi Sel Sambiloto. Biosaintifika :
Volume 1, Nomor 1 Halaman 11 – 18

Purwianingsih, Widi. Metode Elisitasi Menggunakan Ragi Sacharomyces cerevisiae H. untuk


Meningkatkan Kandungan Bioaktif Kuinon Kalus Morinda citrifolia L. (Mengkudu). FMIPA
UPI

Silalahi, Marina. 2010. ELISITASIPENINGKATANPRODUKSI AJMALISIN OLEH KALUS


Catharantus roseus (L.) G. Don. FIK UKI

Anda mungkin juga menyukai