FRAKTUR
OLEH :
C1219019
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang
berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam
kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan
dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
a. Tulang panjang (femur, humerus) terdiri dari batang tebal panjang
yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah
proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan
metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut
lempeng epifisisatau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh
karena akumulasitulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan
digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan
tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.
Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atautrabecular). Pada
akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis
berfungsi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan,
estrogen, dan testosterone merangsang pertumbuhan tulang panjang.
Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng
epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut
kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
b. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari
cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang
pendek.
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar
tulang yang berdekatan dengan persedian dan didukung oleh tendon
dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulangdengan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi
dasar(glukosaminoglikan, asam polisakarida, dan proteoglikan). Matriks
merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.
Osteositadalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah
selmultinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorpsi, dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulangdewasa.
Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan
matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit,
yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut
kedalamkanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan
pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen.
Periosteummengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang
paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakansel
pembentuk tulang.
Endosteumadalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga
sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.
Osteoklast, yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum,
terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada
permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organik (hidup) dan
70% endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih
dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10% proteoglikan (protein plus
sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan
sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam
menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan.
Adanya bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif
(resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam
menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan
tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerusdan dapat
berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang
berubah selama hidup. Pembentukan tulangditentukan oleh rangsangn
hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada suatu
tulang, danterjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas
berespon terhadap berbagai sinyal kimiawiuntuk menghasilkan matriks
tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid.
Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid
dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel
tulang sejati. Seiring dengan terbentuknyatulang, osteosit dimatriks
membentuk tonjolan-tonjolan yangmenghubungkan osteosit satu dengan
osteosit lainnyamembentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang,
sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam
nonkristal ini dianggap sebagaikalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu
dapat dipindahkan dengancepat antara tulang, cairan interstisium, dan
darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara
bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena
aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalahsel fagositik
multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat di
tulang.Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim
yangmencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya
terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit
tulang sedikit demi sedikit.Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas
menghilang dan muncul osteoblas. Osteoblas mulai mengisi daerah yang
kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua
yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebihkuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan
tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan
remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka
menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi
aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa
muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah
total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas
melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang.
Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami
imobilisasi. Pada usiadekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas
osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah.
Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan
hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoblas dirangsang oleh
olah raga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres
mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas
osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan
hormon perturnbuhanadalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan
pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat
melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosterone
akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan
merangsang penutupanlempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang).
Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas
berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan
tulang.
Vitamin Ddalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara
langsung dengan bekerjapada osteoblas dan secara tidak langsung dengan
merangsang penyerapan kalsiumdi usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi
kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang. Namun, vitamin D
dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan
meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D
dalamjumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan
akan menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama
dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh
kelenjar paratiroid yangterletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan
hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan kadar
kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan
merangsang pemecahan tulanguntuk membebaskan kalsium ke dalam
darah. Peningkatan kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk
menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut. Estrogen
tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.
Efek lain hormon paratiroidadalah meningkatkankalsium serum
dengan menurunkansekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid
meningkatkan ekskresi ion fosfatoleh ginjal sehingga menurunkan kadar
fosfat darah. Pengaktifanvitamin D di ginjal bergantung pada hormon
paratiroid. Sedangkan kalsitoninadalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjartiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum.
Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan pernbentukan
osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga
menurunkan kadar kalsium serum.
2. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hema topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
(Sumber: Dwisang, 2014)
C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Menurut Doenges (2014), penyebab fraktur antara lain:
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
a. Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah seacara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsungberada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, seperti:
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali atau progresif.
b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit
nyeri.
c. Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D.
d. Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di
kemiliteran.
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,
saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips
dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak
yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1. X-ray: Untuk menentukan luas/lokasi fraktur.
2. Scan tulang:Untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram: Untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkap: Homokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan: Peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
5. Kretinin: Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi: Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
atau cedera hati (Wijaya & Putri,2013).
I. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih
lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas
atau tongkat pada anggota gerak bawah.
b. Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan
bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan
gips atau macam-macambidai dari plastik atau metal.
c. Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi
eksterna dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan
manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan kounter traksi. Tindakan ini
mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Penatalaksanaan ini sangatlah penting diketahui oleh perawat, jika
ada keputusan pasien diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat
mulai berperan dalam asuhan keperawatan tersebut.
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal perkutan atau K-Wire.
b. Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi ekternal tulang, yaitu:
1) Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau reduksi terbuka
dengan fiksasi internal.ORIFakan mengimobilisasi fraktur dengan
melakukan pembedahan untuk memasukkan paku, scrup atau pen
ke dalam tempat fraktur untuk mengfiksasi bagian tulang pada
fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk
merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang
tua.
2) Open ReductionTerbuka dengan fiksasi eksternal. Tindakan ini
merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal
dapat menggunakan kanselosascrew atau dengan metal metakrilat
(akrilik gigi) atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti
gips.
(Sumber: Muttaqin, 2008)
II. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
A. PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN
1. Pengkajian primer
a. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardia, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
c. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar
rochi/aspirasi.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
1) Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1) Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon nyeri/ansietas)
2) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardia
4) Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
5) Capillary refill melambat
6) Pucat pada bagian yang terkena
7) Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitas, krepitasi, pemendekan
3) Kelemahan
d. Kenyamanan
1) Kenyamanan
2) Nyeri tiba-tiba saat cedera
3) Spasme/kram otot
e. Keamanan
1) Laserasi kulit
2) Perdarahan
3) Perubahan warna
4) Pembengkakan lokal
(Sumber: Price, 2012)
NO DIAGNOSA NOC
NIC
. KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Outcome untuk mengukur Intervensi
Definisi: Pengalaman penyelesaian dari Keperawatan
sensori dan emosional Diagnosis yang Disarankan
yang tidak Kontrol nyeri:
untuk
menyenangkan yang Mengenali kapan nyeri
muncul akibat Menyelesaikan
terjadi Masalah:
kerusakan jaringan
yang actual atau Menggambarkan faktor
potensial atau penyebab Manajemen
digambarkan dalam Menggunakan tindakan Sedasi:
hal kerusakan pengurangan nyeri Kaji nyeri
sedemikian rupa tanpa analgesic dengan
(International
Mengenali apa yang PQRST
Association for the
Study of Pain): awitan terkait dengan gejala Stimulasi
yang tiba-tiba atau nyeri listrik syraf
lambat dari intensitas Melaporkankan nyeri transkutaneus
ringan hingga berat yang terkontrol Latihan
dengan akhir yang Tingkat nyeri:
dapat diantisipasi atau autogenik
Panjang episode nyeri
diprediksi dan Peningkatan
Mengerang dan
berlangsung <6 bulan. mekanika
menangis
Batasan tubuh
Ekpresi nyeri wajah
karakteristik: Mengelurkan keringat Peningkatan
Bukti nyeri dengan Kehilangan nafsu koping
menggunakan makan Manajemen
standar daftar Outcome tambahan untuk energy
periksa nyeri untuk mengukur batasan Manajemen
pasien yang tidak karakteristik
Tingkat nyeri terpantau lingkungan
dapat Terapi latihan:
secara regular
mengungkapkanny Mengambil tindakan kontrol otot
a (mis., Neonatal untuk mengurangi nyeri Terapi musik
Infant Pain Tidur Pengaturan
Assessment Nafsu makan
posisi
Checklist for Status kenyamanan
Keparahan mual & Relaksasi otot
Senior with
muntah progresif
Limited Ability to
Outcome yang berkaitan Peningkatan
Communicate) dengan fakor yang
Diaphoresis berhubungan atau tidur
Dilatasi pupil outcome menengah Monitor tanda-
Tingkat stress tanda vital
Eksspresi wajah
Pengetahuan: manajemen
nyeri (mis., mata nyeri Terapi
kurang bercahaya, Pemulihan pembedahan: relaksasi
tampak kacau, penyembuhan
gerakan mata Pemulihan pembedahan:
berpencar atau segera setelah oprasi
tetap pada satu
fokus, meringis)
Fokus menyempit
(mis., persepsi
waktu, proses
berfikir, penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
Focus pada diri
sendiri
Keluhan tentang
intensitas
menggunakan
standar skala nyeri
(mis., skla Wong-
Baker FACES,
skala analog visual,
skla penilaian
nomerik)
Keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan
menggunakan
standar instrument
nyeri (mis., McGill
Pain Questionnaire,
Brief Pain
Inventory)
Laporan tentang
perilaku nyeri/
perubahan aktivitas
(mis., anggota
keluarga, pemberi
asuhan)
Mengekspresikan
perilaku (mis.,
gelisah, merengek,
menangis,
waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan pada
parameter
fisiologis (mis.,
tekanan darah,
frekuensi jantung,
frekuensi
pernapasan,
saturasi oksigen,
dan entidalkarbon
dioksida)
Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
Perubahan selera
makan
Putus asa
Sikap melindungi
nyeri
Sikap tubuh
melindungi
Faltor yang
berhubungan:
Agens cedera
biologis (mis.,
infeksi, iskemia,
neoplasma)
Agens cedera fisik
(mis., abses,
amputasi, luka
bakar, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur bedah,
trauma, olahraga
berlebihan)
Agens cedera
kimiawi (mis., luka
bakar, kapsaisin,
metilen klorida,
agens mustard).
E. EVALUASI
Menurut Nursalam (2011) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
sampai dengan tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria. M., et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth
Edition. United States of America: Elsevier.
Doenges, M. E. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
Keperawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Dwisang, E. L. (2014). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis.
Tanggerang Selatan: BINARUPA AKSARA.
Helmi, N. Z. (2013). Trigger Finger. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.
Moorhead, Sue., et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition.
United States of America: Elsevier.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta :
EGC.
NIC. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition. ELSEVIER.
NOC.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), 6th edition. ELSEVIER.
Price, S. A. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Wijaya, A. S.,& Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori, dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
PATHWAY
Kecelakaan
Trauma eksternal lebih dari
kekuatan tulang
Tulang tidak mampu
menahan trauma
FRAKTUR
Ketidakseimbangan
nutrisi: Kurang Nyeri akut Kekuatan otot dan Risiko infeksi
dari kebutuhan kemampuan gerak
tubuh kurang
Hambatan
mobilitas fisik
(Sumber: Mutaqqin, 2008)