Anda di halaman 1dari 7

UJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK DEKOK RIMPANG

TEMU HITAM (Curcumae aeruginosae Roxb) TERHADAP


CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

Gebrilla Octaria1, Moerfiah2, Fitria Dewi Sulistiyono3


Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor

ABSTRAK
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang umum dirakyat dan diperkirakan
lebih dari 60% menyerang anak-anak di Indonesia. Rimpang temu hitam salah satu tanaman
bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, memiliki kandungan kimia
tanin, minyak atsiri, kurkumol. Tanin yang terdapat dalam rimpang temu hitam diduga
memiliki daya anthelmintik. Anthelmintik atau obat cacing adalah obat-obatan yang dapat
membunuh cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui daya anthelmintik dekok rimpang temu hitam (Curcumae aeruginosae Roxb)
terhadap cacing Ascaridia galli untuk melihat konsentrasi dekok rimpang temu hitam
(Curcumae aeruginosae Roxb) yang efektif terhadap cacing Ascaridia galli dibandingkan
dengan piperazin sitrat.Penelitian ini dilakukan secara in vitro, variabel bebas dalam
penelitian ini adalah dekok rimpang temu hitam dengan konsentrasi 10, 20, 30 dan 40%,
kontrol negatif (NaCl 0,9%), kontrol positif (piperazin sitrat 3%) dan variabel terikat adalah
jumlah kematian cacing Ascaridia galli. Data yang diperoleh yaitu berupa jumlah
kematian cacing dianalisis dengan ANOVA. Apabila ada perbedaan yang
bermakna (p<0,05), maka analisis dilanjutan menggunakan Uji BNT pada
taraf 5 %. Hasil penelitian membuktikan bahwa dekok rimpang temu hitam dengan
konsentrasi 10, 20, 30 dan 40% memiliki kemampuan untuk membunuh cacing. Konsentrasi
40% memberikan daya anthelmintik sebesar 100% efektif sama bila dibandingkan dengan
kontrol positif (piperazin sitrat 3%) yang efektif membunuh cacing Ascaridia galli.
Kata Kunci : Dekok Rimpang Temu Hitam, Ascaridia gali, Anthelmintik

ABSTRACT
Worm infections are one of the most common diseases and it is estimated that more
than 60% attack children in Indonesia. Black rimpang is one of the natural ingredients which
can be used as traditional medicine, has the chemical content of tannins, essential oils,
curcumol. The tannin contained in the Temu Hitam is thought to have anthelmintic power.
Anthelmintic or worm medicine are drugs that can kill worms in the human and animal
bodies. The aim of this study was to determine the anthelmintic power of Temu Hitam
(Curcumae aeruginosae Roxb) against Ascaridia galli worms to see the concentration of black
metacar rhizome (Curcumae aeruginosae Roxb) which was effective against Ascaridia galli
worms compared to piperazine citrate. This study was conducted in vitro, the independent
variables in this study were dekok rimpang Temu Hitam with concentrations of 10, 20, 30
and 40%, negative controls (0.9% NaCl), positive controls (piperazine citrate 3%) and the
dependent variable was the number of deaths of Ascaridia galli worms. The data obtained is
in the form of the number of worm deaths analyzed by ANOVA. If there is a significant
difference (p <0.05), then the analysis is continued using the BNT Test at the level of 5%.The
results of the study prove that dekok rimpang Temu Hitam with a concentration of 10, 20, 30
and 40% has the ability to kill worms. The concentration of 40% gives anthelmintic power
equal to 100% effective compared to positive controls (piperazine citrate 3%) which
effectively kills Ascaridia galli worms.
Keywords: Dekok Rimpang Temu Hitam, Ascaridia gali, Anthelmintic
PENDAHULUAN gelang yang menyerang unggas (ayam).
Penyakit infeksi merupakan salah Cacing ini dipilih karena mempunyai
satu penyakit yang menjadi permasalahan genus yang sama dengan Ascaris
utama di negara-negara berkembang lumbricoides, yaitu Ascaris. Daya
seperti di Indonesia. Salah satu infeksi anthelmintik pada penelitian ini
yang paling umum tersebar di dunia yaitu ditunjukkan dengan jumlah cacing yang
infeksi cacing. Infeksinya pun dapat terjadi mati dalam waktu tertentu,cacing
simultan oleh beberapa jenis cacing direndam dalam dekok rimpang temu
sekaligus. Infeksi cacingan dapat dicegah hitam dengan berbagai konsentrasi,
dengan cara menaati aturan hygiene kemudian hasil yang didapat dibandingkan
dengan tegas dan konsekuen, terutama dengan kontrol.
pada anak-anak (Tjay dan Kirana 2007).
Salah satu alternatif yang dapat TUJUAN PENELITIAN
digunakan sebagai obat cacing 1. Menentukan daya anthelmintik
(anthelmintik) adalah tanaman rimpang dekok rimpang temu hitam
temu hitam (Curcumae aeruginosae Roxb) (Curcumae aeruginosae Roxb)
(Agoes, 2010). Rimpang temu hitam terhadap cacing Ascaridia galli
mengandung tanin, minyak atsiri, 2. Menentukan konsentrasi dekok
kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, rimpang temu hitam (Curcumae
kurzerenon, kurdion (Sakri, 2012). Tanin aeruginosae Roxb) yang efektif
yang terdapat dalam rimpang temu hitam terhadap cacing Ascaridia galli
diduga memiliki daya anthelmintik. dibandingkan dengan piperazin
Menurut penelitian Indriani (2007) sitrat.
mekanisme kerja tanin sebagai
anthelmintik yaitu menghambat kerja METODE PENELITIAN
enzim dan transpor protein sehingga Waktu dan Tempat Penelitian
sistem metabolisme menjadi terganggu. Penelitian telah
Masyarakat biasa menggunakan dilaksanakan pada bulan
rimpang temu hitam dengan cara di November sampai Desember
tumbuk sebanyak kurang lebih 20 gram 1018 di Laboratorium
dituangi air masak, diperas dan disaring, Helmintologi bagian Parasitologi
lalu air nya diminum (Sugeng, 2001). dan Entomologi Kesehatan,
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Falkultas Kedokteran Hewan,
oleh Ismawan (2012) bahwa rebusan irisan Institut Pertanian Bogor.
temu hitam dapat mematikan cacing
A.galli secara in vitro dalam waktu 7-17 Alat dan Bahan Penelitian
jam yang diduga zat aktif tanin yang Alat yang digunakan dalam
memiliki efek mematikan cacing. Oleh penelitian ini adalah timbangan
karena itu penulis tertarik menggunakan analitik, termometer, beaker
dekok dalam penelitian ini, yaitu menyari glass, inkubator, gelas ukur,
tanaman dengan air pada suhu 90oC cawan petri, batang pengaduk
selama 30 menit. Penelitian ini digunakan dan spatel, pinset, cawan
dekok dengan berbagai konsentrasi yang porselen, pipet volume 5 ml, labu
disesuaikan dengan cara pemakaian di ukur 100 ml, erlenmeyer, panci,
masyarakat dengan tujuan menentukan dan kertas saring.
daya efektivitas mematikan cacing Bahan yang digunakan
Ascaridia galli. dalam penelitian ini tanaman
Uji daya efektivitas anthelmintik rimpang temu hitam
secara in vitro ini menggunakan hewan (Curcumaaeruginosa Roxb) yang
percobaan A.galli, yaitu spesies cacing diperoleh Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat laritan baku adalah 10 ml, 20 ml,
(BALITRO) Bogor, Sirup piperazin 30 ml, 40 ml add 100 ml
sitrat 15 ml dengan merek aquadest.
dagang Erlixon, NaCl 0,9%, Skrining Fitokimia Tanin
Aquadest, Cacing Ascaridia galli Skrining fitokimia dilakukan
yang diperoleh dari usus ayam untuk mengetahui kandungan
kampung di tempat pemotongan senyawa aktif yang terdapat pada
ayam rumah makan Galuga. dekok rimpang temu hitam secara
kualitatif (Harborne, 1987)
PROSEDUR PENELITIAN menyatakan bahwa penapisan
Pengumpulan Bahan dan Determinasi fitokimia dilakukan dengan
Tanaman menguji adanya golongan
Cacing Ascaridia galli senyawa tanin dengan cara dekok
diperoleh dari usus ayam sebanyak 1 ml dari suatu bagian
kampung di tempat pemotongan tanaman ditambahkan ke dalam 2
pemotongan ayam rumah makan ml air suling di dalam sebuah
galuga yang sebelumnya telah tabung uji. Dua atau tiga tetes
dideterminasi di Institit Pertanian larutan FeCl3 1% ditambahkan ke
Bogor. Cacing yang digunakan dalam larutan tersebut. Jika
drngan kriteria cacing yang masih terbentuk warna biru-hijau, maka
aktif bergerak, ukuran 7-11 cm, larutan tersebut mengandung
tidak tampak cacat secara tannin (cathechin tannin),
anatomi. sedangkan jika terbentuk biru-
Temu hitam yang hitam maka larutan tersebut
digunakan adalah bagian mengandung tannin (gallic
rimpangnya yang sebelumnya tannin). (Kumoro, 2015).
diperoleh dari Balai Penelitian Persiapan Uji Anthelmintik
Tanaman Rempah dan Obat Menurut buku Panduan
(BALITRO) sudah di determinasi. Pengujian dan Pengembangan
Pembuatan Dekok Rimpang Fitofarmaka (1993) yang
Temu Hitam sebelumnya sudah dilakukan
Rimpang temu hitam modifikasi pada penelitian yang
dibersihkan dengan cara dicuci dilakukan oleh Eka Nur (2012), uji
dengan air bersih hingga tidak daya anthelmintik dekok rimpang
ada kotoran, setelah bersih temu hitam secara In vitro
kemudian rimpang temu hitam dengan langkah-langkah :
dirajang, selanjutnya rimpang a. Cawan petri disiapkan untuk 6
temu hitam ditimbang 100 g kelompok perlakuan yaitu
untuk membuat larutan baku kontrol positif (larutan
terlebih dahulu, kemudian direbus piperazin sitrat yang dibuat
dengan 100 ml air pada suhu dengan cara sirup piperazin
90oC selama 30 menit. Dekok sitrat 3% dan tambah aquadest
tersebut lalu disaring dengan add 100 ml ke labu ukur 100
kertas saring jika volume ml, larutan NaCl 0,9% sebagai
berkuang ditambahkan air melalui kontrol negatif, dengan 4
saringan diperoleh cawan petri, 25 ml larutan tiap
100ml.konsentrasi yang konsentrasi) dan larutan uji
ditentukan 10, 20, 30, 40% yang (kelompok dekok rimpang temu
masing-masing diambil dari hitam dengan 4 cawan petri, 25
ml larutan uji pada masing- jumlah kematian cacing pada
masing konsentrasi) dilakukan masing-masing konsentrasi yang
4 kali pengulangan. telah didapatkan rata-rata untuk
b. Cacing Ascaridia galli yang mengetahui ada tidaknya
masih aktif bergerak perbedaan yang signifikan. Untuk
dimasukkan kedalam cawan mengetahui hubungan dua
petri pada setiap konsentrasi variabel tersebut biasanya
diisi 5 ekor cacing Ascaridia digunakan pengujian statistik. Uji
galli dan setiap perlakuan statistik yang di gunakan adalah
dilakukan dalam 4 cawan petri. ANOVA (Analysis of Variance)
c. Larutan yang sudah ada hewan yaitu dengan melihat perbedaan
ujinya diinkubasi dengan suhu antara F hitung dan F tabel pada
37oC digunakan dengan tarif kepercayaan 95%, kemudian
maksud untuk menyesuaikan bila terdapat perbedaan yang
suhu didalam tubuh manusia. nyata dilanjutkan pada uji beda
Amati kondisi cacing setiap 1 nyata terkecil (BNT) dengan taraf
jam dengan cara mengusik kepercayaan 95% (Notoatmodjo,
cacing dengan batang 2012).
pengaduk, apakah cacing mati
atau masih normal setelah
dinkubasi. Jika cacing diam, HASIL DAN PEMBAHASAN
dipindahkan kedalam air panas Determinasi Tanaman Rimpang Temu
dengan suhu 50oC. Apabila Hitam
dengan cara ini cacing tetap Hasil identifikasi yang dilakukan di
diam, berarti cacing itu telah Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian
mati, tetapi jika bergerak Botani, Lembaga Ilmu Pengetahuan
berarti cacing tersebut hanya Indonesia (LIPI), Bogor, menyatakan
paralisis. Hasil yang diperoleh bahwa tanaman yang digunakan dalam
dicatat setiap 1 jam, batasan penelitian ini adalah tanaman rimpang
mati dalam percobaan ini temu hitam dengan nama latin Curcumae
adalah bila cacing mati tidak aeruginosae Roxb.
bergerak bila dimasukan ke Determinasi Cacing Ascaridia galli
dalam air panas dengan suhu Cacing Ascaridia galli diperoleh
50oC (pada penelitian ini hanya dari usus ayam kampung ditempat
dicatat jumlah cacing yang pemotongan ayam rumah makan galuga
mati pada setiap jam nya dan setelahnya dideterminasi di
hingga jam ke 10). Laboratorium Helmintologi bagian
Analisis Data Parasitologi dan Entomologi Kesehatan,
Analisis data pada uji Falkultas Kedokteran Hewan, Institut
anthelmintik yang dilakukan Pertanian Bogor. Hasil determinasi
adalah membandingkan berbagai menyatakan bahwa spesies hasil
konsentrasi uji dengan kontrol identifikasi adalah cacing Ascaridia galli.
positif. Analisis yang digunakan Hasil Pembuatan Dekok Rimpang
adalah analisis bivariat. Analisis Temu Hitam
data bivariat adalah analisis data Temu hitam yang digunakan
yang dilakukan terhadap dua adalah bagian rimpangnya yang
variabel yang diduga sebelumnya sudah di determinasi.
berhubungan. Data bivariat Kemudian rimpang dibersihkan lalu di
didapat dengan membandingkan timbang 100 g, lalu dicuci menggunakan
air bersih kemudian dirajang untuk
membuat larutan baku. Kemudian rebus di lingkungan yang sesuai dengan kondisi
tambah air sebanyak 100 ml direbus didalam usus dimana cacing itu hidup.
dengan suhu 90oC selama 30 menit.
Larutan dekok lalu disaring jika volume Cacing direndam dalam larutan uji
berkurang add aquadest sampai 100ml. dengan konsentrasi 10, 20, 30, dan 40%
Kemudian dibagi sesuai konsentrasi 10, dan kontrol positif selama 10 jam. Daya
20, 30,dan 40% dan didapat konsentrasi anthelmintik ditentukan dengan
yang diinginkan dari larutan baku. menghitung mortalitas atau kematian
Skrining Fitokimia Tanin cacing Ascaridia galli. Pengamatan dalam
penelitian ini dilakukan setiap satu jam
untuk mengetahui cacing mati, paralis atau
masih hidup setelah diberi perlakuan.
Pengamatan dilakukan dengan cara
mengusik cacing dengan batang pengaduk,
Hasil dari penapisan fitokimia pada apakah cacing mati atau masih normal
tabel diketehui bahwa dekok mengandung setelah diinkubasi pada suhu 37oC. Jika
tanin, flavonoid dan saponin. Pada tanin cacing diam, dipindahkan kedalam air
perubahan warna yang terjadi pada saat panas dengan suhu 50oC. Apabila dengan
penambahan larutan FeCl3 yaitu warna cara ini cacing tetap diam, berarti cacing
biru-hijau yang diperkirakan karena itu telah mati, tetapi jika bergerak berarti
larutan ini bereaksi dengan salah satu cacing tersebut hanya paralis (Kelompok
gugus hidroksil yang ada pada senyawa Kerja Ilmiah, 1993). Jumlah rata-rata
tanin. Pereaksi FeCl3 dipergunakan secara kematian cacing dapat dilihat pada tabel 2.
luas untuk mengidentifikasi senyawa fenol
termasuk tanin (Robinson,
1995).Kandungan tanin diduga
mempunyai efek anthelmintik.
Pengujian Efektivitas Daya
Anthelmintik
Kontrol positif yang digunakan
dalam penelitian adalah larutan piperazin
sitrat 3% sebagai pebanding efek
anthelmintik terhadap dekok rimpang temu
hitam. Buku pedoman fitofarmaka
menyatakan dalam pengujian anthelmintik Tabel 2 menunjukan hasil rata-rata
secara in vitro larutan pebanding yang jumlah kematian cacing Ascaridia galli
digunakan adalah piperazin sitrat yang dijadikan persentase pada berbagai
(Kelompok Kerja Ilmiah, 1993). Piperazin konsentrasi dekok rimpang temu hitam dan
sitrat juga dipilih karena biasa sebagai kontrol. Pada dekok rimpang temu hitam
alternatif yang digunakan untuk anak-anak dengan konsentrasi 10, 20, dan 30%
umur 3 tahun yang sebagian besar masing-masing menunjukkan mortalitas
terinfeksi penyakit kecacingan dan juga cacing 45%, 70%, dan 85% dalam waktu
mengatasi infeksi kecacingan pada ayam 10 jam. Mortalitas tertinggi terlihat pada
yang cara kerja sama-sama melumpuhkan kontrol positif dan konsentrasi 40% yaitu
cacing untuk kemudian dikeluarkan dari 100% mulai dari 7 jam dapat dilihat pada
tubuh oleh gerak peristaltik usus. Sebagai lampiran 8, sedangkan mortilitas terendah
kontrol negatif adalah larutan NaCl 0,9% terlihat pada kontrol negatif yaitu 10%.
untuk mengetahui kelangsungan hidup dan Peningkatan konsentrasi diatas
daya tahan hidup cacing didalam mengambarkan bahwa konsentrasi dekok
temu hitam yang berbeda menunjukkan
daya anthelmintik yang berbeda pula. Hal setara dengan kontrol positif (piperazin
ini terlihat semakin besarnya konsentrasi sitrat 3%).
semakin banyak juga zat aktif yang Hasil pengamatan uji anthelmintik
terdapat pada dekok rimpang temu hitam. dengan konsentrasi 10, 20, 30,dan 40%
Diduga senyawa aktif tanin yang memiliki menunjukkan bahwa rimpang temu hitam
daya anthelmintik. Penelitian Indriani dapat mematikan cacing Ascaridia galli.
(2007) menyatakan bahwa kandungan Daya anthelmintik tersebut diduga karena
kimia tanin yang terdapat dalam rimpang senyawa aktif yang merupakan metabolit
temu hitam dapat menghambat kerja enzim sekunder dari rimpang temu hitam, seyawa
dan transfer protein. Terhambatnya enzim yang terbukti ada dalam kandungan dekok
dan protein menyebabkan metabolisme temu hitam yaitu tanin. Sejalan dengan
pencernaan terganggu sehingga cacing penelitian Hadili dkk (2013) yang
akan kekurangan nutrisi dan akhir nya mengatakan bahwa kandungan senyawa
mati karena kekurangan tenaga. tanin yang masuk kedalam tubuh cacing
Tahap selanjutnya yaitu melalui lapisan mikrovili dan tegumen
pengolahan data menggunakan Anova tubuh cacing menyebabkan protein pada
dengan menggunakan Rancangan Acak tegumen berkurang, akibatnya cacing akan
Lengkap (RAL) untuk melihat pengaruh kekurangan persediaan nutrisi dan
perlakuan dan melakukan perbandingan menyebabkan cacing mati.
antar perlakuan. Hasil analisis data dapat
dilihat pada lampiran 9. Hasil analisis Pemakaian aquadest sebagai
diketahui nilai signifikasi (p<0,05) pelarut dalam penelitian ini dapat
menunjukan bahwa dekok rimpang temu mempercepat tingkat kematian sel, karena
hitam memiliki daya anthelmintik, aquadest cenderung hipertonis terhadap
sehingga dilakukan uji lanjut dengan uji cairan tubuh yang dapat menyebabkan
BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk melihat pengkerutan sel sehingga bisa terjadi
konsentrasi yang efektif. paralisis pada cacing dan selanjutnya
Uji BNT hasil uji lanjut dilihat menyebabkan kematian, untuk hasil yang
pada tabel 2 dan lampiran 10 menyatakan 100% pada dekok konsentrasi 40% yang
bahwa kontrol negatif memberikan menggunakan pengencer aquadest. Namun
pengaruh yang sangat berbeda nyata jika menggunakan pengencer NaCl 0,9%
dengan semua perlakuan yaitu tidak dan ditambahkan dekok rimpang temu
memiliki aktifitas anthelmintik, sehingga hitam maka hasilnya akan kurang dari
menunjukan konsentrasi 10, 20, 30, 40% 100%.
dan kontrol positif mempunyai aktivitas
KESIMPULAN DAN SARAN
anthelmintik. Konsentrasi 10, 20 dan 30 %
ada perbedaan nyata ini menunjukan Kesimpulan
bahwa konsentrasi 10, 20 dan 30% dekok Berdasarkan penelitian yang telah
rimpang temu hitam memiliki daya dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
anthelmintik yang sama namun tidak lebih berikut :
efektif bila dibandingkan dengan 1. Dekok rimpang temu hitam
konsentrasi 40% dekok rimpang temu pada konsentrasi 10%, 20%,
hitam. Konsentrasi 40% merupakan 30% dan 40% (Curcumae
konsentrasi yang paling efektif terhadap aeruginosae Roxb) memiliki
cacing Ascaridia galli bila dibandingkan daya anthelmintik terhadap
dengan kontrol positif (piperazin sitrat) cacing Ascaridia galli.
tidak memiliki perbedaan nyata ini 2. Pada konsentrasi 40%
menunjukan bahwa konsentrasi 40% memberikan daya anthelmintik
memiliki kemampuan anthelmintik yang yang efektif membunuh cacing
Ascaridia galli sebesar 100%,
sama efektif dengan kontrol Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica.
positif (larutan piperazin sitrat 1993. Penapisan Farmakologi,
3%). Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik. Jakarta:
Saran Yayasan Pengembangan Obat dan
1. Penggunaan larutan NaCl 0,9% Bahan Alam Phyto Medica.
ditambah larutan dekok Kumoro, A.C. 2015. Teknologi Ekstrak
rimpang temu hitam dalam Senyawa Bahan Aktif dari
penelitian Tanaman Obat. Plantaxia,
Yogyakarta.
2. Penambahan konsentrasi dekok
Notoadmodjo, S. 2012, Metodelogi
agar waktu kematian cacing
Penelitian Kesehatan, Jakarta:
lebih cepat
Rineka cipta. 243 halaman.
Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa
DAFTAR PUSTAKA Organik Tumbuhan Tinggi.
Agoes, A. 2010, Tanaman Obat Indonesia Diterjemahkan oleh Prof. Dr.
n edisi II, Jakarta, Salemba Kosasih Padmawinata. Bandung.
Medika. 138 halaman. Sakri, F. 2012, 1001 Khasiat & Manfaat
Hadili, L.N; Rahayu, S. E; Masjhudi, Jamu Godog Untuk Segala Macam
2013. Efek infusa daun kaliandra Penyakit, Yogyakarta: Diandra
(Calliandra calotyrsus Meissn) Pustaka Indonesia. 78 halaman.
terhadap Moralitas Cacing Sugeng Hr, 2001, Tanaman Apotik Hidup,
Raillietina echinobotrida Secara Semarang: CV Aneka Ilmu. 106 halaman.
in Vitro, Skripsi, Jurusan Biologi, Tjay, T.H., dan Kirana R, 2007. Obat-obat
Falkultas Matematika dan Ilmu Penting: Jakarta: PT Elex Media
Pengetahuan Alam. Universitas Kompututindo. 969 halaman.
Negri Malang, Malang. Wulansari, E.N, 2012. Uji Daya
Harbone. 1987. Metode Fitokimia, Anthelmintik Rebusan Biji Pepaya
Penuntun cara Modern (Carica papaya L.) Terhadap
Menganalisis Tumbuhan. Cacing Ascaridia galli Secara In
Diterjemahkan olmeh K. Vitro. Karya Tulis Ilmiah, Jurusan
Padmawinata, I. Sudiro. Bandung: Farmasi. Politeknik Kesehatan
Institut Teknologi Bandung. Kementrian Kesehatan
Indriani, D. P, 2007, Pengaruh suhu dan Tanjungkarang. Lampung.
lamapenyimpanan terhadap
aktivitas anthelmintika sari daun
maina (Coleus blumei) terhadap
cacing pita ayam secara in vitro,
Skripsi, Falkultas Kedokteran
Hewan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Ismawan, S. 2012, Uji Efektifitas Daya
Anthelmintik Perasan dan Rebusan
Temu Ireng (Curcumae
aeruginosae Rhizoma) Terhadap
Cacing Ascaridia galli Secara In
Vitro. Skripsi, Fakultas
Kedokteran. Universitas
Diponogoro. Semarang

Anda mungkin juga menyukai