Anda di halaman 1dari 3

ADVENTURE FOR WELFARE

Dunia dimasa itu tengah dilanda perang yang sangat hebat. Perang yang melibatkan
berbagai bangsa. Bangsa Monster, mereka menguasai negeri yang dihuni oleh manusia. Para
manusia diperlakukan budak. Manusia yang tidak punya kekuataan apa-apa untuk membalas
perbuatan yang dilakukan oleh bangsa Monster tersebut. Manusia berharap pada sebuah
ramalan yang bernaskah “Seseorang akan mengubah negeri ini dari kekacauan . . . .”

CHAPTER I

AWAL YANG MEMULAI SEMUANYA

PART 1

KISAH YANG MEMILUKAN

Malam itu aku terusik oleh apa yang berdengung di telingaku. “Temui aku di sebuah
reruntuhan di tengah hutan.” Seperti ada seseorang yang memberitahuku. Aku pun tidak
memperdulikan hal itu dan melanjutkan tidurku. Namaku adalah Zora, Zora Velfet. Aku
berumur 15 tahun. Aku tinggal di pinggiran hutan bersama kakekku. Kakekku hanya pembuat
pedang untuk para Monster. Orang tuaku dibawa oleh para monster dan dijadikan budak
untuk melayani para monster di istana kerajaan monster. Aku hanya memiliki satu teman
yang bernama Yuto, Yuto Yuarel. Dia selalu membantuku kehutan hanya untuk mencari kayu
bakar.

Kami berjalan ke tengah hutan dan bertemu sebuah reruntuhan kerajaan lama.
“Sepertinya itu adalah reruntuhan dari kerajaan dulu” kataku sambil berjalan menyusuri
reruntuhan. “Iya, tapi kerajaan apa yang berdiri di tengah hutan seperti ini!?” tanggapan Yuto
dari pernyataanku. “Nanti kita tanyakan ke kakeku soal ini, siapa tahu dia tau tentang ini.”
Setelah beberapa lama kami berkeliling di reruntuhan itu. Kami menemukan ada jalan untuk
masuk ke ruang bawah tanah. Tetapi kami tidak berani memasuki ke dalam ruangan itu.

Hari pun mulai malam, kami pun bergegas pulang. “Saat pulang nanti kami berdua
pasti dimarahi kakek.” Pikirku saat perjalanan pulang. “Yuto kita harus sembunyikan pada
kakek soal ruang bawah tanah itu. Oke?!” tanyaku kepada Yuto. “Baiklah!” saat di depan
rumah sudah kami berdua sudah ditunggu kakek seakan-akan dia mau meluapkan berbagai
nasehat kepada kami. “kalian ini dari mana saja sih. Jam segini baru pulang!. Pasti kalian
pergi keruruntuhan di tengah hutan itu ya??. Ucapan kakek saat kami di depan rumah. Kami
pun mengakui apa yang telah kami perbuat. “Iya kek. Maafin Yuto kek, dia cuma nemenin
aku mencari kayu bakar saja.” Tanggapanku. “Apakah kalian tau disana itu ada roh
menyeramkan yang menunggui tempat itu.” Sahut kakek akan tanggapanku. “apa kakek tau
soal ruangan itu?” pikirku setelahnya. “emangnya hal apa yang terjadi di reruntuhan itu kek?”
tanya Yuto penasaran soal tempat itu. Wajah kakek pun mulai berubah saat Yuto melontarkan
pertanyaan itu. “kita masuk ke dalam dulu. Takutnya ada orang mendengar percakapan kita”
kata kakek.
Kakek pun mulai bercerita soal yang terjadi di reruntuhan tersebut. “Ada sebuah
mitos yang beredar soal tempat itu. Kejadian itu dialami teman kakek saat masih muda sama
seperti kalian. Reruntuhan itu memiliki ruang bawah tanah luas seperti labirin yang tiada
jalan keluar, di dalam labirin itu ada roh orang-orang sebelumnya yang memasuki labirin itu,
teman kakek itu pemberani dan tidak takut soal hantu. Dia memasuki labirin yang cukup
lama, tapi dia tidak menemukan apa-apa. Dia tersesat saat perjalanan keluar, akan tetapi
teman kakek berusaha dengan keras untuk keluar dari labirin tersebut. Akhirinya dia bisa
keluar setelah beberapa hari dia sendirian di dalam labirin itu. Saat itu kakek mencari kayu
bakar di sekitar reruntuhan itu. Dan kakek terkejut meliat teman kakek tergeletak lemas dan
tidak berdaya. Kakek pun menghampirinya untuk memberi minuman dan beberapa makanan
yang kakek bawa. “apa yang kamu lakukan di dalam sana?” tanya kakek. “aku penasaran soal
apa yang ada di bawah sana.” Jawabnya. “apa yang kamu temukan di dalam sana?” sahut
kakek setelah jawaban itu. “di sana banyak roh yang berkeliaran sepanjang labirin dan ada
sebuah gerbang yang tidak bisa aku buka. Mungkin itu bisa menjadi jawaban untuk semua
hal yang telah terjadi pada di negeri ini!” jawabnya. “hah?!” kakek bingung. “hanya anak
dalam lamaran yang bisa membuka gerbang tersebut.” Roh-roh di dalam labirin pun mulai
mengejar hingga sampai ke bibir pintu masuk. Tiba-tiba teman kakek itu di tarik paksa untuk
kembali ke dalam labirin itu. Dia pun berpesan “Tolong cari anak itu dan akhiri kekacauan di
negeri ini.” Ucapnya sambil di seret-seret ke dalam. ”Kami pun terkejut soal apa yang telah
kakek ceritakan soal tempat itu. Dan kami berpikir untuk tidak memasuki ke dalam tempat
itu.

Hari pun sudah larut malam. Aku meminta kakek agar mengizinkan Yuto bermalam
disini. “kek, apa boleh Yuto bermalam di sini?” ucapku. “enggak usah. Aku pulang saja!”
kata Yuto. “sebaiknya kamu bermalam di sini saja untuk malam ini. Karena takutnya roh-roh
itu sedang mengejar kalian!” sahut kakek. “ya sudah. Maaf ngerepotin kalian.” Jawab Yuto.
“gak apa-apa kok, lagian aku seneng saat ada kamu bersamaku.” Kami pun bergegas tidur,
takutnya ada roh yang menghampiri kami.

Saat di tengah malam aku mendengar sayup-sayup seperti ada yang memanggilku.
“Zora, temui aku di dalam labirin. Aku mohon padamu!” aku pun terbangun dari tidurku
untuk memeriksa apakah ada orang yang memanggilku, tapi Yuto dan kakek masih terlelap
dari tidurnya. Aku pun kembali tidur setelah memeriksa apa yang terjadi. Saat tidur aku
bermimpi soal labirin yang ada di reruntuhan itu. Seakan-akan mimpi itu memberiku
petunjuk suatu jalan untuk memecahkan misteri disana.

Saat di pagi hari berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar. Kakek berpesan
“ingat jangan masuk ke dalam ya...” aku menjawab “iya kek.” Saat di perjalanan aku
bercerita soal apa yang aku alamai saat malam tadi. “Yuto, malam tadi kamu mendengar
suara-suara enggak?” tanyaku. “suara apa? Aku enggak dengar suara apa-apa!” tanyanya
kembali? “suara kayak orang minta tolong!” jawabku “masa sih?!” Yuto tidak percaya.
“beneran, kayak ada yang ngehasut aku untuk pergi ke sana.!” (labirin di reruntuhan
maksudnya) pernyataanku kembali. Kata dia itu begini “temui aku di dalam labirin. Aku
mohon padamu!”. Yuto mulai takut saat aku cerita soal malam tadi. “jangan-jangan ada roh
yang mengejar kita tadi malam. Kamu jangan nakut-nakutin deh...” kata Yuto. “iya iya.
Maafin aku.” Sahutku kembali. Setelah lama kami mencari kayu bakar dan berbincang-
bincang. Tibalah kami di dekat reruntuhan itu. “aku pengen masuk ke dalam...” kataku.
“sebaiknnya jangan deh, Zora. Kamu enggak jera sama cerita dari kakekmu?” sahut Yuto.
Aku pun tidak mengiraukan himbauan dari Yuto atau pun kakek. Aku pun membuka pintu
masuk labirin itu.

Anda mungkin juga menyukai