Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II


Dosen Pembimbing Rusana,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An

di susun oleh:
1. Yuyun Wahyuni
2. Wida Sukmawati
3. Sri Nunung W
4. Sri Sumyati
5. Rizky Ferdian

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP


SI KEPERAWATAN III A
2019/2020
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

A. Pengertian
Demam Dengue (DD) adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari  dengan dua
atau lebih manifestasi berikut : nyeri kepala, nyeri perut, mual, muntah, nyeri retro
orbital, myalgia, atralgia, ruam kulit, hepatomegali , manifestasi perdarahan , dan
lekopenia.
Demam Berdarah Dengue (DBD) kasus Demam Dengue dengan kecenderungan
perdarahan dan manifestasi kebocoran plasma. Sindrom Syok Dengue (SSD)/ Dengue
Syok Sindrom (DSS) adalah kasus Demam Berdarah Dengue disertai   dengan
manifestasi kegagalan sirkulasi / syok / renjatan .
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasadengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia,
dengan/tanparuam (rash) dan limfadenopati. Trombositopenia ringan dan bintik-bintik
perdarahan(petekie) spontan. (Noer Sjaefullah, 2000 )

B. Etiologi
Virus dengueVirus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbovirus(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3 dan 4keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dariyang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam
genus flavivirus ini berdiameter 40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel
BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel–sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus. (Soedarto, 2001: 36)
Vektor Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan infeksi dengan salah satu
serotipeakan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer
&Suprohaita,2000: 420) Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan
vektor penularanvirus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk AedesAegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan
di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk
Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapatdi dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami
lainnya(Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya
padasiang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 2001 : 37)
HostJika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin
untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya.Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua
kalinya ataulebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue
huntuk pertamakalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya
melalui plasenta.(Soedarto, 2001 : 38)

C. Patofisiologi
Ada dua perubahan patofisiologi utama terjadi pada DBD / DSS. Pertama adalah
peningkatan permeabilitas vascular yang meningkatkan kehilangan plasma dari
kompartemen vascular. Keadaan ini mengakibat-kan hemokonsentrasi, tekanan nadi
rendah, dan tanda syok lain, bila ke-hilangan plasma sangat membahayakan. Perubahan
kedua adalah gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vascular,
trombositopenia, dan koagulopati. Temuan konstan pada DBD / DSS adalah aktivasi
system komplemen, dengan depresi besar C3 dan C5. Mediator yang meningkatkan
permeabilitas vascular dan mekanisme pasti fenomena perdarahan yang timbul pada
infeksi dengue belum teridentifikasi. Kompleks imun telah ditemukan pada DBD tetapi
peran mereka belum jelas. Defek trombosit terjadi baik kualitatif dan kuantitatif yaitu
beberapa trombosit yang bersirkulasi selama fase akut DBD mungkin kelelahan (tidak
mampu berfungsi normal). Karenanya, meskipun klien dengan jumlah trombosit lebih
besar dari 100.0000 mm³ mungkin masih mengalami masa perdarahan yang panjang.
Mekanisme yang dapat menunjang terjadinya DBD / DSS adalah peningkatan
replikasi virus dalam makrofag oleh antibody heterotipik. Pada infeksi sekunder dengan
virus dari serotip yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody reaktif
silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit terinfeksi
saat kompleks antibody-virus dengue masuk ke dalam sel ini. Hal ini selanjutnya dapat
mengakibatkan aktivasi reaktif silang CD4+ dan CD8+ limfosit sitotoksik. Pelepasan
cepat sitokin yang disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis monosit terinfeksi di
media oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan plasma dan
perdarahan yang terjadi pada DBD. (Monica Ester, 1999)

D. Manifestasi Klinis
1. Masa InkubasiSesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue
ke dalamkulit , terdapat masa laten yang berlangsung 4 – 5 hari diikuti oleh demam ,
sakit kepaladan malaise.
2. DemamDemam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 – 7 hari kemudian
turunmenuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya
demam ,gejala- gejala klinik yang tidak spesifik misalnya , anoreksia , nyeri
punggung , nyeritulang dan persendian , nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya.
3. PerdarahanPerdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif , mudah terjadi
perdarahan padatempat fungsi vena , petekia dan purpura. Selain itu juga dapat
dijumpai epstaksis dan perdarahan gusi , hematomesis dan melena.
4. HepatomegaliPada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali danhati teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan
terjadinya renjatan pada penderita.
5. Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita,dimulai
dengan tanda–tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin pada
ujunghidung, jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok
terjadi padamasa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi
menjadi lembutdan cepat , kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik
akan menurunsampai di bawah angka 80 mmHg.
Gejala klinik lain Nyeri epigastrum , muntah-muntah , diare maupun obstipasi dan
kejang-kejang.Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan
terjadinya perdarahangastrointestinal dan syok. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G
Bare. 2002 )
E. Pemeriksaan Penujang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologi

F. Penatalaksanaan
Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit menular
laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan
manusia.Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu
maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 2000
: 56)
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF : (Soemarmo, 2000 : 57)
1. Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangatrendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah
danRS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi.Menurut Rezeki S, 2002 : 22 , Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic
Fever (DHF)ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk
penularan ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu :
a. Menguras tempat–tempat penampungan air secara teratur sekurang–
kurangnyasxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b. Menutup rapat – rapat tempat penampung air.
c. Menguburkan/menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung
air hujanseperti dilanjutkan di baliknya.Pada dasarnya pengobatan pasien
Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatisdan suportif (Ngastiyah,
2001 : 344). Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat,
Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan
perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan
penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan
gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 2001 : 571). Indikasi rawat
tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 2004 : 203) yaitu:
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang)
atau kejang–kejang.Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji
torniquet positif/negatif, kesakitan, Hbdan Ht/PCV meningkat, Panas disertai
perdarahan, Panas disertai renjatan .
G. Pathways
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnose medis.

2. Keluhan utama meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF
saat dating ke rumah sakit

3. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utam yang merupakan keluhan


klien, data yang dikaji yang dirasakan klien saat ini.

4. Riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita penyakit yang diderita
sekarang

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia b.d penyakit

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

3. Nyeri akut b.d agens cedera biologis

4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d krtidakmampuan


mencerna makanan

5. Risiko perdarahan b.d koagulopati inheren

6. Risiko syok b.d hipovolemia

7. Ansietas b.d ancaman kematian


C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


O

1. Hipertermia b.d NOC : Termogulasi NIC :


penyakit Pengaturan
I E Suhu
R R - monitor
Berkeringa suhu
t saat - monitor
panas tekanan
darah,nadi
Peningkata dan
n suhu respirasi
kulit - monitor
Hipertermi suhu dan
a warna
kulit

2. Kekurangan NOC : Keseimbangan NIC : Manajemen


volume cairan Cairan Cairan
b.d kehilangan - timbang
cairan aktif I E berat
R R badan
Tekanan - monitor
darah status
hidrasi
Denyut nadi - monitor
radial tanda-
Keseimban tanda vital
gan intake pasien
dan output
dalam 24
jam

3. Nyeri akut b.d NOC : Kontrol Nyeri NIC : Manajemen


agens cedera Nyeri
biologis I E - pastikan
R R
perawatan
Mengenali analgesic bagi
kapan nyeri pasien
-lakukan
Menggambark
pengkajian
an factor
komprehensif
penyebab
-dukung istirahat
Menggunakan
analgesik
yang
direkomendas
ikan

4. Ketidakseimba NOC : Status Nutrisi NIC : Manajemen


ngan nutrisi : Nutrisi
kurang dari I ER - tentukan
kebutuhan R status gizi
tubuh b.d Asupan pasien
krtidakmampua makanan - identifikas
n mencerna i alergi
makanan Asupan - tentukan
cairan jumlah
Energi kalori

5. Risiko NOC : Status sirkulasi NIC :


perdarahan b.d Pencegahan
koagulopati I ER Perdarahan
inheren R - monitor
Tekanan dengan
darah ketat
sistol risiko
terjadi
Tekanan perdaraha
darah n pada
diastole pasien
Tekanan - monitor
nadi tanda dan
gejala
perdaraha
n menetap

6. Risiko syok b.d NOC : Keparahan syok : NIC : Manajemen


hipovolemia Hipovolemik Hipovolemi
- timbang
I E beart
R R badan
Penurunan diwaktu
tekanan nadi yang
perifer sama
- monitor
Melambatny status
a hemodina
waktupengis mik
ian kapiler - monitor
Meningkatk asupan
an laju dan
jantung pengeluar
an

7. Ansietas b.d NOC : Kontrol kecemasan NIC :


ancaman diri Pengurangan
kematian Kecemasan
I E - gunakan
R R pendekata
Mengurangi n yang
penyebab tenang
kecemasan - pahami
situasi
Memantau krisis
intnsitas yang
kecemasan terjadi
Menggunak dari
an strategi perspektif
koping klien
yang efektif - berada
disisi
klien
untuk
meningkat
kan
kenyaman
an

Anda mungkin juga menyukai