Anda di halaman 1dari 59

SISTEM PENCERNAAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Lanjut yang dibimbing oleh
Dr. Betty Lukiati, M.Pd dan Dr. Umie Lestari, M.Pd

Oleh Kelompok 3 Kelas D:


Dora Dayu Rahma Turista 120341521803
Yohana Rumayom 120341521803
Gamaliel Septian Airlanda 120341521803
Neneng Agustiningsih 120341521840

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
April 2013
SISTEM PENCERNAAN

A. Sekilas Tentang Sistem Pencernaan


Dua kelompok organ yang menyusun sistem pencernaan (Gambar 24.1)
yaitu: saluran gastrointestinal (GI) dan organ pencernaan aksesori. Saluran
gastrointestinal (GI), atau saluran pencernaan makanan, adalah tabung
berkesinambungan yang meluas dari mulut ke anus melalui rongga dada dan
abdominopelvic. Organ saluran pencernaan meliputi mulut, sebagian besar faring,
kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar. Panjang saluran pencernaan
adalah sekitar 5-7 meter (16,5-23 kaki) pada orang yang hidup. Hal ini lebih
panjang untuk mayat (sekitar 7-9 meter atau 23-29,5 kaki) karena otot di
sepanjang dinding organ saluran pencernaan berada dalam keadaan tonus
(kontraksi berkelanjutan). Organ pencernaan aksesori termasuk gigi, lidah,
kelenjar liur, hati, kandung empedu, dan pankreas. Gigi membantu dalam
pemecahan fisik makanan, dan lidah membantu dalam mengunyah dan menelan.
Organ pencernaan aksesori lain tidak pernah kontak langsung dengan makanan.
Mereka memproduksi atau menyimpan sekresi yang mengalir ke saluran GI
melalui saluran, sekresi membantu pemecahan kimia makanan.
Saluran GI berisi makanan dari waktu dimakan sampai dicerna dan diserap
atau dieliminasi. Kontraksi otot di dinding saluran pencernaan secara fisik
memecah makanan dengan berputar dan mendorong makanan sepanjang saluran,
dari esofagus ke anus. Kontraksi juga membantu untuk melarutkan makanan
dengan mencampurkan mereka dengan cairan yang disekresi ke dalam saluran
tersebut. Enzim disekresikan oleh organ pencernaan aksesori dan sel yang
melapisi saluran memecah makanan secara kimia.

1
Secara keseluruhan, sistem pencernaan melakukan enam proses dasar:
1. Ingestion: proses ini melibatkan mengambil makanan dan cairan ke dalam
mulut (makan).
2. Sekresi: setiap hari, sel-sel dalam dinding-dinding saluran pencernaan dan
organ pencernaan aksesori mengeluarkan total sekitar 7 liter air, asam, buffer,
dan enzim ke dalam lumen (ruang interior) dari saluran tersebut.
3. Pencampuran dan propulsi: otot polos di dinding saluran GI bergantian
kontraksi dan relaksasi untuk mencampur makanan dan sekresi serta
mendorong mereka ke arah anus. Kemampuan saluran pencernaan untuk
mencampur dan memindahkan material di sepanjang saluran disebut motilitas.
4. Pencernaan: roses mekanik dan kimia memecah makanan yang dicerna
menjadi molekul kecil. Dalam pencernaan mekanik gigi memotong dan
menggiling makanan sebelum menelannya, kemudian otot polos dari lambung
dan usus kecil mengaduk makanan. Akibatnya, molekul makanan menjadi
larut dan tercampur dengan enzim pencernaan. Dalam pencernaan kimia

2
karbohidrat besar, lipid, protein, dan molekul asam nukleat dalam makanan
dipecah menjadi molekul yang lebih kecil melalui proses hidrolisis (lihat
Gambar 2.15 pada halaman 45). Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah, lidah, lambung, pankreas, dan usus kecil mengkatalisis reaksi
katabolik. Beberapa zat dalam makanan dapat diserap tanpa pencernaan kimia,
ini termasuk vitamin, ion, kolesterol, dan air.
5. Penyerapan: masuknya makanan yang tercerna dan cairan yang disekresikan,
ion, dan produk-produk pencernaan ke dalam sel epitel yang melapisi lumen
saluran GI disebut penyerapan. Zat yang diserap masuk ke darah atau getah
bening dan beredar ke sel-sel di seluruh tubuh.
6. Defekasi: Limbah, zat dicerna, bakteri, sel sloughed dari lapisan saluran
pencernaan, dan bahan yang dicerna tidak diserap dalam perjalanan mereka
melalui saluran pencernaan tetapi meninggalkan tubuh melalui anus dalam
proses yang disebut defekasi. Bahan dieliminasi disebut tinja.

B. Lapisan Saluran Gi
Dinding saluran GI dari esofagus bagian bawah sampai lubang anus
memiliki dasar sama, tersusun empat lapis jaringan. Keempat lapisan saluran, dari

3
dalam ke permukaan adalah mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa (Gambar
24.2).

1. Mukosa
Mukosa, atau lapisan dalam saluran pencernaan adalah selaput lendir.
Mukosa terdiri dari (1) lapisan epitel dalam kontak langsung dengan isi saluran
pencernaan, (2) lapisan jaringan ikat yang disebut lamina propria, dan (3) lapisan
tipis otot polos (mukosa muskularis).
a. Epitel di mulut, faring, kerongkongan, dan anal kanal terutama nonkeratinized
epitel skuamosa berlapis yang berfungsi sebagai pelindung. Epitel kolumnar
sederhana berfungsi dalam sekresi dan penyerapan, melapisi perut dan usus.
Persimpangan ketat yang dengan kuat menutup sel epitel kolumnar sederhana
tetangga satu sama lain untuk membatasi kebocoran antara sel-sel. Sel epitel
saluran pencernaan memiliki tingkat pembaharuan yang cepat, yaitu setiap 5
sampai 7 hari mereka mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Di antara
sel-sel epitel terdapat sel eksokrin yang mensekresikan lendir dan cairan ke
dalam lumen saluran, dan beberapa jenis sel endokrin yang secara kolektif
disebut sel enteroendokrin yang mengeluarkan hormon.
b. Lamina propria adalah jaringan ikat areolar yang mengandung banyak darah
dan pembuluh limfatik, yang merupakan rute dimana nutrisi diserap ke dalam
saluran pencernaan mencapai jaringan lain dari tubuh. Lapisan ini menyokong
epitel dan mengikat kepada mukosa muskularis (dibahas berikutnya). Lamina
propria juga berisi sebagian besar sel-sel mukosa yang terkait dengan jaringan
limfatik (MALT). Nodul limfatik menonjol mengandung sel-sel sistem
kekebalan tubuh yang melindungi terhadap penyakit (lihat Bab 22). MALT
hadir sepanjang saluran pencernaan, terutama di amandel, usus kecil, usus
buntu, dan usus besar.
c. Lapisan tipis dari serat otot polos yang disebut mukosa muskularis melempar
selaput lendir lambung dan usus kecil ke banyak lipatan kecil, yang
meningkatkan luas permukaan untuk pencernaan dan penyerapan. Gerakan
dari mukosa muskularis memastikan bahwa semua sel serap sepenuhnya
terkena isi dari saluran GI.

4
2. Submukosa
Submukosa terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengikat mukosa ke
muskularis. Submukosa berisi banyak darah dan pembuluh limfatik yang
menerima molekul makanan diserap. Selain itu terdapat jaringan luas neuron yang
dikenal sebagai pleksus submukosa (akan segera dijelaskan). Submukosa ini juga
mengandung kelenjar dan jaringan limfatik.

3. Muskularis
Muskularis dari mulut, faring, dan bagian superior dan tengah esofagus
mengandung otot rangka yang menghasilkan secara sukarela menelan. Otot
rangka juga membentuk sfingter anal eksternal, yang memungkinkan kontrol
sukarela defekasi. Sepanjang sisa saluran tersebut, muskularis terdiri dari otot
polos yang umumnya ditemukan dalam dua lembar: lembar dalam dari serat
melingkar dan lembar luar dari serat longitudinal. Kontraksi involunter bantuan
otot polos memecah makanan, mencampurnya dengan sekresi pencernaan, dan
mendorongnya sepanjang saluran. Di antara lapisan muskularis terdapat pleksus
kedua neuron, yaitu myenteric pleksus (akan segera dijelaskan).

5
4. Serosa
Bagian-bagian dari saluran pencernaan yang tersuspensi dalam rongga
abdominopelvic memiliki lapisan superfisial yang disebut serosa. Seperti
namanya, serosa adalah membran serosa terdiri dari jaringan ikat areolar dan
epitel skuamosa sederhana (mesothelium). Serosa ini juga disebut peritoneum
visceral karena bentuk sebagian dari peritoneum, yang segera kita periksa secara
rinci. Kerongkongan tidak memiliki serosa, melainkan hanya satu lapisan jaringan
ikat areolar disebut adventitia yang membentuk lapisan superfisial organ ini.

C. Neural Innervation of The GI Tract


Saluran pencernaan diatur oleh seperangkat intrinsik saraf yang dikenal
sebagai sistem saraf enterik dan dengan serangkaian ekstrinsik saraf yang
merupakan bagian dari sistem saraf otonom.
1. Sistem Saraf Enterik
Sistem saraf enteric (enteric neuro system) terdiri dari sekitar 100 juta
neuron yang memanjang dari esofagus ke anus. Neuron dari ENS dibagi menjadi
dua pleksus: pleksus myenteric dan pleksus submukosa (lihat Gambar 24.2).
Pleksus myenteric, terletak di antara lapisan otot polos longitudinal dan melingkar
dari muskularis. Pleksus submukosa, ditemukan dalam submukosa tersebut.
Pleksus dari ENS terdiri dari motor neuron, interneuron, dan neuron sensorik
(Gambar 24.3). Karena neuron motor dari pleksus myenteric lapisan otot polos
longitudinal dan melingkar dari muskularis, pleksus ini sebagian besar mengontrol
motilitas saluran pencernaan (gerakan), khususnya frekuensi dan kekuatan
kontraksi muskularis.
Neuron motor dari pleksus submukosa memasok sel-sel sekresi dari epitel
mukosa, mengendalikan sekresi dari organ-organ saluran pencernaan. Para
interneuron dari ENS interkoneksi neuron pleksus myenteric dan submukosa.
Neuron sensorik dari ENS memasok epitel mukosa. Beberapa neuron sensorik
berfungsi sebagai kemoreseptor, reseptor yang diaktifkan oleh kehadiran bahan
kimia tertentu dalam makanan yang terletak di lumen organ GI. Neuron sensorik
lainnya berfungsi sebagai reseptor peregangan, reseptor yang diaktifkan ketika
makanan mengalami distensi (peregangan) dinding organ pencernaan.

6
2. Sistem Saraf Otonom
Meskipun neuron dari ENS dapat berfungsi secara independen, mereka
tunduk kepada peraturan oleh neuron dari sistem saraf otonom. Saraf vagus
memasok serat parasimpatis ke sebagian besar saluran pencernaan, dengan
pengecualian dari paruh terakhir dari usus besar, yang disertakan dengan serat
parasimpatis dari medulla spinalis bagian sacral. Saraf parasimpatis yang
memasok saluran pencernaan membentuk hubungan saraf dengan ENS. Neuron
preganglionik parasimpatis dari saraf vagus splanchnic atau panggul bersinapsis
dengan neuron postganglionik parasimpatis terletak di pleksus myenteric dan
submukosa. Beberapa neuron postganglionik parasimpatis pada gilirannya sinaps
dengan neuron di ENS, yang lainnya langsung menginervasi otot polos dan
kelenjar dalam dinding saluran pencernaan. Secara umum, stimulasi saraf
parasimpatis yang menginervasi saluran pencernaan menyebabkan peningkatan
sekresi GI dan motilitas dengan meningkatkan aktivitas neuron ENS.
Saraf simpatis yang mensuplai saluran pencernaan muncul dari daerah
lumbal dada dan bagian atas dari sumsum tulang belakang. Seperti saraf
parasimpatis, saraf simpatis ini membentuk hubungan saraf dengan ENS. Neuron
postganglionik simpatis synapse dengan neuron yang terletak di pleksus
myenteric dan pleksus submukosa. Secara umum, saraf simpatik yang memasok
saluran pencernaan menyebabkan penurunan sekresi GI dan motilitas dengan
menghambat neuron dari ENS. Emosi seperti marah, takut, dan cemas dapat
memperlambat pencernaan karena mereka merangsang saraf simpatis yang
memasok saluran pencernaan.

7
3. Jalur Reflex Gastrointestinal
Banyak neuron dari ENS adalah komponen dari GI (gastrointestinal) jalur
refleks yang mengatur sekresi GI dan motilitas dalam menanggapi rangsangan
yang hadir dalam lumen saluran GI. Komponen awal tipe GI refleks jalur reseptor
sensorik (seperti kemoreseptor dan reseptor peregangan) yang berkaitan dengan
neuron sensorik dari ENS. Akson dari neuron sensorik dapat bersinapsis dengan
neuron lain yang terletak di ENS, CNS, atau ANS, menginformasikan daerah ini
tentang sifat isi dan tingkat distensi (peregangan) dari saluran GI. Neuron dari
ENS, CNS, atau ANS kemudian mengaktifkan atau menghambat kelenjar GI dan
otot polos, mengubah sekresi GI dan motilitas.

8
D. Peritoneum (Selaput Perut)
Peritoneum adalah membran serosa terbesar dari tubuh, terdiri dari lapisan
epitel skuamosa sederhana (mesothelium) dengan lapisan pendukung yang
mendasari jaringan ikat areolar. Peritoneum dibagi menjadi peritoneum parietalis
yang melapisi dinding rongga abdominopelvic, dan peritoneum visceral yang
mencakup beberapa organ dalam rongga dan serosa mereka (Gambar 24.4a pada
halaman 926). Ruang tipis yang mengandung pelumas cairan serous adalah antara
parietal dan visceral bagian dari peritoneum yang disebut rongga peritoneal. Pada
penyakit tertentu, rongga peritoneal dapat menjadi buncit oleh akumulasi
beberapa liter cairan, kondisi ini yang disebut ascites.
Seperti yang akan Anda lihat segera, beberapa organ terletak pada dinding
posterior abdomen dan dilindungi oleh peritoneum hanya pada permukaan
anterior mereka, mereka tidak berada dalam rongga peritoneal. Organ tersebut,
termasuk ginjal, ascending dan descending usus besar, duodenum usus kecil, dan
pankreas, disebut sebagai retroperitoneal.

9
Berbeda dengan perikardium dan pleura, yang lancar menutupi jantung
dan paru-paru, peritoneum berisi lipatan besar yang menganyam antara visera.
Lipatan mengikat organ satu sama lain dan pada dinding rongga perut. Mereka
juga mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik, dan saraf yang memasok
organ perut. Ada lima lipatan peritoneal utama: omentum, falsiforme ligamen,
omentum minus, mesenterium, dan mesokolon.

1. Greater omentum (omentum besar), lipatan largest peritoneal, tirai atas usus
besar melintang dan koil dari usus kecil seperti "celemek lemak" (Gambar
24.4a, d). Greater omentum adalah lembaran ganda yang lipatannya kembali
pada dirinya sendiri, memberi total empat lapisan. Dari lampiran sepanjang
lambung dan duodenum, greater omentum memanjang ke bawah anterior ke
usus kecil, kemudian berbalik dan memanjang ke atas dan menempel pada
usus besar melintang. Greater omentum biasanya mengandung sejumlah besar
jaringan adiposa. Konten jaringan adiposa yang dapat sangat memperluas
dengan penambahan berat badan, sehingga menimbulkan karakteristik "perut

10
bir" terlihat pada beberapa individu kelebihan berat badan. Banyak kelenjar
getah bening greater omentum yang berkontribusi dengan makrofag dan sel
plasma antibodyproducing yang membantu memerangi dan mengandung
infeksi pada saluran pencernaan.
2. Falsiforme ligament menempel pada hati ke dinding anterior abdomen dan
diafragma (Gambar 24.4b). Hati adalah satu-satunya organ pencernaan yang
melekat pada dinding anterior abdomen.
3. Lesser omentum (omentum minus) muncul sebagai lipat anterior di serosa dari
lambung dan duodenum, dan menghalangi lambung dan duodenum dari hati
(Gambar 24.4a, c). Ini adalah jalur untuk pembuluh darah memasuki hati dan
berisi vena portal hepatik, arteri hepatik umum, dan saluran empedu, bersama
dengan beberapa kelenjar getah bening.
4. Sebuah lipat berbentuk kipas dari peritoneum disebut mesenterium, mengikat
jejunum dan ileum dari usus kecil ke dinding posterior abdomen (Gambar
24.4a, d). Mesentrium memanjang dari dinding posterior abdomen untuk
membungkus usus kecil dan kemudian kembali ke asalnya, membentuk
struktur berlapis ganda. Di antara dua lapisan terdapat pembuluh darah dan
pembuluh limfatik dan kelenjar getah bening.
5. Dua lipatan yang terpisah peritoneum disebut mesokolon, mengikat usus besar
melintang (transversal Mesokolon) dan kolon sigmoid (Mesokolon sigmoid)
dari usus besar ke dinding posterior abdomen (Gambar 24.4a) . Hal ini juga
membawa darah dan pembuluh limfatik ke usus. Bersama-sama, mesenterium
dan mesokolon memegang usus secara longgar di tempat, memungkinkan
gerakan seperti kontraksi otot dalam mencampur dan memindahkan isi
luminal sepanjang saluran pencernaan.

E. Mulut
Mulut juga disebut sebagai rongga mulut atau bukal, dibentuk oleh pipi,
palates keras dan lunak, dan lidah (Gambar 24.5). Pipi membentuk dinding lateral
rongga mulut. Mereka ditutupi eksternal oleh kulit dan internal oleh selaput
lendir, yang terdiri dari epitel skuamosa berlapis nonkeratinized. Otot buccinators

11
dan jaringan ikat terletak antara kulit dan selaput lendir pipi. Bagian anterior
adalah ujung pipi pada bibir.
Bibir atau labia adalah lipatan berdaging sekitar pembukaan mulut.
Mereka berisi otot orbicularis oris dan eksternal ditutupi oleh kulit dan internal
oleh selaput lendir. Permukaan dalam bibir masing-masing melekat pada gusi
yang sesuai dengan lipatan garis tengah selaput lendir yang disebut frenulum
labial. Selama mengunyah, kontraksi otot-otot buccinators di pipi dan otot
orbicularis oris di bibir membantu menjaga makanan di antara gigi atas dan
bawah. Otot-otot ini juga membantu dalam berbicara.
Vestibula mulut (masuk ke kanal) dari rongga mulut adalah ruang yang
dibatasi secara eksternal oleh pipi dan bibir dan internal oleh gusi dan gigi.
Rongga mulut yang tepat adalah ruang yang memanjang dari gusi dan gigi ke
tenggorok, pembukaan antara rongga mulut dan orofaring (tenggorokan).
Langit-langit adalah dinding atau septum yang memisahkan rongga mulut
dari rongga hidung dan membentuk atap mulut. Struktur penting memungkinkan
untuk mengunyah dan bernapas pada saat yang sama. Langit-langit keras yang
membentuk bagian anterior dari atap mulut dibentuk oleh tulang maxillae dan
palatina dan ditutupi oleh selaput lendir, membentuk partisi tulang antara rongga
mulut dan hidung. Langit-langit lunak, yang membentuk bagian posterior dari
atap mulut, merupakan partisi lengkungan berbentuk otot antara orofaring dan
nasofaring yang dilapisi dengan selaput lendir.
Tergantung pada perbatasan bebas langit-langit lunak adalah proses otot
berbentuk kerucut yang disebut uvula. Selama menelan, langit-langit lunak dan
uvula tertarik superior, menutup nasofaring dan mencegah makanan tertelan dan
cairan memasuki rongga hidung. Lateral dasar uvula merupakan dua lipatan otot
yang berlari menuruni sisi lateral langit-langit lunak: bagian anterior merupakan
lengkungan palatoglossal yang meluas ke sisi dasar lidah, dan bagian posterior
merupakan lengkungan palatopharyngeal yang meluas ke sisi faring. Amandel
palatine terletak antara lengkungan, dan tonsil lingual terletak di dasar lidah. Pada
batas posterior dari langit-langit lunak, mulut terbuka ke orofaring melalui
tenggorok (Gambar 24.5).

12
1. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah adalah kelenjar yang melepaskan sekresi air liur ke dalam
rongga mulut. Biasanya, hanya mensekresikan air liur yang cukup untuk menjaga
kelembaban selaput lendir mulut dan faring, dan untuk membersihkan mulut dan
gigi. Ketika makanan masuk ke dalam mulut maka sekresi air liur meningkat, dan
melumasi, melarutkan, dan memulai pemecahan kimia makanan.
Selaput lendir dari mulut dan lidah mengandung kelenjar ludah kecil yang
banyak membuka langsung, atau tidak langsung melalui saluran pendek, ke
rongga mulut. Kelenjar ini termasuk labial, kelenjar bukal, dan palatal di bibir,
pipi, dan langit-langit, masing-masing, dan kelenjar lingual di lidah, yang
semuanya memberikan kontribusi yang kecil untuk air liur.
Namun, air liur sebagian besar disekresikan oleh kelenjar ludah mayor,
yang terletak di luar mukosa mulut, saluran yang mengarah ke rongga mulut. Ada
tiga pasang kelenjar ludah utama:, parotid, submandibular, dan sublingual
(Gambar 24.6a). Kelenjar parotid terrletak inferior dan anterior ke telinga, antara
kulit dan otot masseter. Masing-masing mengeluarkan air liur ke dalam rongga
mulut melalui saluran parotis yang menembus otot buccinator untuk membuka ke
ruang depan berlawanan maksila kedua (atas) gigi geraham. Kelenjar
submandibular ditemukan di dasar mulut, mereka medial dan sebagian inferior
tubuh mandibula. Saluran mereka, duktus submandibula, berjalan di bawah
mukosa pada kedua sisi garis tengah dasar mulut dan memasuki rongga mulut
lateral yang tepat untuk frenulum lingual. Kelenjar sublingual adalah di bawah
lidah dan unggul kelenjar submandibular. Saluran mereka, duktus sublingual lebih
rendah, terbuka ke lantai mulut dalam rongga mulut yang tepat.

13
2. Komposisi dan Fungsi Saliva
Secara kimia, air liur adalah 99,5% air dan 0,5% zat terlarut. Di antara zat
terlarut adalah ion, termasuk natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan fosfat. Juga
hadir beberapa gas terlarut dan berbagai zat organik, termasuk urea dan asam urat,
lendir, imunoglobulin A, lisozim enzim bacteriolytic, dan amilase saliva, enzim
pencernaan yang bekerja pada pati.
Tidak semua kelenjar ludah memasok bahan yang sama. Kelenjar parotis
mengeluarkan cairan (serous) berair yang mengandung amilase saliva. Karena
kelenjar submandibular mengandung sel-sel yang sama dengan yang ditemukan di
kelenjar parotis, ditambah beberapa sel mukosa, mereka mengeluarkan cairan

14
yang mengandung amilase tetapi menebal dengan lendir. Kelenjar sublingual
sebagian besar berisi sel mukosa, sehingga mereka mengeluarkan cairan lebih
tebal yang hanya menyumbang sejumlah kecil amilase saliva.
Air dalam air liur menyediakan media untuk melarutkan makanan
sehingga mereka dapat dirasakan oleh reseptor gustatory dan agar reaksi
pencernaan dapat dimulai. Ion klorida dalam air liur mengaktifkan amilase saliva
sebuah enzim yang dimulai pemecahan pati. Bikarbonat dan fosfat makanan
penyangga ion asam yang masuk ke mulut, sehingga air liur hanya sedikit asam
(pH 6,35-6,85). Kelenjar ludah (seperti kelenjar keringat kulit) membantu
menghilangkan molekul limbah dari tubuh, yang menyumbang keberadaan urea
dan asam urat dalam air liur. Lendir melumasi makanan sehingga dapat
dipindahkan dengan mudah di dalam mulut, dibentuk menjadi bola, dan tertelan.
Immunoglobulin A (IgA) mencegah perlekatan mikroba sehingga mereka tidak
bisa menembus epitel, dan enzim lisozim membunuh bakteri, namun, zat ini tidak
hadir dalam jumlah cukup besar untuk menghilangkan semua bakteri mulut.

3. Salivation
Sekresi saliva, yang disebut air liur, dikendalikan oleh sistem saraf
otonom. Jumlah air liur dikeluarkan setiap hari bervariasi, tetapi rata-rata 1000-
1500 mL. Biasanya, stimulasi parasimpatis mendorong sekresi terus menerus
dalam jumlah moderat air liur, yang menjaga membran mukosa lembab dan
melumasi gerakan lidah dan bibir selama berbicara. Air liur ini kemudian ditelan
dan membantu melembabkan kerongkongan. Akhirnya, sebagian besar komponen
saliva diserap, yang mencegah kehilangan cairan. Stimulasi simpatis mendominasi
selama stres, sehingga kekeringan pada mulut. Jika tubuh menjadi dehidrasi,
kelenjar ludah menghentikan air liur mensekresi untuk menghemat air, kekeringan
mengakibatkan mulut berkontribusi terhadap sensasi rasa haus. Minum tidak
hanya mengembalikan homeostasis air tubuh tetapi juga membasahi mulut.
Rasa makanan juga merupakan stimulator potensial dari sekresi kelenjar
ludah. Bahan kimia dalam makanan merangsang reseptor dalam pengecap di
lidah, dan impuls yang disampaikan dari pengecap dua inti saliva dalam batang
otak (inti salivatory superior dan inferior). Kembali impuls parasimpatis dalam

15
serat-serat saraf wajah dan saraf glossopharyngeal merangsang sekresi air liur. Air
liur terus disekresikan untuk beberapa waktu setelah makanan ditelan, aliran air
liur mencuci mulut dan mengencerkan dan buffer sisa-sisa bahan kimia
menjengkelkan seperti yang salsa enak (tapi pedas!). Bau, penglihatan, suara, atau
memikirkan makanan juga dapat merangsang sekresi air liur.

4. Lidah
Lidah adalah organ pencernaan aksesori terdiri dari otot rangka ditutupi
dengan selaput lendir. Bersama dengan otot yang terkait, membentuk lantai dari
rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian lateral yang simetris oleh septum
median yang memanjang seluruh panjang, dan itu melekat inferior ke tulang
hyoid, proses styloid dari tulang temporal, dan rahang bawah. Setiap setengah dari
lidah terdiri dari pelengkap yang identik dari otot ekstrinsik dan intrinsik.
Otot-otot ekstrinsik lidah, yang berasal dari luar lidah (menempel pada
tulang di daerah) dan masuk ke dalam jaringan ikat di lidah, termasuk hyoglossus,
Genioglossus, dan otot styloglossus (lihat Gambar 11.7 pada halaman 355). Otot-
otot ekstrinsik menggerakkan lidah dari sisi ke sisi dan masuk dan keluar untuk
manuver makanan untuk mengunyah, membentuk makanan menjadi massa bulat,
dan memaksa makanan ke bagian belakang mulut untuk menelan. Mereka juga
membentuk dasar mulut dan lidah terus dalam posisi. Otot-otot intrinsik berasal
dalam dan masuk berhubungan ke dalam jaringan ikat di dalam lidah. Mereka
mengubah bentuk dan ukuran lidah untuk berbicara dan menelan. Otot-otot
intrinsik meliputi longitudinalis superior, longitudinalis inferior, linguae
transverses, dan linguae verticalis otot. Frenulum lingual, lipatan selaput lendir di
garis tengah permukaan bawah lidah, melekat pada dasar mulut dan membantu
dalam membatasi pergerakan posterior lidah (lihat Gambar 24.5 dan 24.6) . Jika
frenulum lingual seseorang secara normal pendek atau kaku, kondisi ini disebut
ankyloglossia, orang dikatakan "lidah kelu" karena menghasilkan penurunan
bicara.
Permukaan dorsum (permukaan atas) dan lateral lidah ditutupi dengan
papilla, proyeksi lamina propria ditutupi dengan epitel skuamosa berlapis (lihat
Gambar 17.3 pada halaman 603). Papila banyak mengandung pengecap, reseptor

16
untuk pencicipan (rasa). Beberapa papilla kekurangan pengecap, tetapi mereka
mengandung reseptor untuk sentuhan dan meningkatkan gesekan antara lidah dan
makanan, sehingga lebih mudah bagi lidah untuk memindahkan makanan di
dalam rongga mulut. Berbagai jenis selera yang dijelaskan secara rinci dalam Bab
17. Kelenjar lingual dalam lamina propria dari lidah mensekresikan baik lendir
dan cairan serosa berair yang berisi lipase lingual enzim, yang bekerja pada
trigliserida.

5. Gigi
Gigi, atau dentes (Gambar 24.7), adalah organ pencernaan aksesori
terletak di soket proses alveolar dari mandibula dan maxillae. Proses alveolar
ditutupi oleh gingivae, atau gusi, yang memperpanjang sedikit ke soket masing-
masing. Soket dilapisi oleh ligamentum periodontal atau membran, yang terdiri
dari jaringan ikat padat fibrosa yang melekatkan gigi ke dinding soket.
Gigi memiliki tiga wilayah eksternal utama: mahkota, akar, dan leher.
Mahkota adalah bagian terlihat di atas tingkat pada gusi. Satu atau tiga akar
tertanam dalam. Leher adalah persimpangan terbatas dari mahkota dan akar dekat
garis gusi.
Secara internal, dentin membentuk gigi mayor. Dentin terdiri dari jaringan
ikat kalsifikasi gigi yang memberikan bentuk dasar dan kekakuan. Ini lebih keras
daripada tulang karena mengandung garam kalsium ysng lebih tinggi (70% dari
berat kering).
Dentin dari mahkota ditutupi oleh enamel, yang kandungan utamanya
terdiri dari kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Enamel juga lebih keras daripada
tulang karena isinya lebih tinggi dari garam kalsium (sekitar 95% dari berat
kering). Bahkan, enamel adalah zat yang paling keras dalam tubuh. Ini berfungsi
untuk melindungi gigi dari keausan dan mengunyah. Hal ini juga melindungi
terhadap asam yang dapat dengan mudah melarutkan dentin. Dentin akar ditutupi
oleh sementum, zat lain seperti tulang, yang menempel akar ke ligamen
periodontal.
Dentin gigi yang membungkus ruang. Bagian ruang yang diperbesar,
rongga pulpa, terletak dalam mahkota dan diisi dengan pulp, suatu jaringan ikat

17
yang mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfatik. Ekstensi sempit
rongga pulpa, yang disebut saluran akar, jalannya melalui akar gigi. Setiap saluran
akar memiliki lubang di dasarnya, foramen apikal, di mana pembuluh darah,
pembuluh limfatik, dan saraf memperpanjang. Pembuluh darah membawa nutrisi,
pembuluh limfatik menawarkan perlindungan, dan memberikan sensasi saraf.
Cabang kedokteran gigi yang berkaitan dengan pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan penyakit yang mempengaruhi pulp, akar, ligamen periodontal, dan
tulang alveolar dikenal sebagai Endodontik. Ortodontik adalah cabang kedokteran
gigi yang berkaitan dengan pencegahan dan koreksi gigi normal selaras,
periodontik adalah cabang kedokteran gigi yang bersangkutan dengan pengobatan
kondisi abnormal jaringan yang mengelilingi gigi, seperti gingivitis (penyakit
gusi).
Manusia memiliki dua dentitions (set gigi): deciduous dan permanen.
Yang pertama gigi deciduous, juga disebut gigi sulung, gigi susu, atau gigi bayi,
mulai tumbuh pada sekitar usia 6 bulan, dan sekitar dua gigi muncul setiap bulan
sesudahnya, sampai semua 20 hadir (Gambar 24.8a). Gigi seri, yang paling dekat
dengan garis tengah, yang berbentuk pahat dan disesuaikan untuk memotong ke
dalam makanan. Mereka disebut sebagai salah satu gigi seri tengah atau lateral
berdasarkan posisi mereka. Di samping gigi seri, bergerak posterior, adalah
cuspids (taring), yang memiliki permukaan runcing disebut gigi puncak. Cuspids
digunakan untuk merobek dan merusak makanan. Gigi seri dan cuspids masing-
masing hanya memiliki satu akar. Posterior ke cuspids terletak pada geraham
pertama dan kedua, yang memiliki empat katup. Maxillary (atas) memiliki tiga
akar geraham, mandibular (lebih rendah) geraham memiliki dua akar. Geraham
menghancurkan dan menghaluskan makanan untuk mempersiapkan untuk
menelan.
Semua gigi sulung yang hilang, umumnya antara usia 6 dan 12 tahun-dan
digantikan oleh (sekunder) gigi permanen (Gambar 24.8b). Gigi permanen berisi
32 gigi yang tumbuh antara usia 6 dan dewasa. Pola menyerupai gigi sulung,
dengan pengecualian berikut: geraham sulung digantikan oleh gigi premolar
pertama dan kedua (premolar), yang memiliki dua katup dan satu akar (premolar
pertama atas memiliki dua akar) dan digunakan untuk menghancurkan dan

18
menggiling. Geraham permanen, yang tumbuh dalam mulut posterior gigi
premolar, tidak mengganti gigi sulung dan tumbuh sebagai rahang untuk
mengakomodasi mereka, molar pertama pada usia 6 (enam tahun geraham),
geraham kedua pada usia 12 ( dua belas tahun geraham), dan molar ketiga (gigi
geraham bungsu) setelah usia 17 atau tidak sama sekali.
Seringkali rahang manusia tidak memiliki cukup ruang posterior untuk
molar kedua untuk mengakomodasi tumbuhnya molar ketiga. Dalam hal ini, gigi
molar ketiga tetap tertanam dalam tulang alveolar dan dikatakan terpengaruh.
Mereka sering menimbulkan tekanan dan rasa sakit dan harus diangkat melalui
pembedahan. Pada beberapa orang, geraham ketiga dapat dikerdilkan dalam
ukuran atau mungkin tidak berkembang sama sekali.

19
6. Pencernaan Mekanik dan Kimia di Mulut
Pencernaan mekanik dalam mulut dihasilkan dari mengunyah, di mana
makanan dimanipulasi oleh lidah, dikunyah oleh gigi, dan dicampur dengan air
liur. Akibatnya, makanan direduksi menjadi massa, lembut fleksibel, mudah
ditelan disebut bolus. Molekul makanan mulai larut dalam air liur, suatu kegiatan
penting karena enzim dapat bereaksi dengan molekul makanan dalam media cair
saja.
Dua enzim, amilase saliva dan lipase lingual, berkontribusi terhadap
pencernaan kimia di mulut. Amilase saliva, yang disekresikan oleh kelenjar ludah,
memulai pemecahan pati. Makanan karbohidrat yang baik adalah gula
monosakarida dan disakarida atau polisakarida kompleks seperti pati. Sebagian
besar karbohidrat yang kita makan adalah pati, tetapi hanya monosakarida yang
dapat diserap ke dalam aliran darah. Dengan demikian, disakarida tertelan dan pati
harus dipecah menjadi monosakarida. Fungsi amilase saliva adalah mulai
pencernaan pati dengan memecah pati menjadi molekul yang lebih kecil seperti
maltosa disakarida, maltotriosa trisaccharide, dan polimer glukosa rantai pendek
yang disebut α-dekstrin. Meskipun makanan biasanya menelan terlalu cepat untuk
semua pati yang dipecah di mulut, amilase saliva dalam makanan yang tertelan

20
terus bertindak pada pati selama sekitar satu jam, pada saat asam lambung tidak
aktif. Air liur juga mengandung lipase lingual, yang disekresikan oleh kelenjar
lingual di lidah. Enzim ini menjadi aktif dalam lingkungan asam lambung dan
dengan demikian mulai bekerja setelah makanan ditelan. Enzim ini memecah
trigliserida makanan menjadi asam lemak dan digliserida. Diglyceride terdiri dari
molekul gliserol yang melekat pada dua asam lemak.

F. Faring
Ketika makanan pertama kali tertelan, melewati dari mulut ke faring,
tabung berbentuk corong yang membentang dari lubang hidung internal ke
esophagus posterior dan anterior laring (lihat Gambar 23.4 pada halaman 880).
Faring terdiri dari otot rangka dan dilapisi oleh selaput lendir, dan dibagi menjadi
tiga bagian: nasofaring, orofaring, dan laryngopharynx tersebut. Fungsi nasofaring
hanya dalam respirasi, namun kedua orofaring dan laryngopharynx memiliki
pencernaan serta fungsi pernapasan.

G. Esofagus
Kerongkongan adalah tabung berotot terlipat, sekitar 25 cm (10 inci)
panjang, yang terletak posterior trakea. Kerongkongan dimulai pada akhir inferior
laryngopharynx dan melewati anterior mediastinum pada tulang punggung.
Kemudian menembus diafragma melalui lubang yang disebut hiatus esofagus, dan
berakhir di bagian superior perut (lihat Gambar 24.1). Kadang-kadang, bagian
perut menonjol diatas diafragma melalui hiatus esofagus. Kondisi ini, disebut
hernia hiatus, dijelaskan pada halaman 971.

21
1. Histologi Esophagus
Mukosa esofagus terdiri dari nonkeratinized epitel skuamosa berlapis,
lamina propria (jaringan ikat areolar), dan muscosae muskularis (otot polos)
(Gambar 24.9 pada halaman 934). Dekat perut, mukosa esofagus juga
mengandung kelenjar lendir. Epitel skuamosa berlapis yang terkait dengan bibir,
mulut, lidah, orofaring, laryngopharynx, dan esofagus memberikan perlindungan
yang cukup terhadap abrasi dan mengenakan air mata dari partikel makanan yang
dikunyah, dicampur dengan cairan, dan tertelan. Submukosa mengandung
jaringan ikat areolar, pembuluh darah, dan kelenjar lendir. Muskularis ketiga atas
esofagus adalah otot rangka, ketiga menengah adalah otot rangka dan halus, dan
ketiga rendah adalah otot polos. Pada setiap akhir kerongkongan, muskularis
menjadi sedikit lebih menonjol dan membentuk dua sfingter-sfingter esofagus
bagian atas, yang terdiri dari otot rangka, dan lower esophageal sphincter (LES),
yang terdiri dari otot polos. Esophageal sphincter mengatur pergerakan makanan
22
dari faring ke kerongkongan, lebih rendah esophageal sphincter atas mengatur
pergerakan makanan dari kerongkongan ke perut. Lapisan superfisial
kerongkongan dikenal sebagai adventitia. Seperti serosa dalam perut dan usus,
karena jaringan ikat areolar lapisan ini tidak tercakup oleh mesothelium dan
karena jaringan ikat menyatu dengan jaringan ikat struktur sekitarnya
mediastinum yang dilaluinya. Adventitia menempelkan esofagus dengan struktur
sekitarnya.

2. Fisiologi Esophagus
Kerongkongan mengeluarkan lendir dan mengangkut makanan ke perut.
Tidak menghasilkan enzim pencernaan, dan tidak melakukan penyerapan.

23
H. Deglutition
Gerakan makanan dari mulut ke perut dicapai dengan tindakan menelan,
atau deglutition (Gambar 24.10). Deglutition difasilitasi oleh sekresi air liur dan
lendir dan melibatkan mulut, faring, dan esofagus. Menelan terjadi dalam tiga
tahap: (1) tahap sadar, di mana bolus dilewatkan ke dalam orofaring, (2) tahap
faring, bagian tak sadar bolus melalui faring ke kerongkongan, dan (3) tahap
esofagus, bagian taksadar dari bolus melalui kerongkongan ke perut.
Menelan dimulai ketika bolus dipaksa ke bagian belakang rongga mulut
dan ke orofaring oleh gerakan lidah ke atas dan ke belakang terhadap langit-langit
mulut, tindakan ini merupakan tahap sadar menelan. Dengan berlalunya bolus ke
orofaring, tahap tak sadar menelan pharyngeal dimulai (Gambar 24.10b). Bolus
merangsang reseptor di orofaring, yang mengirimkan impuls ke pusat deglutition
di medulla oblongata dan lower pons dari batang otak. Impuls kembali
menyebabkan langit-langit lunak dan uvula bergerak ke atas untuk menutup
nasofaring, yang mencegah makanan dan cairan tertelan masuk ke rongga hidung.
Selain itu, epiglotis menutup dari pembukaan ke laring, yang mencegah bolus
memasuki sisa saluran pernapasan. Bolus bergerak melalui orofaring dan
laryngopharynx tersebut. Setelah upper esophageal sphincter rileks, bolus
bergerak ke kerongkongan.
Tahap esofagus menelan dimulai setelah bolus memasuki kerongkongan.
Selama fase ini terjadi peristaltik, sebuah perkembangan kontraksi dan relaksasi
yang terkoordinasi dari lapisan melingkar dan longitudinal muskularis,
mendorong bolus seterusnya (Gambar 24.10c). (Peristalsis terjadi pada struktur
tubular lainnya, termasuk bagian-bagian lain dari saluran GI dan ureter, saluran
empedu, dan tabung rahim, di kerongkongan itu dikendalikan oleh medulla
oblongata.) Pada bagian esofagus hanya unggul bolus, kontrak serat otot
melingkar, konstriksi dinding esofagus dan meremas bolus menuju perut.
Sementara itu, serat memanjang kalah dengan bolus juga kontrak yang lebih
pendek bagian ini lebih rendah dan mendorong dinding luar sehingga dapat
menerima bolus. Kontraksi berulang dalam gelombang yang mendorong makanan
ke arah perut. Sebagai bolus mendekati akhir esofagus, sfingter esofagus bagian
bawah rileks dan bolus bergerak ke dalam perut. Lendir disekresi oleh kelenjar

24
esofagus melumasi bolus dan mengurangi gesekan. Bagian dari makanan padat
atau setengah padat dari mulut ke perut membutuhkan 4 sampai 8 detik, makanan
sangat lembut dan cairan melewati dalam waktu sekitar 1 detik.
Tabel 24.2 merangkum kegiatan pencernaan dari faring dan esofagus.

I. Lambung
1. Lambung Menyimpan Makan, Mencerna Protein, Dan Mengatur
Penghantaran
Lambung merupakan sebuah otot, yang memiliki kantong yang dapat
melebar yang memiliki fungsi penting yaitu:
 Penyimpanan makanan. Manusia cenderung makan beberapa kali sehari.
Lambung menyimpan makan sampai kemudian dicerna dan diambsorbsi.
Lambung akan menyusut ketika kosong kemudian akan mengembang atau
membesar sampai mampu menampung 1-3 liter ketika makan. Pada saat
disimpan di dalam lambung akan terjadi pencampuran makanan dengan getah
lambung
 Pencernaan. Lambung lebih dari sekedar kantong penyimpanan, lambung juga
dapat mencerna protein menggunakan asam kuat juga membunuh bakteri
dengan bantuan HCl. Kontraksi pada otot akan mencampur sekresi ini dengan
makanan, yang ditunjukkan dengan pemecahan kedalam bentuk partikel
makanan dan mendrorongn campuran ini menuju usus kecil.

25
 Regulasi pengantaran. Lambung juga meregulasi atau mengatur kecepatan
makanan di antar ke dalam usus kecil.

2. Getah Lambung Memecah Protein


Dinding lambung yang berhubungan langsung dengan esofagus yang
memiliki bentuk J biasanya terdiri dari empat lapisan yaitu (a) mukosa dengan sel-
sel berbentuk kubus yang dinamakan sel mukosa, dan berisi sebuah lamina
propria yaitu jaringan penghubung areolar sertaa muskularis mucosae yang berupa
otot halus,(b)submukosa, (c) muscularis, dan (d)serosa seperti gambar dibawah
ini:

Kalau kita melihat lebih dekat lagi, lapisan mukosa membuka ke dalam
bentuk berjuta-juta bukaan-bukaan kecil yang dinamakan lubang lambung yang
memberikan kemampuan agar kelenjar lambung sampai ke permukaan. Beberapa
lapisan sel kelenjar mensekretkan baik itu asam hidroklorida (HCl) maupun
mukus atau lendir akan tetapi kebanyakan sekretnya berupa pepsinogen, sebuah
molekul besar prekursor yang menjadi sebuah enzim pencernaan yang
dinamakan pepsin sejak dirubah menjadi asam di dalam lambung. Secara
keseluruhan, pepsinogen, HCl, dan cairan yang disekresikan menjadi sebuah
kelenjar yang dinamakan sebagai getah lambung. Dalam rangka mensekresikan
semua zat-zat tesebut khususnya HCl dalam bentuk ion H+ dan ion-ion Cl-, sel

26
parietal yang terletak dalam lambung akan mensekresikannya melalui pompa
proton seperti pada gambar dibawah ini:

Dengan bantuan pompa proton K+/H+ ATPase akan mentranspor H+ ke


dalam lumen sambil membawa ion potassium (K+) ke dalam sel. Dengan bantuan
ion channel inilah H+ dapat ditranspor. Pada waktu yang bersamaan Cl- dan K+
berdifusi keluar menuju lumen melalu Channel K+ dan Cl- di dalam membran
apikal. Kemudian enzim karbonik anhidrase yang jumlahnya berlimpah di dalm
sel parietal mengkatalis pembentukan asam karbonat ((H2CO3) dari air (H2O)
dan karbondioksida (CO2) sebagai akibat dari pemecahan asam karbonat
(H2CO3) akan menyediakan sumber H+ yang cukup untuk pompa proton tetapi
juga akan menghasilkan ion-ion bikarbonat (HCO3-). Karena adanya pembentukan
HCO3- di dalam sitosol, yang akan dikeluarkan dengan pertukaran Cl- melalui
antipor Cl-/HCO3-dalam membran basolateral yang selanjutnya akan menuju
lamina propria. Kemudian HCO3- akan berdifusi menuju kapiler darah.
Sekresi HCl oleh sel parietal distimulasioleh beberapa sumber: asetil kolin
(ACh) yang dilepaskan oleh saraf parasimpatik, gastrin disekresikan oleh sel G

27
(Gastric) dan histamin, yang merupakan substansi parakrin dilepaskan oleh sel
mast pada lamina propria yang terdekat. Asetilkolin akan menstimulasi sel
parietal dalam mensekresikan lebih banyak HCl dengan keberadaan histamin.
Lambung secara khas memprodukis sekitar 1-2 liter getah lambung per
hari, kebanyakan dengan cepat di sekresikan setelah makan. Asam pada getah
lambung akan memberikan lambung sebuah pH asam kira-kira 2. Pepsin dan asam
di dalam getah lambung melarutkan di dalam jaringan di dalam makanan dan
mencerna protein-protein serta membentuk peptida menjadi asam amino sehingga
mereka dapat diserap di dalam usus kecil . campuran yang berbentuk cairan
kemudian dicerna dan getah lambung yang akan ikut menyalurkan ke dalam usus
kecil dinamakan chyme. Pylorik sphincter,yang terletak antara lambung
(lambung) dan usus kecil akan merugalasi kecepatan dari tranport chyme ke
dalam usus kecil.
Jika getah lambung cukup energi untuk mencerna protein, kenapa tidak
mencerna lambung juga? Alasannya adalah ada beberapa lapisan sael lambung
dan kelenjar lambung secara berkelanjutan memproduksi sebuah mukus yang
bersifat sebagai proteksi. Secara normal isi lambung akan bersentuhan langsung
dengan mukus/lendir yang bukan sel hidup. Jika lapisan mukosa dirusak, akan
tetapi sisanya mendasari jaringan yang mudah diserang. Sebuah luka yang
terbuka akan membentuk sebuah bisul peptic. Bisul/borok peptik biasanya terjadi
pada esofagus dan bagian atas usus kecil.
Tambahan dari pepsinogen, HCl dan mukus, beberapa sel-sel mukosa
merupakan faktor intrinsik, sebuah protein yang akan mengikat vitamin B12
sehinga dapat diserap di dalam usus kecil. Akhirnya, sel tertentu yang ada pada
kelenjar lambung akan mensekresikan sebuah hormon yang dinamakan gastrin ke
dalam aliran darah.
Secara umum lapisan mukosa yang terdiri dari beberapa struktur memiliki
aktivitas seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

28
29
3. Kontraksi Lambung (Lambung) Mencampur Makanan dan
Mendorongnya.
Ketika lambung kosong, kontraksi otot menjadi kecil. Sedangkan ketika
makan, kontraksi berhenti dan mengalami relaksasi serta akan merentang untuk
menampung makanan. Sinyal rentangan peristaltik menjadi meningkat.
Setiap gelombang peristaltis dimulai dari bagian bawah ujung esofagus
dan bergerak menuju ujung pilorik, sehingga menjadi lebih kuat ketika
pemrosesannya. Gelombang peristaltis mendorong chyme bergerak kedepan dan
kemudian ketika sudah sampai disana selanjutnya akan didorong menuju tempat
selanjutnya, kembali meremas dan berjalan. Seperti gambar dibawah ini:

Tiap kontraksi mendorong seperti sebuah sendok makanan besar chyme ke


dalam usus kecil sebelum sphincter pilorik tertutup beberapa saat. Sebuah
kontraksi peristaltis terjadi setiap 15-25 detik. Lambung akan mendeguk/bersuara
yang menandakan gerakan peristaltik bekerja. Hal ini terjadi 2 sampai 6 jam
setelah makan sampai lambung kosong secara komplit. Kekuatan akan terdengar
menurun ketika lambung penuh seperti pada saat lambung kosong. Chyme dengan
asam yang tinggi atau berisi dengan lemak menstimulasi pelepasan hormon yang
akan memperlambat gerakan peristaltis, memberikan waktu yang cukup agar usus
kecil dapat menyerap nutrisi.
Lambung tidak menyerap nutrien karena lambung atau lambung kurang
dalam mekanisme transpor selular dan oleh karena itu lapisan dalam diselimuti
oleh mukus. Pengecualian aturan ini adalah pada alkohol dan aspirin, keduanya
merupakan substansi kecil lipid terlarut yang dapat melintasi penghalang mukus
dan diserap kedalam aliran darah secara langsung melalui lambung. Meskipun

30
demikian, ini bukan merupakan jalur utama absorbsi alkohol, kebanyakan alkohol
diserap di dalam usus dengan nutrien.

J. Usus Kecil
1. usus kecil mencerna makanan serta menyerap nutrisi dan air
Proses penyerapan berlanjut di dalm usus kecil sehingga usus kecil
memiliki 2 fungsi utama:
1. Pencernaan. Lambung mencerna protein ke dalam bentuk peptida yang lebih
kecil dibawah pengaruh asam kuat dan pepsin. Pencernaan protein berlanjut di
dalam usus kecil, tetapi disini juga mencerna karbohidrat dan lipid.
Pencernaan protein, karbohidrat dan lipid dalam usus kecil melibatkan
penetralan getah asam lambung dan penambahan enzim dari usus dan
pankreas.
2. Penyerapan. Protein, karbohidrat dan lipid di dalam makanan dirombak
menjado asam amino tunggal, monosakarida, asam lemak, dan gliserol yang
dalam bentuk cukup kecil sehinga dapat ditranspor melintasi sel mukosa
menuju darah.
Usus kecil terdiri dari 3 bagian yang berberbeda, yaitu duodenum yang
panjangnya sekitar 10 inchi, tetapi disinilah sebagian besar pencernaan
berlangsung. Produk dari pencernaan diserap utamanya dalam dua segmen yaitu
jejunum dan ileum, yang keduanya panjangnya sekitar 10 kaki.
Struktur dari dinding usus kecil memiliki struktur yang cocok untuk
penyerapan . mukosa berisi lipatan-lipatan besar yang dilapisi dengan proyeksi
mikroskopik yang dinamakan Villi (tunggal: villus). Tiap sel epitel villi memiliki
banyak proyeksi sitoplasma yang dinamakan mikrovilli. Mikrovilli akan
memberikan permukaan mukosa sebuah penampakan seperti beludru. Kombinasi
dari villi dan mikrovilli akan memperluas area permukaan usus kecil lebih dari
500 kali, peningkatan luas ini memungkinkan untuk penyerpan nutrisi. Pada
bagian tengah tiap villus merupakan pembuluh kapiler dan sebuah pembuluh
limpa yang dinamakan lakteal, dimana kan mentranspor nutrisi menusu pembuluh
darah dan pembuluh limpa. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

31
3. Pencernaan kimia dalam usus kecil
a. Pencernaan karbohidrat
Pencernaan karbohidrat untuk beberapa saat dilanjutkan di dalam lambung
dengan bantuan enzim amilase ludah, namun karena pH keasaman lambung yang
tinggi akan menghancurkan enzim amilase. Oleh karena itu, hanya beberapa zat
tepung yang dirombak pada saat Chyme meninggalkan lambung. Inilah kemudian
amilase pankreas. Setelah amilase memecah tepung menjadi fragmen yang lebih
kecil, sebuah enzim yang dinamkan dekstrinase α yang akan mengoyak unit
glukosa- disakarida menjadi monosakarida. Kemudian sukrosa akan dipecah oleh

32
enzim sukrase menjdi molekul glukosa dan molekul fruktosa, laktase mencerna
laktosa mejadi molekul galaktosa, dan maltase memecah maltosa dan maltotriose
menjadi 2 atau 3 molekul glukosa. Pencernaan karbohidrat berakhir dengan
produksi monosakarida kemudian mampu diserap oleh usus kecil.
b. Pencernaan dan penyerapan protein
Peptida yang telah dicerna dari protein di dalam lambung dengan bantuan
pepsin kemudian enzim yang terdapat pada getah lambung (tripsin, kimotripsin,
karboksipeptidase dan elastase) melanjutkan untuk memecah protein ke dalam
peptida.
c. Pencernaan dan penyerapan lipid
Triasilgliserida yang merupakan manifestasi dari lipid di dalam makanan
terdiri dari sebuah molekul gliserol yang berikatan dengan 3 molekul asam lemak.
Enzim yang memecah trigliserida dan fosfolipid dinamakan enzim lipase. Enzim
ini berasal dari lipase pankreas. Sebelum globular besar lipid yang berisi
trigliserida dapat dicerna di dalam usus, akan mengalami emulsifikasi yang
merupakan proses pemecahan gumpalan lipid menjadi gumpalan lipid yang lebih
kecil.
d. Pencernaan dan penyerapan asam nukleat.
Getah pankreas berisi 2 enzim nuklease yaitu ribonuklease yang mencerna
RNA dan yang mencerna DNA yaitu Deoksiribonuklease. Nukleotid yang
merupakan hasil dari 2 enzim nuklease tersebut kemudian akan dicerna lagi oleh
enzim yang dinamakan nukleosidase dan fosfatase ke dalam bentuk basa pentosa,
fosfat, dan basa nitrogen.
Untuk lebih jelasnya mekanisme penyerapan zat-zat di dalam usus kecil
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

33
K. Organ Aksesori Yang Ber Fungsi Sebagai Organ Pencernaan Dan
Penyerapan
Dari lambung(perut besar), chyme (campuran makanan yang berasal dari
campuran saliva, getah lambung,) bergerak menuju usus kecil yang akan
dipengaruhi oleh aktivitas pencernaan kimia oleh pankreas, hati, dan kantung
empedu. Sistem pencernaan memiliki empat organ aksesori yaitu kelenjar saliva,
pankreas, kandung empedu dan hati.
1. Pankreas mensekresikan enzim dan NaHCO3
Pankreas merupakan organ yang telah mengalami pemanjangan yang
terletak pada dibelakang lambung (lambung) yang memiliki fungsi endokrin dan
eksokrin seperti gambar dibawah ini.

34
Getah pankresa disekresikan oleh sel-sel eksokrin menuju saluran kecil
yang kemudian bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar, yaitu saluran
pankreas dan saluran aksesori. Semuanya ini akan bermuara pada usus kecil.
Saluran pankreas (saluran wirsung) adalah saluran yang lebih besar dari keduanya.
Saluran pankreas bergabung dengan saluran empedu dari hati dan kantung
empedu yang kemudian masuk ke dalam duodenum sebagai sebuah saluran yang
meluas sebagai ampula hepatopankreas (ampula of vater).
Pankreas terbuat dari kelompok kecil sel-sel epitel glandular yaitu acini,
yang merupakan penyusun organ eksokrin. Sel di dalam acini mensekresikan
sebuah cairan campuran dan enzim pankreas yang dinamakan getah pankreas.
Bagian kecil dari pankreas dinamakan pulau pankreas (pulau langerhans-islets of
langerhans) yang ikut membentuk endokrin pankreas. Sel-sel ini mensekresikan
hormon glukagon, insulin, somatostasin dan polipeptida pankreas.
Pankreas mensekresikan dan memproduksi produk:
 Enzim pencernaan. Enzim pankreas termasuk adalah protease (enzim yang
mencerna protein) seperti tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase yaitu
amilase pankreas, dimana melanjukan pencernaan karbohidrat hanya untuk
menyempurnakan amilase salivary dan lipase, yang merupakan enzim
pencerna lipid.
 Sodium bikarbonat (NaHCO3). Fungsinya tidak seperti pepsin, dimana efektif
pada kondisi asam. Enzim enzim pankreatis bekerja dengan sangat baik pada
pH yang lebih netral. NaHCO3 fungsinya untuk menetralkan asam lambung.
Dua saluran pankreas akan menghantarkan sekresi ini menuju duodenum,
dimana merka memfasilitasi proses pencernaan. Pada tabel dibwah ini merupakn
enzim pencernaan pada jalur gastrointesinal yaitu:

35
2. Hati memproduksi empedu dan memilik banyak fungsi lain
Hati merupakan organ yang besar yang terletak pada bagian atas rongga
abdominal. Hati memiliki banyak fungsi signifikan, beberapa diantaranya di
gabungkan dengan pencernaan.

Fungsi utama digestitivus adalah memfasilitasi pencernaan dan


penyerapan lipid melalui produksi empedu. Empedu merupakan campuran berair
yang berisi elektrolit, kolesterol, garam-garam empedu yang diderivasi dari
kolesterol, sebuah fosfolipid yang dinamakan lecithin dan pigmen (bilirublin)
yang diderivasi dari pemecahan hemoglobin. Garam empedu bersifat pengemulsi
lipid di dalam usus kecil, dengan cara memecah diri mereka ke dalam droplet

36
(manik) yang lebih kecil. Pada akhirnya droplet (manik) sudah terbentuk dalam
bentuk yang cukup kecil untuk dicerna oleh lipase (enzim pencerna lipid) yang
berasal dari pankreas.
Fitur penting dari anatomi vaskular jalur gastrointestin adalah sistem
portal hepar. Pada istilah umum, sebuah sistem portal membawa darah dari satu
kapiler ke kapiler lainnya. Pada sistem pencernaan sistem portal hati membawa
darah yang kaya akan nutrisi secara langsung dari organ pencernaan menuju hati
melalui portal pembuluh vena hati. Selanjutnya hati memulai pemrosesan dan
penyimpanan nutrien untuk tubuh baru setelah pencernaan dan penyerapan
dimulai. Setelah melewati hati, darah kembali pada sirkulasi umum.
Hati memiliki sejumlah fungsi dalam rangka menjaga homeostasis tubuh:
 Menyimpan vitamin-vitamin yang terlarut dalam lemak (A,D,E,dan K) dan
besi
 Menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubah glikogen mnjadi
glukosa antara makanan
 Memproduksi protein plasma seperti albumin da fibrinogen yang berasal dari
asam amino
 Menonaktifkan bahan-bahan kimia termasuk alkohol, hormon, obat-obatan,
dan racun.
 Merubah ammonia (NH3), sebuah sampah racun sisa metabolisme kedalam
bentuk yang kurang beracun yaitu urea.
 Menghancurkan sel darah merah yang buruk atau tidak dipakai lagi.
Dikarenakan peranan pusat dari hati sangat banyak, luka pada hati dapat
sangat berbahaya. Kelebihan dari bahan kimia, pengobatan, atau alkohol dapat
merusak hati karena mengambil substansi untuk didetoksifikasi, terbunuhnya
beberapa sel ahati dalam proses. Kelebihan jangka panjang seperti
memperpanjang pemakaian alkohol dapat merusak cukup banyak sel-se;
yangsecara permanen berpengaruh pada fungsi hati. Kondisi ini dinamakan
sirosis..
Empedu diproduksi oleh hati yang mengalir melalui saluran menuju
kantung empedu. Kantung empedu mengkonsentrasikan empedu dengan
membuang kebanyakan air dan menyimpannya sampai setelah makan, ketika

37
disekresikan kedalam usus kecil melalui saluran empedu yang kemudian
bergabung dengna saluran pankreas.

L. Usus Besar
Pada saat ini bagian dari saluran pencernaan yang akan dibahas adalah
usus besar, dimana sebagian besar nutrisi dan air diserap. Usus besar menyerap
sebagian besar nutrisi yang tersisa dan air dan sumber bahan limbah telah diolah
menjadi padat sampai dapat dihilangkan. Usus besar lebih besar dengan diameter
dari usus halus, yang hanya sekitar setengah dari panjang. Ini dimulai pada
kantong disebut sekum, yang menerima air perut dan menghancurkan makanan
dari usus halus. Sebuah kantong kecil seukuran jari, disebut usus buntu
merupakan perpanjangan dari sekum. Usus buntu belum diketahui fungsinya
dalam sistem pencernaan, tetapi kita menyadari keberadaannyanya jika usus buntu
terserang dan menjadi radang atau terinfeksi, kondisi yang disebut penyakit usus
buntu. Sebagian besar dari usus besar terdiri dari empat daerah secara kolektif.
Ascending usus berada sepanjang sisi kanan tubuh (sisi kiri, dilihat dari depan),
kolon transversum menyilang ke kiri, dan segmen descenden atau segmen akhir
pendek usus turun melewati sisi kiri, kolon sigmoid. Tinja disimpan di kolon
sigmoid sampai buang air besar, ketika mereka melewati melalui rektum ke anus.
Selain materi dicerna, tinja mengandung sekitar 5% bakteri. Banyak strain bakteri
berkembang pada bahan sisa dalam usus besar yang kita tidak dapat mencerna.
Beberapa ini bakteri oleh-produk yang berguna bagi kita, seperti vitamin K, yang
penting untuk pembekuan darah. Mereka juga menghasilkan zat yang kurang
bermanfaat seperti gas usus, produk sampingan metabolisme mereka karena
mereka memecah makanan. Buang air besar dikendalikan oleh refleks saraf.
Biasanya anus dibuka dan ditutup oleh kontraksi cincin otot polos disebut sfingter
anal internal. Tapi ketika kotoran masuk Kolon sigmoid rektum ditarik, terjadi
refleks saraf menyebabkan sfingter anal internal untuk relaksasi dan rektum
berkontraksi, mengeluarkan kotoran.

38
Gambar. Usus besar. Usus besar dimulai pada sekum dan berakhir di anus.

Gambar. Lumen dari usus besar yang mengandung sel goblet

1. Mekanisme Pencernaan dalam Usus Besar


Bagian dari chyme ileum ke sekum diatur oleh aksi sphincter ileocecal.
Biasanya, katup tetap sebagian tertutup sehingga perjalanan chyme ke sekum
biasanya terjadi perlahan-lahan. Segera setelah makan, refleks gastroileal

39
mengintensifkan peristaltik di ileum ke sekum. Hormon gastrin juga melemaskan
sfingter. Pergerakan sfingter ileocecal usus besar dimulai ketika zat masuk ke
sfingter ileocecal. Karena bergerak melalui chyme usus halus pada tingkat yang
cukup konstan, waktu yang dibutuhkan untuk makan untuk masuk ke usus besar
ditentukan oleh waktu pengosongan lambung. Makanan melewati sfingter
ileocecal, mengisi sekum dan terakumulasi dalam usus. Salah satu karakteristik
pergerakan usus besar adalah haustral atau berputar. Dalam proses ini, haustra
tetap rileks dan menjadi besar ketika makanan terus teirisi. Ketika distensi
mencapai titik tertentu, kontraksi dinding dan meremas isinya ke haustrum
berikutnya. Peristaltik juga terjadi, meskipun pada kondisi lambat (3-12 kontraksi
per menit) daripada di bagian yang lebih proksimal saluran tersebut. Gelombang
peristaltik yang kuat yang dimulai pada sekitar tengah usus besar melintang dan
dengan cepat mendorong isi usus ke rektum. Makanan dalam perut mengalami
reflek gastrocolic di usus besar, masa peristaltik biasanya terjadi tiga atau empat
kali sehari, selama atau segera setelah makan.

2. Peristiwa kimia dalam pencernaan usus besar malalui bakteri


Tahap akhir dari pencernaan terjadi di usus besar melalui aktivitas bakteri
yang menghuni lumen. Lendir disekresi oleh kelenjar usus besar, tetapi tidak ada
enzim yang disekresikan. Chyme siap untuk eliminasi oleh aksi bakteri yang
memfermentasi karbohidrat setiap tersisa dan melepaskan hidrogen, karbon
dioksida, dan gas metana. Gas-gas ini berkontribusi ke flatus (gas) di usus besar,
disebut perut kembung ketika berlebihan. Bakteri juga mengkonversi setiap
protein yang tersisa untuk asam amino dan memecah asam amino menjadi
senyawa yang lebih sederhana: indol, skatole, hidrogen sulfida, dan asam lemak.
Beberapa indole dan skatole dihilangkan dalam tinja dan memberikan kontribusi
menjadi bau, sisanya diserap dan diangkut ke hati, di mana senyawa ini diubah
menjadi senyawa yang tidak beracun dan diekskresikan dalam urin. Bakteri juga
mengurai bilirubin ke pigmen sederhana, termasuk stercobilin, yang memberikan
warna kotoran menjadi coklat. Produk bakteri yang diserap dalam usus besar
termasuk beberapa vitamin yang dibutuhkan untuk metabolisme normal, antara
lain beberapa vitamin B dan vitamin K.

40
M. Absorbsi
Setelah makanan telah dicerna, bagaimana tubuh Anda menyerap nutrisi?
Mekanisme ini tergantung pada jenis nutrisi. Protein dan karbohidrat yang diserap
oleh transpor aktif dalam usus halus, enzim dari pankreas dan enzim disekresikan
oleh lapisan mukosa lambung dan dari usus halus itu sendiri memecah protein
menjadi asam amino, menyelesaikan pencernaan protein yang dimulai pada perut.
Asam amino ini kemudian aktif diangkut ke dalam sel mukosa. Akhirnya mereka
bergerak dengan difasilitasi difusi keluar dari sel mukosa dan membuat jalan
mereka ke kapiler.

Gambar. Pencernaan dan penyerapan protein dan karbohidrat di usus halus.


Pencernaan tergantung pada enzim dari pankreas dan enzim yang melekat pada
permukaan sel epitel usus.

1. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat dicerna dimulai di mulut, dimana kelenjar saliva
menghasilkan enzim amylase yang mengubah polisakarida menjadi disakarida.
Hal ini diselesaikan di usus halus dengan penambahan amilase pankreas dan
enzim dari usus halus. Bersama enzim ini memecah sisa karbohidrat menjadi
monosakarida (gula sederhana seperti glukosa). Monosakarida mengikuti jalur

41
transportasi yang sama dengan yang untuk asam amino. Namun, mereka
menggunakan protein yang berbeda pada transpor aktif.
Semua karbohidrat diserap sebagai monosakarida. kapasitas dari usus
halus untuk menyerap monosakarida diperkirakan 120 gram per jam. Akibatnya,
semua diet karbohidrat yang dicerna secara normal diserap, meninggalkan hanya
selulosa dicerna dan serat dalam tinja. monosakarida keluar dari lumen melalui
membran apical melalui difusi difasilitasi atau transpor aktif. Fruktosa,
monosakarida ditemukan dalam buah-buahan, diangkut melalui difusi difasilitasi;
glukosa dan galaktosa diangkut ke sel absorptive dari vili melalui transpor aktif
sekunder yang digabungkan ke transpor aktif Na. Transporter memiliki situs
mengikat untuk satu molekul glukosa dan dua ion natrium, kecuali semua tiga
lokasi diisi, substansi tidak diangkut. Galaktosa bersaing dengan glukosa untuk
naik transporter yang sama. Glukosa atau galaktosa bergerak sama arah, ini adalah
sebuah symporter. Monosakarida kemudian pindah dari sel serap melalui
permukaan basolateral mereka melalui difasilitasi difusi dan masukkan kapiler
vili).

2. Penyerapan Protein
Kebanyakan protein diserap sebagai asam amino melalui transportasi aktif
proses yang terjadi terutama di duodenum dan jejunum. Sekitar setengah dari
asam amino diserap hadir dalam makanan; yang setengah lainnya berasal dari
tubuh sendiri sebagai protein dalam pencernaan dan sel-sel mati yang
mengelupaskan permukaan mukosa. Biasanya, 95-98% dari protein hadir dalam
usus halus dicerna dan diserap. Transporter yang berbeda membawa berbagai
jenis asam amino. Beberapa asam amino memasuki sel serap dari vili tergantung
transpor aktif sekunder yang serupa dengan transporter glukosa, lainnya asam
amino secara aktif diangkut sendiri. Setidaknya satu symporter membawa
dipeptides dan tripeptides bersama-sama dengan peptida kemudian yang
dihidrolisis menjadi asam amino tunggal dalam sel absorptif. Asam amino
bergerak keluar dari sel serap melalui difusi dan masukkan kapiler villus yang.
Kedua monosakarida dan asam amino diangkut dalam darah ke hati dengan cara

42
hepar sistem portal. Jika tidak dihapus oleh hepatosit, mereka memasuki sirkulasi
umum.

3. Pemecahan Lemak dan Perakitannya Kembali


Ingat bahwa getah empedu mengemulsi lemak menjadi lebih kecil, yang
kemudian dicerna oleh pankreas dan lipase usus. Produk pencernaan lemak adalah
asam lemak dan monogliserida. Karena mereka nonpolar, asam lemak dan
monogliserida cepat larut dalam tetesan kecil yang terdiri dari empedu dan lesitin
yang memiliki permukaan luar polar dan nonpolar inti. Fungsi misel adalah untuk
mengangkut asam lemak dan monogliserida ke permukaan luar dari sel mukosa
sehingga mereka dapat diserap ke dalam sel. Setelah masuk sel, asam lemak dan
monogliserida kembali menjadi trigliserida. Cluster trigliserida yang kemudian
dilapisi dengan protein untuk membentuk tetesan air-larut yang disebut
kilomikron. Kilomikron yang dilepaskan dari sel dengan eksositosis. Namun,
mereka terlalu besar untuk masuk ke kapiler secara langsung. Sebaliknya, mereka
memasuki lakteal lebih permeabel dan perjalanan di pembuluh getah bening
sampai bening dikembalikan ke vena pembuluh darah di dekat jantung.

Gambar. Penyerapan lemak dalam usus


4. Absorbsi Lemak
Semua lemak diserap melalui difusi sederhana. Pada manusia dewasa
menyerap sekitar 95% dari lemak hadir di usus halus, bayi baru lahir hanya
menyerap sekitar 85% dari lemak. Sebagai hasil dari emulsifikasi dan pencernaan,
terutama trigliserida dipecah menjadi monogliserida dan asam lemak, yang dapat
berupa asam lemak rantai pendek atau asam lemak rantai panjang. Meskipun asam
lemak rantai pendek hidrofobik, ukuran mereka sangat kecil. Karena ukuran

43
mereka yang sangat kecil dapat larut dalam chyme usus berair, melewati sel serap
melalui difusi sederhana, dan mengikuti yang arah sama yang diambil oleh
monosakarida dan asam amino ke dalam darah kapiler dari villus. Selain peran
garam dalam emulsifikasi, garam empedu juga membantu untuk membuat asam
lemak rantai panjang dan monogliserida lebih larut. Garam-garam empedu di usus
chyme mengelilingi rantai panjang asam lemak dan monogliserida, membentuk
bola kecil yang disebut misel, yang masing-masing berdiameter 2-10 nm dan
mencakup 20-50 empedu molekul garam.
Misel terbentuk karena sifat amphipathic garam empedu. Daerah
hidrofobik garam empedu berinteraksi dengan asam lemak rantai panjang dan
monogliserida, dan hidrofilik daerah garam empedu berinteraksi dengan chyme
usus berair. Setelah terbentuk, misel bergerak dari interior kecil lumen usus ke
perbatasan sikat dari sel absorptif. Di saat itu, asam lemak rantai panjang dan
monogliserida berdifusi keluar dari misel ke dalam sel absorptif, meninggalkan
misel belakang dalam chyme tersebut. Misel terus mengulangi mengangkut ini
berfungsi sebagai mereka bergerak dari perbatasan sikat kembali melalui chyme
ke bagian dalam lumen usus halus untuk mengambil asam lemak rantai panjang
dan monogliserida berlebih. Misel juga melarutkan molekul hidrofobik besar
lainnya seperti larut dalam lemak vitamin (A, D, E, dan K) dan kolesterol yang
mungkin ada dalam chyme usus, dan bantuan dalam penyerapan mereka. Ini larut
dalam lemak vitamin dan molekul kolesterol yang dikemas dalam misel bersama
dengan asam lemak rantai panjang dan monogliserida.
Setelah masuk sel serap, asam lemak rantai panjang dan monogliserida
yang digabungkan untuk membentuk trigliserida, yang agregat menjadi tetesan
bersama dengan fosfolipid dan kolesterol dan menjadi dilapisi dengan protein.
Molekul ini sekitar 80 nm diameter, disebut kilomikron. Kilomikron
meninggalkan sel serap melalui eksositosis. karena mereka begitu besar dan besar,
kilomikron tidak bisa masuk darah kapiler-pori-pori pada dinding kapiler darah
terlalu kecil. Sebaliknya, kilomikron masuk lakteal, yang memiliki banyak pori-
pori lebih besar dari kapiler darah. Dari lakteal, kilomikron diangkut dengan cara
pembuluh limfatik ke dada saluran dan masuk ke dalam darah di vena subklavia
kiri.

44
Gambar. Pengangkutan Nutrisi berupa glukosa,lemak, dan asam amino pada usus

Gambar. Hubungan antara pembuluh darah dan getah limfe serta nutrisi yang ada
di dalamnya

5. Penyerapan Air Secara Osmosis


Air diserap secara osmosis sebagai nutrisi yang diserap di usus halus (atau
ketika Anda minum air murni), konsentrasi air dalam lumen usus menjadi lebih
tinggi daripada di sel usus atau dalam darah. Konsentrasi yang lebih tinggi dari air
dalam lumen merupakan kekuatan pendorong yang kuat untuk difusi air melalui

45
lapisan epitel sel dari usus halus dan ke dalam darah. Kapasitas untuk penyerapan
air oleh usus halus adalah hampir tak terbatas, yang menjelaskan mengapa Anda
tidak mengalami diare setiap kali Anda minum banyak cairan. Penyebab utama
diare adalah infeksi saluran usus. Dalam kasus infeksi, seperti keracunan makanan
disebabkan oleh makan makanan yang terkontaminasi, dinding usus mengalami
iritasi, dan peristaltik meningkat. Air tidak mampu diserap, pada diare sistem saraf
merangsang dinding usus. Diare berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi
karena kehilangan air dan gangguan kontraksi jantung karena ketidakseimbangan
garam dalam darah. Penyerapan air terus berlangsung di usus besar, namun disini
kapasitas terbatas. Kondisi yang menyebabkan kemungkinan kecil usus untuk
memberikan terlalu banyak sisa makanan ke usus besar atau mempercepat laju
gerakan yang dapat menyebabkan diare (kotoran berair). Masalah sebaliknya
adalah sembelit, di mana makanan atau residu, sekarang disebut kotoran, tetap
berada di usus besar dan usus begitu lama bahwa terlalu banyak air yang diserap.
Feses menjadi kering dan keras, sehingga sulit buang air besar. sembelit dapat
hasil dari stres, kurang olahraga, atau serat cukup (bahan dicerna) dalam makanan.

N. Sistem Hormon dan Syaraf yang Mengatur Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan yang paling aktif ketika makanan atau chyme hadir dan
tidak cukup aktif bila tidak ada. Peraturan melibatkan perubahan motilitas atau
pergerakan dan sekresi berbagai organ sehingga masing-masing beroperasi
seefisien mungkin. Kebanyakan mekanisme peraturan beroperasi untuk menjaga
lingkungan internal tetap konstan. Peraturan dari sistem pencernaan, di sisi lain,
mempercepat pencernaan dan penyerapan yang efisien dari apa pun yang
dikirimkan ke sistem, terlepas dari homeostasis. Proses pencernaan sebenarnya
mengubah lingkungan internal sementara karena semua nutrisi yang diserap akan
dimasukkan darah dalam-waktu beberapa jam relatif singkat.
Sistem endokrin dan sistem saraf mengatur pencernaan baik menurut
volume dan isi dari makanan, karena pencernaan dan penyerapan sebagian besar
terjadi di perut dan usus halus, proses regulasi melibatkan organ-organ. Ketika
perut membentang untuk mengakomodasi makanan, refleks saraf meningkatkan
peristaltik lambung dan sekresi getah lambung. Peregangan dan adanya protein

46
merangsang perut untuk melepaskan hormon gastrin, yang memicu melepaskan
asam lambung lebih. Ketika getah dalam perut menghancurkan makanan tiba di
usus halus, peregangan duodenum meningkatkan segmentasi untuk mencampur
air perut untuk menghancurkan makanan tersebut. Duodenum juga mengeluarkan
dua hormon ke dalam aliran darah: secretin dan cholecystokinin. Asam dalam air
perut yg menghancurkan makanan memicu pelepasan dari secretin, yang
merangsang pankreas untuk mengeluarkan air dan bikarbonat untuk menetralkan
asam. Lemak dan protein merangsang pelepasan cholecystokinin (CCK), yang
sinyal pankreas untuk mengeluarkan enzim pencernaan lebih. CCK dan
peregangan duodenum juga merangsang kandung empedu untuk berkontraksi.
Secretin, CCK, dan peregangan usus halus menghambat pergerakan perut dan
sekresi lambung, jika getah perut yg menghancurkan makanan mengalir terlalu
cepat dari perut, usus halus akan memperlambat aktivitas lambung sesuai. Gastrin
dan refleks saraf yang melibatkan peregangan perut meningkat dari usus besar
setelah makan. Inilah sebabnya mengapa orang sering merasakan dorongan untuk
buang air besar setelah mereka makan

1. Sistem Hormon pada lambung


Regulasi hormon. Sekresi lambung juga diatur oleh hormon gastrin.
gastrin adalah dilepaskan dari sel G dari kelenjar lambung dalam menanggapi
beberapa rangsangan: distensi perut oleh chyme, sebagian protein dicerna dalam
chyme, pH tinggi karena chime adanya makanan di perut, kafein dalam lambung
chyme, dan acetycholine dilepaskan dari parasimpatis neuron. Setelah dilepaskan,
gastrin memasuki aliran darah, membuat round-trip melalui tubuh, dan akhirnya
mencapai target organ pada sistem pencernaan. Gastrin merangsang lambung
kelenjar untuk mengeluarkan sejumlah besar asam lambung. Hal ini juga
memperkuat kontraksi sfingter esofagus bagian bawah untuk mencegah refluks
asam chyme ke kerongkongan, meningkatkan motilitas lambung, dan melemaskan
pyloric yang sfingter, yang mempromosikan pengosongan lambung. gastrin
sekresi terhambat ketika pH asam lambung turun di bawah 2,0 dan dirangsang
ketika pH naik. ini negative mekanisme umpan balik membantu memberikan pH

47
rendah optimal untuk fungsi pepsin, pembunuhan mikroba, dan denaturasi protein
dalam perut.

2. Sistem hormon pada Usus


Regulasi hormone pada usus dimediasi oleh dua hormon utama yang
disekresi oleh usus halus yaitu : cholecystokinin dan secretin. Cholecystokinin
(CCK) disekresikan oleh sel CCK dari usus halus kriptus dari Lieberkuhn dalam
menanggapi chyme mengandung asam amino dari protein yang dicerna sebagian
dan asam lemak dari dicerna sebagian trigliserida. CCK merangsang sekresi
cairan pankreas yang kaya akan enzim pencernaan. Hal ini juga menyebabkan
kontraksi dari dinding kandung empedu, yang meremas cairan empedu keluar dari
kantong empedu ke dalam duktus sistikus dan melalui saluran empedu. Selain itu,
CCK menyebabkan relaksasi sfingter hepatopancreatic pada ampula (sfingter
Oddi), yang memungkinkan enzym pankreas dan empedu mengalir ke duodenum.
CCK juga memperlambat pengosongan lambung dengan mempromosikan
kontraksi pyloric sphincter, menghasilkan rasa kenyang (perasaan kenyang) oleh
bekerja pada hipotalamus di otak, mengatur biasa pertumbuhan dan pemeliharaan
pankreas, dan meningkatkan efek secretin. Asam chyme memasuki duodenum
merangsang pelepasan secretin dari sel S dari kriptus usus halus Lieberkuhn. Pada
gilirannya, merangsang secretin aliran jus pankreas yang kaya akan bikarbonat
(HCO3) Untuk buffer asam chyme yang masuk duodenum dari usus halus. Selain
efek besar ini, secretin menghambat sekresi asam lambung, mempromosikan biasa
pertumbuhan dan pemeliharaan pankreas, dan meningkatkan efek CCK. Secara
keseluruhan, secretin menyebabkan penyangga asam dalam chyme yang mencapai
duodenum dan memperlambat produksi asam dalam perut.
Peranan hormon terutama untuk pengaturan sekresi gastrointestinal dan
mempengaruhi motilitas beberapa traktus gastrointestinal. Beberapa hormon yang
penting untuk pengaturan motilitas yaitu kolesistokinin yang disekresi oleh sel “I”
dalam mukosa duodenum dan jejenum terutama sebagai respon terhadap adanya
produk lemak, asam lemak, dan monogliserida di dalam isis usus. Kolesistokinin
mempunyai efek yang kuat untuk meningkatkan kontraktilitas kantung empedu,
jadi mengeluarkan empedu ke dalam usus halus, di mana empedu kemudian

48
memainkan peranan penting dalam mengemulsikan susbtansi lemak, sehingga
mereka dapat dicerna dan diabsorpsi. Kolesistokinin juga menghambat motilitas
lambung secara sedang.
Oleh karena itu, pada saat yang bersamaan di mana hormon ini
menyebabkan pengosongan kantung emepdu, hormon ini juga memperlambat
pengosongan dari lambung untuk memberi waktu yang cukup supaya terjadi
pencernaan lemak di traktus intestinal bagian atas. Sekretin, disekresi oleh sel “S”
dalam mukosa duodenum sebagai respon terhadap getah asam lambung yang
dikosongkan dari lambung melalui pilorus. Sekretin mempunyai efek
penghambatan yang ringan terhadap motilitas sebagian besar traktus
gastrointestinal. Selanjutnya hormon yang lain adalah peptida penghambat asam
lambung, disekresi oleh mukosa usus halus bagian atas teutama sebagai respos
terhadap asam lemak dan asam amino, tetapi pada tingkat yang lebih kecil sebagi
respons terhadap karbohidrat. Peptida ini mempunyai efek yang ringan dalam
menurunkan aktivitas motorik lambung dan karena itu memperlambat
pengosongan isi lambung ke dalam duodenum ketika bagian atas usus halus sudah
sangat penuh dengan produk makanan. Hormon gastrin disekresikan terutama
karena adanya peregangan akibat adanya jenis makanan tertentu dalam lambung
seperti hasil pencernaan daging. Gastrin mempunyai efek yang kuat untuk
menyebabkan sekresi cairan lambung yang sangat asam oleh kelenjar lambung.
Gastrin juga mempunyai efek perangsangan sebagai fungsi motorik pada lambung
dari ringan sampai sedang. Hal yang paling penting, gastrin kelihatan
meningkatkan aktivitas pilorus.

3. Sistem Saraf pada Lambung


Sistem saraf. makanan apapun menyebabkan distensi perut dan
merangsang reseptor regang di dindingnya. Kemoreseptor di perut memantau pH
chyme perut. Ketika dinding perut yang membesar atau pH meningkat karena
protein telah memasuki perut dan buffer perut berupa asam, reseptor peregangan
dan kemoreseptor diaktifkan dan umpan balik negatif saraf diatur dalam gerak.
Dari reseptor peregangan dan kemoreseptor, saraf impuls merambat ke pleksus
submukosa, di mana mereka mengaktifkan parasimpatik dan enterik neuron. yang

49
dihasilkan saraf adalah impuls menyebabkan gelombang peristaltik dan terus
merangsang aliran asam lambung dari kelenjar lambung. Gerak peristaltic
gelombang mencampur makanan dengan asam lambung, ketika gelombang
menjadi cukup kuat, sejumlah kecil chyme mengalami pengosongan lambung ke
duodenum. PH lambung chyme menurun (menjadi lebih asam) dan distensi
dinding perut berkurang karena chyme telah berlalu ke dalam usus kecil, sekresi
menekan asam lambung.

4. Sistem Hormon pada Pankreas


Pankreas meliputi empat jenis hormone yang disekresikan oleh sel-selnya:
1. Alpha atau A sel merupakan sekitar 17% dari sel pancreas dan mensekresi
glukagon (GLOO-ka-gon).
2. Beta atau B sel merupakan sekitar 70% dari sel pancreas dan mensekresikan
insulin (IN-soo-lin).
3. Delta atau D sel merupakan sekitar 7% dari sel pancreas dan mensekresi
somatostatin (identik dengan hormon pertumbuhan menghambat hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus).
4. Sel F merupakan sisa sel pankreas dan mengeluarkan pankreas polipeptida.
Interaksi dari empat hormon pankreas yang kompleks, diketahui bahwa
glucagon meningkatkan kadar glukosa darah, dan insulin menurunkan itu.
somatostatin bertindak dengan cara parakrin untuk menghambat baik insulin dan
glucagon rilis beta dari tetangga dan sel alfa. Hal ini juga dapat bertindak sebagai
hormon beredar untuk memperlambat penyerapan nutrisi dari saluran pencernaan.
Pankreas polipeptida menghambat somatostatin sekresi, kontraksi kandung
empedu, dan sekresi pencernaan enzim oleh pankreas.

a. Glukagon dan Sekresi Insulin


Tindakan utama glukagon adalah untuk meningkatkan glukosa darah.
Insulin, di sisi lain, membantu kadar glukosa darah lebih rendah bila terlalu tinggi.
Tingkat glukosa darah mengontrol sekresi glukagon dan insulin melalui umpan
balik negative:

50
1) Kadar glukosa darah rendah (hipoglikemia) merangsang sekresi glukagon dari
sel alfa dari pankreas.
2) Glukagon pada hepatosit (sel hati) mempercepat konversi glikogen menjadi
glukosa (glikogenolisis) dan mempercepat pembentukan glukosa dari asam
laktat dan beberapa asam amino (glukoneogenesis).
3) Akibatnya, hepatosit melepaskan glukosa ke dalam darah lebih cepat dan
kadar glukosa darah meningkat.
4) Jika glukosa darah terus meningkat, kadar glukosa darah tinggi
(hiperglikemia) menghambat pelepasan glukagon (umpan balik negatif).
5) Glukosa darah tinggi (hiperglikemia) merangsang sekresi insulin oleh sel beta
dari pankreas.
6) Insulin pada berbagai sel dalam tubuh untuk mempercepat difusi glukosa ke
dalam sel, untuk mempercepat konversi glukosa menjadi glikogen
(glikogenesis), untuk meningkatkan penyerapan asam amino oleh sel dan
meningkatkan sintesis protein; untuk mempercepat sintesis asam lemak
(lipogenesis), untuk memperlambat konversi glikogen menjadi glukosa
(glikogenolisis), dan untuk memperlambat pembentukan glukosa dari asam
laktat dan amino asam (glukoneogenesis).
7) Akibatnya, kadar glukosa darah turun. Jika kadar glukosa darah turun di
bawah normal, darah rendah glukosa menghambat pelepasan insulin (umpan
balik negatif) dan merangsang pelepasan glukagon.

51
Gambar. Sistem Hormon pada Pankreas

5. Sistem saraf pada Usus


Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan tersendiri yang disebut
sistem saraf enterik. Sistem tersebut seluruhnya terletak di dinding usus, mulai
dari esofagus dan memanjang sampai ke anus. Jumlah neuron sistem enterik
sekitar 100 juta, hampir sama dengan jumlah pada keseluruhan medula spninalis.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya sistem enterik untuk mengatur
fungsi ganstrointestinal terutama berperan pada pengaturan pergerakan dan
sekresi gastrointestinal. Sinyal sensoris berasal dari epitelium gastrointestinal dan
kemudian bersatu dalam pleksus submukosa untuk membantu mengatur sekresi
intestinal lokal, absorpsi lokal, dan kontraksi otot submukosa lokal yang
menyebabkan berbagai tingkat pelipatan mukosa lambung. Zat-zat
neurotransmiter tersebut yaitu asetikolin, norepineprine, adenosisn trifosfat,
serotonin, dopamin, kolesistokinin, substans P, polipeptida intestinal vasoaktif,
somatostatin, leu-enkefalin, met-enkefalin, dan bombesin.
Asetilkolin paling sering merangsang aktivitas gastrointestinal.
Norepineprine, sebaliknya hampir selalu menghambat aktivitas gastrointestinal.

52
Hal ini juga terjadi pada epinefrin, yang mencapi traktus gastrointestinal lewat
aliran darah setelah disekresikan oleh medula adrenal ke dalam sirkulasi.
Persarafan parasimpatis ke usus dibagi menjadi divisi kranial dan sakral.
Parasimpatis divisi kranial hampir seluruhnya berasal dari saraf vagus (lihat
Gambar 3). Saraf-saraf ini memberi inervasi yang luas pada esofagus, lambung,
pankreas, dan sedikit ke usus sampai separuh bagian pertama usus besar.
Parasimpatis sakral berasal dari segmen sakral medula spinalis kedua, ketiga dan
keempat, selanjutnya berjalan melalui saraf pelvis ke separuh bagian distal usus
besar. Area sigmoid, rektum, dan anus dari usus besar diperkirakan mendapat
persarafan parasimpatis yang lebih baik daripada bagian usus yang lain. Neuron-
neuron postganglionik dari sistem parasimpatis terletak di pleksus meinterikus
dan pleksus submukosa, dan perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan
peningkatkan umum dari seluruh aktivitas sistem saraf enterik. Hal tersebut
kemudian akan memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi gastrointestinal.
Serabut saraf postganglionik menyebar melalui saraf simpatis postganglionik ke
semua bagian usus, terutama berakhir pada neuron di dalam saraf sistem saraf
enterik. Sistem simpatis pada dasarnya menginervasi semua traktus
gastrointestinal, tidak hanya meluas ke bagian yang dekat dengan rongga mulut
dan anus. Ujung-ujung saraf simpatis mensekresikan norepineprine.

53
Gambar. Sistem Saraf pada Usus

O. Gerakan Defekasi
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik mendorong massa feses dari
kolon sigmoid yang menghantakan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses
masuk dan meregangkan ampula dihasilkan dari dinding rektum merangsang
reseptor peregangan yang memulai refleks pembuangan feses, mengosongkan
rektum. Dalam menanggapi peregangan pada dinding rektum, reseptor
mengirimkan impuls saraf sensorik ke sumsum tulang belakang. Impuls motorik
dari perjalanan sepanjang saraf parasimpatis kembali ke kolon deskenden, kolon
sigmoid, rektum, dan anus. Kontraksi yang dihasilkan yaitu memanjang dan
memendeknya otot rektum, sehingga meningkatkan tekanan di dalamnya.
Tekanan ini, serta kontraksi dari diafragma dan otot perut, ditambah stimulasi
parasimpatis, membuka sfingter anal internal.

54
Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks
kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang
dipersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk buang
air besar dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga
rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut.
kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot
elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses
buang air besar.
Pada bayi, refleks buang air besar menyebabkan pengosongan otomatis
pada rektum karena kontrol segera pada sfingter anal eksternal belum
berkembang. Jumlah buang air besar seseorang memiliki lebih dari satu jangka
waktu tertentu tergantung pada berbagai faktor seperti diet, kesehatan, dan stres.
Kisaran normal aktivitas buang air besar bervariasi dari dua atau tiga buang air
per hari untuk tiga atau empat buang air besar per minggu.

P. Gangguan Pada Sistem Pencernaan


1. Gangguan Saluran Pencernaan Pada Usus Halus
a. Intoleransi laktosa
Pada beberapa orang sel serap usus halus tidak mampu untuk menghasilkan
cukup laktase, merupakan enzim penting untuk pencernaan laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Hal ini menyebabkan kondisi yang disebut intoleransi
laktosa, di mana laktosa belum tercerna pada cairan pencernaan (kim) di usus
menyebabkan cairan akan ditahan dalam feses; hasil laktosa tidak tercerna
difermentasi oleh bakteri dalam membentuk gas. Gejala intoleransi laktosa adalah
diare, gas, kembung, dan kram perut setelah konsumsi susu dan produk susu
lainnya. Gejala-gejala dapat relatif kecil atau cukup serius untuk memerlukan
perhatian medis.
Tes napas hidrogen sering digunakan untuk membantu dalam diagnosis
intoleransi laktosa. Sangat sedikit hidrogen dapat terdeteksi dalam nafas orang
normal, tapi hidrogen adalah salah satu gas yang dihasilkan ketika tidak tercerna
laktosa dalam usus besar difermentasi oleh bakteri. Hidrogen diserap dari usus
dan dibawa melalui aliran darah ke paru-paru, di mana ia dihembuskan. orang

55
dengan intoleransi laktosa dapat mengambil suplemen makanan untuk membantu
pencernaan laktosa. Orang laktosa intoleran bisa makan keju atau yogurt karena
laktosa dalam produk susu ini telah dicerna. Susu bebas laktosa juga tersedia.

2. Gangguan Saluran Pencernaan Usus Besar


a. Diare
Diare berasal dari kata (Dia-melalui; Rrhea aliran) adalah peningkatan
frekuensi, volume, dan cairan dari feses disebabkan oleh gerakan peningkatan dan
penurunan penyerapan oleh usus. Ketika hasil yang di cerna (kim) melewati
terlalu cepat melalui usus kecil dan feses melewati terlalu cepat melalui usus
besar, tidak ada cukup waktu untuk penyerapan. Sering diare dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi. terlalu banyak
gerakan bisa disebabkan oleh ketidaktoleranan laktosa, stres, dan mikroba yang
membuat iritasi pada mukosa saluran pencernaan.
Diare memiliki banyak penyebab salah satunya penghasilan sekret oleh
adanya bakteri contohnya penyebab kolera. Terjadi jika sekresi Cl- di mukosa usus
halus diaktifkan. Di dalam sel mukosa, Cl- secara sekunder aktif diperkaya oleh
pembawa simport Na-K-2Cl basolateral dan disekresi melalui kanal Cl- di dalam
lumen. Kanal ini akan lebih sering membuka ketika konsentrasi cAMP intrasel
meningkat. cAMP dibentuk dalam jumlah yang lebih besar jika terdapat misalnya
laktasif dan toksin. Bakteri.toksin kolera menyebabkan diare massif (hingga
1000mL/jan) yang dapat secara cepat mengancam nyawa akibat kehilangan air, K
dan HCO3.

b. Sembelit/Konstifasi
Sembelit/Konstifasi berasl dari kata, Con-bersama-sama, Stip–tekan, yang
mengacu pada jarang buang air besar atau sulit yang disebabkan oleh penurunan
gerakan dari usus. Jika pembuangan feses tidak terjadi, feses tersimpan kembali
ke kolon sigmoid sampai kumpulan feses berikutnya yang merangsang massa
peristalsis pada reseptor peregangan, menciptakan pendesakan untuk buang air
besar. Karena feses tetap dalam usus besar untuk waktu yang lama, penyerapan
air yang berlebihan terjadi, dan feses menjadi kering dan keras. Sembelit mungkin

56
disebabkan oleh kebiasaan buruk (menunda buang air besar), kejang usus besar,
serat tidak cukup dalam diet, asupan cairan yang tidak memadai, kurang olahraga,
stres emosional, dan obat-obatan tertentu.
Sebuah pengobatan yang umum adalah pencahar ringan, seperti susu
magnesium, yang menginduksi buang air besar. Namun, banyak dokter
mempertahankan bahwa obat pencahar membentuk kebiasaan, dan bahwa
menambahkan serat untuk diet, meningkatkan jumlah latihan, dan meningkatkan
asupan cairan adalah cara yang lebih aman untuk mengendalikan masalah umum.

c. Polip
Polip di usus besar umumnya berkembang lambat dengan pertumbuhan
jinak
yang timbul dari permukaan mukosa usus besar, yang merupakan neoplasma
terbanyak di kolon dan rectum. Polip dapat dibagi berdasarkan bentuk, ukuran dan
permukaannya yaitu ada yang bertangkai “pedunculated polyp” dan ada yang
tidak bertangkai dan mempunyai dasar yang lebar disebut “sessile polyp”.
Seringkali, mereka tidak menyebabkan gejala. Jika gejala terjadi,
menyebabakan diare, darah dalam tinja, dan lendir keluar dari anus. Polip akan
dihapus oleh colonoscopy atau pembedahan karena beberapa dari mereka
mungkin menjadi kanker.
Ada tiga jenis utama dari polip kolon:
1. Adenomatosa
Sebagian besar polip termasuk dalam kategori ini. Meskipun hanya sebagian
kecil polip yang berkembang menjadi kanker, namun hampir semua polip
ganas yang berasal dari jenis adenomatosa.
2. Hiperplastik
Polip ini paling sering terjadi di kolon dan rektum. Biasanya memiliki
ukuran <1/4 inci (5 mm), jenis polip ini sangat jarang berkembang menjadi
kanker.
3. Inflamasi
Polip ini dapat menyertai serangan ulcerative colitis atau penyakit Crohn
pada kolon. Meskipun polip sendiri tidak terlalu berbahaya, namun memiliki

57
ulcerative colitis atau penyakit Crohn pada kolon meningkatkan risiko kanker
kolon.

Gambr 1. pedunculated polyp dan sessile polip pada usus besar

58

Anda mungkin juga menyukai