Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (keliat. 2012). Menurut videbeck (2008) gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung.

B.Proses Terjadinya Masalah


Lama Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat  seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain (Stuart & Sunden, 2006). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(Keliat, 2012). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka
cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan
dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,
mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,
perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalami frustrasi. 

Ada tiga jenis transisi peran :


1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :Situasional, yaitu terjadi
trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang
kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung

C.Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J (2006); Keliat, B.A (2012) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat
penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi
botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker Rasa bersalah terhadap diri sendiri.

Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek
dan mengkritik diri sendiri. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien
tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. Percaya diri kurang. Klien sukar
mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan. Mencederai diri. Akibat harga
diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

D.Penyebab

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
Situasional. Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal). Harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam
tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya
sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok
(Yosep, 2007). Tanda dan Gejalanya : Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan
meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan
sesuatu. Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

E.Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul
dengan orang     lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 2000). Tanda dan gejala : Data Subyektif :
Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan Mengungkapkan perasaan malu untuk
berhubungan dengan orang lain Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif : Kurang spontan ketika diajak bicara Apatis Ekspresi wajah kosong
Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak
mata saat berbicara.

F.Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri: Harga diri
Gangguan citra tubuh
G.Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1.Isolasi sosial : menarik diri
2.Harga diri rendah
3.Gangguan citra tubuh
H.    Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Tgl No Dx Perencanaan
Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi
Dx keperawaatan
Gangguan TUM: 1. Klien menunjukan 1.      Membina hubungan saling
konsep diri: Klien memiliki konsep ekspresi wajah percaya dengan menggunakan
harga diri diri yang positif bersahabat, prinsip komunikasi terapeutik :
rendah TUK: menunjukan rasa - Sapa klien dengan ramah baik
1. Klien dapat senang, ada kontak verbal maupun non verbal.
membina mata, mau berjabat - Perkenalkan diri dengan sopan.
hubungan saling tangan, mau - Tanyakan nama lengkap dan
percaya dengan menyebutkan nama, nama panggilan yang disukai
perawat mau menjawab klien.
salam, klien mau - Jelaskan tujuan pertemuan
duduk berdampingan - Jujur dan menepati janji
dengan perawat, - Tunjukan sikap empati dan
mau mengutarakan menerima klien apa adanya.
masalah yang - Beri perhatian dan perhatikan
dihadapi kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat 2. Klien menyebutkan: 2.1  Diskusikan dengan klien
mengdentifikasi a. Aspek positif dan tentang:
aspek positif dan kemampuan yang - Aspek positif yang dimiliki klien,
kemampuan yang dimiliki klien keluarga, lingkungan.
dimiliki b. Aspek positif - Kemampuan yang dimiliki klien.
keluarga 2.2  Bersama klien buat daftar
c.  Aspek positif tentang:
lingkungan klien - Aspek positif klien, keluarga,
lingkungan
- Kemampuan yang dimiliki klien
2.3  Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif.
3. Klien dapat menilai 3. Klien mampu 2.4  Diskusikan dengan klien
kemampuan yang menyebutkan kemampuan yang dapat
dimiliki untuk kemampuan yang dilaksanakan
dilaksanakan dapat dilaksanakan. 2.5  Diskusikan kemampuan yang
dapat dilanjutkan pelaksanaanya.
4. Klien dapat 4. Klien mampu 4.1  Rencanakan bersama klien
merencanakan membuat rencana aktivitas yang dapat dilakukan klien
kegiatan sesuai kegiatan harian sesuai dengan kemampuan klien:
dengan -          Kegiatan mandiri
kemampuan yang -          Kegiatan dengan bantuan
dimiliki 4.2  Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi klien.
4.3  Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat 5. Klien dapat 5.1  Anjurkan klien untuk
melakukan melakukan kegiatan melaksanakan kegiatan yang telah
kegiatan sesuai sesuai jadwal yang direncanakan.
rencana yang dibuat. 5.2  Pantau kegiatan yang
dibuat. dilaksanakan klien.
5.3  Beri pujian atas usaha yang
dilakukan klien.
5.4  Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.
6. Klien dapat 6. Klien mampu 6.1  Beri pendidikan kesehatan
memanfaatkan memanfaatkan kepada keluarga tentang cara
sistem pendukung sistem pendukung merawar klien dengan harga diri
yang ada yang ada dikeluarga rendah.
6.2  Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien dirawat.
6.3  Bantu klien menyiapkan
lingkungan dirumah.

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:   Jakarta.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa.


Keliat, Budi Anna dll. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. EGC: Jakarta.

Videbeck,Shella L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa/Shella L. EGC: Jakarta

Stuart dan Sundeen.2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend, M, 2009. Psychiatric Mental Health Nursing Concept of Care In Evidence Based
Practice 10 edition, F.A David Company: Philadelphia.

Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai