INTUSUSEPSI
Disusun oleh:
Pembimbing:
i
HALAMAN PENGESAHAN
INTUSUSEPSI
Oleh:
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Intususepsi” sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik di
Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................i
Halaman Pengesahan.....................................................................................................ii
Kata Pengantar..............................................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan....................................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka.............................................................................................2
2.1 Definisi................................................................................................. 3
2.2 Epidemiologi........................................................................................3
2.3 Etiologi.................................................................................................4
2.4 Patogenesis...........................................................................................6
2.5 Faktor-faktor yang dihubungkan dengan terjadinya intususepsi.........8
2.6 Jenis Intususepsi...................................................................................8
2.7 Gambaran klinis...................................................................................9
2.8 Diagnosis............................................................................................11
2.9 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................13
2.10 Diagnosis Banding...........................................................................17
2.11 Penatalaksanaan...............................................................................18
2.12 Komplikasi.......................................................................................20
2.13 Prognosis..........................................................................................21
Bab III Kesimpulan...................................................................................................22
Daftar Pustaka..............................................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
tersebut. Kerusakan usus berupa nekrosis hingga perforasi usus dapat terjadi
antara hari ke 2–5 dengan puncaknya pada hari ketiga setelah gejala klinis
terjadi. Hal tersebut akan memperberat gejala obstruksi yang ditimbulkan oleh
intususepsi dan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.1,3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Estimasi insidensi akurat dari intususepsi tidak tersedia untuk sebagian
besar negara berkembang, demikian juga di banyak negara maju.8 Di Asia
dalam hal ini Taiwan dan Cina, dilaporkan insidens dari intususepsi adalah
0,77 per 1000 kelahiran hidup. Di India, angka kejadiannya dilaporkan
berkisar 1,9-54,4 per tahun. Tidak ada data yang menyebutkan tentang
insidensi per kelahiran hidup. Di Malaysia lebih kurang 10,4 bayi dan anak
dirawat di RS Umum Kuala Lumpur karena intususepsi per tahun. Di
Indonesia, angka kejadian intususepsi di RS wilayah pedesaan dan perkotaan
didapatkan angka yang berbeda, yaitu masing-masing 5,8 dan 17,2 per
tahun(8). Irish (2011) menyebutkan insiden intususepsi adalah 1,5-4 kasus per
1000 kelahiran hidup(2). Intususepsi umumnya ditemukan pada anak-anak di
bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia
anak(12). Di Asia, insiden puncak antara usia 4-8 bulan.8
Umumnya intususepsi ditemukan lebih sering pada anak laki-laki. Di
Afrika, tepatnya di Tunisia, rasio laki-laki dibandingkan perempuan adalah
8:1. Di Asia, rasio perbandingannya adalah 9:1. Di Timur Tengah,
perbandingan antara laki-laki dan perempuan berkisar antara 1,4:1 sampai
4:1.8
Berdasarkan keterkaitan kejadian intususepsi dengan musim, didapatkan
hasil penelitian yang bervariasi di masing-masing wilayah di dunia.8
Intususepsi dilaporkan sebagai suatu kejadian musiman dengan puncak pada
musim semi, musim panas, dan pertengahan musim dingin. Periode ini
berhubungan dengan puncak munculnya gastroenteritis musiman dan infeksi
saluran napas atas.2 Di Asia, salah satunya Thailand insidens intususepsi
meningkat antara bulan September dan Januari dan kemudian April.
Peningkatan ini bersamaan dengan musim dingin dan panas yang merupakan
puncak dari insidens infeksi saluran napas atas dan gastroenteritis. Di
Malaysia tidak ditemukan adanya perbedaan musim terkait dengan
intususepsi.8
2.3 Etiologi
Etiologi dari intususepsi terbagi menjadi 2, yaitu idiopatik dan kausal.13
1. Idiopatik
Menurut kepustakaan, 90-95 % intususepsi pada anak di bawah
umur satu tahun tidak dijumpai penyebab yang spesifik sehingga
digolongkan sebagai “infantile idiophatic intussusceptions”.13 Kepustakaan
lain menyebutkan di Asia, etiologi idiopatik dari intususepsi berkisar
antara 42-100%.8
Definisi dari istilah intususepsi “idiopatik‟ bervariasi di antara
penelitian terkait intususepsi. Sebagian besar peneliti menggunakan istilah
“idiopatik‟ untuk menggambarkan kasus dimana tidak ada abnormalitas
spesifik dari usus yang diketahui dapat menyebabkan intususepsi seperti
diverticulum meckel atau polip yang dapat diidentifikasi saat
pembedahan.8
Intususepsi idiopatik memiliki etiologi yang tidak jelas. Salah satu
teori untuk menjelaskan kemungkinan etiologi intususepsi idiopatik adalah
bahwa hal itu terjadi karena Peyer patch yang membesar; hipotesis ini
berasal dari 3 pengamatan: (1) penyakit ini sering didahului oleh infeksi
saluran pernapasan atas, (2) wilayah ileokolika memiliki konsentrasi
tertinggi dari kelenjar getah bening di mesenterium, dan (3) pembesaran
kelenjar getah bening sering dijumpai pada pasien yang memerlukan
operasi. Apakah Peyer patch yang membesar adalah reaksi terhadap
intususepsi atau sebagai penyebab intususepsi, masih tidak jelas.1
2. Kausal
Pada penderita intususepsi yang lebih besar (lebih dua tahun),
adanya kelainan usus dapat menjadi penyebab intususepsi seperti
: inverted Meckel’s diverticulum, polip usus, leiomioma, leiosarkoma,
hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma dan duplikasi usus.13
Divertikulum Meckel adalah penyebab paling utama, diikuti dengan polip
seperti peutz-jeghers syndrom, dan duplikasi intestinal. Lead point lain
diantaranya lymphangiectasias, perdarahan submukosa dengan Henoch-
Schönleinpurpura, trichobezoars dengan Rapunzel syndrome,
caseating granulomas yang berhubungan dengan tuberkulosis abdominal.2
Intususepsi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang biasanya
timbul setelah dua minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan
peristaltik usus, disebabkan manipulasi usus yang kasar dan lama, diseksi
retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.13
2.4 Patogenesis
Patogenesis dari intususepsi diyakini akibat sekunder dari
ketidakseimbangan pada dorongan longitudinal sepanjang dinding
intestinal. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh adanya massa
yang bertindak sebagai pencetus atau oleh pola yang tidak teratur dari
peristalsis (contohnya, ileus pasca operasi). Gangguan elektrolit
berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan yang dapat
mengakibatkan motilitas intestinal yang abnormal, dan mengarah pada
terjadinya invaginasi. Beberapa penelitian terbaru pada binatang
menunjukkan pelepasan nitrit oksida pada usus, suatu neurotransmitter
penghambat, menyebabkan relaksasi dari katub ileocaecal dan
mempredisposisi intususepsi ileocaecal. Penelitian lain telah
mendemonstrasikan bahwa penggunaan dari beberapa antibiotik tertentu
dapat menyebabkan hiperplasia limfoid ileal dan dismotilitas intestinal
dengan intususepsi.1
Sebagai hasil dari ketidakseimbangan, area dari dinding usus
terinvaginasi ke dalam lumen. Proses ini terus berjalan, dengan diikuti area
proximal dari intestinal, dan mengakibatkan intususeptum berproses
sepanjang lumen dari intususipiens. Apabila terjadi obstruksi sistem
limfatik dan vena mesenterial, akibat penyakit berjalan progresif dimana
ileum dan mesenterium masuk ke dalam caecum dan colon, akan dijumpai
mukosa intussusseptum menjadi oedem dan kaku. Mengakibatkan
obstruksi yang pada akhirnya akan dijumpai keadaan strangulasi dan
perforasi usus.1,13
Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit
mengakibatkan gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem,
hiperfungsi goblet sel serta laserasi mukosa usus. Hal inilah yang
mendasari terjadinya salah satu manifestasi klinis intususepsi yaitu BAB
darah lendir yang disebut juga red currant jelly stool. 1,2,13
2.8 Diagnosis
Kriteria Mayor
1. Adanya bukti dari obstruksi usus berupa adanya riwayat muntah hijau,
diikuti dengan distensi abdomen dan bising usus yang abnormal atau
tidak ada sama sekali.
2. Adanya gambaran dari invaginasi usus, dimana setidaknya tercakup
hal-hal berikut ini: massa abdomen, massa rectum atau prolaps rectum,
terlihat pada gambaran foto abdomen, USG maupun CT Scan.
3. Bukti adanya gangguan vaskularisasi usus dengan manifestasi
perdarahan rectum atau gambaran feses red currant jelly pada
pemeriksaan Rectal Toucher.
Kriteria Minor
1. Bayi laki-laki kurang dari 1 tahun
2. Nyeri abdomen
3. Muntah
4. Lethargy
5. Pucat
6. Syok hipovolemi
7. Foto abdomen yang menunjukkan abnormalitas tidak spesifik.
Level 3 – Possible
- Empat atau lebih kriteria minor
A. Hydrostatic Reduction
B. Pneumatic Reduction14,16
Tindakan Operatif
Apabila diagnosis intususepsi yang telah dikonfirmasi oleh x-ray,
mengalami kegagalan dengan terapi reduksi hidrostatik maupun
pneumatik, ataupun ada bukti nyata akan peritonitis difusa, maka
penanganan operatif harus segera dilakukan.11,16
2.12 Komplikasi
2.13 Prognosis