Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Anindia Eka Putri


2. Anita Aprilia
3. Irna Putri Wirdianis
4. Putri Diah Marsella

Dosen Pembimbing:

Ns. Hendiyanto S.Kep

Program D3 Keperawatan

Sekolah Tingggi Ilmu Kesehatan Pamentas

Jl. Pertanian Raya No. 1 Lebak Bulus, Jakarta Selatan


2019
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan karunianNya
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Dasar dengan judul “KONSEP
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT” dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolonganNya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
meskipun kami juga menyadari segala kekurangan yang ada di dalam makalah ini.
Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah di
mengerti. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Semoga makalah ini dapat
diterima dan memberikan manfaat kepada kita semua.

Depok, 16 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Pengertian Cairan dan Elektrolit..............................................................................2
B. Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh.........................................................................2
C. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia...............................................4
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit............5
E. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh.................................................................7
F. Gangguan Kesimbangan Cairan dan Elektrolit.......................................................9
G. Asuhan Keperawatan...............................................................................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat.  Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis.  Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses
faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif 
konstan tapi dinamis.  Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.  Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah
cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran
cerna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari cairan dan elektrolit?
2. Apa saja fungsi cairan dan elektrolit pada tubuh manusia?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?
4. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian cairan dan elektrolit.

2. Mengetahui fungsi cairan dan elektrolit pada tubuh manusia.

3. Mengetahui factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.

1
4. Mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan
dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.

B. Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh


1. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan
cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat diberbagai jaringan tubuh.
Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks.
Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa
memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi,
70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki
simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh
wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen
utama dalam tubuh, yaitu :
a. Cairan Intraselular (CIS)

2
CIS adalah cairan yang berada dalam sel diseluruh tubuh. Cairan ini berfungsi
sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah
cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K󠅲+,
Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit
HCO3-, SO42-, Cl-.
b. Cairan Ekstraselular (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari
total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan interstisial, dan
cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma
darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan
tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua
arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah : kation dan anion.

2. Elektrolit Utama Tubuh Manusia


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit. Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan
listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam
organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium
(Ca++) ,magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-),
sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif
harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif. Komposisi dari elektrolit-elektrolit
tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :

3
No Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler plasma
1 Kation :
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2 Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
Protein 1,2 mEq 0,2 mEq mEq

C. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia


1. Fungsi Cairan dalam Tubuh
a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh, air mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,
vitamin dan mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu, air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolisme juga dapat dikatakan berperan dalam proses
metabolisme seperti karbon dioksida (CO ) dan juga senyawa nitrat.
c. Sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. Katalisator reaksi biologik sel
e. Pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada
pada kondisi ideal yaitu ± 37C.
2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh
a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama dengan adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES

4
meningkat maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk
keseimbangan cairan.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan
terjadi perpindahan yang menghasilkan implus-implus saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak
juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang
belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi
akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu
lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah
jantung atau gangguan ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan peningkatan pengeluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme, dan usia. Individu yang

5
tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau di daerah dengan kelembapan yang
rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. Demikian
pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka
dapat kehilangan cairan sebanyak lima liter sehari melalui keringat. Umumnya,
orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak
biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
retensi air dan natrium. Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL, penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.
Akibatnya,terjadi defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.

6
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi,
sedangkan beberapa klien lainnya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat
asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon
ADH selama masa stress akibat obat- obatan anastesia.

E. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara
sejumlahkomponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan,
ruang cairan, membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan
elektolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh
melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di
antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan
interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung
dalam tiga proses, yaitu :
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat
padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur
dalam sel membran. dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain
terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. kecepatan proses difusi
bervariasi, bergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan
temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil.
Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke
larutan dengan konsentrasi rendah. larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutanzdengan
konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya.
Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis penting dalam
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra sel.

7
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam mengatur keseimbangan
cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan
yang berbeda dan di dalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang
mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl
0,9% merupakan larutan yang isotonik karena larutan NaCl mempunyai kepekatan
yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan
larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan
hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan
rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transporaktif.
Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses
pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
a. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik
juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel
pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila dua larutan dengan
perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat
molekulnya tidak dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut koloid.
Sedangkan, larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dan dapat
bergabung disebut sebagai kristaloid. Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah
larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan
plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel
tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses
pemberian cairan intravena. biasanya, larutan yang sering digunakan dalam
pemberian infus intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi
yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan
cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik,

8
yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma
darah. Tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan tekanan
osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan
molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk
larutan koloid dan sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan
hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam
ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.
b. membran Semipermiabel
Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul
besar tidak tergabung. Membran semipermiabel terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain
tidak berpindah ke jaringan.

F. Gangguan Kesimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Gangguan Keseimbangan Cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa
defisit volume cairan atau sebaliknya.
a. Defisit Volume Cairan (Fluid Volume Defisit)
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi
antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal
juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia,tekanan osmotik
mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan
intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel.
Secara umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga,
yaitu :
1) Dehidrasi isotonik.
Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
2) Dehidrasi hipertonik.
Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.

9
3) Dehidrasi hipotonik.
Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebihsedikit daripada jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasmadarah adalah 130 mEq/l.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa


perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia)
dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh
banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut
(mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine
berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi
dapat digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :

1) Dehidrasi Ringan.
Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau
sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih
besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat.
Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung melalui kulit, saluran
pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
2) Dehidrasi sedang.
Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat
tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kadar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l.
Salah satu gejalanya adalah mata cekung
3) Dehidrasi berat.
Ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium
serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat
mengalami hipotensi.
b. Volume Cairan Berlebih (Fluid Volume Eccess)
Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel.
Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya
disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul
terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi
akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic.
Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema

10
pitting adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut
ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan
dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan
edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh.
Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat
dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tidak
menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma
yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan
jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan
tekanan cairan pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema
yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.
2. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia dan Hipernatremia
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan
pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi
bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat
berlebih, dieresis, serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan
dengan kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik
(syndrome of inappropriate antidiuretic hormone [SIADH]), peningkatan
asupan cairan ,hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan
polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas,
hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang
dan koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum
<136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010.
Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini
mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab
hypernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi
haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, polyuria
karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa
bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan

11
laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144Meq/l, berat jenis
urine >11,30.
b. Hipokalemia dan Hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogendan
kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH
plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus,
penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l.
Hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium dicairan ekstrasel. Kasus ini
jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan
kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan
serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu
mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri
meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan
kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5
mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak,
QRS melebar, dan PR memanjang.
c. Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh
akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari
tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani,
peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan
osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium
serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T.
Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek
positif.
Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi
ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya
menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi penurunan
kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi, nyeri
punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar

12
kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat
kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta
pembentukan kavitas tulang yang menyebar.
d. Hipomagnesemia dan Hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5mEq/l.
Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebih,
malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan
gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi,
disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l.
Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam
serum. Meski jarang ditemui,namun kondisi ini dapat menimpa penderita
gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung
magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung,
depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.
e. Hipokloremia dan Hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara
khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik.
Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosismetabolic, yaitu apatis,
kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini adalah nilai ionklorida >95 mEq/l.
Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap
dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan
masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat
sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi
ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan
laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini
dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi
fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat
terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan

13
hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia,
kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl.
Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini
dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid
menurun. Selain itu,hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat
berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena
kadarkalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala
hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan
eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan
motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas
jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya
adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.

G. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Klien

Nama : An. N No. Rekam Medik : 307143

Umur : 3 Tahun Ruang : Isolasi

Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl. Masuk : 01 Mei 2017

Agama : Islam Tgl. Keluar : 03 Mei 2017

Alamat : Beji, Depok

a. Pengkajian
DS : 1. Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari
2. Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan & tidak mau minum
3. Ibu klien mengatakan anaknya lemas

DO : 1. klien terlihat lemas

2. Klien terlihat pucat

14
3. Suhu klien : 38,9°C

4. Akral klien panas

5. Mukosa bibir klien terlihat kering

b. Masalah Keperawatan Utama


Hipertermi b.d ketidakcukupan hidrasi ditandai dengan mukosa bibir kering

c. Intervensi
1. Observasi suhu klien
2. Kolaborasi dengan Dr. dalam pemberian obat
3. Anjurkan klien untuk cek darah H2TL

d. Implementasi
1. Mengobservasi suhu klien : 38,9°C
2. Berkolaborasi dengan Dr. dalam pemberian obat :
a) Infus RL 10 TPM
b) PCT Tablet 3 X 1
c) Eygrad syrup 3 X1
3. Menganjurkan klien unruk cek darah H2TL Normal
Hb : 12,0 gr/dl 11-14 gr/dl
Ht : 42 % 40-45 %
Tr : 480 ribu/mm 150-400ribu/mm
L : 4200 ribu/mm 6-10ribu/mm

e. Evaluasi Hari Ke-1


S : ibu klien mengatakan anaknya masih demam dan disertai batuk
O : suhu klien 38,9°C dan klien terlihat lemas
Mukosa bibir terlihat kering
A : mengurangi demam yang meningkat
P : kolaborasi dengan Dr. dalam pemberian obat
PCT Drip
Ezygrad 3 X 1
Inj. Omeprazole

15
Kompres hangat

Evaluasi Hari ke-2


S : ibu klien mengatakan anaknya masih demam dan tidak mau minum
O : suhu klien 38,9°C dan klien terlihat lemas
Mukosa bibir terlihat kering
A : mengurangi demam yang terus meningkat
P : kolaborasi dengan Dr. dalam pemberian obat
PCT Drip
Ezygrad 3 X 1 (di stop)
Inj. Omeprazole
Kompres hangat
Observasi suhu
Cek darah H2TL

Evaluasi Hari ke-3


S : ibu klien mengatakan demamnya sudah berkurang dan klien sudah mau
minum
O : klien terlihat sudah lebih segar
Suhu menurun 37,5°C
Hasil lab: Normal
Hb : 13,0 gr/dl 11-14 gr/dl
Ht : 42 % 40-45 %
Tr : 350 ribu/mm 150-400ribu/mm
L : 700 ribu/mm 6-10ribu/mm
A : masalah teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan.

Nasihat untuk dirumah :


Menganjurkan klien untuk banyak mengonsumsi air putih
Menganjurkan klien untuk banyak istirahat
Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
Menganjurkan pasien untuk minum obat sesuai resep dokter.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006).
Cairan tubuh dibagi dalam duakelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Total jumlah volumecairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60
% dari berat badan pria dan 50 %dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak badandan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses
yaitudifusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara
duakompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-
kira 2/3atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran
cairanterjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada
sembilanfaktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis,
pengobatan,dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh dapatdipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan
elektrolit.

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah
ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37710728/MAKALAH_CAIRAN_DAN_ELEKTROLIT

https://www.academia.edu/22337964/MAKALAH_KESEIMBANGANCAIRAN_DAN_EL
EKTROLIT_DALAM_TUBUH_MANUSIA

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan KeseimbanganCairan &
Elektrolit” . Jakarta : ECG.

A, Aziz Alimul H. 2009 . Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2 . Jakarta : Salemba
Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai