ADHD
Sarana:
Poliklinik Tumbuh kembang
Definisi
ADHD adalah suatu gangguan perilaku yang bersifat persisten, ditandai dengan
rentang pemusatan perhatian (atensi) buruk, hiperaktif dan impulsif, gejala ini
biasanya muncul pada masa usia pra sekolah dan sekolah dini.
Epidemiologi
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) prevalens pada anak usia
sekolah (6-12 tahun) sekitar 4-12%. ADHD lebih sering terjadi pada anak laki-
laki daripada perempuan dengan perbandingan antara anak laki-laki dan
perempuan bervariasi antara 2:1 sampai 10:1. Di dalam populasi diperkirakan
prevalens sekitar 9,2% laki-laki dan 2,9% perempuan.
Etiologi
Faktor genetik diduga kuat merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya
terhadap timbulnya ADHD. Dari penelitian didapatkan angka kejadian ADHD
pada kembar monozigot sekitar 59-81%., lebih besar dibandingkan dizigot.
Saudara kandung pasien ADHD mempunyai kemungkinan 5x lipat mengalami
ADHD. Anak dari orangtua yang mengalami ADHD mempunyai risiko 5-8x lebih
besar mengalami ADHD.
Saat ini ada 2 gen yang dihubungkan dengan ADHD yaitu
Gen transporter dopamine (DAT)
Gen reseptor dopamine D4 (DRD4-7)
Neurokimia
Berbagai neurotransmiter telah diteliti pada kasus ADHD dan dilaporkan bahwa
neurotransmiter yang berpengaruh adalah norepinefrin/ nonadrenergik, dopamin
dan serotonin.
Klasifikasi
Berdasarkan kriteria DSM IV ADHD dibagi menjadi 3 tipe:
1. Tipe inatensi (ditemukan minimal 6 dari 9 gejala inatensi)
2. Tipe hiperaktif-impulsif (ditemukan minimal 6 dari 9 gejala hiperaktif-
impulsif)
3. Tipe kombinasi (ditemukan minimal 6 dari 9 gejala masing-masing gejala
inatensi dan hiperaktif-impulsif)
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis utama ADHD adalah gangguan penyesuaian diri
perkembangan, atensi (inatensi), aktivitas (hiperaktivitas) dan kontrol perilaku
yang kurang (impulsif) yang akan menyebabkan gangguan dalam hal sosial,
akademik maupun pekerjaan. Gejala klinis ADHD biasaya timbul sebelum usia 7
tahun dan berlangsung lebih dari 6 bulan.
1. Inatensi
Anak ADHD tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk waktu yang lama.
Perhatian mudah teralihkan oleh stimulus lain. Rentang perhatian yang pendek
dan kemampuan menyimak rendah merupakan gejala kunci dari ADHD. Pasien
sering mengalami kesulitan mempertahankan perahatian pada tugas atau kegiatan
bermain dan merasa sulit bertahan dengan tugasnya sampai selesai.
Selain itu pasien juga tidak memperhatikan hal yang rinci (detail) sehingga
membuat kesalahan karena tidak hati-hati dengan pekerjaan sekolah atau tugas
lain. Mereka sering lupa dengan aktivitas sehari-hari, pada lingkungan sosial
gejala inatensi dapat berupa topik pembicaran yang berubah-ubah, tidak
mendengarkan dan mematuhi instruksi, ataupun tidak ada perhatian pada
percakapan yang sedang berlangsung.
2. Impulsif
Impulsivitas dapat berupa impulsivitas verbal maupun motor. Impulsivitas motor
berupa anak selalu berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Impulsivitas
Komorbiditas
Dalam jangka panjang, masalah sekunder lebih merusak dibandingkan masalah
primer. Perilaku impulsif dan keadaan komorbiditas sering menyebabkan friksi
dengan teman, guru dan orangtua. Hal ini dapat menyebabkan mereka dikeluarkan
dari sekolah atau dipindahkan ke kelas lain. Teman-teman cenderung menghindari
bergaul dengan anak tersebut, yang mengalami kehilangan rasa percaya diri,
menarik diri dan mengalami depresi.
Komordiditas yang menyertai ADHD dibagi dua, yaitu:
1. Gangguan eksternal berupa oppositional defiant disorder, conduct disorder,
gangguan tik.
2. Gangguan internal berupa depresi, ansietas dan gangguan belajar, sering
menyertai ADHD tipe inatensi.
Diagnosis
Hal penting yang harus diperhatikan dalam menegakkan diagnosis ADHD adalah
sbb:
1. Wawancara terhadap orangtua dan laporan dari sekolah mengenai gangguan
perilaku anak merupakan hal yang penting. Biasanya anak dengan gejala
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ADHD merupakan penatalaksanaan multidisiplin jangka
panjang, dan memerlukan evaluasi berulang-ulang untuk menilai efektivitas dan
ada tidaknya masalah baru (komorbiditas).
Prognosis
Prognosis ADHD tergantung usia, gangguan penyerta (komorbiditas), IQ dan
karakteristik eksternal. Sebanyak 30-80% kasus tetap menunjukkan gejala ADHD
pada masa remaja dan sebanyak 65% kasus sampai dewasa.
Kejahatan atau kepribadian antisosial pada masa remaja dan dewasa terlihat
pada pemantauan 25-40% anak dengan ADHD. Penderita ADHD dilaporkan
mempunyai kecenderungan mencoba narkotika dan mengalami adiksi pada masa
remaja.
Kasus-kasus yang memperlihatkan tingkah laku agresif terhadap orang
dewasa, IQ yang rendah, hubungan dengan teman buruk dan menetapnya gejala
ADHD mempunyai prognosis yang kurang baik.
Tidak Sekali-
Cukup Hampir
sama kali (1)
No Gejala klinis sering selalu
sekali
(2) (3)
(0)
1 Tidak kenal lelah atau aktivitas
yang berlebihan
2 Mudah menjadi gembira atau
impulsif
3 Mengganggu anak lain
4 Gagal menyelesaikan kegiatan yang
telah dimulai, selang waktu
perhatian pendek
5 Menggerak-gerakkan anggota
badan atau kepala terus-menerus
6 Perhatian kurang, mudah teralih
7 Permintaan harus segera dipenuhi,
mudah menjadi frustasi
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hati berubah dengan cepat
dan drastis
10 Ledakan kekesalan, tingkah laku
eksplosif dan tidak terduga
Inatensi
a. Sering gagal menyimak pada hal yang rinci atau membuat kesalahan karena
tidak cermat pada pekerjaan sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya..
Hiperaktivitas
a. Sering bergerak-gerak dengan tangan atau kaki, atau menggeliat bila duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduknya di dalam kelas pada situasi lain
dimana diharapkan dapat duduk lama.
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan dimana
hal tersebut tidak pantas (pada remaja dan dewasa mungkin hanya terbatas
pada gerakan gelisah).
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau kegiatan waktu senggang dengan
tenang.
e. Sering bergerak atau bertindak seolah disetir oleh motor penggerak.
f. Sering bicara berlebihan.