DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPUH:
H. ADI BACHTIAR. LC., M.A
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kasih dan karunia-Nya
Saya dapat menyelesaikan Makalah SOSIOLOGI DAKWAH yang berjudul
“PERUBAHAN SOSIAL DAKWAH DI MADINAH SEBELUM DAN SESUDAH
HIJRAH RASULULLAH SAW” ini tepat pada waktunya. Adapun penjelasan-
penjelasan pada makalah ini saya ambil dari beberapa sumber buku dan website.
Saya sebagai Pemakalah menyadari bahwa banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Saya meminta maaf apabila di dalam makalah ini terdapat kata atau kalimatyang keliru
karena memang Fitrahnya Manusia yang tidak luput dari dosa. Untuk itu dengan senang
hati saya senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................5
C. TUJUAN...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. STRUKTUR SOSIAL DAKWAH DI MADINAH SEBELUM HIJRAH
RASULULLAH SAW.......................................................................................................................6
B. KONFLIK PENDUDUK MADINAH SEBELUM HIJRAH RASULULLAH SAW................7
C. PERUBAHAN SOSIAL DAKWAH DI MADINAH SESUDAH HIJRAH
RASULULLAH SAW......................................................................................................................8
D. STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW TERHADAP MASYARAKAT
MADINAH........................................................................................................................................9
E. REAKSI PENDUDUK MADINAH TERHADAP DAKWAH NABI MUHAMMAD
SAW................................................................................................................................................12
F. PENGARUH ISLAM TERHADAP PENDUDUK MADINAH..............................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................................................15
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hijrah bukan semata-mata menyelamatkan diri dari gangguan orang-orang kafir atau
pindah dari negeri kufur, akan tetapi makna hijrah yang lebih jauh adalah berkumpul
dan tolong-menolong untuk menegakkan jihad fi sabilillah meninggikan kalimat Allah
dengan menyebarkan ilmu, amal, dan dakwah serta memerangi setiap orang yang
menghalangi jalan dakwah. Oleh karena itu, setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menetap di negeri hijrah Madinah, beliau dan para sahabat tidak sepi dari
aktivitas membangun masyarakat yang islami.
Madinah adalah negeri yang aman untuk menyebarkan dakwah, yang jauh berbeda
dengan Mekah. Yang demikian itu karena Madinah adalah kota oran-orang Anshar,
penolong-penolong agama Allah, sedangkan Mekah adalah tempat orang-orang kafir
musuh Allah, Rasulullah, Islam, dan kaum muslimin.
Walaupun secara umum Madinah memiliki penolong-penolong dakwah,
percampuran antara Muhajirin dan Anshar yang latar belakang dan adat istiadatnya
berbeda menimbulkan masalah yang baru dan membutuhkan jalan keluar yang baru
pula. Terlebih lagi, penduduk Madinah secara khusus pada saat itu terdiri atas tiga kaum
dan sekaligus tiga agama, yaitu: kaum muslimin yakni Anshar, orang-orang musyrik
dari bangsa Arab, dan Yahudi. Kaum Yahudi sendiri terdiri atas tiga kabilah yaitu: Bani
Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Orang-orang Yahudi ini berasal dari Syam
(sekarang Syiria, Yordania, lebanon, dan Palestina). Mereka datang dan bermukim di
Madinah karena ditindas dan diusir oleh bangsa Romawi yang beragama Nasrani sebab
kejahatan Yahudi yang menganggap hina semua umat selain mereka dan juga mereka
mengetahui berita akan datangnya seorang nabi serta mengetahui tempat hijrahnya
lewat wahyu Allah dalam kitab-kitab mereka. Mereka datang sesuai dengan niat dan
janji bahwa akan mengikuti nabi tersebut jika telah keluar. Akan tetapi, setelah muncul
nabi ini (yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) mereka kafir (mengingkari)
karena iri dan dengki akibat fanatisme jahiliah kesukuan; yaitu lantaran
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam nabi yang mereka nanti-nantikan tidak berasal dari
golongan mereka, Bani Israil.
Meski masyarakat Madinah terdiri dari tiga penganut agama, pucuk pimpinan dan
kalimat yang berlaku adalah di tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sekalipun orang-orang Yahudi dan musyrik memiliki para pemimpin dan
ulama masing-masing. Orang-orang musyrik tidak memiliki kekuasaan atas kaum
muslimin. Mereka berada di antara ragu dan yakin terhadap ajaran Islam, namun mereka
tidak sanggup menampakkan permusuhan kepada Islam hingga akhirnya mereka masuk
Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Mengkaji keadaan dan peta sosial dari suatu masyarakat sangatlah penting, karena di
dalamnya akan ditemukan tata cara, pandangan hidup, dan organisasi sosialnya yang
mempengaruhi pola perilaku kehidupan anggota masyarakat dalam aspek – aspek sosial,
ekonomi, politik, hukum adat istiadat maupun agama atau keyakinan. Pola – pola
perilaku kehidupan tersebut melahirkan kebudayaan.
Demikian pula masyarakat Madinah sebelum Islam, mempunyai struktur dan kultur
yang mengatur pola perilaku dan hubungan antarkeluarga maupun antar kelompok
masyarakatnya. Dalam hal ini akan dibahas aspek – aspek sosial, ekonomi politik agama
dan keyakinan masyarakat Madinah, sehingga kita dapat memahami sejauhmana
keberhasilan dakwah Nabi Muhammad.
Situasi Yatsrib (sebelum diubah menjadi Madinah) dalam berbagai aspek kota
Mekah. Disamping terletak di jalan yang menghubungkan Yaman dan Syiria, Juga
sebagai basis pertanian yang subur.1 Sehingga sumber kehidupan selain dari pertanian
juga dari perdagangan namun tidak seramai Mekah
Komposisi penduduk di Madinah sebelum Islam Masuk berbeda dengan kota
Mekah. Mekah yang yang berpenduduk bersuku – suku, bila dilihat dari karakteristik
budaya agama memiliki sifat yang relatif homogen, yaitu sebagai penyembah berhala,
sedangkan wilayah Madinah memiliki penduduk yang berasal dari berbagai suku, yang
terdiri dari bangsa Arab yang terbagi dalam dua suku besar yaitu suku Aus dan Suku
Khazraj yang bermigrasi dari Arabia selatan, dan bangsa Yahudi yang terbagi dalam
beberapa suku. Yaitu Bani Quraizhat, Bani Nadhir, Bani Qunaiqa’, Bani Tsa’labat,
Bani Hadh.
Mengenai asal usul mereka di Madinah, terdapat teori yang menyebutkan bahwa
mereka bermigrasi dari Syam (syiria besar) pada abad I dan II Masehi, yaitu sesudah
orang – orang Romawi menguasai Syiria dan Mesir pada abad I dan II sebelum Masehi,
kehadiran mereka di Syiria dan Mesir membuat orang – orang Yahudi pindah ke Jazirah
Arab.2
1 Philip K.Hitti, Historty of the Arabs, alih bahasa R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Selamet
Riyadi, “ History of the Arabs, Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam” PT
Serambi Ilmu Semesta, Jakarta 2005, hlm.131
2 Akram Dhiyauddin Umari, Madinan Society at the Time of the Prophet : Its Characteristics
and Organization, alih bahasa Mun’im A.Sirry, “Masyarakat Madani : Tinjauan Historis Kehidupan
Zaman
Nabi”, Gema Insani Press, Jakarta, 1999, hlm. 64
Dilihat dari struktur sosial dan kultur mereka, penduduk Madinah lebih cenderung
bersifat majemuk dibanding Mekah. Mereka terdiri dari berbagai macam etnis dan
kepercayaan serta memiliki tradisi adat istiadat tersendiri dari tiap – tiap sukunya.
6
7 Ali Asghar Engineer, The Origen and Devolopment of Islam, di terjemahkan Imam Baehaqi
“Asal Usul dan Perkembangan Islam”, Insist dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm. 146
8 Muhammad Al-Gozali, Fiqh U Seerah : Understanding the life of the Prophet Muhammad ,
alih bahasa Imam Muttaqien “ Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad, Mitra Pustaka, Jakarta, 2003,
hlm. 184
C. PERUBAHAN SOSIAL DAKWAH DI MADINAH SESUDAH HIJRAH
RASULULLAH SAW
Pada pembahasan yang telah diuraikan bahwa Madinah dihuni oleh berbagai
suku bangsa yaitu bangsa Arab berikut suku – sukunya dan bangsa Yahudi dengan
beberapa suku dengan agama dan keyakinan yang berbeda. Corak masyarakatnya
yang majemuk ini bertambah kompleks dengan datangnya Islam kedaerah tersebut.
Adapun golongan – golongan penduduk Madinah pasca hijrah Nabi Muhammad
beserta pengikutnya terdapat di dalam al-Qur’an yang dikategorikan ke dalam
kelompok keyakinan, mereka disebut sebagai kaum Muhajirin, Anshar, Munafiq,
Yahudi dan Nasrani.9
Kemajemukan penduduk Madinah adalah dilihat dari berbagai segi.10
a. Dilihat dari segi kebangsaan, penduduk Madinah terdiri dari atas bangsa Arab dan
bangsa Yahudi yang masing – masing terbagi dalam ke dalam beberapa suku.
b.Dilihat dari segi daerah, mereka adalah orang-orang Arab Mekah , orang-orang
Arab dan Yahudi Madinah.
c. Dilihat dari struktur sosial dan kultur, mereka sama – sama menganut sistem
kesukuan tapi berbeda dalam adat istiadat.
d.Dilihat dari segi ekonomi, bangsa Yahudi adalah golongan ekonomi kuat yang
menguasai pertanian, perdagangan dan keuangan, sedangkan orang Arab adalah
golongan kelas dua.
e. Dilihat dari segi agama dan keyakinan, mereka terdiri dari atas penganut agama
Yahudi, pengabut agama Kristen minoritas, penganut agama Islam, golongan
Munafiqun dan penganut paganisme (Musyrik).
Dengan demikian komposisi dan struktur masyarakat Madinah baik sebelum hijrah
Nabi dan sesudah hijrah tidak mengalami perubahan dari majemuk menjadi
homogen.
D. STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW TERHADAP
MASYARAKAT MADINAH
Langkah pertama, begitu beliau tiba di kota itu adalah membangun masjid. Masjid
tersebut didirikan diatas sebidang tanah milik anak yatim, Sahl dan Suhail bin ‘Amr,
yang sudah dibeli oleh beliau. Kiblatnya mengarah ke Bait al- Maqdis.
Dan salah satu sudut masjid tersebut dijadikan sebagai tempat kediaman beliau,
dengan dua kamar untuk kedua istri beliau ‘Aisyah dan Saudah. Sementara itu
kondisi bangunan masjid seperti yang digambarkan oleh Muhammad Husein
Haekal11 sebagai berikut :
“Masjid itu merupakan sebuah ruangan terbuka yang luas, keempat temboknya
dibuat dari bata dan tanah. Atapnya sebagian terdiri dari daun kurma dan sebagian
lagi dibiarkan terbuka, sebagian lagi dijadikan tempat fakir-miskin yang tidak punya
tempat tinggal. Tidak ada penerangan dalam masjid pada malam hari. Hanya pada
waktu isya diadakan penerangan dengan membakar jerami. Hal ini berjalan selama
sembilan tahun. Sesudah itu baru digunakan lampu – lampu yang dipasang pada
batang – batang (tiang) kurma yang dijadikan penopang atap itu. Tempat tinggal
Nabi tidak mewah keadaannya dari pada masjid meskipun memang sepatutnya lebih
tertutup.”
Bangunan ini bukan sekedar tempat melaksanakan shalat, tetapi juga berfungsi
sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur
kekabilahan dan sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah, dan sebagai tempat
menjalankan roda pemerintahan.12
Masjid tersebut menjadi suatu mata rantai dari rencana panjang Nabi dalam
mempersatukan umat. Di masjid inilah Nabi menciptakan suasana damai, kabilah –
kabilah yang asalnya jauh, kini menjadi dekat dan perpecahan menjadi persatuan.
Menciptakan Persaudaraan
Dengan persaudaraan seperti itu berarti lenyaplah fanatisme kesukuan Jahiliyah, dan
tak ada semangat pengabdian selain kepada agama Islam, disamping itu, agar
perbedaan – perbedaan keturunan warna kulit, dan daerah tidak mendominasi, agar
seorang tidak merasa unggul dan merasa lebih rendah kecuali karena ketakwaanya.15
Mengatur Hubungan antar Penduduk Madinah
Dalam piagam Madinah tersebut golongan Nasrani tidak tercantum, namun dalam
perkembangannya pada tahun ke-I H, delegasi Nasrani dari Najran melakukan
perjanjian dengan Rasulullah. Kesepakatan antara Nabi Muhammad dengan delegasi
Nasrani asal Najran ini adalah pemberlakuan yang sama pada piagam Madinah
sebagaimana diberlakukan terhadap komunitas umat Islam dan Yahudi.16
Piagam mengikat seluruh warga Madinah, bukan hanya masyarakat Muslim
melainkan juga non muslim . piagam ini menjamin hak semua kelompok sosial
untuk mendapat perlakuan yang sama, baik dalam beragama maupun dalam
keadilan.
Demikian ketiga langkah bijak dalam upaya membangun masyarakat baru (ummah)
di Madinah.
E. REAKSI PENDUDUK MADINAH TERHADAP DAKWAH NABI
MUHAMMAD SAW
16 Ahmad Zainal Abidin, Piagam Nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang, Jakarta, Cet.I,
1973,hlm.44
Disisi lain, di kalangan kedua suku yang telah menerima Islam terdapat
sekelompok orang yang menolak kedatangan Islam. kelompok ini adalah pengikut
Abdullah bin Ubayy dari suku Khazraj. Ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah,
Abdullah bin Ubayy secara lahiriyah menyatakan keislamanya, tetapi secara diam –
diam menyembunyikan rencana menggerogoti Islam. Kelompok inilah secara
rahasia menggalang hubungan dengan orang-orang pagan Mekkah dan suku – suku
Yahudi dan melancarkan intrik – intrik terhadap kaum muslimin. Hal ini disebabkan
kekecewaan Abdullah bin Ubayy terhadap Nabi Muhammad, yang tampaknya telah
merampas semua impian kebesaran Abdullah bin Ubayy – yang secara empirik
belum terbukti – untuk menjadi pemimpin di wilayah ini, karena sebelum
kedatangan Nabi, ia telah diangkat menjadi raja atau pemimpin untuk wilayah ini
pasca perang bu’ats.17
Sementara itu kaum Yahudi yang sudah menetap lebih dulu di Madinah,
menyambut Nabi dengan rasa permusuhan dan kebencian, karena rasul yang telah
dijanjikan dalam kitab mereka ternyata bukan dari ras mereka, sehingga gejolak
fanatisme rasial yang telah menguasai pikiran mereka dan juga dalam hal
perekonomi an, yang mana Yahudi selama ini telah menguasai perekonomian di
Madinah merasa tersaingi dengan datangnya Nabi dan komunitasnya.18 Hal inilah
yang menimbulkan rasa permusuhan dan kedengkian terhadap Islam.
Memang tidak mudah mengajak masyarakat ke dalam suatu agama baru sementara
mereka telah mempunyai keyakinan atau agama, walaupun sebenarnya dalam kitab
atau ajaran mereka sudah ada kejelasan tentang adanya utusan Allah setelah Nabi
mereka, dan orang Yahudi memegang peranan penting dalam bidang politik dan
ekonomi di Madinah, dan akhirnya di antara kaum Yahudi dimentahkan perjanjian
dengan Nabi, dengan melakukan penghianatan dan melakukan persekongkolan
dengan kaum Quraisy dan peristiwa ini terjadi sehabis perang badar.
Sementara itu, dakwah Islam senantiasa mampu menyatukan hati manusia,
memadamkan api kebencian dan permusuhan, mengajak penepatan janji dan
memegang amanat dalam keadaan bagaimana pun, sehingga akan terbentuk
masyarakat yang penuh ketentraman dan kedamaian, serta keadilan dalam segala
aspek.
Dengan strategi dakwah yang jitu kedatangan Islam di Madinah dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat Madinah yang majemuk. Upaya – upaya yang telah
dilakukan oleh Nabi Muhammad telah mampu mengatasi masalah – masalah yang
ada dalam masyarakat Madinah dan membawa perubahan bagi masyarakat Arab
khususnya masyarakat Madinah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zainal Abidin, Piagam Nabi Muhammad SAW, Bulan Bintang,
Jakarta, Cet.I, 1973,hlm.44
Syaikh Shafiyyur Rahman, Al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum,
Batsun Fis-Sirah AnNabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish-Shalati Was-Salam.
Penerjemah Kathur Suhardi, “ Sirah Nabawiyah” Pustaka Al-Kautsar, Jakarta,
cetakan ke-13 2003, hlm. 248
Ahmad Syalabiy, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1, Pustaka al Husna,
Jakarta, Cet. !V,
https://journal.uinsgd.ac.id/Dakwah_Nabi_Muhammmad_Terhadap_Mas
yarakat_Madinah (di akes Tanggal 22 Maret 2020 Pada Pukul 13.23)
https://www.academia.edu/Dakwah_Nabi_Muhammad_SAW_Periode_
Makkah_Dan_Madinah (di akses Tanggal 26 Maret 2020 Pada Pukul 14.52)