Anda di halaman 1dari 9

STEP 1:

1. Gestasi : periode waktu ketika embrio berkembang menjadi janin di dalam rahim sampai
sebelum mau dilahirkan. Masa gestasi yaitu 37 sampai 42 minggu.
2. Resusitasi neonatus : suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan
keadaan henti nafas atau henti jantung ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis
pada bayi baru lahir.
3. Nafas cuping hidung: kembang kempis lubang hidung selama inspirasi.
4. Retraksi : cekungan atau tarikan kulit antara iga (interkostal) dan atau di bawah sternum
(substernal) selama inspirasi.
5. Continuous positive airway pressure (CPAP): suatu alat untuk mempertahankan tekanan
positif pada saluran napas neonatus selama pernafasan spontan
6. Asfiksia berat : kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. (apgar score = 0-3).
7. Hyaline membrane disease: sindrom gawat napas yang disebabkan oleh defisiensi surfaktan
karna imaturitas struktur paru pada bayi baru lahir dengan masa gestasi kurang 35 minggu
sehingga alveolus menjadi kolaps dan daya refraksi paruparu menurun.
8. Orogastric tube :
9. Kangaroo maternal care : metode perawatan BBLR dengan cara bayi dalam posisi tegak
(upright) atau prone (bila ibu berbaring), hanya memakai popok dan penutup kepala, didekap
di antara kedua payudara ibu, bersentuhan kulit dengan kulit, dada dengan dada secara
berkesinambungan.
10. USG spine :
11. Skin dimple : lesung/cekungan kulit akibat defek neural tube.
12. Meningocele : menonjolnya selaput yang menutupi tulang belakang dan bagian saraftulang
belakang. 

STEP 2:
1. Apa penyebab demam saat kehamilan?
2. Apa hubungan ibu demam dengan anak lahir premature dan BBLR?
3. Apa penyebab premi lahir prematur dan BBLR?
4. Kenapa premi tidak menangis ketika lahir dan langsung diberi resusitasi neonatus?
5. Kenapa premi bernafas cuping hidung dan mengalami retraksi dinding dada?
6. Apa fungsi CPAP dan bagaimana prosedurnya?
7. Bagaimana cara stabilisasi untuk mencegah hipotermia pada neonatus?
8. Kenapa di diagnosis asfiksia berat? Apa penyebabnya?
9. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik, labor dan foto thorax di RS? Apa penyebabnya?
10. Apa penyebab demam dan hipoglikemia berulang pada neonatus?
11. Apa penyebab sepsis pada neonatus?
12. Apa kemungkinan cairan parenteral, antibiotic, dan fototerapi yang diberikan?
13. Kenapa reflex hisap premi masih lemah?
14. Bagaimana prinsip dan manfaat kangaroo maternal care?
15. Apa penyebab terdapatnya skin dimple di garis tengah punggung?
16. Bagaimana hubungan riwayat ibu demam dengan semua keluhan premi?
17. Bagaimana prognosis premi?

STEP 3:
1. X
2. X
3. Salah satu penyebab bayi lahir premature adalah chorioamnionitis. Infeksi pada jaringan
korioamniotik (korioamnionitis) yang disebabkan berbagai mikroorganisme pada alat
reproduksi wanita yang berkaitan dengan kejadian preterm. Pathogenesis dari infeksi ini
menyebabkan aktivasi fosfolipase A2 (PLA-2) yang melepaskan AA (asam arakidonat) dari
selaput amnion janin sehingga meningkatkan penyediaan AA yang bebas untuk sintesa
prostaglandin serta endotoksin (lipopolisakarida) yang masuk ke dalam air ketuban lalu
merangsang sel desidua untuk menghasilkan sitokin dan prostaglandin sehingga otot Rahim
berkontraksi dan mengawali proses persalinan.

4. Menangis menyebabkan paru paru mengembang. Apabila ia tidak menangis mengindikasikan


paru paru tidak mengembang akibat distress pernafasan karena premature (surfaktan tidak
matang) sehingga langsung dilakukan resusitasi.

5. Penyebab retraksi dinding dada neonatus:


- Transient tachypnea: gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung
singkat. Biasanya terjadi sesaat setelah kelahiran atau beberapa jam setelah kelahiran,
namun kurang dari 24 jam. TTN adalah penyebab utama sindrom distress napas pada bayi
baru lahir.

6. CPAP merupakan suatu alat yang sederhana dan efektif untuk tatalaksana respiratory distress
pada neenatus. Penggunaan CPAP yang benar terbukti dapat menurunkan kesulitan bernafas,
mengurangi ketergantungan terhadap oksigen, membantu memperbaiki dan mempertahankan
kapasitas residual paru, mencegah obstruksi saluran nafas bagian atas, dan mecegah kollaps
paru, mengurangi apneu, bradikardia, dan episode sianotik, serta mengurangi kebutuhan
untuk dirawat di Ruangan intensif. Beberapa efek fisiologis dari CPAP antara lain :
 Mencegah kolapsnya alveoli paru dan atelektasis
 Mendapatkan volume yang lebih baik dengan meningkatkan kapasitas residu
 fungsional
 Memberikan kesesuaian perfusi, ventilasi yang lebih baik dengan menurunkan pirau
 intra pulmonar
 Mempertahankan surfaktan
 Mempertahankan jalan nafas dan meningkatkan diameternya
o Mempertahankan diafragma. Efek fisiologis: efektif untuk tatalaksana respiratory distress.

Cara pemasangan CPAP adalah sebagai berikut :

 Tempelkan selang oksigen dan udara ke pencampur dan flow meter, lalu hubungkan ke
alat pengatur kelembapan. Pasang floe meter antara 5-10 liter
 Tempelkan satu selang ringan , lemas dan berkerut ke alat pengatur kelembapan.
Hubungkan probe kelembapan, dan suhu ke selang kerut yang masuk ke bayi. Pastikan
probe suhu tetap diluar inkubator atau tidak di dekat sumber panas dari penghangat.
 Siapkan satu botol air steril di dekat alat pengatur kelembapan
 Jaga kebersihan ujung selang

Untuk menghubungkan sistem ini ke bayi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :


 Posisikan bayi dan naikkan kepala tempat tidur 30 0
 Hisap lendir dari mulut, hidung, dan faring. Pastikan bayi tidak mengalami atresia
 choana
 Letakkan gulungan kain dibawah bahu bayi, sehingga leher bayi dalam posisi ekstensi
 untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka.
 Lembabkan prong dengan air steril atau Nacl 0,9% sebelum memasukkannya kedalam
hidung bayi. Masukkan dengan posisi lengkungan kebawah. Sesuaikan sudut prong dan
kemudian sesuaikan selang kerut dengan posisi yang sesuai.
 Masukkan pipa Orogastrik (OGT) dan lakukan aspirasi isi perut, kita boleh membiarkan
pipa lambung tetap ditempatnya untuk mencegah distensi lambung
 Pergunakan topi untuk menjaga kehangatan bayi
 Setelah bayi nyaman dan stabil dengan CPAP, barulah kita melakukan fiksasi agar
 nasal prong tidak bergeser dari tempatnya.

7. Dengan prinsip S T A B L E:

- Sugar and safe care (kadar gula darah dan perawatan yang aman): Pada neonatus kadar
glukosa harus dipertahankan dalam rentang normal (50-110 mg/dL). Pemeriksaan kadar gula
darah dilakukan dalam 30-60 menit setelah lahir terutama pada bayi yang sakit atau bayi
dengan risiko hipoglikemia. Pemeriksaan dapat diulang dalam 1-3 jam sesuai hasil
pemeriksaan kadar gula darah dan kondisi bayi.

- Temperatur: Pada bayi cukup bulan yang sehat, kegiatan untuk mencegah hipotermia
termasuk mengganti linen basah, menutup tubuh bayi dengan selimut hangat, meletakkan bayi
di dada ibu, tutup kepala bayi dengan topi dan bayi diberi pakaian. Pemantauan suhu
dilakukan setiap 15-30 menit hingga bayi dapat mencapai suhu normal dan minimal setiap
jam hingga bayi dipindahkan. Bayi yang memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
hipotermia adalah bayi kurang bulan, bayi berat lahir rendah (terutama <1500 gram) dan bayi
kecil masa kehamilan.

- Airway (Jalan napas):


1. Laju napas : Laju napas normal bayi berkisar antara 40-60 kali per menit. Tanda bayi
mengalami kelelahan bernapas adalah bila napas kurang dari 30 kali per menit disertai
dengan penggunaan otot napas tambahan.
2. Usaha napas: Termasuk penilaian air entry, retraksi, merintih, napas cuping hidung dan
apnea.
3. Kebutuhan oksigen: Kebutuhan oksigen harus disesuaikan dengan kondisi klinis bayi dan
saturasi oksigen. Oksigen dititrasi untuk mempertahankan target saturasi oksigen.
4. Saturasi oksigen: Saturasi oksigen dipertahankan antara 88-92% dan pengukuran saturasi
sebaiknya dilakukan pada pre-duktal (tangan kanan) dan postduktal (salah satu kaki).
Perbedaan saturasi preduktal dan postduktal yang lebih dari 10% menandakan adanya pirau.
5. Gas darah: Pemeriksaan analisis gas darah dilakukan jika bayi membutuhkan oksigen atau
kemungkinan mengalami syok. Penilaian ini penting untuk menentukan derajat distres napas
serta membantu diagnosis dan tatalaksana distress nafas bayi baru lahir.
- Blood pressure (Tekanan darah): agar jangan sampai jatuh ke kondisi syok
- Laboratorium work up (pemeriksaan laboratorium): Pemeriksaan laboratorium berikut
dapat membantu mengevaluasi syok dan jika hasil tidak normal, dapat membantu
menentukan terapi korektif yang tepat

- Emotional support (Dukungan emosional):


1. Mengijinkan ibu untuk melihat bayi.
2. Memberikan ucapan selamat atas kelahiran bayi dan memanggil bayi dengan nama yang
sudah dipersiapkan oleh keluarga.
3. Mengambil foto dan jejak kaki bayi.
4. Menawarkan dukungan tambahan dari pihak lain seperti kerabat atau pemuka agama.
5. Memberikan penjelasan yang sederhana dan akurat kepada orangtua terkait kondisi bayi
dan rencana tatalaksana yang akan diberikan.
6. Memberikan kesempatan kepada orangtua untuk bertanya mengenai kondisi bayi.
7. Melibatkan peran orangtua dalam perawatan bayi dan pengambilan keputusan terkait
tatalaksana

8. Penyebab asfiksia neonatorum:


- Tersumbatnya jalan napas bayi
- Anemia yang membuat darah tidak dapat membawa cukup oksigen
- Proses persalinan berlangsung lama atau sulit
- Ibu hamil tidak mendapatkan oksigen yang cukup sebelum atau selama persalinan
- Ibu hamil memiliki tekanan darah yang terlalu tinggi atau rendah, saat persalinan
berlangsung
- Ibu dan/atau bayi mengalami infeksi
- Plasenta lepas dari rahim terlalu cepat, yang mengakibatkan hilangnya oksigen
- Bayi terlilit tali pusar
- Infeksi

Penyebab asfiksia saat persalinan:


- Interupsi aliran darah umbilicus.
- Kegagalan pertukaran darah melalui plasenta (misalnya solutio plasenta)
- Perfungsi plasenta sisi maternal yang inadekuat (misalnya hipotensi maternal yang berat)
- Kondisi janin yang tidak dapat mentoleransi hipoksia intermiten dan transien yang
terjadi pada pada persalinan normal (misalnya pada janin yang anemia atau IUGR).
- Gagal mengembangkan paru dan memulai ventilasi dan perfusi paru yang
seharusnya terjadi saat proses kelahiran.

Asfiksia berat:

9. – tali pusar kemerahan dan berbau, penyebabnya:


1. Berat lahir bayi rendah (kurang dari 2.500 gr).
2. Sebelumnya kateterisasi umbilikalis.
3. Kelahiran dengan sepsis (ketuban pecah dini, infeksi maternal, persalinan tidak steril).
4. Ketuban pecah lama (lebih dari 12 jam).

- foto thorax: kesan Hyalin membrane disease dimana penyakit ini disebabkan oleh bayi
yang lahir prematur tidak mengalami pembentukan alat respirasi yang matur pula, sehingga
surfaktan sedikit dihasilkan. Tanpa surfaktan, alveoli dapat kolaps setiap akhir pernafasan
karena surfaktan yang membuat dinding alveolus tetap mengembang. Pemeriksaan radiologis
ditemukan pola retikulogranuler yang uniform, gambaran ground glass appearance dan air
bronchogram. Membrane hialin yang meliputi alveoli dibentuk 1.5 jam setelah lahir.
Epitelium mulai membaik dan surfaktan mulai terbentuk pada 36-72 jam setelah lahir (pada
bayi sehat).

- letargi: akibat tidak kuatnya perfusi organ vital dan hantaran oksigen, sehingga asupan
nutrisi yang diperoleh janin tidak optimal.

- hipotonia, penyebabnya:
1. pembentukan otak yang tidak benar selama masa kehamilan.
2. sindrom down
3. cedera tulang belakang
4. cerebral palsy

- hiperbilirubinemia, penyebabnya:
1. Jaundice fisiologis: Kondisi ini biasanya terjadi pada hari kedua hingga hari
ketiga kelahiran bayi dan merupakan hal yang normal karena organ hati masih
melakukan penyesuaian fungsi setelah sebelumnya bilirubin dibuang oleh plasenta.
Pada kondisi ini bayi tidak tampak sakit.

2. Breastfeeding jaundice (BFJ): BFJ terjadi ketika bayi tidak bisa menyusu


langsung dengan baik karena beberapa hal, misalnya harus menjalani hari-hari
pertama terpisah dari ibunya sehingga tidak mendapatkan asupan ASI. BFJ banyak
ditemui pada bayi yang lahir prematur antara 34-36 minggu, maupun bayi yang
lahir cukup bulan 37-38.

3. Breastmilk jaundice (BMJ): Bila penyakit kuning biasa hanya berlangsung


beberapa hari atau minggu, BMJ bisa bertahan hingga bayi berusia 3 bulan (12
minggu). BMJ terjadi ketika ada kandungan dalam air susu ibu (ASI) yang justru
membuat kadar bilirubin dalam darah bayi meningkat. Sekitar 2 persen bayi
mengalami kondisi hiperbilirubin yang satu ini.

4. Hemolisis: Kondisi ini terjadi karena perbedaan golongan darah atau resus antara
darah ibu dan bayi. Hiperbilirubin karena hemolisis juga dapat terjadi ketika ada
kelainan pada sel darah merah bayi.

5. Kelainan fungsi hati: Hiperbilirubin ini terjadi ketika ada kerusakan pada hati bayi
sehingga organ tersebut tidak mampu membuang bilirubin dari dalam darah.

- Ubun-ubun besar membonjol: Pada bayi usia < 10 bulan memang ubun-ubun pada
kepalanya belum menutup sempurna, sehingga denyutan pada daerah ubun-ubun tersebut
akibat denyutan pembuluh darah pada otak akan tampak dengan kasat mata. Sehingga
seringkali disalah artikan sebagai ubun-ubun yang menonjol. Namun pada beberapa kasus
ubun-ubun yang benar menonjol dapat merupakan pertanda kelainan medis tertentu yang
lebih serius yaitu adanya peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial).

- Leukositosis: karena infeksi

- Ikterik: Ketika bayi dalam kandungan, plasenta adalah organ yang memberi nutrisi
pada bayi dan berfungsi menghilangkan bilirubin dari tubuh bayi. Setelah lahir, hati
bayi yang akan berfungsi menghilangkan bilirubin dari tubuhnya. Perlu waktu bagi
hati bayi untuk dapat melakukan fungsi tersebut secara efisien. Sehingga, tingkat
bilirubin menjadi agak tinggi pada bayi baru lahir. Hal tersebut adalah kondisi yang
normal (ikterus fisiologis) dan mencerminkan perkembangan organ hati yang belum
sempurna.

10. Penyebab hipoglikemia:

- Kekurangan asupan nutrisi


- Infeksi
- Asfiksia saat lahir
- Penyakit hati
- Penyakit metabolik bawaan
- Ibu hamil DM yang tidak terkontrol: Ibu hamil yang mengalami diabetes akan
mengalami peningkatan kadar gula dalam darah. Gula darah yang tinggi ini dapat
mengalir ke peredaran darah bayi dan memicu produksi insulin dalam tubuh bayi. Saat
bayi lahir, asupan glukosa dari plasenta akan turun, sementara kadar insulin dalam tubuh
bayi masih tinggi. Keadaan ini akan menyebabkan hipoglikemia pada bayi baru lahir.
- Premature : Cadangan glikogen biasanya baru terbentuk pada kehamilan trimester 3,
sehingga bila bayi lahir prematur, maka persediaan glikogen akan lebih sedikit dan lebih
cepat habis terpakai. Hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia pada bayi.
- Bayi stress saat masa kehamilan / persalinan: Janin dan bayi yang mengalami stres
memiliki kecepatan metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar
dibandingkan bayi lain. Jika asupan nutrisi tidak mencukupi bayi yang mengalami stres
selama kehamilan dan persalinan akan rentan mengalami hipoglikemia.

11.

12. X

13. Faktor yang mempengaruhi Reflek Menghisap dan Menelan:


Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan,
hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai
usia gestasi 33– 34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat
menyerap lemak dan mencerna protein

14. Metode Kanguru adalah suatu metode perawatan BBLR dengan cara bayi dalam posisi tegak
(upright) atau prone (bila ibu berbaring), hanya memakai popok dan penutup kepala, didekap
di antara kedua payudara ibu, bersentuhan kulit dengan kulit, dada dengan dada secara
berkesinambungan. Meskipun demikian metode kanguru tidak dapat menggantikan namun
dapat melengkapi, cara-cara mutakhir untuk memperbaiki pernapasan, namun sangat
bermanfaat untuk membantu tercapainya stabilisasi pernapasan tersebut.

Prosedur:
1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan
intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan bantuan alat.
Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika
ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan
dengan durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi
dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.

2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus
dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti
menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat
dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan
melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan
asupan ASI.

Manfaat:
- meningkatkan rasa kedekatan ibu dengan bayinya
- menghindari bayi berat lahir rendah dari kedinginan (hipotermia)
- menstabilkan bayi
- mengurangi terjadinya infeksi
- meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
- meningkatkan pemberian ASI

15. spina bifida: kelainan bawaan yang terjadi karena tulang belakang dan saraf tulang
belakang tidak terbentuk secara sempurna pada bayi sejak lahir. Kelainan ini dapat
berdampak serius, karena kelainan tabung saraf bayi yang tidak terbentuk dengan
benar. Tulang belakang yang seharusnya melindungi saraf tulang belakang tidak terbentuk
secara normal. Spina bifida terjadi akibat defek tuba neural. Tuba neural yaitu struktur pada
janin yang akan berkembang menjadi otak dan saraf tulang belakang pada bayi, serta jaringan
di sekitarnya. Umumnya, tuba neural akan terbentuk pada awal kehamilan dan berhenti 28
hari setelah konsepsi.

Jenis-jenis spina bifida:


1. spina bifida occulta: bentuk yang paling ringan, menghasilkan pemisahan kecil atau
celah pada satu atau lebih tulang tulang belakang. Banyak orang yang memiliki spina
bifida occulta  bahkan tidak mengetahuinya, kecuali jika ditemukan karena sebuah tes.

2. meningocele: kondisi di mana selaput pelindung di sekitar sumsum tulang belakang


terdorong keluar melalui lubang di vertebra, membentuk kantung berisi cairan.Tetapi
kantung ini tidak termasuk sumsum tulang belakang, sehingga kerusakan
saraf kemungkinannya lebih kecil, meskipun mungkin dapat terjadi komplikasi
selanjutnya.

3. myelomeningocele: Kondisi ini juga dikenal sebagai open  spina bifida, dan


merupakan bentuk yang paling parah.Kanalis tulang belakang terbuka di sepanjang
beberapa vertebra di punggung bawah atau tengah. Selaput dan saraf tulang belakang
terdorong melalui lubang ini saat lahir, membentuk kantung di punggung bayi,
biasanya memperlihatkan jaringan dan saraf.

16. - Preeklampsia: merupakan keadaan di mana tekanan darah ibu lebih dari batas normal.
Keadaan ini juga ditandai dengan terdapatnya protein dalam urine ibu. Ibu hamil yang
mengalami preeklampsia secara tiba-tiba akan mengalami kenaikan berat badan yang
berlebih, nyeri kepala yang tidak kunjung menghilang, mudah mengalami memar, pandangan
menjadi buram, serta mengalami pembengkakan pada beberapa bagian tubuh selain kaki.
Untuk pengobatan keadaan ini biasanya akan sesuai dengan keadaan ibu. Meskipun keadaan
ini terjadi saat hamil, namun bisa juga berlanjut hingga anda melahirkan nanti sehingga
penting untuk selalu mewaspadai keadaan ini. Penderita preeklampsia apabila tidak ditangani
dengan benar akan berisiko mengalami masalah kejang saat hamil atau eklampsia, gagal
ginjal, serta kematian pada ibu dan bayi. 

- Diabetes gestasional: merupakan kondisi di mana hormon mengalami perubahan yang akan
membuat insulin tidak dapat bekerja dengan baik. Apabila insulin tidak dapat melakukan
tugasnya dengan baik, kadar gula darah di dalam tubuh akan tinggi melebihi batas normal.
Keadaan ini biasanya akan muncul pertama kali pada minggu ke-20 atau diusia kehamilan
trimester 2 dan akan terus berkembang sampai usia kehamilan trimester 3. Biasanya keadaan
ini akan hilang setelah melahirkan

- Abruptio plasenta: merupakan keadaan di mana plasenta lepas sebelum waktunya. Plasenta
yang sudah lepas tidak akan bisa menempel kembali. Sehingga oksigen dan nutrisi untuk bayi
akan terhambat, sedangkan ibu akan mengalami perdarahan hebat.
- Plasenta previa: merupakan keadaan di mana seluruh atau sebagian plasenta menutupi
serviks atau jalan lahir. Karena kondisi ini ibu akan mengalami perdarahan saat kehamilan
maupun persalinan. Apabila keadaan ini tidak kunjung membaik hingga menjelang
persalinan, maka dokter biasanya akan menyarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar.

17.

STEP 5:
Identifikasi masalah pada neonatus:
1. Asfiksia dan resusitasi neonatus
2. Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir
3. Hipotermi
4. Hipoglikemia
5. Hyperbilirubinemia
6. Infeksi neonatus
7. Bblr
8. Feeding problem
9. Kelainan kongenital
Dari epidem - tatalaksana

Anda mungkin juga menyukai